• Tidak ada hasil yang ditemukan

Erviana Septi Safitri 1), Sugi Purwanti 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Erviana Septi Safitri 1), Sugi Purwanti 2)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 1 BANJARNEGARA

KABUPATENBANJARNEGARA TAHUN 2014

Erviana Septi Safitri 1), Sugi Purwanti 2)

Latar Belakang : Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri menstruasi dapat berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan terapi musik klasik dengan terapi musik kesukaan terhadap penurunan nyeri Dismenore pada siswi kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara.

Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimental design dengan pretest-posttest design. Sampel yang digunakan adalah consecutive sampling, Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 32 remaja putri. Analisis menggunakan pair t test dan independent t test.

Hasil Penelitian: Intensitas nyeri sebelum terapi musik klasik mayoritas pada skala nilai 6.Setelah dilakukan terapi musik klasik terjadi penurunan intensitas nyeri mayoritas nilai nyeri pada skala 3.Intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi musik kesukaan mayoritas pada skala nilai 5.Nilai intensitas nyeri setelah dilakukan terapi musik klasik mayoritas pada skala nilai 4.

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan terapi musik klasik dengan terapi musik kesukaan terhadap penurunan rasa nyeri saat dismenore.

(2)

DIFFERENCES BETWEEN CLASSICAL MUSIC THERAPY AND FAVORITE MUSIC DECREASE IN PAIN DYSMENORRHEA AT

GRADE X BANJARNEGARA SENIOR HIGH SCHOOL OF BANJARNEGARA REGENCY IN 2014

Erviana Septi Safitri 1), Sugi Purwanti 2)

ABSTRACT

Listening to music can produce endorphins substances that can inhibit the transmission of pain impulses in the central nervous system, resulting in menstrual pain sensation can be reduced, the music also works on the limbic system which will be delivered to the system nerves that regulate contraction of the muscles of the body, thereby reducing muscle contraction. To find out the differences between classical music therapy and music therapy to decrease pain Dysmenorrhea A student of class X at Banjarnegara.Senior High School. This research used the pre eksperimental design with pretest-posttest design. The sample used the consecutive sampling, the sample in this research is 32 people. Analysis used pair t test and independent t test. From the research result it is pain intensity before treatment the majority of classical music on a scale score of 6. Having performed classical music therapy decreased pain intensity pain in the majority of the value scale 3. Intensity of pain before A majority of music therapy on a scale of 5 grades. Value of pain intensity after treatment the majority of classical music on a 4 point scale.There is no difference with the classical music therapeutic music therapy joy to decrease pain during dysmenorrhea.

(3)

PENDAHULUAN

Dismenorea merupakan nyeri perut bagian bawah, terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin, sehingga rasa sakit yang disertai adalah wajar dan biasa terjadi sebagai bagian dari siklus menstruasi yang tidak membahayakan. Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan antomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) (Manuaba, 2008).

Secara umum penanganan nyeri terbagi dalam dua kategori yaitu pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis nyeri dapat ditangani dengan terapi analgesik yang merupakan metode

paling umum digunakan untuk

menghilangkan nyeri. Terapi ini dapat berdampak ketagihan dan akan memberikan efek samping obat yang

berbahaya bagi pasien. Secara non farmakologis untuk mengurangi nyeri, salah satunya dengan teknik distraksi. Teknik distraksi yang biasa digunakan adalah berdoa, mendengarkan musik, bermain atau menceritakan gambar dengan suara keras.

Mendengarkan musik dapat

memproduksi zat endorphins

(substansis ejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/ nyeri) yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri menstruasi dapat berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot.

Selama ini terapi musik yang digunakan adalah musik klasik tetapi tidak semua orang menyukai musik klasik sehingga perlu dilakukan uji coba dengan menggunakan musik kesukaan klien. Musik kesukaan diharapkan dapat memberikan efek yang bisa merangsang atau merelaksasi impuls saraf nyeri pada saat Dismenore sehingga nyeri akan berkurang.

