• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Jalur Pejalan Kaki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengertian Jalur Pejalan Kaki"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Pengertian Jalur Pejalan Kaki

Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki tersebut. Pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan yang memiliki hak dalam penggunaan jalan. Untuk itu, pada jaringan jalan perlu disediakan trotoar bagi pejalan kaki. Jalur pejalan kaki, yaitu lintasan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki, dapat berupa trotoar (DPU, 1999).

2.1.2 Fungsi Jalur Pejalan Kaki

Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin, aman dari lalu lintas yang lain dan lancar.

2. Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki, yang menghubungkan daerah yang satu dengan yang lain.

3. Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain harus dilakukan pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu pengatur ataupun dengan marka penyeberangan, atau tempat penyeberangan yang tidak sebidang. Jalur pejalan kaki yang memotong jalur lalu lintas berupa penyeberangan (Zebra Cross), marka jalan dengan lampu pengatur lalu lintas (Pelican Cross), jembatan penyeberangan dan terowongan.

4. Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada ruas-ruas jalan di perkotaan atau pada tempat-tempat dimana volume pejalan kaki memenuhi syarat atau ketentuan ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut.

5. Jalur pejalan kaki sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa dari jalur lalu lintas yang lainnya, sehingga keamanan pejalan kaki lebih terjamin.

6. Dilengkapi dengan rambu atau pelengkap jalan lainnya, sehingga pejalan kaki leluasa untuk berjalan, terutama bagi pejalan kaki yang tuna daksa.

7. Perencanaan jalur pejalan kaki dapat sejajar, tidak sejajar atau memotong jalur lalu lintas yang ada.

8. Jalur pejalan kaki harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila hujan permukaannya tidak licin, tidak terjadi genangan air serta disarankan untuk dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh.

9. Untuk menjaga keamanan dan keleluasaan pejalan kaki, harus dipasang kerb jalan sehingga fasilitas pejalan kaki lebih tinggi dari permukan jalan.

(2)

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai fungsi Jalur Pejalan Kaki, adalah sebagai berikut :

1. Keamanan menjadi prioritas utama bagi pengguna pejalan kaki.

2. Adanya pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan.

3. Kenyamanan dengan menyediakan fasilitas penunjang, seperti tempat duduk/istirahat, halte,dll.

4. Harus mengakomodir pengguna jalur yang disabilitas. 5. Terkoneksi dengan jenis moda yang lainnya.

2.1.3 Tipologi Jalur Pejalan Kaki

Secara umum jalur pejalan kaki memiliki tipologi sebagai berikut:

1. Ruang pejalan kaki di sisi jalan (Sidewalk), merupakan bagian dari sistem jalur pejalan kaki dari tepi jalan raya hingga tepi terluar lahan milik bangunan

2. Ruang Pejalan Kaki di sisi Air (Promenade), ruang pejalan kaki yang pada salah satu sisinya berbatasan dengan badan air (danau, laut, sungai, atau kolam) dan sisi lainnya berupa jalan, tanaman, dan bangunan.

3. Ruang Pejalan kaki di Tepi Bangunan (Arcade), ruang pejalan kaki yang berdampingan dengan bangunan pada salah satu atau kedua sisinya. Arcade umumnya disediakan pada kawasan perdagangan/komersial.

4. Ruang Pejalan kaki di RTH (Green Pathway), merupakan ruang pejalan kaki yang terletak diantara ruang terbuka hijau agar pejalan kaki tidak berjalan di atas rumput atau tanaman yang ada di RTH/taman.

5. Ruang Pejalan kaki di bawah tanah (Underground), ruang pejalan kaki yang terletak diantara ruang bawah tanah (Underground) biasanya disediakan sebagai penghubung antar bangunan.

6. Ruang pejalan kaki di atas tanah (elevated), ruang pejalan kaki berupa fasilitas penyebarangan tidak sebidang agar jalur pedestrian yang ada tidak terputus dan untuk memudahkan dalam pergantian jalur yang berbeda.

