• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PEMBANGUNGAN NASIONAL ( Bagian I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM PEMBANGUNGAN NASIONAL ( Bagian I)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PEMBANGUNGAN NASIONAL ( Bagian I)

I. PENDAHULUAN

Krisis keuangan Asia medio 1997 telah mengair.brukkan tatanan perekonomian Indonesia yang yang ditandai oleh anjloknya pertumbuhan ekonomi tahun 1998 menjadi negatif 13,01 persen dan melambungnya inflasi menjadi 77,63 persen. Parahnya dampak resesi ekonomi telah memarakkan konflik sosial yang menganggu ketertiban dan keamanan serta menghambat kelancaran roda perekonomian masyarakat. Dalam keadaan sulit menghadapi dampak krisis yang sangat kompleks dan bersifat multi dimensional, wakil rakyat di Majelis Permusyawatan Rakyat berhasil menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004, yang kemudian oleh DPR dan Pemerintah dijabarkan lebih lanjut dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004.

Sesuai dengan namanya, Program Pembangunan Nasional adalah rencana pembangunan yang berskala nasional dan merupakan konsensus dan komitmen bersama seluruh masyarakat Indonesia untuk mewujudkan visi dan misi bangsa. Secara tandas UU No.25 Tahun 2000 tersebut merumuskan pengertian pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan bangsa masyarakat,

bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Sehubungan dengan konsensus dan komitmen bersama untk kepentingan bersama tersebut mendorong Scripta Economica untuk aktif memasyarakatkan pengetahuan mengenai program pembangunan nasional tersebut guna mempermudah penyamaan persepsi dan koordinasi dalam memobilisasikan potensi dan sumber daya nasional ke arah perwujudan peningkatan kesejahteraan masyarakat, kehdupan beragama dan ketahanan budaya.

II. PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Sebelum menetapkan priohtas pembangunan nasional, wakil-wakil rakyat dalam lembaga legislatif telah mengidentifikasikan lima permasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu:

1. merebaknya konflik sosial dan munculnya gejala disintegrasi bangsa;

(2)

2. lemahnya penegakan hukum dan hak asasi manusia;

3. lambatnya pemulihan ekonomi;

4. rendahnya kesejahteraan rakyat, meningkat-nya pemeningkat-nyakit sosial, dan lemahmeningkat-nya ketahanan budaya nasional;

5. kurang berkembangnya kapasitas pem-bangunan daerah dan masyarakat.

Krisis ekonomi telah menyebabkan pendapat dan tingkat kesejahteraan masyarakat menurun tajam sehingga jumlah penduduk yang hidup garis kemiskinan terus membengkak. Kondisi tersebut memicu berbagai bentuk ketidakpuasan menjadi kerusuhan dan tindakan main hakim sendiri yang selain telah merusak citra bangsa juga merupakan cerminan luntur dan tergradasinya nilai-nilai moral dan agama yang bangsa Indonesia. Menurunnya kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tersebut telah menumbuhsuburkan pelbagai penyakit sosial • seperti korupsi, kriminalitas, pemakaian obat terlarang, perilaku menyimpang yang melanggar moralitas serta etika dan kepatutan.

Dari konteks tersebut, disusun lima prioritas pembangunan nasional yang sistematika sebagai berikut:

1. membangun sistem politik yang demokratis yang menunjang dan memperkuat ketahanan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara;

2. mewujudkan supermasi hukum dan pemerintahan yang baik;

3. mempercepat permulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan;

4. membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama, dan ketahanan budaya;

5. meningkatkan pembangunan daerah

Dari kelima prioritas pembangunan nasional tersebut yang dalam dimensi waktu berjangka panjang, selanjutnya untuk periode 2000-2004 dijabarkan menjadi sembilan bidang pembangunan, yaitu bidang pembangunan hukum, bidang pembangunan ekonomi, bidang pembangunan politik, bidang pembangunan agama, bidang pembangunan pendidikan, bidang ipembangunan sosial dan budaya, bidang pembangunan daerah, bidang pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta bidang pembangunan pertahanan dan keamanan.

