• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH HOMESCHOOLING (Studi Kasus pada Orang Tua Muslim yang Menyekolahkan Anak di Community Based Education Kota Salatiga Tahun 2018) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH HOMESCHOOLING (Studi Kasus pada Orang Tua Muslim yang Menyekolahkan Anak di Community Based Education Kota Salatiga Tahun 2018) SKRIPSI"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

i

MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH HOMESCHOOLING

(Studi Kasus pada Orang Tua Muslim yang Menyekolahkan

Anak di Community Based Education Kota Salatiga Tahun 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ina Anida Nurul Fajar

NIM 111 14 355

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

ۡ ذوَإِ

ۡ

ِۡلۡ ُنَٰ َم قُلۡ َلاَق

ِِِِ بۡ

ۡ

ُِۡ ُظِعَيَۡوُهَو

ۥۡ

ِۡبۡۡ كِ شۡ

ُتۡ َلََّۡ َنَُبََٰي

ۡهَِّللٱ

ۡ

َّۡنِإ

َۡك ِّشۡلٱ

ۡ

ۡ ميِظَعٌۡم لُظَل

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-

benar kezaliman yang besar.”

(Q.S. Al-Luqman:13)

Bersekolah di rumah tidak akan menyulap seorang anak menjadi

pandai musik atau pintar komputer. Tidak ada metode pendidikan

yang bisa mengubah mawar menjadi tulip. Namun, bersekolah di

rumah bisa membantu orang tua mendidik anak-anak sehingga

mereka menjadi dirinya sendiri.

(7)

-Layne-vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta karuniaNya, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapakku tercinta Purharyanto, dan Ibuku tersayang Wahidah yang selalu mendoakan di sepertiga malam dan sujudnya, mendampingi, memberikan support moril maupun materil, senantiasa mendidik, dan berkorban untukku,

serta memberikan curahan kasih sayang yang tidak akan mungkin bisa tergantikan, hingga aku bisa menjadi sekarang.

2. Nenekku Fatonah, yang senantiasa mendoakan, menemani, dan memberikan cerita baru setiap harinya.

3. Adik-adikku terlucu dan tersayang, Farida Zulaikha, dan Muhammad Khoirul Rizal yang selalu menyayangiku dan memberikan tawa kebahagiaan di rumah.

4. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan.

5. Dosen pembimbing, Dr. Imam Sutomo, M.Ag. yang telah memberikan ilmu, dan meluangkan waktunya untuk membimbingku dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat karibku (Pipit, Dwita, Ririn) yang bersedia menjadi teman tawa, makan, curhat, belajar, teman sebangku, dan teman yang selalu memberikan kebahagiaan yang tidak akan bisa ku deskripsikan dan ku sebutkan selama 4 tahun belakangan ini.

(8)

viii

8. (Sancol, Mimil, Sisil, Dayah) yang dengan keceriaan, kebodohan, dan kelucuan mereka mampu memberikan banyak arti tentang sahabat yang membuat hidupku lebih berwarna setiap harinya.

9. Mbak tingkat, dan adek tingkat organisasiku (Mba Arin, Mbak Indah, Nces) yang selalu dengan sabar menerima curhatanku, selalu memberikan masukan dan dukungan untukku.

10. Sahabat perempuanku Fatia Putri Hasna, satu-satunya sahabat yang dekat sekali denganku karena tanggal lahir kita yang sama, di tahun yang sama, dan sudah seperti saudaraku sendiri.

11. Keluarga besar SMC (adik-adikku, kakak-kakakku, dan terutama angkatanku Cakrawangsa) yang bersedia menjadi wadahku untuk senantiasa berkarya, mencari pengalaman, menghadapi masalah, dan mengembangkan kesukaanku dalam dunia musik.

12. Seluruh teman-teman kelas I, (terutama Mas Muh, Mas Kholiq, Pak Woko) yang sudah menjadi teman teman kelas pertamaku ketika masuk di IAIN Salatiga.

13. Seluruh teman-teman PPL (Dian, Umma, Suryanti, Rista, Amin, Ulin, Budi, Arief) yang telah memberikan semangat untukku saat menjadi guru praktikan di MTs. Tarqiyatul Himmah Pabelan.

(9)

ix

yang memberikan pengalaman yang amat banyak untukku dalam hidup bermasyarakat.

14. Seluruh teman-temanku PAI angkatan 2014 yang bersama-sama berjuang dari awal sampai akhir untuk menuntut ilmu di kampus tercinta ini.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun umatnya ke jalan yang adil dan benar.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi kewajiban dan syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi yang penulis angkat adalah “Motivasi Orang Tua Memilih Homeschooling (Studi Kasus pada Orang Tua Muslim yang Menyekolahkan Anak di Community Based EducationKota Salatiga Tahun 2018).

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan. Maka dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

3. Ibu Dra. Siti Rukhayati selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga

(11)

xi

5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis hingga studi ini dapat selesai

6. Seluruh responden yang telah membantu, dan memberikan banyak informasi yang bermanfaat.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

(12)

xii ABSTRAK

Fajar, Ina Anida Nurul. 2018. Motivasi Orang Tua Memilih Homeschooling (Studi Kasus pada Orang Tua Muslim yang Menyekolahkan Anak di Community Based Education). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.

Kata Kunci: Motivasi, Orang Tua, Homeschooling.

Peneliti membahas mengenai motivasi orang tua dalam memilihkan sarana pendidikan untuk anak. Dalam kasus ini adalah mengenai pemilihan homeschooling sebagai sekolah alternatif bagi anak. Beberapa di antaranya adalah terdapat kekhawatiran dalam diri orang tua melihat sistem pendidikan formal pada umumnya yang menyama ratakan anak, padahal kita ketahui bersama bahwa setiap anak mempunyai kemampuan atau potensi yang berbeda-beda. Serta tidak tercukupinya pendidikan mengenai keagamaan, etika, pendidikan karakter, maupun moral pada anak.

Berdasarkan hal itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Motivasi orang tua memilih homeschooling sebagai sarana pendidikan anak. 2) Karakteristik dari homeschooling sehingga orang tua memilih homeschooling sebagai sarana pendidikan anak. 3) Kelebihan dari dalam diri anak menurut orang tua setelah memilih untuk homeschooling. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Penegasan Istilah ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 14

1. Motivasi ... 14

a) Pengertian Motivasi ... 14

b) Unsur, Fungsi, dan Indikator Motivasi ... 15

c) Karakteristik Motivasi ... 18

d) Sumber Motivasi ... 20

e) Pola Motivasi ... 22

f) Teori Motivasi ... 22

2. Orang Tua... 24

(14)

xiv

b) Kewajiban Orang Tua dan Tanggung Jawab Orang tua

terhadap Anak ... 26

c) Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak ... 29

d) Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak... 33

e) Orang Tua dan Anak dalam Keluarga ... 36

3. Homeschooling ... 37

a) Pengertian Homeschooling... 37

b) Sejarah Homeschooling ... 45

c) Jenis-jenis Homeschooling ... 48

d) Manfaat Homeschooling ... 50

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 59

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 60

C. Sumber Data ... 61

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 62

1. Metode Observasi... 62

2. Metode Wawancara ... 63

3. Metode Dokumentasi ... 64

E. Analisis Data ... 65

F. Pengecekan Keabsahan data ... 67

1. Kepercayaan ... 67

2. Ketergantungan ... 69

3. Kepastian ... 70

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data ... 71

1. Gambaran Umum Community Based Education ... 71

2. Latar Belakang Orang Tua ... 72

3. Karakteristik Anak ... 74

(15)

xv

a) Motivasi Orang Tua Memilih Homeschooling sebagai Sarana

Pendidikan Anak ... 75

b) Karakteristik dari Homeschooling sehingga Orang Tua Memilih Homeschooling sebagai Sarana Pendidikan Anak .... 79

c) Kelebihan pada Diri Anak Menurut Orang Tua Setelah Memilih untuk Homeschooling ... 82