2.1.4 Jenis-Jenis Jalur Pejalan Kaki

Berdasarkan pedoman teknik perencanaan jalur pejalan kaki pada jalan umum

jenis-jenis jalur pejalan kaki diklasifikan sebagai berikut: 1. Trotoar

(3)

b. Tinggi ruang bebas tidak kurang dari 2,2 meter dan kedalaman bebas tidak kurang dari 1 meter yang diukur dari permukaan trotoar, kebebasan samping tidak kurang dari 0,3 meter.

c. Pemasangan utilitas harus memperhatikan ruang bebas trotoar. 2. Penyebrangan Sebidang

a. Geometrik penyebrangan jalan haru mengikuti spesifikasi teknik penyebrangan jalan dan manual geometri perkotaan.

b. Jalur penyebrangan sebidang pejalan kaki yang merupakan terusan dari jalur trotoar, maka dimensi lebar jalur minimal dibuat sama dengan dimensi lebar jalur trotoar.

c. Dasar penentuan jenis-jenis fasilitas penyebrangan adalah seperti tertera pada tabel 2.1 Berikut.

Tabel 2. 1 Jenis Fasilitas Penyebarangan Berdasarkan PV 2

PV2 P V Rekomendasi

> 1011 50-1100 300-500 Zebra

> 2x108 50-1100 400-750 Zebra dengan lapak

tunggu

> 108 50-1100 >500 Pelikan

> 108 >1100 >300 Pelikan

> 2x108 50-1100 >750 Pelikan dengan lapak tunggu > 2x108 > 1100 >400 Pelikan dengan lapak

tunggu Sumber: Pedoman teknik perencanaan jalur pejalan kaki pada jalan umum

Keterangan :

P = Arus lalu lintas pcnyebcrangan pejalan kaki sepanjang 100 meter, dinyatakan dengan orang/jam;

V = Arus lalu lintas kendaraan dua arah per jam, dinyatakan kendaraan/jam

Catatan : Arus penyeberangan jalan dan arus lalu lintas adalah rata-rata arus lalu lintas pada jam-jam sibuk.

d. Lokasi penyebrangan harus terlihat oleh pengendara kendaraan, minimal memenuhi jarak pandangan henti.

e. Ditempatkan tegak lurus terhadap sumbu jalan. 3. Penyebrangan Tak Sebidang

a. Jembatan Penyeberangan

Konstruksi harus mengikuti spesifikasi teknik jembatan penyebrangan. Ruang bebas jalur lalu lintas kendaraan tidak kurang dari 2,5 meter.

(4)

b. Terowongan

Konstruksi harus mengikuti spesifikasi teknik terowongan. Dilengkapi dengan penerangan

2.1.5 Persyaratan Jalur Pejalan Kaki

Berdasarkan pedoman teknik perencanaan jalur pejalan kaki pada jalan umum

persyaratan jalur pejalan kaki adalah sebagai berikut: 1. Trotoar

a. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalanatau sisi luar jalur Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA).Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan tempatTrotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila keadaantopografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.

b. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam salurandrainase terbuka atau di atas saluran drainase yang telahditutup.

c. Trotoar pada tempat pemberhentian bus harus ditempatkansecara berdampingan/sejajar dengan jalur bus.

2. Penyeberangan Sebidang a. Penyeberangan Zebra

1) Bisa dipasang di kaki persimpangan tanpa APILL (alat pemberi isyarat lalu lintas) ataudi ruas/link jalan.

2) Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, hendaknya pemberian waktu penyeberanganmenjadi satu kesatuan dengan lampu pengatur lalulintas persimpangan.

3) Apabila persimpangan tidak diatur dengn lampupengatur lalu lintas, maka kriteria batas kecepatanadalah < 40 km/jam.

b. Penyeberangan Pelikan

1) Dipasang pada ruas/link jalan, minimal 300 meterdari persimpangan.

2) Pada jalan dengan kecepatan operasional rata-rata lalulintas kendaraan > 40 km/jam.

3. Penyeberangan Tak Sebidang a. Jembatan

1) Bila jenis jalur penyeberangan dengan menggunakanzebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintaskendaraan yang ada.

2) Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinyakecelakaan yang melibatkan pejalan kaki cukuptingi.

(5)

3) Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas danarus pejalan kaki yang cukup.

b. Terowongan

1) Bila jenis jalur penyeberangan denganmenggunakan jembatan tidak memungkinkanuntuk diadakan.

2) Bila lokasi lahan atau medan memungkinkan untukdibangun terowongan

2.1.6 Kriteria Jalur Pejalan Kaki

Kriteria jalur pejalan kaki menurut Utermann (1984) adalah safety (keselamatan), convenience (kondisi menyenangkan), comfort (kenyamanan), dan attractiveness (daya tarik). A. Safety (Keselamatan)

Pejalan kaki harus mudah untuk bergerak atau berpindah dengan perlindungan kendaraan bermotor. Keamanan pedestrian dari kecelakaan dan gangguan-gangguan khusus oleh kendaraan umum yang merupakan penyebab utama banyaknya kecelakaan.

Keselamatan berarti terlindungi dari kecelakaan yang terutama disebabkan oleh kendaraan bermotor maupun oleh kondisi trotoar yang rusak. Keselamatan dalam berjalan menurut Untermann (1984:26), berhubungan dengan besar kecilnya konflik antara kendaraan yang menggunakan jalan yang sama, keselamatan pengguna dengan karakteristik khusus seperti anak-anak, lansia dan orang-orang dengan keterbatasan fisik.

Menurut Maileni (2004), karakteristik umum kecelakaan pejalan kaki antara lain: 1. Ketidak hati-hatian pengendara

2. Tertabrak oleh kendaraan bermotor pada saat menyeberang pada persimpangan

3. Tertabrak oleh kendaraan bermotor pada saat berjalan di depan dengan arah yang sama dengan lalu lintas.

4. Kecepatan kendaraan sepeda motor (penyebab kebanyakan kematian pejalan kaki) 5. Tiba-tiba berjalan pada satu kawasan (secara umum merupakan tipe kecelakaan

pejalan kaki bagi anak-anak)

6. Berada di belakang kendaraan (pengendara sulit untuk melihat anak-anak dan orang yang berjalan di belakangnya).

B. Convenience (kondisi menyenangkan)

Pejalan kaki harus memiliki rute bebas dari hambatan dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Karakteristik perjalanan pedestrian yang sesuai bergantung kepada sistem perjalanan yang langsung/directness, kontinuitas serta ketersediaan jalur pejalan kaki.

Kesenangan meliputi kesesuaian desain skala lingkungan dengan kemampuan pejalan kaki, yakni:

(6)

1. Nyaman dalam berjalan adalah terbebas dari gangguan yang dapat mengurangi kelancaran pejalan kaki bergerak melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain.

2. Kesinambungan perjalanan, tidak ada halangan sepanjang jalur sirkulasi. Halangan dapat berupa kondisi jalur sirkulasi yang rusak ataupun aktifitas dalam jalur sirkulasi. Kesenangan, apabila jalur pejalan kaki terlihat menarik bagi dari segi kegiatan di sekitar jalur tersebut atau keindahan. Selain itu berhubungan dengan penyediaan fasilitas pejalan kaki berupa street furniture, sehingga pejalan kaki dapat berjalan secara menerus dan berkelanjutan dengan jarak yang masih dalam jangkauan.

C. Comfort (kenyamanan)

Pejalan kaki harus memiliki jalur yang mudah dilalui. Kenyamanan dipengaruhi oleh jarak tempuh, sehingga memungkinkan pejalan kaki memperpanjang perjalanannya.

Faktor yang mempengaruhi jarak tempuh adalah:

1. Waktu yang berkaitan dengan maksud atau kepentingan berjalan kaki. 2. Kenyamanan orang berjalan kaki dipengaruhi oleh cuaca dan jenis aktifitas

Kenyamanan pejalan kaki adalah ketika pejalan kaki memiliki jalur yang mudah dilalui, seperti halnya kendaraan bermotor berjalan di jalan bebas hambatan. Kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan penggunaan ruang secara harmonis, baik dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, suara, bunyi, cahaya atau lainnya. Hubungan harmonis yang dimaksudkan adalah keteraturan, dinamis, dan keragaman yang saling mendukug terhadap penciptaan ruang bagi manusia, sehingga mempunyai nilai keseluruhan yang mengandung keindahan (Simond, 1997 dalam Hakim, 2003: 185). Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain: a. Sirkulasi

