1
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA
KARYAWAN DI TINGKAT PRODUKSI PADA PT. X INDONESIA
Desi Mandasari
1),Hery H Azwir
2)Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri, Universitas Presiden Jl. Ki Hajar Dewantara
Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi – Indonesia 17550 Email: desimanda@gmail.com1), hery.azwir@president.ac.id2)
ABSTRAK
PT X Indonesia Tbk, merupakan industri yang bergerak dibidang pembuatan bahan untuk kebutuhan sehari- hari. Semua produk yang dihasilkan tersebut sangat dipengaruhi oleh kegiatan produksi, jika kegiatan produksi mengalami masalah pada karyawan maka akan terganggu pula kegiatan industri yang berdampak sangat besar. Kegiatan produksi yang lancar, dapat dipengaruhi dari kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di tingkat produksi, dengan menggunakan analisis faktor berdasarkan teori dua faktor
Herzberg yakni Faktor pemuas (satisfier/motivator) dan Faktor lingkungan atau pemeliharaan
(Hygiene) . Sehingga faktor-faktor tersebut dianggap muncul akibat ketidakpuasan karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
Kata kunci : Kepuasan Kerja, Industri, Karyawan Produksi, Analisis Faktor, Teori Herzberg, Satisfier,
Hygiene.
1. PENDAHULUAN
Era persaingan global menyebabkan kompetisi bisnis antar perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan produktivitasnya disegala bidang. Produktivitas perusahaan bergantung pada kualitas manusia, karena manusia yang mengelola dan mengalokasikan seluruh sumber daya lainnya. Manusia bukan hanya sebagai salah satu faktor produksi melainkan sebagai pengendali semua faktor produksi, yang meliputi mesin, material, modal, dan metode. Di dalam perusahaan karyawan memiliki peran sentral yang sangat penting, jika karyawan tidak termotivasi dalam bekerja maka peranannya tidak dapat diharapkan secara maksimal dan tentu dapat menurunkan produktivitas perusahaan. Untuk membuat karyawan berprestasi tentu harus diupayakan segala sesuatu yang mendukungnya, misalnya memperhatikan kepuasan kerja karyawan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Faktor-faktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan kepada karyawan tergantung pada pribadi masing-masing karyawan. Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, gaji atau salary merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga ketika perusahaan merasa sudah memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa karyawannya sudah puas. Sebenarnya kepuasan kerja karyawan tidak mutlak dipengaruhi oleh gaji semata.
PT. X adalah perusahaan yang bergerak dibidang consumer goods yang berada di lokasi Cikarang dan
Surabaya. Ketenaga kerjaan PT. X Indonesia dibagi menjadi dua tenaga kerja yaitu staff dan non staff.
2
supervisor hingga operator yang dibagi berdasarkan pada tanggung jawab. Karyawan non staff ini menjadi objek yang diteliti oleh peneliti.
Rasa tidak puas tersebut dapat mempengaruhi kualitas atau mutu dari produk yang dihasilkan, dimana mutu akan berpengaruh terhadap jumlah komplain dari konsumen. Tingkat komplain yang semakin tinggi dapat mungkin disebabkan dari adanya ketidakpuasan karyawan dalam bekerja. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi termasuk kesempatan untuk berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. Dimana faktor-faktor tersebut terdapat dalam teori Herzberg (1959). Penelitian ini berusaha untuk mengetahui apakah keluhan-keluhan tersebut signifikan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan seperti yang terdapat pada teori Herzberg (1959).
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan . Balas jasa karyawan ini, baik berupa “financial” maupun yang “non financial” (Martoyo, 2004). Pendapat lain, kepuasan kerja adalah kepuasan yang berhubungan dengan sikap karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, hubungan antara atasan dengan bawahan, dan hubungan sesama karyawan (Anoraga, 2001).
Sementara Gilmer (1971) dikutip As’ad (2004) dalam pendapatnya menyatakan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu: kesempatan untuk maju, keamanan kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, pengawasan dan supervisi, faktor intrinsik dari pekerjaan, aspek sosial dalam pekerjaan, kondisi kerja, komunikasi, fasilitas. Faktor-faktor tersebut dapat memotivasi
seseorang untuk bekerja dengan baik dan bergairah. Motivasi berasal dari kata latin movere yang
artinya sebab alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia (Kantono, 1997). Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi kekuatan/dorongan yang menggerakkan organisme/individu untuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu atau dengan kata lain, motif itu menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu itu berbuat atau bertingkah laku (Effendi, 1999).