Selanjutnya, setiap bidang pembangunan dilengkapi dengan uraian mengenai kondisi umum masing-masing bidang pembangunan, kemudian diikuti oleh arah kebijakan, rincian program pembangunan yang berada dalam bidang tersebut dan matriks arah kebijakan dalam GBHN, program nasional dan indikator kerjanya.

(3)

III. PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG HUKUM.

Pembenahan bidang hukum mendapat urutan pertama dalam Program Pembangunan Nasional 2000-2004 yang mencerminkan keprihatinan yang mendalam atas degradasi kepatuhan dan penghormatan masyarakat terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan sehingga maraknya pelanggaran hak asasi manusia. Materi peraturan perundang-undangan banyak yang bersilangan dan tumpang tindih. Kesemuanya itu menimbulkan degradasi bahkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap hukum. Apalagi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme terus berlanjut bahkan makin parah sehingga dalam pergaulan intemasional, Indonesia tergolong negeri yang paling korup. Tindak kekerasan dan main hakim sendiri makin sering terjadi bahkan cenderung menjadi hal yang biasa.

Sehubungan dengan kenyataan tersebut di atas UU No.25 Tahun 2000 tersebut mengutip ulang sepuluh butir arah kebijakan GBHN 1999 sebagai arah kebijakan pembangunan bidang hukum, yaitu:

1. mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk terciptnya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supermasi hukum dan tegaknya negara hukum;

2. menata system hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan

menghormati huklum agama dan hukum adat serta memperbarui perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi;

3. menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supermasi hukum, serta menghargai hak asasi manusia (HAM);

4. melanjutkan ratifikasi konvensi intemasional, terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam bentuk undang-undang;

5. meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat aparat penegak hukum termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum, pendidikan, serta pengawasan yang efektif;

6. mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dad pengaruh penguasa dan pihak manapun;

7. mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan perekonomian dalam menghadapi era

(4)

perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional;

8. menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah, dan terbuka serta bebas korupsi, kolusi, dan nepostisme dengan tetap menjungjung tinggi asas keadilan dan kebenaran;

9. meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan, penghormatan, dan penegakkan HAM dalam seluruh aspek kehidupan;

10. menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan HAM yang belum ditangani secara tuntas.

Kesepuluh arah kebijakan pembangunan tersebut di atas selanjutnya dijabarkan dan dirumuskan menjadi empat program, yaitu program pembentukan peraturan perundang-undangan, program pemberdayaan lembaga- peradilan danlembaga penegak hukum lainnya, program penuntasan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta pelanggaran HAM, dan program peningkatan kesadaran hukum dan pengembangan budaya hukum.

Pembangunan bidang hukum yang berat dan paling menantang adalah program legislasi nasional yang berperan menata hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu sebagai pembela

kepentingan ekonomi nasional yang akan menghadapi era perdagangan bebas. Penataan hukum nasional berupa penetapan dan penyempurnaan undang-undang bidang hukum sebanyak 32 undang-undang, bidang ekonomi sebanyak 27 undang-undang, bidang politik sebanyak 23 undang-undang, bidang agama sebanyak empat undang-undang, bidang pendidikan satu undang-undang, bidang sosial politik sebanyak 14 undang-undang, bidang pembangunan daerah sebanyak lima undang-undang, bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup sebanyak 10 undang-undang, dan bidang pertahanan dan keamanan sebanyak empat undang-undang. Jumlah undang-undang yang dalam periode 2000-2004 perlu ditetapkan dan disempumakan berjumlah 120 undang-undang