B. Analisis Data ... 84

1. Homeschooling antara Kebutuhan Orang Tua atau Anak ... 84

2. Kurikulum Homeschooling ... 88

3. Homeschooling sebagai Alternatif Sekolah untuk Anak ... 89

4. Motivasi Orang Tua Memilih Homeschooling sebagai Sarana Pendidikan Anak ... 90

5. Karakteristik, atau Keistimewaan dari Homeschooling ... 96

6. Kelebihan yang Terdapat pada Diri Anak ... 98

7. Kesadaran Anak dalam Kegiatan Keagamaan ... 101

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5. Lembar SKK

Lampiran 6. Pedoman Wawancara

Lampiran 7. Transkrip Wawancara

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan situasi yang digambarkan sebagai transfer of knowledge atau adanya sesuatu yang dipelajari dan bermakna bagi tumbuh kembang manusia. Pendidikan dasar seorang anak terjadi di dalam rumah tempat di mana anggota keluarga tinggal. Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang menempatkan bapak dan ibu (orang tua) sebagai pendidik kodrati (Fatchurrahman, 2006:7). Jadi, sudah menjadi kodrat bahwa orang tua merupakan pendidik utama bagi anak. Bahkan jika dikaji lebih mendalam, orang tua khususnya Ibu merupakan lembaga pendidikan anak dan juga madrasah awal bagi anak untuk belajar sebelum yang lainnya.

Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Artinya, pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia hidup. Seperti dalam Hadits Rasululullah SAW. yang sudah sangat mahsyur dikalangan masyarakat:

َلا ىَلِا ِذْهَوْلا َيِه َنْلِعلْا اىُبُلْطُأ

ل

)شبلا ذبع يبا ٍاوس( ِذْح

(18)

2

Pendidikan hendaknya lebih dari sekedar masalah akademik ataupun perolehan pengetahuan, skill dan mata pelajaran secara konvensional, melainkan harus mencakup berbagai kecakapan yang diperlukan untuk menjadi manusia yang lebih baik (Saleh, 2010:136).

Menurut Hariyadi, dkk. (2009:8), pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu aktualisasi potensi-potensi manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat. Dan kegiatan tersebut dapat diberikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat berupa pendidikan jalur sekolah (formal), dan pendidikan jalur luar sekolah (informal dan nonformal).

Sistem pendidikan formal adalah sistem pendidikan seperti sekolah pada umumnya. Sekolah diangggap sebagai satu-satunya model pendidikan yang valid di mata masyarakat.

Anak adalah harapan orang tua di masa mendatang, maka di sini perlu peran serta orang tua dalam hal pendidikannya. Ketika zaman terus berkembang, teknologi yang tersedia pun juga semakin canggih. Pendidikan pun juga tidak serta merta hanya pendidikan di sekolah formal saja, melainkan juga banyak tersedia lembaga lembaga pendidikan non formal yang bisa dipilih sebagai sarana pendidikan anak.

(19)

3

penting dalam belajar, karena motivasi adalah faktor penggerak. Dengan kata lain motivasi adalah usaha menggerakkan (Wahyuni,2009:12). Dengan motivasi orang tua, diharapkan anak dapat lebih terarah dalam memilih sekolah nantinya. Memberikan pendidikan kepada anak adalah suatu kewajiban orang tua yang harus dilaksanakan. Orang tua di sini bagaikan menorehkan tinta di lembaran kertas kosong ketika memberikan pendidikan kepada anak. Jika orang tua menorehkannya dengan tinta berkualitas jelek dan orang tua menggambarinya dengan asal asalan juga, maka akan tercipta hasil yang kurang dari apa yang diharapkan. Namun lain halnya jika orang tua menorehkan tinta emas dan menggambarinya dengan hati hati dan penuh kecermatan, maka akan tercipta pula hasil yang baik, seperti yang diharapkan.

Terdapat sebagian orang tua yang beralih untuk tidak menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah formal, melainkan mereka lebih tertarik untuk memberikan pendidikan dengan sistem homeschooling. Tak ayal, hal ini akan menimbulkan spekulasi bermata

dua, yaitu bisa berhasil atau tidak.

Sumardiono dalam Jamal (2012:46) menjelaskan pengertian

homeschooling adalah sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab

sepenuhnya atas proses pendidikan anak dengan berbasis rumah.

(20)

4

Istilah homeschooling sendiri berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Homeschooling berakar dan bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling dikenal juga dengan sebutan home education,

homebased learning atau sekolah mandiri. Pengertian umum

homeschooling adalah model pendidikan di mana sebuah keluarga

memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Memilih untuk bertanggung jawab berarti orang tua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktik belajar (Sumardiono, 2007:4).

Homeschooling sendiri adalah suatu lembaga pendidikan non

formal yang sedang marak dipilih oleh beberapa orang tua sebagai sarana pendidikan anak baru-baru ini. Model pembelajaran homeschoolingdi siniberbeda dari sekolah-sekolah umumnya. Walaupun sama-sama menggunakan kurikulum yang sudah disempurnakan dan disepakati bersama, namun dalam praktiknya, homeschooling tetap berbeda dari sekolah-sekolah pada umumnya.

(21)

5

berjalannya waktu dan kemampuan kebanyakan orang dalam ranah pendidikan, maka pendidikan berbasis rumah ini pun kemudian dalam proses penyelenggaraannya dapat dilakukan di lokasi atau tempat yang disesuaikan dengan kebutuhan anak, seperti di lembaga pelatihan, tempat kursus, ataupun di mana saja dengan sarana apapun.

Dalam homeschooling, orang tua bertanggung jawab penuh atas pendidikan homeschooling itu sendiri. Seperti keterlibatan langsung orang tua dalam kurikulum homeschooling, materi apa saja yang akan digali dan dikembangkan dari sang anak, dan melalui homeschooling pula orang tua dapat memilih beragam metode ajar yang dapat diajarkan nantinya. Orang tua memilih homeschooling, sebagai sarana pendidikan anak, ketika dirasa homeschooling tersebut sesuai dengan idealisme para orang tua, di mana

mereka berfikiran bahwasanya sekolah, dalam hal ini adalah proses belajar mengajarnya haruslah menyenangkan dan membuat anak merasa nyaman.

(22)

6

dapat diasah dengan baik.Dapat pula dilihat bahwa homeschoolingmemiliki banyak keunggulan, di antaranya dapat memilih

materi yang sesuai minat, lebih kreatif, memotivasi untuk berpikir kritis, fleksibilitas dalam hal waktu dan tempat, dan bisa memilih kurikulum sesuai kebutuhan peserta.

Terdapat beberapa orang tua yang memilih homeschooling sebagai sarana pendidikan anaknya, para orang tua tersebut sering melakukan sharing bersama tentang perkembangan anak mereka. Mereka mempunyai

pemikiran bahwasanya pendidikan adalah based on fitrah. Fitrahdi sinidibagi menjadi delapan poin, yaitu; (1) Keimanan, (2) Belajar, (3) Bakat, (4) Perkembangan, (5) Seksual, (6) Gender, (7) Estetika, (8) Sosial. Mereka memaksimalkan delapan fitrah tersebut untuk di asah dan dikembangkan.