Teori Frederich Herzberg (1959) yang mengasumsikan dua faktor yang perlu deperhatikan dalam
motivasi yaitu :
1. Faktor pemuas (satisfier/ motivator) meliputi kemajuan, prestasi, pengakuan, pekerjaan itu
sendiri, tanggung jawab, kesempatan berkembang.
2. Faktor lingkungan atau pemeliharaan (Hygiene) meliputi prosedur perusahaan, upah, keamanan
kerja, kondisi kerja, penyelia, status, mutu hubungan personal.
Content factor dalam teori Herzberg sering disebut dengan motivator, yaitu faktor faktor yang dapat mendorong orang untuk dapat memenuhi kebutuhan tingkat atasnya dan merupakan penyebab orang
menjadi puas atas pekerjaannya. Bila content factor ini tidak ada, maka akan dapat menyebabkan
seseorang tidak lagi puas atas pekerjaannya atau orang tersebut dalam keadaan netral, merasa tidak
”puas” tetapi juga tidak merasa ”tidak puas”. Sedangkan context factor, yang berhubungan dengan
lingkungan pekerjaan ini sering disebut dengan hygiene factor, dimana pekerjaan memberikan
kesempatan untuk seseorang dalam pemenuhan kebutuhan tingkat bawah. Bila context factor yang
tidak terpenuhi, tidak ada, ataupun tidak sesuai maka dapat membuat pekerja merasa tidak puas (dissatisfied).
2. METODE PENELITIAN
2.1 Sample dan Skala Penelitian
Untuk mendapatkan sample yang menggambarkan populasi, maka dalam penentuan sample penelitian
digunakan rumus Slovin, Nilai e ditetapkan sebesar 5% karena penelitian ini merupakan penelitian
3
2.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah valid atau tidak validnya suatu alat ukur dengan tujuan yang diukur berupa hasil score
tiap butir kuesioner untuk dikorelasikan dengan tingkat signifikansi 0,05 atau alternative dengan
toleransi tabel r. b. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dapat digunakan sebagai hasil penyesuaian antara yang diukur dengan alat pengukur yaitu butir-butir kuisioner hasil tanggapan responden sehingga dapat dicari reliabilitasnya untuk masing-masing hasil penyebaran dari kuisioner untuk mengetahui konsistensi dari pengukuran
yang dapat dilakukan dengan Cronbach’s Alpha 0,60. Menurut Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,60 (Imam Ghozali, 2002).
2.2.2 Analisis Faktor
Analisis faktor mencoba menemukan hubungan antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis faktor, yakni:
A. Menghitung Korelasi Indikator
Metode yang paling banyak digunakan dalam meghitung korelasi indikator yaitu dengan KMO (
Kaiser-Meyer Olkin). Metode ini mengukur homogenitas indikator dan juga menghitung koefisien korelasi di dalam analisis faktor.
B. Ekstraksi Faktor
Ekstraksi Faktor adalah suatu metode yang digunakan untuk mereduksi data dari beberapa indikator untuk menghasilkan faktor yang lebih sedikit yang mampu menjelaskan korelasi antara indikator yang
diobservasi. Salah satu metode yang digunakan adalah Analisis Komponen Utama (Principal Components
Analysis) metode ini membentuk kombinasi linear dari indikator yang diobservasi. C. Rotasi Faktor
Setelah melakukan ekstraksi faktor, langkah selanjutnya adalah rotasi faktor. Rotasi faktor ini diperlukan jika metode ekstraksi faktor belum menghasilkan komponen faktor utama yang jelas. Tujuan dari rotasi faktor ini agar dapat memperoleh struktur faktor yang lebih sederhana agar mudah
diinterpretasikan. Salah satu metode yang digunakan dalam rotasi faktor yaitu Varimax Method yakni
metode rotasi orthogonal untuk meminimalisasi jumlah indikator yang mempunyai factor loading tinggi
pada tiap faktor.