IV. PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG EKONOMI

Keterpurukan ekonomi akibat krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter Asia pertengahan 1997 menyebabkan taraf hidup rakyat merosot tajam akibat dari meroketnya inflasi dan terhentinya pertumbuhan ekonomi dan stagnannya berbagai kegiatan perdagangan. Jumlah penduduk miskin dan menganggur meningkat pesat. Kelambanan pemulihan ekonomi selama ini memperkeras tuntutan reformasi penyeleng-garaan perekonomian nasional yang oleh MPR dirumuskan menjadi 28 butir arahan kebijakan GBHN di bidang ekonomi

(5)

yang selanjutnya dijadikan tujuh pedoman pembangunan ekonomi, yaitu:

1. pembangunan ekonomi dilaksanakan berdasarkan sistem ekonomi kerakyaratan untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang makin meningkat, merata, dan berkeadilan;

2. pembangunan ekonomi berlandaskan pengembangan otonomi daerah dan peran serta aktif masyarakat secara nyata dan konsisten;

3. pembangunan ekonomi harus menerapkan prinsip efisiensi yang didukung oleh peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi untuk memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan daya saing nasional;

4. pembangunan ekonomi berorientasi pada perkembangan globalisasi ekonomi internasional dengan tetap mengutamakan kepentingan ekonomi nasional;

5. pembangunan ekonomi makro harus dikelola secara hati-hati, disiplin, dan bertanggungjawab

dalam rangka menghadapi ketidakpastian yang meningkat akibat proses globalisasi;

6. pembangunan ekonomi dilaksanakan berlandaskan kebijakan yang disusun secara transparan dan bertanggung-gugat, baik dalam pengelolaan publik, pemerintahan, maupun

masyarakat. Dalam kaitan itu Pemerintah perlu bersikap tidak memihak serta menjaga jarak dengan perusahaan-perusahaan dan asosiasiasosiasi perusahaan;

7. pembangunan ekonomi harus berlandaskan keberlanjutan sistem sumber daya alam, lingkungan hidup, dan sistem sosial kemasyarakatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pembangunan ekonomi meliputi tujuh sektor pembangunan dan memperkuat kerangka ekonomi makro. Ketujuh sektor pembangunan ekonomi termaksud adalah:

1. sektor penanggulangan kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat;

2. sektor pengembangan usaha skala mikro, kecil, menengah, dan koperasi;

3. sektor penciptaan stabilitas ekonomi dan keuangan

4. sektor pemacu peningkatan daya saing;

5. sektor peningkatan investasi;

6. sektor penyediaan sarana dan prasarana penunjang pembangunan;

7. sektor pemanfaatan kekayaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

(6)

Selanjutnya sektor penanggulangan kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dirinci lebih lanjut menjadi:

1. penanggulangan kemiskinan yang terdiri dari program penyediaan kebutuhan pokok untuk keluarga miskin, program pengembangan budaya usaha masyarakat miskin;

2. pembangunan ketenagakerjaan yang terdiri program perluasan dan pengembangan kesempatan kerja, program peningkatan kulitas dan produktivitas tenaga kerja, dan program perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja;

3. pengembangan sistem dana jaminan sosial hanya terdiri dari dua program, yaitu program pengembangan sistem jaminan sosial dan program asuransi sosial,

4. pengembangan pertanian, pangan, dan pengairan yang dirinci menjadi tiga program, yaitu program pengembangan agrobisnis, program peningkatan ketahanan pangan, program pengembangan dan pengelolaan pengairan.

Selaku negara agraris, program pengembangan agrobisnis memegang peran startegis dengan lima sasaran utama berikut ini:

1. meningkatnya produktivitas, kualitas, dan produksi komoditas unggulan tanaman

pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan;

2. meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan;

3. meningkatnya nilai tambah bagi masyarakat pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan;

4. meningkatnya partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam pembangunan pertanian dan pedesaan, dan

5. terpeliharanya sistem sumber dayaalamdan lingkungan.