(4)

TINJAUAN PUSTAKA 1. Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi)

endometrium. Panjang siklus

menstruasi ialah antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan

mulai menstruasi berikutnya.

Walaupun setiap wanita memiliki siklus individual yang lamanya bervariasi, siklus rata-rata adalah 28 hari dan berulang secara teratur sejak masa pubertas sampai menopause, kecuali jika terjadi kehamilan. Hari pertama siklus adalah hari menstruasi mulai terjadi. Terdapat 3 fase utama yang mempengaruhi struktur jaringan endometrium yang dikendalikan oleh hormon ovarium. Beberapa contoh kelainan menstruasi adalah:Amenore, dismenore, menorrhagia

2. Dismenore

Dismenore merupakan perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada 2 jenisyaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer yaitu dismenore yang terjadi tanpa adanya

kelainan anatomis genitalis.

Sedangkan dismenore sekunder adalah dismenore yang terjadi akibat kelainan anatomis genitalis seperti misalnya haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip serviks, dan lain-lain (Manuaba, 2009).

Menurut Baziad (2003) dismenore dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a) Dismenore Ringan

Rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat, hanya diperlukan istirahat sejenak (duduk, berbaring) sehingga dapat dilakukan kerja atau aktivitas sehari-hari.

b) Dismenore Sedang

Diperlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari.

c) Dismenore Berat

Untuk menghilangkan keluhan istirahat beberapa hari, dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari.

3. Terapi Musik

Musik adalah kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan harmoni yang dapat membangkitkan emosi. Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan atau

(5)

memperbaiki kondisi fisik, kognitif, dan sosial bagi individu (Pratiwi,2008). Menurut Pratiwi (2008) secara garis besar tujuan terapi musik adalah:

a)Menjaga dan meningkatkan

kesehatan, b)Mengendalikan stress, c)Mengurangi rasa sakit.

METODE PENELITIAN

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi musik klasik dan kesukaan sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah nyeri saat disminore. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara sebanyak 204 siswi. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 32 remaja putri dengan teknik sampling ceklist. Analisa data menggunakan uji statistic pair.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Gambaran Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Dilakukan Terapi Musik Klasik PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Diagram 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Dilakukan Terapi Musik Klasik PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Berdasarkan diagram 1 diketahui dari 16 siswi yang akan diberikan musik klasik menunjukkan hasil mayoritas siswi menggambarkan intensitas nyeri pada kategori nyeri sedang sebanyak 10 siswi (62,5%) sedangkan pada nyeri berat sebanyak 6 siswi (37,5%).

Dismenore yaitu nyeri di perut bawah menyebar ke daerah pinggang dan paha, nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sebelum dan selama menstruasi (Wiknjosastro, 2007).

2. Gambaran Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Setelah Dilakukan Terapi Musik Klasik Pada Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

0 5 10 Intensitas Nyeri Pre Musik Klasik 10 6 Nyeri Sedang Nyeri Berat

(6)

Diagram 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Setelah Dilakukan Terapi Musik Klasik PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Diagram 2 menunjukkan hasil setelah dilakukan terapi musik klasik intensitas nyeri ringan sebanyak 8 siswi (50%) dan nyeri sedang sebanyak 8 siswi (50%).Untuk mengatasi rasa nyeri dapat dilakukan dengan metode farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu metode nonfarmakologis yang dapat diberikan adalah teknik distraksi.

3. Gambaran Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Dilakukan Terapi Musik Kesukaan PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Diagram 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Dilakukan Terapi Musik Kesukaan PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Berdasarkan diagram 3 diketahui bahwa mayoritas siswi mengalami intensitas nyeri pada kategori nyeri sedang sebanyak 11 siswi (68,75%) sedangkan pada kategori nyeri berat sebanyak 5 (31,25%).Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat genital yang nyata, atau tidak ada hubungan dengan kelainan genekologik dan merupakan suatu ciri-ciri siklus ovulasi dan biasanya timbul setelah 12 bulan atau lebih setelah menarche. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun dalam beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah seperti kejang yang biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Prawirohardjo, 2009).