D. Interpretasi Faktor
Yakni memberi nama atas faktor yang terbentuk, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan menggunakan rumus slovin: n = N (1)
1 + Ne2
4
3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1). Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. hasil analisis uji validitas dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel 1. Hasil Uji Validitas
No. Hasil Koefisien Korelasi ( r ) n = 15 dan r ≥ 0.514 ) Keterangan
1 Var. Karakteristik Pekerjaan (X1)
5
9 Var. Penyelia (X9)0,514 Valid
● Item 25 = 0,861
● Item 26 = 0,640
● Item 27 = 0,226 Tidak Valid
10 Var. Kondisi Kerja (X10)
0,514
Tidak Valid
● Item 28 = 0,388
● Item 29 = 0,812
Valid
● Item 30 = 0,528
11 Var. Hubungan dengan rekan kerja (X11)
0,514 Valid
● Item 31 = 0,942
● Item 32 = 0,968
● Item 33 = 0,834
2). Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur tersebut dilakukan secara berulang.
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas
No. Hasil Cronbach's Alpha n = 15 ( Cronbach's Alpha ≥
0.60 ) Keterangan
1 Karakteristik Pekerjaan = 0,679
0,60
Reliabel
2 Dorongan Berprestasi = 0,774 Reliabel
3 Kesempatan Berkembang = 647 Reliabel
4 Tanggung Jawab = 0,811 Reliabel
5 Penghargaan = 0,568 Kurang Reliabel
6 Prosedur Perusahaan = 0,926 Reliabel
7 Upah = 0,583 Kurang reliabel
8 Keamanan Kerja = 0,691 Reliabel
9 Penyelia = 0,417 Kurang reliabel
10 Kondisi Kerja = 0,459 Kurang reliabel
6
3.2 Transformasi Data dengan MSI (Method of Successive interval)
Karena tipe data bersifat ordinal, maka sebelum melanjutkan ke analisis faktor tipe data harus diubah terlebih dahulu dari ordinal menjadi interval dengan menggunakan metode MSI.
3.3 Analisis Faktor
1). Menghitung Korelasi Indikator dengan KMO
Untuk melakukan analisis factor, data yang ada harus memenuhi syarat yakni nilai KMO harus > 0,5 dan
nilai MSA (Anti-image Correlation) > 0,5.
Tabel 3. Hasil Korelasi Indikator dengan KMO
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .641
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 160.611
Df 55
Sig. .000
Tabel 4. Hasil Anti-image Correlation Anti-image Matrices
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11
Anti-image
Covariance
X1 .728 -.114 -.021 -.113 -.237 .103 .013 .075 -.067 .072 -.087
X2 -.114 .728 -.159 -.091 .019 .010 .028 -.046 .106 -.034 -.159
X3 -.021 -.159 .743 -.087 .024 -.228 .002 -.049 .084 -.018 -.086
X4 -.113 -.091 -.087 .686 -.114 -.038 .220 .126 -.039 -.050 -.121
X5 -.237 .019 .024 -.114 .629 -.119 -.163 -.018 .194 -.201 .085
X6 .103 .010 -.228 -.038 -.119 .762 -.134 -.068 -.179 -.009 .053
X7 .013 .028 .002 .220 -.163 -.134 .781 -.051 .044 -.023 -.127
X8 .075 -.046 -.049 .126 -.018 -.068 -.051 .804 -.105 -.161 -.061
X9 -.067 .106 .084 -.039 .194 -.179 .044 -.105 .794 -.075 -.139
X10 .072 -.034 -.018 -.050 -.201 -.009 -.023 -.161 -.075 .673 -.182
X11 -.087 -.159 -.086 -.121 .085 .053 -.127 -.061 -.139 -.182 .635
Anti-image
Correlation
X1 .633a -.156 -.028 -.160 -.351 .138 .017 .098 -.088 .103 -.127
X2 -.156 .754a -.217 -.128 .029 .014 .037 -.060 .139 -.049 -.234
X3 -.028 -.217 .716a -.122 .036 -.303 .002 -.064 .110 -.025 -.125
7
X5 -.351 .029 .036 -.174 .533a -.172 -.232 -.026 .275 -.308 .135
X6 .138 .014 -.303 -.053 -.172 .577a -.173 -.087 -.230 -.013 .076
X7 .017 .037 .002 .301 -.232 -.173 .535a -.065 .056 -.032 -.181