Upaya pencapaian kelima sasaran tersebut di atas selanjutnya dirinci menjadi 31 (tiga puluh satu) kegiatan berikut ini:

1. pengembangan komoditas unggulan yang kompetitif di pasar domestik dan intemasional serta sentra-sentra pengembangannya;

2. pemberdayaan petani dan nelayan dalam penerapan reknologi dan pemanfaatan informasi pertanian;

3. pengembangan industri perbenihan tanaman pangan, hortikultura, perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan di sentra-sentra produksi;

(7)

4. pengembangan industri dan penerapan alat dan mesin pertanian dan perikanan;

5. perluasan areal tanam dan lahan usaha pertanian serta optimalisasi pemanfaatan lahan hutan dan pesisir;

6. pengembangan peta agrobisnis serta pe-ningkatan efisiensi dan konsolidasi agrobisnis, dan pengembangan metode usaha tani konservasi;

7. penyediaan sarana dan prasarana publik untuk mendukung pengembangan agrobisnis di sentra-sentra produksi, termasuk pengembangan sistem jaringan irigasi, rehabilitasi dan konservasi sumber-sumber air, dan pasar lokal;

8. peningkatan akses masyarakat pertanian dan nelayan terhadap sumber-sumber permodalan, akses terhadap lembaga keuangan bank dan nonblank, teknologi, informasi, dan pasar;

9. optimalisasi pemanfaatan lahan melalui diversifikasi produksi tanaman pangan, hortikultura, perikanan, perkebunan, dan kehutanan;

10. penerapan dan perluasan upaya pengen-dalian hama, penyakit, dan gulma secara terpadu;

11. pengembangan standardisasi mutu dan produk tanaman pangan, hortikultura, per-ikanan, peternakan, perkebunan, dan ke-hutanan serta penerapan standar dan pe-nilaian kesesuaian yang berlaku secara internasional;

12. peningkatan efisiensi pemasaran dan pengembangan system informasi agrobisnis;

13. pengembangan industri pengolahan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk-produk tanaman pangan, hortikultura, perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan;

14. pengembangan lembaga keuangan pedesaan;

15. peningkatan kualitas masyarakat pertanian serta kehutanan dan nelayan serta mendorong pengembangan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan, hortikultura, perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan;

16. peningkatan kualitas pelayanan publik di bidang agrobisnis, termasuk pengembangan lembaga penyedia teknologi, informasi, penyuluhan, investasi, dan jasa pelayanan lainnya;

17. penciptaan iklim usaha yang mendorong berkembangnya agrobisnis dengan nilai

(8)

tambah yang dinikmati masyarakat pertanian dan nelayan;

18. pengembangan sarana dan prasarana per-tanian, perikanan, perkebunan, termasuk penyediaanpupuk, bibit, dan jaringan irigasi;

19. perbaikan posisi tawar petani/nelayan dalam kegiatan agrobisnis dan silvobisnis melalui pemberdayaan kelembagaan petani/ nelayan;

20. peningkatan daya saaing produk pertanian dan kehutanan;

21. pengurangan hambatan perdagangan barang dan jasa pertanian antarwilayah dan antamegara;

22. penyehatan BUMN pertanian, perikanan, perkebunan, dan kehutanan;

23. pengembangan kemitraan usaha di bidang pertanian, perikanan, peternakan, per-kebunan, dan kehutanan;

24. peningkatan akses pengusaha mikro , kecil, menengah, dan koperasi pertanian terhadap sumber-sumber pendanaan, teknologi, dan informasi;

25. pengembangan perkebunan rakyat dan kawasan industri masyarakat perkebunan;

26. pengembangan areai pertanian baru melalui pengembangan pedesaan, pengembangan wilayah, dan pengembangan transmigrasi;

27. peningkatan kegiatan budi daya laut dan pemanfaatan lahan marginal untuk akua-kultur serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap sesuai dengan prinsip kelestarian;

28. peningkatan partisipatif masyarakat dan swasta dalam usaha peternakan yang produktif termasuk di dalamnya usaha pelayanan jasa seperti jasa konsultasi dan penyuluhan, kesehatan hewan, dan penyediaan sarana produksi;

29. pengembangan agrobisnis peternakan yang berbasis sumber daya lokal;

30. pengembangan hutan rakyat dan pengusahaan hasil hutan nonkayu yang dikaitkan dengan industri pengolahan; dan

31. peningkatan mutu intensifikasi tanaman pangan dan hortikultura.