4. Gambaran Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Setelah Dilakukan Terapi Musik Kesukaan PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara 0 20 Nyeri Sedang Nyeri Berat 11 5

Intensitas Nyeri Pre Musik Kesukaan

Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Ringan; 8 Nyeri Sedang ; 8

Intensitas Nyeri Post Musik Klasik

Nyeri Ringan Nyeri Sedang

(7)

Diagram 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Setelah Dilakukan Terapi Musik Kesukaan Pada Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Berdasarkan diagram 4 diketahui mayoritas intensitas nyeri setelah dilakukan terapi musik kesukaan pada kategori nyeri sedang sebanyak 11 siswi (68,75%) sedangkan nyeri ringan sebanyak 5 siswi (31,25%).Teknik distraksi yang sering digunakan adalah mendengarkan musik. Mendengarkan

musik dapat memproduksi zat

endorphins (substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/ nyeri) yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri menstruasi dapat berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbic yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot.

B. Analisa Bivariat

1. Efektifitas Sebelum Dan Setelah Terapi Musik Klasik Terhadap

Penurunan Nyeri Dismenore

PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Tabel 4. Efektifitas Sebelum Dan Setelah Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenore PadaSiswi Kelas X SMA

Negeri 1 Banjarnegara

Perlakuan Terapi

Musik Klasik N Mean

Nilai Pair T Test

P value

Pre Musik Klasik

16 2,18750 6,143 0,000 Post Musik Klasik

Berdasarkan tabel 4. Diketahui nilai p-value = 0,000, berdasarkan perhitungan statistik p-value< 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terapi musik klasik efektif untuk mengurangi nyeri dismenore.

Penelitian ini menunjukkan bahwa musik klasik efektif untuk menurunkan intensitas nyeri dismenore hal ini ditunjukkan dengan nilai p-value dari uji Pair T test yaitu 0,000 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah pemberian musik klasik terhadap intensitas nyeri haid pada remaja putri. 0 10 20 Nyeri Ringan Nyeri Sedang 5 11

Intensitas Nyeri Post Musik Kesukaan

Nyeri Ringan Nyeri Sedang

(8)

Musik klasik ini memiliki irama dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring. Musik klasik

mempunyai fungsi menenangkan

pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan menidurkan (Nurseha dan Djaafar, 2002). Selain itu musik klasik berfungsi mengatur hormon-hormon yang berhubungan dengan stres antara lain ACTH, prolaktin, dan hormon pertumbuhan serta dapat meningkatkan kadar endorfin sehingga dapat mengurangi nyeri (Champbell, 2001).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ridwan (2011) yang dilakukan pada siswi SMA Adabiah dengan hasil terdapat perubahan derajat nyeri menstruasi pada remaja putri sebelum dan setelah dilakukan terapi musik Mozart pada hari pertama menstruasi selama 20 menit dengan nilai p=0,000.

2. Efektifitas Sebelum Dan Setelah Terapi Musik Kesukaan

Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Tabel 5. Efektifitas Sebelum Dan Setelah Terapi Musik Kesukaan Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenore PadaSiswi Kelas X SMA

Negeri 1 Banjarnegara

Perlakuan Terapi

Musik Kesukaaan N Mean

Nilai Pair T Test

P value

Pre Musik Kesukaan

16 2 8,281 0,000

Post Musik Kesukaan

Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa nilai p-value = 0,000, berdasarkan perhitungan statistik p-value< 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terapi musik kesukaan efektif untuk mengurangi nyeri dismenore.Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terapi musik kesukaan efektif untuk menurunkan intensitas nyeri haid yang dirasakan oleh remaja putri. Hal ini terlihat dari nilai p-value yaitu 0,000.