X8 .098 -.060 -.064 .170 -.026 -.087 -.065 .701a -.131 -.219 -.085
X9 -.088 .139 .110 -.052 .275 -.230 .056 -.131 .440a -.102 -.196
X10 .103 -.049 -.025 -.074 -.308 -.013 -.032 -.219 -.102 .705a -.278
X11 -.127 -.234 -.125 -.183 .135 .076 -.181 -.085 -.196 -.278 .689a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Karena terdapat variabel yang tidak memenuhi syarat, nilai MSA dibawah niali 0,5 yakni variabel X9 maka variabel tersebut harus dihilangkan kemudian dilakukan pengujian ulang nilai KMO dan nilai MSA
(
Anti-image Correlation) sampai nilainya > 0,5.Tabel 5. Hasil Uji KMO (X9 dikeluarkan)
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .666
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 142.389
Df 45
Sig. .000
Tabel 6. Hasil Anti-image Correlation (X9 dikeluarkan) Anti-image Matrices
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X10 X11
Anti-image
Covariance
X1 .733 -.108 -.014 -.118 -.241 .094 .016 .068 .067 -.103
X2 -.108 .742 -.176 -.088 -.007 .037 .022 -.034 -.025 -.149
X3 -.014 -.176 .752 -.084 .004 -.224 -.003 -.039 -.010 -.075
X4 -.118 -.088 -.084 .688 -.114 -.049 .223 .123 -.055 -.133
X5 -.241 -.007 .004 -.114 .680 -.086 -.188 .008 -.199 .134
X6 .094 .037 -.224 -.049 -.086 .805 -.131 -.098 -.028 .024
X7 .016 .022 -.003 .223 -.188 -.131 .783 -.047 -.020 -.125
X8 .068 -.034 -.039 .123 .008 -.098 -.047 .818 -.176 -.084
X10 .067 -.025 -.010 -.055 -.199 -.028 -.020 -.176 .680 -.205
8
Anti-imageCorrelation
X1 .651a -.146 -.019 -.166 -.341 .122 .022 .088 .095 -.148
X2 -.146 .784a -.236 -.123 -.010 .048 .029 -.043 -.035 -.213
X3 -.019 -.236 .740a -.117 .006 -.287 -.004 -.050 -.014 -.106
X4 -.166 -.123 -.117 .668a -.166 -.066 .304 .164 -.080 -.197
X5 -.341 -.010 .006 -.166 .561a -.116 -.258 .011 -.293 .200
X6 .122 .048 -.287 -.066 -.116 .643a -.165 -.121 -.038 .032
X7 .022 .029 -.004 .304 -.258 -.165 .529a -.058 -.027 -.173
X8 .088 -.043 -.050 .164 .011 -.121 -.058 .684a -.236 -.114
X10 .095 -.035 -.014 -.080 -.293 -.038 -.027 -.236 .696a -.305
X11 -.148 -.213 -.106 -.197 .200 .032 -.173 -.114 -.305 .674a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
2). Ekstraksi Faktor
Total Variance Explained menjelaskan tentang besarnya varian yang dapat dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk. Bila total initial eigenvalues > 1maka faktor tersebut dapat menjelaskan indikator dengan
baik. Tabel 7. menunjukkan 4 faktor yang terbentuk berdasarkan eigenvalues.
Tabel 7. Tabel Pembentukan faktor berdasarkan eigenvalues
Total Variance Explained
Compon
ent
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.673 26.731 26.731 2.673 26.731 26.731
2 1.626 16.259 42.989 1.626 16.259 42.989
3 1.174 11.738 54.728 1.174 11.738 54.728
4 1.005 10.054 64.782 1.005 10.054 64.782
5 .824 8.237 73.019
6 .688 6.885 79.903
7 .595 5.950 85.853
8 .546 5.461 91.314
9 .488 4.881 96.195
10 .381 3.805 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
3). Rotasi Faktor
9
Tabel 8. Rotasi Faktor
Rotated Component Matrixa
Component
1 2 3 4
X1 .498 -.075 .606 -.166
X2 .662 .278 .029 .113
X3 .461 .138 -.041 .673
X4 .745 -.100 .210 .087
X5 .079 .094 .858 .149
X6 -.069 .102 .131 .860
X7 -.422 .416 .441 .237
X8 -.136 .736 -.114 .165
X10 .199 .682 .291 .061
X11 .518 .623 .022 -.005
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 10 iterations.
3). Interpretasi Faktor
Interpretasi atas faktor yang terbentuk ini, adalah memberi nama atas faktor yang telah terbentuk tersebut, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.
Tabel 9. Interpretasi Faktor
Variabel Faktor
1 2 3 4
X1 (Karakteristik Pekerjaan) √
X2 (Dorongan Berprestasi) √
X3 (Kesempatan Berkembang) √
X4 (Tanggung Jawab) √
X5 (Penghargaan) √
X6 (Prosedur Perusahaan) √
X7 (Gaji) √
X8 (Keamanan Kerja) √
X10 (Kondisi Kerja) √
10
3.4 Pembahasan
Setelah dilakukan analisis faktor dari 11 variabel yang diduga mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor, dimana variabel-variabel tersebut tetap mencerminkan variabel-variabel aslinya, yakni:
a). Faktor 1: terdiri atas variabel dorongan berprestasi dan tanggung jawab, faktor tersebut bisa diberi
nama semangat kerja.
b). Faktor 2: terdiri atas variabel keamanan kerja, kondisi kerja, hubungan dengan rekan kerja, faktor
tersebut bisa diberi nama situasi kerja.
c). Faktor 3: terdiri atas variabel karakteristik pekerjaan, penghargaan dan gaji, faktor tersebut bisa
diberi nama kompensasi.
d). Faktor 4: terdiri atas variabel kesempatan berkembang dan prosedur perusahaan, faktor tersebut
bisa diberi nama kebijakan perusahaan.
Pada faktor 1 yakni semangat kerja , korelasi dorongan berprestasi dan tanggung jawab adalah positif maka semakin tinggi dorongan berprestasi dan tanggung jawab karyawan, semakin besar pula kepuasan kerja karyawan. Pada faktor 2 yakni situasi kerja , korelasi keamanan kerja, kondisi kerja dan hubungan dengan rekan kerja adalah positif maka semakin tinggi keamanan kerja, semakin nyaman kondisi kerja dan semakin tinggi/bagus hubungan dengan rekan kerja maka semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan. Pada faktor 3 yakni kompensasi, korelasi karakteristik pekerjaan, penghargaan dan gaji adalah positif maka semakin tinggi karakteristik pekerjaan, semakin tinggi penghargaan dan semakin tinggi gaji maka semakin besar pula kepuasan kerja karyawan. Pada faktor 4 yakni kebijakan perusahaan, korelasi kesempatan berkembang dan prosedur perusahaan adalah positif maka semakin jelas prosedur perusahaan dan semakin tinggi kesempatan berkembang maka semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan.
4.
KESIMPULAN
Tabel 10. Hasil penelitian
Faktor Baru Variabel Prosentase Hasil Penelitian (%)
Semangat Kerja Dorongan Berprestasi 26.73
Tanggung Jawab
Situasi Kerja
Keamanan Kerja
16.26 Kondisi Kerja
Hubungan dengan rekan Kerja
Kompensasi
Karakteristik Pekerjaan
11.74 Penghargaan
Gaji
Kebijakan Perusahaan Kesempatan Berkembang 10.05
Prosedur Perusahaan
11
Referensi
1. Anoraga, Pandji. (2001). Psikologi Industri dan Sosial. Jakarta: Penerbit PT. Dunia Pustaka Jaya.
2. As’ad, Moh. (2004). Psikologi Industri Seri Sumber Daya Manusia. (Edisi Ketiga). Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
3. Efendy, Praja. (1999). Manajemen Personalia. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
4. Ghozali, Imam.(2002). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.
5. Kantono, N. Wardhoyo. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali
Press.
6. Martoyo, S. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedelapan. (Edisi Ketiga).