Sebagai negara yang berpenduduk terbanyak ke empat dunia, yaitu sekitar 216 juta jiwa, maka masalah ketahanan pangan merupakan permasalahan nasional yang strategis sehingga perlu dikelola secara seksama karena merupakan kebutuhan pokok dan sumber nafkah utama

(9)

masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, program peningkatan ketahanan pangan diintegrasikan kedalam upaya penanggulangan kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Empat tujuan utama program peningkatan ketahanan pangan adalah:

1. meningkatkan keanekaragaman produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan bersumber pangan ternak, ikan, tanaman pangan, hortikultura, dan kebun serta produk-produk olahannya;

2. mengembangkan kelembagaan pangan yang menjamin peningkatan produksi;

3. mengembangkan usaha bisnis pangan yang kompetitif dan menghindarkan monopoli usaha bisnis pangan;

4. menjamin ketersediaan gizi dan pangan bagi masyarakat.

Keempat tujuan program peningkatan ke-tahanan pangan tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam 27 kegiatan pokok yang diarahkan untuk mencapai sepuluh sasaran berikut ini:

1. meningkatnya produksi dan ketersediaan beras secara berkelanjutan serta mening-katnya produksi, ketersediaan, dan konsumsi pangan sumber karbohidrat nonberas dan pangan sumber protein;

2. meningkatnya keanekaragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat dan me-nurunnya konsumsi beras per kapita;

3. meningkatnya skor mutu Pola Pangan Harapan dan berkurangnya jumlah keluarga rawan pangan dan gizi;

4. meningkatnya pemanfaatan teknologi pro-duksi pertanian dan pengolahan bahan pangan;

5. terselenggaranya undang-undang dan ber-kembangnya kapasita kelembagaan pangan yang partisipatif;

6. meningkatnya produktivitas dan kualitas pangan yang dipasarkan;

7. menurunnya volume impor bahan pangan dan meningkatnya bahan pangan substitusi impor;

8. berkembangnya industri dan bisnis pangan;

9. meningkatnya partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam pengembangan bisnis pangan; dan

10. terciptanya system usaha perikanan yang saling mendukung antar perikanan tangkap dan budi daya dalam upaya mendukung ketahanan pangan.

(BERSAMBUNG)

Referensi

Dokumen terkait

Adalah tersirat daripada kuasa membuat peraturan yang diberi oleh Seksyen 32(2)(iv) Akta GSA bahawa peruntukan- peruntukan KTN yang berkaitan dengan pengeluaran permit

Dengan mulai terbukanya fakta bahwa aktivitas gerakan spontan merupakan karakteristik fundamental dari sistem saraf yang masih dalam tahap perkembangan membuat

Hal ini menarik peneliti untuk menemukan apakah peningkatan volatilitas tingkat pengembalian saham individual, penurunan korelasi antar saham individual, pengurangan

Waktu Penerimaan Dokumen oleh Tender Admin/ Pihak yang Dapat Dihubungi selama Proses Prakualifikasi /Time for Document Received by Tender Admin/ Contact Person during

Hasil penelitian meyimpulkan bahwa kenyataan dilapangan, peroses dalam penangganan perlindungan terhadap pelaku tindak pidana anak di bawah umur yang di tangani

Bahwa dengan berlakunyaUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan

Jadi yang perlu dicamkan adalah bahwa dalam mencari ilmu harus dengan niat yang baik sebab dengan niat itu dapat menghantarkan pada pencapaian keberhasilan.. Niat yang

hiwar qishashi di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan