• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN 2 SPESIES SEBAGAI UNIT EKOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAGIAN 2 SPESIES SEBAGAI UNIT EKOLOGI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAGIAN 2

SPESIES SEBAGAI UNIT

EKOLOGI

(2)

Autekologi – Synekologi

Autekologi: mempelajari tentang spesies dalam bidang ilmu ekologi

Synekologi: mempelajari interakasi spesies dalam ekologi

Pada Taksonomi

Spesies = organisme = individu = adalah yang

membentuk populasi, memiliki keragaman gen dan

beradaptasi terhadap kondisi dan perubahan lingkungan (makro dan mikro lingkungan).

Interaksi Tumbuhan - Abiotik

Interaksi tumbuhan terhadap hewan dan pengaruh faktor abiotik menyebabkan tumbuhan terdistribusi.

(3)

Law of the Minimum

Justus von Liebig (1840)

Teori Law of the minimum,

 Pertumbuhan dan distribusi dari suatu jenis sangat tergantung kepada faktor lingkungan, seperti pH, mineral, mikro/makro nutrien.

Batasan (dua) dalam teori law of minimum: Toleransi tertinggi terhadap berbagai faktor

lingkungan pada organisme adalah sama dengan toleransi terendahnya.

Banyak faktor yang menyebabkan terisolasinya tumbuhan pada suatu batas tertentu, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan dia mampu

(4)

The theory of tolerance

Victor Shelford (1913)

teori : the theory of tolerance

Menemukan kelemahan teori Liebig,

 Bahwa tumbuhan dapat hidup dan tumbuh pada kondisi terbaik pada batas (toleransi) potensial

fisiologis dan toleransi fisiologis optimum = antara (range) kondisi ekologis (maks – minim) dan kondisi ekologis optimum.

(5)

The theory Holocoennotic

Karl Friederich (1952)

teori Holocoennotic

 teori Holocoennotic = ekosistem, merupakan modifikasi Liebig law’s

Tidak mungkin melakukan isolasi satu faktor

lingkungan penting terhadap distribusi dan abudansi jenis, karena faktor-faktor tsb interdependent dan sinergitik.

 Billing (1970) : jika ada satu faktor yang sangat

berpengaruh sifatnya hanya sebagai triger (pemicu) faktor.

(6)

Taksonomi Spesies

Spesies adalah bagian dari grup genetik, morfologi dan ekologi.

Tiga aspek dalam satu definisi :

Penampakan luar (external appriance) (morfologi) dan perilaku berkembang biak (breeding behavior).

Kekhususan pada habitat (habitat distinctiveness): Relung / Niche

Ketiga aspek tsb penting dalam taksonomi, morfologi dan isolasi reproduksi sbg bahan untuk menentukan jenis dari spesies tersebut:

 Tradisional taksonomi - pada morfologi

(7)

Variasi Dalam Spesies

Linneus & taksonomis

 memiliki kesamaan teori : tidak semua jenis spesies adalah homogeneus, karena setiap spesies memiliki tinggi, ukuran daun, waktu pembungaan, dsb

berbeda yang dipengaruhi oleh cahaya, ketinggian dan karakteristik abiotik lainnya yang berbeda.

Gote Tureson

hipotesa : variasi dalam spesies adalah heritable (bawaan) & adaptif terhadap habitat pada batas spesies  Ecotype

(8)

Variasi Dalam Spesies

Ecotype

 Produk dari genetik respons dari populasi pada suatu habitat.

 Populasi / grup populasi yang dipengaruhi

perbedaan morfologi, karekter fisiologi, interfertilitas dengan spesies yang sama pada ekotipe lain, tetapi membentuk interbreeding alami pada batas-batas ekologis.

(9)

Variasi Dalam Spesies

Turesson: Berbasis genetik

 Kekhususan pada morfologi, fisiologi, phenologi, dan atau ketiganya

 Kekhususan pada tipe habitat

Perbedaan genetik adaptasi pada habitat berbeda Memiliki potensi interfertil dengan ekotipe lain pada

spesies sejenis

(10)

Variasi Dalam Spesies

Ecotone

 intermediate habitat (habitat perantara)  resultante

plants

 Memperlihatkan perbedaan lingkungan secara genetik dan gradasi kontinu pada kondisi ekstrim satu ekotipe – ekotipe lainnya.

Ekotone = perifer  Kompleksitas dan tumpang tindih dari dua gradien habitat pada 2 ekotipe tumbuhan.

Turensson (1959)  teori ekoline, lebih luas dari ekotipe Gradasi pada atribute spesie (komunitas/ekosistem)

yang berasosiasi dengan gradien lingkungan. Ekotipe  bagian dari ekoline

(11)

Variasi Ekofisiologi Ekotipe

 distudi adalah variasi dari fisiologi (metabolisme) sebagai kontrol dalam adaptasi. Harold Mooney, Dwight Billing’s (1961).

 Timbul keanekaan genetik, karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda (unik) sebagai induk - parental genes.

Aklimatisasi

 Acclimatization (aklimatisasi) adalah sifat lentur (adaptif) yang temporer pada organisme terhadap kondisi lingkungan, khususnya suhu.

 Matthaei (1905)  fenomena pada tumbuhan akibat pengaruh temperatur terhadap metabolisme

(12)

Variasi Ekofisiologi Pola aklimatisasi:

Fenotip = genotipe + kondisi umum lingkunga + kondisi lingkungan masa lalu

(13)

Struktur Populasi dan Demography Tumbuhan Adalah suatu kajian untuk mempelajari dinamika

tumbuhan, karena tumbuhan tidak terdistribusi tanpa pola dalam ruang dan waktu.

 Perkembangan demography tumbuhan unik, karena sangat dipengaruhi oleh penelitian yang dilakukan.

 Tumbuhan dapat menghasilkan individu baru secara aseksual dan dapat menurunkan/menghasilkan

produks organ (bunga, daun, akar, batang dan

ranting) dari responsnya terhadap kondisi lingkungan (abiotik dan biotik).

(14)

Densitas dan Pola

Densitas  jumlah individu perunit area

Densitas  pola distribusi tumbuhan pada suatu area Terdapat tiga pola distribusi :

• Random : Satu tumbuhan dengan tumbuhan lain tidak ada batas yang jelas.

• Reguler (hyperdispered) : Satu tumbuhan

probabilitasnya meningkat relatif random untuk setiap individu dan ditemukan berdekatan /

berjauhan sama sekali.

• Clumped (Aggregated / underdispersed) (kelompok) : Setiap satu tumbuhan menurun probabilitasnya dan berdekatan satu dengan lainnya.

(15)

Densitas dan Pola

• Umumnya tumbuhan berpola clumped (berkelompok /berumpun)  Kemampuan meningkat dan menurun sesuai kondisi lingkungan.

• Contoh : Anakan akan berkumpul disekitar induk (pola random), ketika dewasa terjadi seleksi

(suksesi) yang mengakibatkan penurunan populasi (pola reguler) ketika stabil akan terbentuk pola

clumped.

• Pola distribusi dipengaruhi kondisi lingkungan luar: herbivorus, penyakit, faktor abiotik dan biotik 

(16)

Demography tumbuhan

Demography adalah suatu ilmu yang mempelajari

perubahan ukuran dan struktur populasi berdasarkan waktu.

Demopgrahy pada tumbuhan  pertumbuhan,

kematian, usia tumbuhan, jumlah dan waktu reproduksi, jumlah varians reporduksi berdasarkan ukuran suatu

populasi menurut waktu.

Teknik yang sederhana dalam mempelajari demography tumbuhan adalah: plant life history.

(17)

Demography tumbuhan

Demography tumbuhan terbentuk dari suatu

kemampuan adaptif tumbuhan atas kondisi lingkungan (indeterminant growth)  2 indvidu sejenis akan

memiliki ukuran berbeda  modules (akar, ranting, daun, dll) berbeda.

Perbedaan tsb  fitness yang berbeda  individu keturunan (anakan) yang berbeda.

Fitness  kemampuan reproduksi (tumbuh dan

(18)

Demography tumbuhan

Usia tumbuhan – pertumbuhan

Usia tumbuh dan pertumbuhan sangat kompleks, karena satu aspek membahas perkembangan suatu individu

dan aspek pertumbuhan membahas perkembangan individu dalam populasi.

 Pola frekuensi dan distribusi antara usia tumbuh dan pertumbuhan (ukuran, biomas, dll)

(19)

Demography tumbuhan Pelajari mandiri:

• Model – 2 pertumbuhan populasi / Populasi growth models

• Model – 2 matriks transisi • Viabilitas populasi analisis

Ketergantungan densitas (Gambar 4.8).

Tabel kehidupan / Life tables (Gambar 4.10). Dinamika populasi (Gambar 4.12).

(20)

Dinamika metapopulasi Levin (1970)

 isolasi populasi dan perubahan individu =

demography tumbuhan khusus pada satu individu. Dua faktor utama yang berperan dlm metapopulasi (Pulliam, 1989): sumber (gen induk) pemasukan populasi (percampuran) (Gambar 4.15).

(21)

Alokasi dan Pola Sejarah Kehidupan

Beberapa hal yang perlu dipahami dari tumbuhan dalam populasi :

• Tumbuhan akan berulang-ulang tumbuh dan membesar untuk biomasanya

• Tumbuhan akan tumbuh dan membesar hingga mati Banyak tumbuhan mereproduksi dirinya secara

aseksual dan vegetatif

Pengembangan dari pemisahan garis somatic dan germa pada jaringan tumbuhan akan membentuk tumbuhan dewasa.

(22)

Alokasi – Penyebaran

 Tumbuh, memelihara dan reproduksi adalah tiga dasar utama dalam tumbuhan untuk dapat tumbuh baik di lingkungan

 Strateginya: memanfaatkan sumber daya (Variasi dan Alokasi).

 Strategi: pola alokasi sumber daya  proses seleksi alam

(23)

Alokasi - Penyebaran

Bentuk alokasi untuk bertahan hidup pada tumbuhan

 Annual : Reproduksi dan mati kurang dari 1 tahun

 Biennials : Reproduksi tahun pertama dan mati pada tahun berikutnya

 Perenials : Periode dan intensitas repproduksinya berulang

 Monocarpic / semelparous : sekali reproduksi kemudian mati

 Policarpyc / interoparous : periode hidupnya berulang

(24)

Alokasi - Penyebaran

Pola penyebaran  Mengubah pola penyebaran

(struktur reproduksi): variasi jumlah buah (biji), ukuran buah (biji), ukuran dan bentuk sayap untuk jatuh, rasa dan tebal buah

(25)

Perangkat Sejarah Kehidupan

 Penyebaran biji dan dormansi :

 Seed pool :

Klasifikasi pola sejarah kehidupan

 Seleksi r – k.

 Seleksi R – C – S : variasi dari seleksi r – k dengan tipe habitat

 Adalah sama dengan reprosuksi – tumbuh –

pemeliharaan : 3 pola adaptif pada suatu habitat. Korelasi sejarah kehidupan dari pola invasi dan

penggulmaan

Pada sistem pertanian pola invasi (penyeberan/ penekanan) gulma pada tanaman pertanian yang dipengaruhi faktor abiotik dan biotik

(26)

Interaksi Antar Spesies Interaksi sederhana

(Gambar 6.1 ; 6.3 dan 6.4) Kompetisi

Interaksi 2 organisme yang saling mempengaruhi secara langsung terhadap kehidupan populasi = interspesifik interakasi (populasi)

Interaksi 2 organisme secara tidak langsung karena kondisi daya dukung (SDA) = intraspesifik interakasi (spesies)

 Niche (Hutchinson, 1957); asas Gause’s = asas pengeluaran persaingan

(27)

2.4.3. Amensalisme

 Predasi/ Parasitisme :

 Antibiosis: Allelochemic : Alelopaty 2.4.4. Komensalisme

 Epifit :

 Nurseplants:Protocoorperation 2.4.6. Mutualisme

 Mycorhiza : ectomycorhiza, endomycorhiza dan peritropchimycorhiza

(28)

Polinasi

 Birds polinasi :

 Insect polinasi Herbivorus

 80 % insecta adalah herbivorus/predator herbivorus (Strong et al, 1980)

 Efek herbivorus terhadap komunitas tumbuhan : GPP = biomasa & NPP = GPP – kalori respirasi & detritus (litter)  kelangsungan populasi

 Batasan untuk herbivor: top down effect: herbivor = top tropic level untuk daya dukung lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Rerata asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, kolesterol, serat, dan vitamin C sebelum intervensi, selama pemberian jus lidah buaya, dan selama intervensi

Dalam memikirkan rencana pemecahan masalah subjek R1 memeriksa kembali cara yang digunakan dalam memahami masalah, diantaranya adalah: subjek R1 tidak memberikan alasan

You can create two types of web service clients with WebLogic: a static client that uses stub client interfaces created by WebLogic and a dynamic client that learns about the

”, dan terdakwa semakin emosi sambil berkata kasar kepada saksi korban dengan berkata “Kalau enggak senang lapor saja ke kelurahan atau ke polisi”, sehingga

Profesionalisme seorang guru sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan keberhasilan terhadap peserta didik karena profesionalisme guru adalah perangkat

Efektivitas program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) dalam meningkatkan ekonomi petambak garam di Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep, jika dilihat dalam

Mencegah terjadinnya penindasan yang berlanjut atas hak asasi manusia Ketetapan dan ketegasan yang terdapat di Statuta Roma 1998 Menyebutkan bahwa Mahkamah Pidana

1) tindakan rasional-instrumental ; yakni tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan; dalam hal ini actor memperhitungkan