(23)

7

dan tahan banting. Setelah semua itu dikuasai, dan jika sudah didapati dalam kehidupan nyata anak tersebut sudah bisa mengamalkan dan mempraktikannya, maka ilmu ilmu akademisi akan perlahan juga mengikuti.

(24)

8

tetap stabil. Dan juga ia akan mempelajari materi materi lainnya, yang memang mendukung untuk menjadi koreografer.

Jika membaca penjelasan di atas, dapat dilihat bahwasanya life mapping diperlukan untuk dapat menyusun rancangan hidup dari sang anak agar lebih tertata, dan sesuai dengan target akhir.Tak banyak, orang tua yang mempunyai pemikiran semacam itu, para orang tua yang memiliki idealisme yang berbeda dari orang tua pada umumnya, menjadi daya tarik peneliti untuk mengetahui lebih dalam mengenai motivasi orang tua ketika memilih homeschooling tersebut, dan bukan sekolah formal pada umumnya sebagai sarana pendidikan anak.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai bahan untuk menyusun skripsi dengan judul “Motivasi Orang Tua Memilih Homeschooling (Studi Kasus Pada Orang Tua Muslim yang Menyekolahkan Anak di Community Based Education Kota Salatiga Tahun 2018).”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa motivasi orang tua memilihhomeschooling sebagai sarana pendidikan anak?

(25)

9

3. Apa saja kelebihan pada diri anak menurut orang tua setelah memilih untukhomeschooling?

C. Tujuan Penelitian

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini, maka perlu dirumuskan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini,di antaranya yaitu:

1. Mengetahui motivasi orang tua memilihhomeschooling sebagai sarana pendidikan anak

2. Mengetahui karakteristik dari homeschooling sehingga orang tua memilih homeschooling sebagai sarana pendidikan anak.

3. Mengetahui kelebihan pada diri anak menurut orang tua setelah memilih untuk homeschooling.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memiliki dua kegunaan, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu sebagai sarana memperluas khazanah pengetahuan tentang pendidikan anak pada umumnya dan motivasi orang tua dalam memilih pendidikan anak pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

(26)

10

dalam memilih pendidikan anak nantinya. Agar tidak salah arah dalam memilihkan sarana pendidikan untuk anaknya.

b. Bagi peneliti, untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pendidikan anak dan motivasi orang tua terhadap pendidikan anak, untuk bekal peneliti di dunia pendidikan, kemasyarakatan, serta di keluarga sendiri nanti.

c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi. Khususnya dalam penelitian yang berhubungan dengan homeschooling.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman atau salah persepsi dalam penggunaan kata pada judul ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah pokok, yaitu:

1. Motivasi

Motivasi adalah salah satu komponen yang paling penting dalam belajar, karena motivasi sendiri adalah faktor penggerak. Dengan kata lain motivasi adalah usaha menggerakkan (Wahyuni, 2009:12).

2. Orang tua

(27)

11

Orang tua juga bisa didefinisikan sebagai orang yang bertanggung jawab atas sebuah keluarga di dalamnya dan juga perihal mengurus rumah tangga serta tugas sehari-hari. Tugas orang tua adalah mempersiapkan kebutuhan, keperluan, atau bimbingan kepada anak.

3. Homeschooling

Homeschooling adalah sebuah sekolah non formal ataupun sekolah

alternatif selain dari sekolah-sekolah umum. Di Indonesia homeschooling sudah ada sejak lama. Homeschooling bisa juga

diartikan sebagai model alternatif belajar selain sekolah. Kegiatan tersebut berpusat dan di tanggung jawabi oleh orang tua. Sesuai dengan namanya, homeschooling memang berpusat di rumah. Namun dalam pelaksanaannya tidak serta merta hanya di rumah saja.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka peneliti akan membagi dalam beberapa bab. Dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun dengan baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah.

Adapun sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan

(28)

12

kegunaan penelitian, penegasan istilah, kajian penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Kajian Pustaka

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang relevan yang dipakai dalam memperkuat penelitian yang akan dilakukan. Macam-macamnya, faktor penghambat, upaya, dan sebagainya. Melalui penulisan teori-teori tersebut, diharapkan pembaca dapat mengetahui dasar-dasar dan teori yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

3. Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pendekatan dan jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti. Mencakup bahasan keseluruhan tentang prosedur pengambilan data, tahapan menganalisis data, serta pengecekan keabsahan data.

4. Bab IV Paparan dan Analisis Data

(29)

13 5. Bab V Penutup

(30)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Banyak teori yang mengemukakan tentang motivasi. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia versi online disebutkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Telah lama dipahami bahwa motivasi merupakan pendorong bagi setiap individu untuk berperilaku. Motivasi dapat diibaratkan sebagai sumber energi bagi setiap orang untuk mencapai tujuannya. Apabila ada motivasi yang kuat, maka seseorang akan bersungguh-sungguh dalam mencurahkan segala perhatiannya untuk mencapai tujuan (Wahyuni, 2009:3).

(31)

15

2009:12). Dapat dikatakan, bahwa motivasi adalah suatu dorongan kehendak, yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu.

Menurut Siagian (2012:137) motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Karena itulah terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang-orang lain yang menghadapi situasi yang sama. Bahkan seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan pula. Misalnya, tidak mustahil seorang mahasiswa sangat tekun membaca suatu novel yang diangggapnya menarik sampai ia selesai membaca buku tersebut, akan tetapi segera merasa bosan atau mengantuk jika menghadapi buku teks yang nota bene harus dikuasainya dalam menghadapi ujian yang akan segera ditempuhnya di kampusnya. Berarti apabila berbicara mengenai motivasi, salah satu hal yang amat penting untuk diperhatikan adalah bahwa tingkat motivasi berbeda antara seorang dengan orang lain dalam diri seseorang pada waktu yang berlainan. b. Unsur, Fungsi, dan Indikator Motivasi

(32)

16

kejiwaan untuk bertindak sebagai daya gerak atau daya dorong untuk melakukan suatu pekerjaan (Kompri, 2015:4).

1) Unsur Motivasi

Di dalam perumusan ini ada tiga unsur yang saling berkaitan. Menurut Hamalik dalam Kompri (2015:5) yaitu sebagai berikut:

a) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neuropsiologis dalam organisme manusia, misalnya karena

terjadi perubahan dalam sistem perencanaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga energi yang tidak diketahui. b)Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective

arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu

merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin dapat atau tidak bisa kita lihat. Sebagai contoh di sini adalah ketika terdapat seseorang yang terlibat akan suatu diskusi dan ia tertarik dengan bahasan diskusi tersebut, maka tak dipungkiri orang tersebut dapat berbicara dan mengeluarkan kata-kata secara lancar dan cepat.

(33)

17

disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan langkah ke arah mencapai tujuan. Misalnya, si A ingin mendapat hadiah maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, membaca buku, dan mengikuti les. 2) Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi menurut Hamalik dikutip Yamin dalam Kompri (2015:5), meliputi sebagai berikut:

a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan

c) Motivasi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

3) Indikator Motivasi

Newstrom, dikutip Wibowo dalam Kompri (2015:5), mengemukakan bahwa sebagai indikator motivasi adalah: a) Engagement. Engagement merupakan janji pekerja untuk

menunjukkan tingkat antusiasme, inisiatif, dan usaha meneruskan.

(34)

18

c) Satisfaction. Kepuasan merupakan refleksi pemenuhan

control psikologis dan memnuhi harapan di tempat kerja. d) Turnover. Turnover merupakan kehilangan pekerja yang

dihargai.

c. Karakteristik Motivasi

Seperti pengertian awal, bahwasanya motivasi adalah suatu kecenderungan atau disposisi untuk bertindak dengan cara-cara tertentu, dan sebuah motive adalah kebutuhan atau keinginan yang menyebabkan kecenderungan-kecenderungan. Motivasi memunculkan keinginan untuk mencapai tujuan.

1) Kecenderungan untuk bertindak

Terkadang sulit untuk menyimpulkan motivasi dari tindakan-tindakan yang diamati, karena dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan apabila pengamatan itu kurang teliti (Wahyuningsih, 2009:17).

2) Membangkitkan dan mengarahkan

Membangkitkan dan mengarahkan merupakan aspek-aspek yang penting dari motivasi. Pada saat seseorang termotivasi, maka akan muncul dorongan-dorongan, baik secara fisik maupun psikologi untuk berusaha (Wahyuni, 2009:17-18). 3) Permanen atau temporer

(35)

19

demikian ada dua motive yang memiliki keadaan waktu relatif pendek atau kadang-kadang (temporary) dalam lingkungan atau situasi tertentu dan terdapat juga motif-motif permanen (Wahyuningsih, 2009:19).

Dalam kasus temporary motives, contohnya adalah ketika ada siswa yang merasakan kecemasan yang amat sangat pada saat akan menghadapi ujian, hal tersebutlah yang mendorong siswa tersebut untuk berusaha untuk dapat mengerjakan soal ujian dan menghadapi kecemasan mereka. Sedangkan dalam kasus permanent motives adalah ketika siswa sekolah dasar sedang berusaha mengeksplor hal-hal baru yang ada di sekitarnya.

4) Motivasi, dipelajari, atau pembawaan

(36)

20 d. Sumber Motivasi

Ada banyak faktor dalam diri maupun dari luar yang mempengaruhi motivasi. Faktor faktor tersebut disebut motivasi intrinsik, dan motivasi ekstrinsik.

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari dalam diri individu dan menjadi fenomena yang penting (Wahyuningsih, 2009:25).

Pada manusia, motivasi intrinsik tidak hanya sekedar untuk membentuk motivasi atau keinginan untuk beraktivitas, tetapi juga menjadi salah satu bagian yang penting dalam hidup mereka. Sejak lahir, manusia yang berada dalam kondisi sehat akan selalu aktif, ingin tahu, bermain, menunjukkan kesiapan untuk belajar, dan mengeksplor lingkungan di sekitarnya, dan mereka tidak membutuhkan dorongan eksternal untuk melakukan semua itu (Wahyuningsih, 2009:26).

Menurut Ryan & Deci dalam Wahyuningsih (2009:27), walaupun sebagai salah satu perasaan (sense) yang ada dalam diri individu, namun di sisi lain perasaan motivasi intrinsik berkaitan dengan individu dan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya.

(37)

21

yang gemar membaca, tidak usah ada yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya, orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti komando sudah belajar secara sebaik-baiknya (Kompri, 2015:6).

2) Motivasi Ekstrinsik

Walaupun telah jelas dipahami bahwa motivasi intrinsik merupakan tipe motivasi yang paling penting dalam mengarahkan dan mendorong perilaku, namun juga tidak selalu bahwasanya seseorang termotivasi dengan motivasi intrinsik saja. Motivasi ekstrinsik merupakan sebuah konstruk yang berkaitan dengan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan beberapa hasil karena faktor di luar individu (Wahyuningsih, 2009:29-30).

Sebagai contoh di sini peran dari motivasi ekstrinsik adalah, ketika seseorang anak belajar dengan giat karena takut dimarahi orang tuanya. Maka di sini motivasi terbesar yang mempengaruhi anak tersebut adalah motivasi eksternal, yaitu takut akan orang tuanya, bukan dari motivasi internal yang harusnya muncul dari dirinya sendiri.

(38)

22 e. Pola Motivasi

Setiap orang cenderung mengembangkan pola motivasi tertentu dari hasil lingkungan budaya tempat orang itu hidup. Empat pola motivasi yang sangat penting menurut Davis d & Newstrom dalam Kompri (2015:7) adalah:

1) Prestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju dan berkembang.

2) Afiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang secara efektif.

3) Kompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi.

4) Kekuasaan, yaitu dorongan untuk mempengaruhi orang-orang dan situasi.

f. Teori Motivasi

Menurut Purwanto dalam Kompri (2015:8) beberapa teori motivasi adalah sebagai berikut:

(39)

23

mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan.

2) Teori Naluri. Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsi pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri. Menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

3) Teori Reaksi yang Dipelajari. Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup.

(40)

24 2. Orang Tua

a. Pengertian Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang tua adalah ayah, ibu kandung (Depdikbud, 1993:995). Orang tua adalah orang yang menjadi anutan anaknya. Setiap anak, mula-mula mengagumi kedua orang tuanya. Karena itulah, peneladanan sangat perlu. Tugas orang tua adalah melengkapi dan mempersiapkan anak menuju kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang tepat agar dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat nantinya.

Menurut Zakiah Daradjat (1992:35) dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam,menuliskan bahwasanya orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.

(41)

25

ُسا ٌلا اَهُدْىُق و اًساًَ ْنُكِلْهَاَو ْنُكَسُفًَْا اْىُق اْىٌَُهآ َيْيِز لا اَهُّيَأ آَي

َىْىُصْعَي َلَ ٌداَذِش ٌظ َلَِغ ٌتَكِئلآَه اَهْيَلَع ُةَساَجِحْلاَو

اَه الله

َىْوُشَهْؤُي اَه َىْىُلَعْفَيَو ْنُهَشَهَا

Artinya: Hai orang orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim:6).

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua adalah ayah atau ibu bagi seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak. Sebutan ayah ataupun ibu diberikan kepada orang yang mempunyai anak baik anak tersebut merupakan anak kandung ataupun anak angkat (adopsi). Orang tua juga bisa didefinisikan sebagai orang yang bertanggung jawab atas sebuah keluarga di dalamnya dan juga perihal mengurus rumah tangga serta tugas sehari-hari. Tugas orang tua adalah mempersiapkan kebutuhan, keperluan, atau bimbingan kepada anak.

(42)

26

ingin melihat anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri dan sukses bagi orang terdekatnya (Revaldi, 2010:9).

Orang tua memegang peranan penting dalam pendidikan anak-anaknya. Di samping dari tugas ayah yang sebagai tulang punggung keluarga, dan ibu yang menjadi ibu rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tetap wajib untuk memperluas ilmu mereka, karena orang tua adalah madrasah pertama bagi anak, terutama adalah seorang ibu, karena bagaimanapun juga, dalam kesehariannya, anak nantinya akan lebih menghabiskan waktu dengan ibu.

Dengan demikian, jelaslah bahwasanya orang tua memiliki tanggung jawab dan peranan besar bagi anaknya. Bertanggung jawab untuk mendidik, mengarahkan, dan tentu saja untuk mempersiapkan masa depan bagi anak.

b. Kewajiban Orang tua dan Tanggung Jawab Orang tua terhadap Anak

1) Kewajiban Orang tua Terhadap Anak

Sebagaimana kita tahu, anak merupakan anugerah dan titipan dari Allah kepada orang tua. Oleh karena itu, anak haruslah dibina, dididik, dan diarahkan dalam kebaikan. Orang tua di sini mempunyai tanggung jawab terhadap anaknya yaitu pertama, memberikan nama yang baik kepada anak, karena

(43)

27

untuk anaknya. Kedua, mendidik dan mengarahkan anak sesuai dengan ajaran Islam. Ketiga, mengajarkan anak membaca dan menulis sesuai dengan perintah Allah SWT, hal ini terdapat pada Al-Qir‟an surah An-Nisa:

َو ْل

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya (mereka) meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (An-Nisa :9).

2) Tanggung Jawab Orang tua terhadap Anak

Orang tua atau ayah dan ibu memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya, sejak seseorang lahir, ibunyalah yang selalu di sampingnya (Daradjat, 2011:35).

Menurut Ahid (2010:99) dalam bukunya Darma Susanto, keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati.

(44)

28

diuraikan maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anaknya, memberi nama baik, memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan akidah, melatih dan mengajarkan sholat, bersikap adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberikan hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal yang berbau porno, menempatkannya dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, serta mendidiknya bertetangga dan bermasyarakat yang baik (Djamarah, 2004:28). Maka berdosalah orang tua apabila tidak mengajarkan kepada anak tentang hal-hal mendasar hingga menyebabkan anak mereka terjerumus, dan tidak menjalankan perintah Allah SWT. Seperti dalam surah Al-A‟raf:

َو َل

(45)

29

(ayat-ayat Allah). Mereka seperti ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (Al-A‟raf:179). c. Peran Orang tua dalam Mendidik Anak

Menurut Mustaqim (2005:49), orang tua mempunyai peran penting dalam mendidik putra-putrinya di dalam keluarga, yaitu: 1) Menyayangi anak bukan memanjakannya

Kasih sayang memang penting dan harus diberikan kepada anak, karena dalam Islam pun juga menekankan sikap kasih sayang terhadap anak. Namun tampaknya sebagian orang tua tidak dapat membedakan antara menyayangi dan memanjakan. Kadang-kadang orang tua terlalu berlebihan dalam menyayangi anaknya, hingga terperosok pada sikap yang memanjakannya. 2) Sikap bijak dalam mendidik anak

Sebagai orang tua harus sungguh-sungguh dalam mendidik, membimbing, dan membombong anaknya. Berhasil tidaknya proses pendidikan bergantung pada sikap bijak orang tua dalam mendidiknya.

3) Membangun komunikasi efektif dengan anak

(46)

30 4) Jangan menghukum fisik anak

Pendidikan yang semestinya harus berjalan secara manusiawi dan menjauhkan hukuman fisik atau kekerasan. Jika hendak melarang, orang tua sebaiknya melakukannya tanpa menimbulkan rasa takut pada anak. Kritik pun perlu dijaga agar disampaikan secara wajar, selayaknyalah orang tua berkepribadian matang dan memiliki keterampilan pengasuhan yang baik. Salah satunya adalah jangan terlalu sering menggunakan kekerasan atau hukuman fisik terhadap anak. 5) Selalu siap membantu anak

Orang tua haruslah siap dalam membantu anak. Anak yang kurang kasih sayang dan perhatian berpotensi menjadi anak yang nakal. Sebab, biasanya ia akan mencari tempat di luar rumah yang dapat menerima dirinya dan memberi kasih sayang kepadanya. Celakanya, jika tempat itu adalah tempat yang buruk, hampir pasti ia akan terpengaruh oleh lingkungan tersebut.

(47)

31

orang tua mereka. Jika orang tua mampu memberikan itu, maka anak tidak akan terjerumus ke dalam pergaulan yang buruk. 6) Menjaga kesehatan jasmani dan rohani anak sejak dini

Agar tumbuh menjadi generasi yang kuat dan sehat jasmani serta rohani, orang tua harus memperhatikan kesehatan anak-anaknya dan menjaga mereka dari penyimpangan-penyimpangan moral sejak kecil.

7) Menciptakan keluarga yang harmonis

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi perkawinan mempunyai resiko tinggi untuk menderita gangguan perkembangan kepribadiannya, baik perkembangan mental-intelektual, mental emosional, maupun mental-psikososial. Karena itu, menciptakan kondisi keluarga yang harmonis menjadi sangat penting bagi proses pendidikan anak.

Karena bagaimanapun, anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis, akan lebih bisa mengontrol emosinya, lebih terarah, dan tentu saja lebih bahagia.

(48)

32

a) Suami istri yang saleh. Artinya yang dapat mendatangkan manfaat dan faedah untuk dirinya, anak-anaknya, dan masyarakatnya. Sehingga akan tercermin tindak tanduk yang dapat menjadi contoh teladan, uswatun khasanah bagi anak-anaknya maupun orang lain.

b) Anak-anaknya abror (baik) dalam pengertian berkualitas, berakhlak, sehat rohani dan jasmani. Artinya produktif dan kreatif, sehingga kelak tidak akan menjadi beban orang lain.

c) Pergaulannya baik. Artinya pergaulan anak-anaknya terarah, hanya dengan anak-anak yang bermental baik, berpendidikan yang sepadan.

d) Berkecukupan rizkinya (sandang, pangan, dan papan). Cukup di sini artinya dapat membiayai hidup dan kehidupan keluarganya, baik untuk sandang, pangan, dan papannya, maupun untuk biaya pendidikan dan ibadahnya. Membangun keluarga sejahtera seperti disebut di atas adalah sebuah cita-cita yang selalu didambakan oleh setiap pasangan suami istri dalam kehidupan berumah tangga. Cita-cita itu sudah mereka sepakati bersama jauh sebelum mereka melangsungkan pernikahan.

(49)

33

yang sering terlibat perselisihan dan juga konflik. Tetapi, sebenarnya konflik itu tidak selalu negatif, jika kita dapat menyelesaikannya secara kekeluargaan dan membuatnya sebagai pembelajaran, sehingga tercipta keadaan yang lebih hangat kembali.

8) Mengajarkan kedisiplinan pada anak

Sebagai orang tua berkewajiban untuk mengarahkan tingkah laku anak supaya bersikap disiplin. Orang tua sangat tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat semaunya hingga mengabaikan nilai-nilai kedisiplinan. Hal ini akan berdampak negatif bagi pribadi mereka.

d. Pola Asuh Orang tua terhadap Anak 1) Pengertian pola asuh

Menurut Assegaf (2010:1-2), pola merupakan kerangka atau bentuk awal. Kata asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu. Jadi dapat disimpulkan, bahwa pola asuh adalah cara yang digunakan untuk mengasuh anak yang bersifat spesifik, dengan tujuan membentuk anak yang diimpikan dan diterapkan dalam kehidupan keluarga.

(50)

34

rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. Dalam kaitannya dengan pendidikan, berarti orang tua mempunyai tanggung jawab yang disebut tanggung jawab premier, yaitu tanggung jawab yang harus dilaksanakan, kalau tidak maka anak-anaknya akan mengalami kebodohan dann lemah dalam menghadapi kehidupan zaman.

2) Macam-macam pola asuh orang tua a) Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan cara memberikan aturan-aturan yang ketat, memaksa anak sesuai dengan keinginan orang tua, tanpa menghiraukan pendapat dan keinginan anak. Pola asuh ini juga ditandai dengan hukuman-hukuman keras yang diberikan kepada anak.

Menurut Assegaf (2010:6) tipe otoriter biasanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Umumnya dianut oleh masyarakat kelas bawah/ pekerja 2) Didominasi oleh hukuman fisik dan kata-kata kasar 3) Menuntut kepatuhan semata

4) Sikap acceptance rendah dan control tinggi

5) Orang tua bersikap mengharuskan anak melakukan sesuatu tanpa kompromi

(51)

35

Pola asuh ini ditandai dengan perhatian terhadap kemauan dan juga pendapat dari anak-anaknya. Dalam pola asuh ini, anak diberikan sedikit kebebasan agar tidak selalu bergantung kepada orang tua. Dalam menentukan rencana ke depan, anak dilibatkan, dan tentu saja mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya .

Menurut Assegaf (2010:8) tipe demokratis biasanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Umumnya memprioritaskan pengembangan IQ dan EQ 2) Identik dengan modal barat tetapi masih mengindahkan

nilai dan budaya ketimuran

3) Sikap acceptance dan control seimbang

4) Mendorong anak untuk menyatakan pendapatnya 5) Segala sesuatu coba dijelaskan

c) Pola asuh laisses fire

(52)

36

e. Orang Tua dan Anak dalam Keluarga

Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa. Tak seorang pun dapat mencerai-beraikannya. Ikatan itu dalam bentuk hubungan emosional antara orang tua dan anak (Djamarah, 2004:27).

Antara orang tua dan anak mempunyai suatu ikatan batin yang sudah pasti terjalin. Terkadang orang tua dapat merasakan dan mengetahui apa yang terjadi dengan anak mereka, begitu pun anak. Mereka satu sama lain mempunyai ikatan batin yang saling terhubung.

Menurut Djamarah (2004:27), setiap orang tua yang memiliki anak selalu ingin memelihara, membesarkan, dan mendidiknya, meski terkadang harus menanggung beban malu yang berkepanjangan. Sebab kehormatan keluarga salah satunya juga ditentukan oleh bagaimana sikap anak dalam menjaga nama baik keluarga. Lewat sikap dan perilaku anak, nama baik keluarga dipertaruhkan.

(53)

37

Sedangkan sifat-sifat fitrah orang tua yang diungkapkan oleh M.Thalib dalam Djamarah (2004:28) adalah, senang mempunyai anak, senang anak-anaknya salih, berusaha menempatkan anak di tempat yang baik, sedih melihat anaknya lemah atau hidup miskin, memohon kepada Allah bagi kebaikan anaknya, lebih memikirkan keselamatan anak daripada dirinya pada saat terjadi bencana, senang mempunyai anak yang bisa dibanggakan, menghendaki anaknya berbakti kepadanya, bersabar menghadapi perilaku buruk anaknya.

3. Homeschooling

a. Pengertian Homeschooling

Homeschooling terjemahan dalam bahasa Indonesianya

(54)

38

oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional, ada sekitar 600 peserta homeschooling di Indonesia. Sebanyak 83,3% atau sekitar 500 orang mengikuti homeschooling majemuk dan komunitas, sedangkan sebanyak 16,7%, atau sekitar 100 orang, mengikuti homeschooling tunggal (Mulyadi, 2007:33-36).

Pengertian umum dari homeschooling adalah sebuah sekolah non formal ataupun sekolah alternatif selain dari sekolah-sekolah umum. Di Indonesia homeschooling sudah ada sejak lama. Homeschooling bisa juga diartikan sebagai model alternatif belajar

selain sekolah. Kegiatan tersebut berpusat dan di tanggung jawabi oleh orang tua. Sesuai dengan namanya, homeschooling memang berpusat di rumah. Namun dalam pelaksanaannya tidak serta merta hanya di rumah saja.

Menurut Kembara (2007:16), homeschooling atau sekolah rumah adalah konsep pendidikan pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua. Proses belajar mengajar diupayakan berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.

Homeschooling sebagai salah satu alternatif proses

(55)

39

Homeschooling menjadi konsep alternatif yang layak diterapkan untuk memberi pilihan terhadap setiap orang untuk menguasai pengetahuan sesuai dengan gaya mereka masing-masing (Kembara, 2007:27).

Homeschooling yang dimaksud di sini adalah model

alternatif belajar selain di sekolah. Selain homeschooling, ada istilah “Home Education” atau “Home-Based Learning” yang digunakan untuk maksud yang kurang lebih sama (Komariah, 2007:4).

Seperti dalam buku asing karangan Brainerd, Sobanski dan Winegardner yang berjudul Basic Skill for Homeschooling (2002:6), home-based learning or home education means using your home as a base for learning, with community, travel, and

nature as equally important “schools.” School-at-home means

using a structured curriculum with the same methodology as an

institutional school, but in a family setting. Unschooling describes

structure-free and student-led learning, with the parents serving as

guides. Eclectic homeschooling is a mixture of methods. That said,

there are probably as many individual styles of homeschooling as

there are homeschoolers!.

Dari kutipan di atas dapat kita tarik definisi bahwasanya

(56)

40

education juga bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Sebagai contoh dengan melakukan perjalanan atau wisata ke alam terbuka, dengan orang tua yang menjadi fasilitatornya.

Definisi homeschooling secara etimologi menurut Rachman dalam skripsi Hanum, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah. Sedangkan, secara hakiki, homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subyek dengan pendekatan pendidikan secara at home. Dengan pendekatan ini, anak merasa nyaman. Mereka bisa belajar sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing.

Seperti dalam buku asing karya Caruana (2003:19), I

discuss matching your teaching style to your child‟s learning style.

Take the concept one step further and take your child‟s learning

style into account when you choose a testing or evaluation method.

For example, if you have a child who is primarily a visual learner,

he may become frustrated with a test that consists of listening to

directions and filling in a computerscored form. Or maybe you

have a kinesthetic learner who can‟t sit.

Disambung dengan kutipan dari buku karangan Brainerd, Sobanski dan Winegardner (2002:17) bahwa, The physical, or kinesthetic, learner is easily identified. You will notice them in a

room, fidgeting, twisting their hair, and playing with their school

(57)

41

best explained that these learners think well while moving.

Usually, they enjoy sports, activities, and just plain “doing.” They

will enjoy acting out, interacting with manipulatives or teaching

tools, and any sort of dance or movement. Examples of adult

physical learners are professional athletes, craftspeople, surgeons,

actors, and dancers.

Dari kutipan di atas, bisa dilihat bahwa ada cara untuk membuat anak merasa nyaman untuk belajar. Dengan cara, orang tua dalam memfasilitasi belajar anak harus sesuai dengan karakteristik masing-masing anak, seperti anak yang lebih condong ke kecerdasan kinestetik, atau linguistik, atau lainnya. Disesuaikan pula dengan kondisi yang ada, sehingga akan tercipta suasana yang nyaman dan kondusif. Jika hal itu sudah dilakukan, maka bukan tidak mungkin anak akan lebih mudah untuk menerima pembelajaran.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Brainerd, Sobanski dan Winegardner (2002:16), When planning your homeschooling itinerary, you will begin by choosing the mode of educational

transportation from which you and your child will receive the most

benefit. When consideringyour vehicle for learning, consider your

child‟s learning style as well as your teaching style. The tripwill

not be very enjoyable if your child prefers a bicycle while you are

(58)

42

settle on one mode of transportation. The ability to choose one

orseveral educational vehicles is just one of the many

demonstrations of flexibility in homeschooling.