Pada penelitian ini jenis musik kesukaan pilihan dari remajaputri adalah musik pop. Penggunaan musik pop pada penelitian ini dikarenakan semua responden lebih menyukai dan

(9)

memahami alunan musik pop dibandingkan jenis musik lain, mereka lebih familiar terhadap jenis musik ini sehingga peneliti mengikuti kemauan responden untuk memperdengarkan musik pop.

Pada remaja putri yang menyukai musik pop terlihat bahwa musik tersebut dapat mengurangi intensitas nyeri baik dari nyeri berat ke nyeri sedang ataupun nyeri sedang menjadi nyeri ringan. Pendapat inidiperkuat oleh Campbell yang menyatakan bahwa musik pop yang didengarkan seseorang dapat menggugah emosi dan menciptakan perasaan sejahtera serta mengilhami gerakan ringan hingga moderat (Campbell, 2001). Perasaan sejahtera, nyaman, dan tenang inilah merupakan ciri khas dari kondisi seseorang yang berada dalam keadaan alfa. Pada saat kondisi ini otak memproduksi hormon serotonin dan endorfin yang menyebabkan seseorang merasakan rasa nyaman, tenang dan bahagia. Sehingga intensitas nyeri dapat berkurang (Amsila, 2011). Selain itu tempo standar dari musik pop adalah 64-80 ketukan per menit.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mitchell (2006) yang melakukan perbandingan antara musik relaksasi dengan musik kesukaan terhadap persepsi nyeri pada 20 orang pria dan 34 wanita yang berusia 18-51 tahun dimana didapatkan hasil bahwa musik kesukaan merupakan terapi yang efektif untuk mengurangi persepsi nyeri.

3. Perbedaan Terapi Musik Klasik Dengan Musik Kesukaan Terhadap

Penurunan Nyeri Dismenore

PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Tabel 6. Perbandingan Frekuensi Intensitas Nyeri Post Terapi Musik Klasik dan Musik Kesukaan

Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenore PadaSiswi Kelas X SMA

Negeri 1 Banjarnegara Perlakuan Terapi Musik N Nilai Independent T Test P value

Post Musik Klasik

32 -0,169 0,065

Post Musik Kesukaan

Berdasarkan tabel 6 nilai p-value uji Independent T test menunjukkan hasil 0,065 , secara statitik nilai p-value > 0,05 sehingga H0 diterima

(10)

yaitu tidak ada perbedaan terapi musik klasik dengan terapi musik kesukaan terhadap penurunan rasa nyeri saat dismenore.Penelitian menujukkan tidak terdapat perbedaan antara terapi musik klasik dan musik kesukaan, hal itu dikarenakan kedua jenis musik ini terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri dismenore.

Impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Merangsang β-endorfin merupakan salah satu cara untuk

menutup mekanisme pertahanan

sehingga menghambat pelepasan substansi P yang merupakan salah satu transmiter nyeri. Seperti yang dipaparkan diatas bahwa musik klasik dan musik kesukaan (jenis pop) sama-sama dapat merangsang peningkatan β- endorfin yang disuplai oleh tubuh. Sehingga pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat

seharusnya substansi P akan

menghantarkan impuls. Pada saat tersebut, β-endorfinakan memblokir lepasnya substansi P dari neuron sensorik sehingga transmisi impuls

nyeri di medula spinalis menjadi terhambat dan sensasi nyeri berkurang (Farida, 2010).

Dengan demikian teknik distraksi dengan terapi musik (baik terapi musik maupun terapi musik kesukaan)

dapat membantu seseorang

melepaskan endorfin yang ada di dalam tubuh sehingga dapat menghambat transmisi nyeri.