Di mana dalam memulai homeschooling berarti, harus dipilih terlebih dahulu mode pendidikan yang bagaimana yang dirasa tepat untuk anak. Pertimbangkan pula gaya belajar anak, dan gaya mengajar orang tua. Jika memang dirasa kurang, maka orang tua dapat mengeksplorasi model-model dan gaya belajar yang sesuai dan membuat anak nyaman.

(59)

43

bisa menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya di rumah bila terpaksa harus menjalankan program homeschooling. Seharusnya hal ini tidak perlu harus terjadi karena pada dasarnya setiap orang tua di dunia memiliki bakat dan kemampuan alami sebagai guru yang sangat profesional bagi putra-putrinya sendiri (Mulyadi, 2007:114).

Seperti halnya yang diungkapkan oleh Layne dalam Mulyadi (2007:127), bahwa bersekolah di rumah tidak akan menyulap seorang anak menjadi pandai musik atau pintar komputer. Tidak ada metode pendidikan yang bisa mengubah mawar menjadi tulip. Namun, bersekolah di rumah bisa membantu orang tua mendidik anak-anak sehingga mereka menjadi dirinya sendiri.

Carol dalam buku Giffith, Mary yang merupakan seorang anak praktisi homeschooling menuturkan bahwa, pendidikan tanpa sekolah berarti mempelajari apa yang kita inginkan, saat kita menginginkannya, dengan cara yang kita inginkan, di tempat yang kita inginkan, untuk alasan kita sendiri. Pembelajaran diarahkan pada si pembelajar; penasihat atau fasilitator dicari sesuai keinginan si pembelajar.

(60)

44

nantinya, anak juga mampu mempertanggung jawabkan pilihannya, dan mengikuti proses sampai pada tujuan akhir.

Homeschooling dilakukan untuk mengembangkan bakat dan minat

mereka.

Anak-anak pada dasarnya, memiliki kemampuan alamiah untuk belajar dengan caranya sendiri. Orang tua tinggal memfasilitasi intuisi dan semangat belajar yang luar biasa ini. Karena pada dasarnya, setiap anak senang belajar. Lihat saja bayi dan anak-anak balita yang begitu takjub melihat berbagai hal baru yang dilihatnya (Mulyadi, 2007:134).

Kecenderungan itu adalah sesuatu yang alami. Sama saja dengan bernapas. Mereka lahir dengan rasa ingin tahu yang besar. Mereka memulai belajar dengan mengikuti ketertarikan mereka terhadap segala hal. Kelak, salah satu hal akan membuat mereka tertarik dibandingkan hal lain. Keluarga homeschooling belajar bersama untuk memahami bahwa belajar adalah proses seumur hidup (Kembara, 2007:64).

(61)

45

Homeschooling memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal. Homeschooling juga akan membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi, dan lingkungan sosial yang terus berkembang. Jika memang dari awal, anak memilih untuk beralih ke homeschooling, maka anak juga dituntut untuk dapat bertanggung jawab akan pilihannya dan menjalani homeschooling tanpa adanya beban serta dapat enjoy atau menikmati proses yang ada.

Dengan pendekatan at home, anak-anak merasa nyaman belajar karena mereka bisa belajar apapun sesuai dengan keinginannya, kapan saja, dan di mana saja seperti ia tengah berada di rumahnya. Mereka bisa belajar di mana saja, asal situasi dan kondisinya benar benar nyaman. Maka, dalam sistem homeschooling, jam pelajaran bersifat fleksibel, mulai dari bangun

tidur sampai dengan tidur kembali. Dan yang perlu digaris bawahi adalah anak-anak harus dilatih untuk bertanggung jawab dengan pilihannya sendiri (Kembara, 2007:24).

b. Sejarah Homeschooling

(62)

46

akhlak, mengenai agama, dan bahkan sebelum itu semua, orang tualah yang pertama kali mengajarkan anak berbicara.

Sesungguhnya bangsa Indonesia sudah lama mengenal homeschooling. Sebelum sistem pendidikan Belanda hadir di bumi

tercinta ini, homeschooling sudah berkembang di Indonesia. Di pesantren-pesantren, misalnya, banyak para kyai, buya, dan tuan guru secara khusus mendidik anak-anaknya di rumah. Begitu pula para pendekar dan bangsawan zaman dahulu. Mereka lebih suka mendidik anak-anaknya secara pribadi di rumah atau padepokannya ketimbang memercayakan pendidikannya kepada orang lain (Mulyadi, 2007:59-60).

Walaupun berbeda seperti sistem homeschooling yang ada pada saat ini, namun contoh tersebut bisa dikatakan bahwa pendidikan pertama memang berbasis pada orang tua dan di rumah. “Pada tahun 1927”, demikian kisah Koran Republika edisi

Ahad, 21 Januari 2007, “Mohammad Roem sempat menyambangi

keluarga Agus Salim di Gang Lontar 1. Dan dia mendapati anak-anak Agus Salim yang baru berumur empat tahun fasih bercakap dalam bahasa Belanda.” (Mulyadi, 2007:61-62).

K.H. Agus Salim, yang tamatan HBS (Hoogere Burgerschool) enggan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah

(63)

47

Agus Salim meminta istrinya banyak membaca dan berdzikir karena ingin mendidik sendiri anak-anaknya (Republika edisi Ahad, 21 Januari 2007 dalam Mulyadi, 2007:63).

Selain itu, bangsawan pada jaman dahulu pun juga mengundang orang-orang yang pandai untuk mengajar anak mereka. Itulah jejak homeschooling pada masa dahulu (Komariah, 2007:5-6).

Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain alasan keyakinan (believe), pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah. Keadaan pergaulan sosial di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan

homeschooling. Keluarga praktisi homeschooling memiliki

beragam profesi; dokter, pegawai pemerintah, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di sekolah umum (Komariah, 2007:7).

Homeschooling semakin banyak diminati, karena

pengajaran di sekolah mengenai etika, keterampilan, keagamaan, dan budaya dirasa kurang mencukupi. Jika di sekolah, anak lebih dituntut untuk fokus mengejar nilai dan ijazah, berbeda dengan homeschooling yang tidak mengajarkan anak untuk mengejar nilai

(64)

48

Kebanyakan dari kita begitu terbiasa memikirkan pendidikan sebagai proses formal dari kuliah-kuliah, buku-buku teks, latihan-latihan, dan ujian-ujian sehingga kita lupa betapa banyaknya kita belajar dari lingkungan bahkan tanpa berpikir soal itu (Griffith, 2012:43).

c. Jenis-jenis Homeschooling

1) Homeschooling Tunggal

Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang

dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan komunitas homeschooling lain. Alasan lain adalah karena lokasi atau tempat tinggal si pelaku

homeschooling yang tidak memungkinkan berhubungan dengan

komunitas homeschooling lain (Mulyadi, 2007:36).

Kelemahan homeschooling tunggal murni adalah tidak adanya mitra (partner) untuk saling mendukung, berbagi, atau membandingkan keberhasilan dalam proses belajar. Namun, jika orang tua dan anak yang terkait sudah siap dengan resiko tersebut, maka hambatan-hambatan tadi bukanlah masalah besar (Kembara, 2007:31).

(65)

49

Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang

dilaksanakan oleh dua orang atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Alasannya terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlet tenis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial, dan kegiatan keagamaan (Mulyadi, 2007:36-37).