PENUTUP Kesimpulan

1. Intensitas nyeri sebelum terapi musik klasik mayoritas pada kategori nyeri sedang.

2. Setelah dilakukan terapi musik klasik terjadi penurunan intensitas nyeri mayoritas kategori nyeri ringan.

3. Intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi musik kesukaan mayoritas pada kategori nyeri sedang.

4. Nilai intensitas nyeri setelah dilakukan terapi musik klasik mayoritas pada kategori nyeri sedang

5. Terapi musik klasik efektif mengurangi nyeri dismenore pada remaja putri.

(11)

6. Terapi musik kesukaan efektif mengurangi nyeri dismenore pada remaja putri.

7. Tidak terdapat perbedaan terapi musik klasik dengan terapi musik kesukaan terhadap penurunan rasa nyeri saat dismenore.

DAFTAR PUSTAKA

Baziad Ali, (2003). Menopouse dan andropause Edisi 1. Jakarta: EGC

Campbell, Don. (2001). Efek Mozart : Memanfaatkan kekuatan music untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreatifitas, dan menyehatkan tubuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Derek, Llewellyn-Jones. (2002).

Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Edisi 6. Jakarta: Hipokrates

Manuaba IBG. (2008). Ilmu

kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC.Mansjoer, 1999.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, (2009). Gadar obstetri & ginekologi & obstetri ginekologi

sosial untuk profesi

bidan. Jakarta: EGC.

Potter., Perry. (2006). Fundamental keperawatan. Vol: 2. Jakarta : EGC

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan :

konsep, proses, dan

praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa: Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC

Price and Wilson. (2005). Konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta: EGC Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.

(2006). Patofisologi edisi 6,vol.2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda

G, (2002). Buku ajar

keperawatan medikal bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo (dkk). Jakarta: EGC

Gambar

Diagram 1. Distribusi Frekuensi Kejadian  Tingkat  Nyeri  Dismenore  Sebelum  Dilakukan Terapi Musik Klasik PadaSiswi  Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara
Diagram  2.  Distribusi  Frekuensi  Tingkat  Nyeri  Dismenore  Setelah  Dilakukan  Terapi  Musik  Klasik  PadaSiswi  Kelas  X  SMA Negeri 1 Banjarnegara
Diagram  4.  Distribusi  Frekuensi  Tingkat  Nyeri  Dismenore  Setelah  Dilakukan  Terapi  Musik  Kesukaan  Pada  Siswi  Kelas  X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan tersebut memunculkan gagasan untuk merancang sebuah aplikasi ujian Rancang bangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan Jalan Berlubang Wilayah Surabaya

tersebut dapat menyulitkan dokter dalam pengambilan data anamnesis, demikian pula dalam pengobatan dan tindak lanjut adanya gangguan kognitif tentu akan mempengaruhi kepatuhan

Apabila diketahui bahwa pemberian minyak buah merah dapat sebagai antioksidan melalui pengujian in vitro dan mampu meredam peroksidasi lipid yang ditunjukkan

1) Perbandingan hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan alat tangkap cantrang berturut – turut adalah 51% dan 49%. Total hasil tangkapan pada penelititan

Hasil pengujian apoptosis dengan metode pengecatan akridin-orange pada perlakuan dengan isolat 5 fraksi etil asetat ekstrak petroleum eter daun mahkota dewa (Phaleria..

Upaya mengurangi rasa takut anak terhadap citra Rumah Sakit dapat dilakukan dengan pengolahan ruang yang dapat merubah suasana rumah sakit sehingga pasien seakan-akan tidak

Isolat khamir yang diperoleh kemudian diseleksi berdasarkan kemampuannya mengkonsumsi substrat dengan cara memfermentasikan isolat khamir pada media yang mengandung glukosa (10%)

Hasil percobaan menggunakan matriks PZC-TEOS yang dilapis dengan cara elusi sebanyak 5 kali, dalam proses elusi diperoleh radioaktivitas 99m Tc maksimun pada 1ml ke empat dari 10