Karena melibatkan anak-anak lain, tentu saja proses belajar menjadi dinamis. Insting sosial pada diri anak pun bisa “tumpah”

seperti seharusnya. Dalam kelompok kecil ini, semangat berkompetisi pun akan muncul. Masing-masing anak akan memacu diri untuk berprestasi lebih baik daripada yang lain.

Namun, terlibatnya beberapa individu dalam kelompok homeschooling ini praktis memunculkan berbagai konsekuensi. Salah satunya kebutuhan untuk berkompromi dengan peserta lain dalam hal jadwal, suasana, fasilitas, dan pilihan kegiatan (Kembara, 2007:32).

3) Komunitas Homeschooling

(66)

50

pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50. Salah satu alasan memilih komunitas homeschooling adalah terstruktur dan lebih lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan akhlak mulia, dan pencapaian hasil belajar (Mulyadi, 2007:38).

Hal yang khas dari komunitas homeschooling adalah ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas, tetapi dapat dikendalikan. Dukungan lebih besar karena masing-masing bertanggung jawab untuk saling mengajar sesuai dengan keahliannya masing-masing (Kembara, 2007:34).

Melihat dari penjabaran di atas, homeschooling terbagi menjadi tiga, yaitu; tunggal, majemuk, dan komunitas. Perihal pemilihan homeschooling sepenuhnya diserahkan kepada orang tua dan anak yang terkait. Karena dari ketiga jenis homeschooling tersebut mempunyai karakteristik dan kelebihan masing-masing, yang dapat disesuaikan menurut kebutuhan dari masing-masing keluarga.

d. Manfaat Homeschooling

Terdapat beberapa manfaat dari homeschooling menurut Mulyadi (2007:44-58). Di antaranya yaitu:

1) Anak-anak Menjadi Subjek Belajar

(67)

beajar-51

mengajar yang selama ini diselenggarakan bukan menjadikan kurikulum itu untuk anak, tetapi bahkan sebaliknya. Akibatnya, terjadilah kegiatan belajar yang “memaksa” anak

untuk menyesuaikan diri dengan kurikulum.

Melalui homeschooling, anak-anak benar-benar diberi peluang untuk menentukan materi-materi yang ingin dipelajarinya. Anak-anak menjadi subjek dalam kegiatan belajar.

2) Objek yang Dipelajari Sangat Luas dan Nyata

Homeschooling akan membawa anak-anak untuk belajar di

dunia nyata, di alam yang sangat terbuka. Di samping itu, objek yang dipelajari anak pun bisa sangat luas. Homeschooling dapat membebaskan anak untuk belajar apa saja sesuai dengan minat dan hal-hal yang disukainya. Sesekali mereka dapat berkunjung ke berbagai tempat yang bisa menjadi objek pelajaran.

3) Ajang Menanamkan Cinta Belajar

(68)

52

Homeschooling dapat menyadarkan kepada para orang tua bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Dan ini bisa dijadikan ajang untuk menanamkan rasa cinta belajar kepada sang anak.

4) Memberikan Kemudahan Belajar karena Fleksibel

Kunci utama homeschooling adalah fleksibel. Jadi tidak boleh kaku dan terlalu berstruktur sebagaimana sekolah formal. Itulah sebabnya, bagi peserta homeschooling yang semula berasal dari sekolah formal diperlukan penyesuaian diri yang bertahap.

Untuk keluarga yang memulai pendidikan tanpa sekolah setelah anak mereka sudah bersekolah, belajar untuk membiarkan agar pendidikan tanpa sekolah bisa berhasil merupakan proses yang lebih sulit (Griffith, 2012:27).

Apabila anak bosan, dan merasa tidak ada yang bisa dilakukan, maka anak bisa diajak untuk pergi keluar mengunjungi tampat yang menarik. Setelah itu, anak bisa diminta untuk membuat catatan perjalanan atau karangan menarik berdasarkan pengalaman dia mengunjungi tmempat-tempat tersebut.

5) Mendukung Belajar secara Kontekstual

(69)

53

“keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan” yang

berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya, dan

homeschooling sangat memungkinkan untuk menampung

sekaligus mendukung kegiatan belajar yang kontekstual ini. B. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu sangat berguna bagi pembahasan skripsi ini. untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini, peneliti melakukan kajian terlebih dahulu terhadap penelitian-penelitian terdahulu.

Pertama, penelitian terdahulu yang mengambil peran orang tua homeschooling sebagai subjek penelitian, terdapat dalam penelitian yang

berjudul “Peran dan fungsi orang tua dalam homeschooling” (Afranisa, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan juga fungsi orang tua dalam homeschooling. Peranan orang tua di sini sangat penting dilakukan karena dalam perkembangan anak sangat penting dilakukan pendampingan. Apalagi dalam homeschooling, karena di dalam homeschooling, orang tua sangat berpengaruh besar. Persamaan dari

(70)

54

Kedua, penelitian yang mengambil tema tentang motivasi orang tua adalah “Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak di MTs. Aswaja

Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017” oleh

Muhammad Fatih Rohman. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana motivasi orang tua dalam memilih sekolah sebagai sarana pendidikan anak. Karena dalam hal ini penulis mengerti betul bahwasanya motivasi orang tua sangat penting bagi pendidikan anak. Motivasi adalah penggerak dalam mencapai suatu tujuan. Dan motivasi orang tua di sinilah yang menjadi pokok penting bagi anak kedepannya. Inilah yang menjadi persamaan dalam penelitian yang sedang diteliti. Adapun perbedaannya di sini adalah tentang fokus yang di teliti, penelitian terdahulu meneliti tentang motivasi orang tua menyekolahkan anak di MTs. Di mana sekolah tersebut adalah sekolah berbasis Islam. Sedangkan yang peneliti tulis di sini adalah mengenai motivasi orang tua dalam memilih sekolah non formal dalam hal ini adalah homeschooling sebagai sarana pendidikan anak.

Ketiga, penelitian yang mengambil tema tentang homeschooling

adalah “Strategi Pembelajaran Orang tua dalam Melaksanakan

Homeschooling pada Anak” pada tahun 2016,oleh Yuli Ariyani.

Referensi

Dokumen terkait

Karena hal tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan uji efektivitas asam asetat dan asam laktat sebagai antibakteri terhadap salah satu bakteri patogen yaitu Salmonella

Sumber Ngembag yang memiliki debit lebih besar dari Sumber Belik Kosel yaitu sebesar 4 liter/detik dilakukan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) Preparasi Conto Mineragrafi yang disusun ini merupakan sebagian dari kegiatan penanganan conto uji secara teknis di LPSDG. LPSDG dalam

Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain pertama Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional yang terdiri dari perilaku kepemimpinan

Sama seperti siklus I dan II, pada siklus III ini dilakukan perencanaan sebelum melakukan pembelajaran, yaitu mempersiapkan rencana pembelajaran IPA dengan

Sosial Pelukis Bali 1930-an) Seni Murni FSRD DISERTASI DOKTOR 50,000,000 PUSAT 3 Drs.I WAYAN MUDANA, M.Par Transformasi Seni Lukis Wayang Kamasan.. Dalam Era Postmodernisme Seni

Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi requirement yang dibutuhkan terhadap sistem SAP dengan mengacu pada fungsi-fungsi yang ditawarkan oleh SAP dalam mendukung proses

terhadap keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 31 responden (38,3% ), Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah sikap negatif atau tidak mendukung santri tentang