Sirkulasi merupakan perputaran atau peredaran. Aspek-aspek yang terkait dengan sirkulasi pejalan kaki adalah dimensi jalan dan jalur pejalan kaki, tempat asal sirkulasi dan tempat tujuan sirkulasi pejalan kaki, maksud perjalanan, waktu dan volume pejalan kaki.

b. Aksesibilitas

Merupakan derajat kemudahan yang dapat dicapai seseorang terhadap suatu objek, pelayanan atau pun lingkungan. Ketentuan-ketentuan yang harus terpenuhi dalam suatu rute perjalanan, meliputi:

1) Peniadaan hambatan dan halangan 2) Lebar dan bebas

(7)

3) Kawasan laluan dan istirahat 4) Kemiringan/ grades

5) Curb ramps pada trotoar 6) Ramps

7) Permukaan dan tekstur c. Gaya alam dan iklim

Merupakan keadaan alam sekitar dan iklim yang terjadi pada suatu waktu. Gaya alam dan iklim ini dapat diidentifikasi dengan pengamatan radiasi matahari, angin, curah hujan dan temperatur.

d. Kebersihan

Sesutau yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa nyaman bagi pejalan kaki karena bebas dari kotoran sampah dan bau-bauan yang tidak menyenangkan.

e. Keindahan

Keindahan merupakan unsur kenyamanan yang mencakup kepuasan batin dan panca indera, sehingga sulit untuk menilai keindahan bagi setiap orang karena memiliki persepsi yang berbeda-beda.

D. Attractiveness (menarik)

Pada tempat-tempat tertentu diberikan elemen yang dapat menimbulkan daya tarik seperti elemen estetika, lampu penerang jalan dan lain-lain. Pada kawasan perdagangan kriteria daya tarik ini dilihat dari segi yang berbeda, yaitu keberadaan etalase pertokoan dan hal yang menarik orang untuk berkunjung kembali.

Jalur pejalan kaki yang kompleks sekali akan pemenuhan kriterianya, didasarkan pada segi manusia dan lingkungannya, serta hubungan keduanya, sehingga dapat terjalin keseimbangan antara lingkungan dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Jalur pejalan kaki merupakan salah satu ruang public yang dapat digunakan oleh berbagai manusia beserta kegiatannya.

Adapun beberapa elemen perancangan kota yang dapat mempengaruhi pemanfaatan jalur pejalan kaki menurut Shirvani (1985), yaitu:

1. Tata guna lahan (land use), merupakan pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi sehingga dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.

(8)

2. Bentukan, massa, dan bangunan, meliputi ketinggian bangunan, kepejalan bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan, garis sempadan bangunan, langgam, skala, material, tekstur, dan warna.

3. Sirkulasi dan parkir. Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota yang termasuk didalamnya adalah transportasi jalan public, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang dapat memperkuat karakter suatu daerah. Tempat parkir memiliki pengaruh langsung pada suatu lingkungan, terutama kawasan komersial. Tempat parkir ini dapat memberikan dua efek langsung pada kualitas lingkungan, yaitu kelangsungan aktivitas komersial dan pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota.

4. Ruang terbuka (open space), yaitu merupakan ruang yang terjadi dengan membatasi alam. elemen ruang terbuka kota meliputi lansekap, jalan, taman, dan ruang-ruang rekreasi.

5. Jalur pejalan kaki, yang perencanaannya harus memperhatikan aspek-aspek pendukung aktifitas di sepanjang jalan dan street furniture.

6. Pendukung aktifitas, yaitu semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang public suatu kawasan kota.

7. Penandaan (signage), yaitu merupakan petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media iklan, dan berbagai bentuk penandaan lain.

8. Preservasi, merupakan perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman) dan urban space (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang memiliki ciri khas.

2.1.7 Tingkat pelayanan Jalur Pejalan Kaki

Tingkat pelayanan atau level of service merupakan salah satu yang mempengaruhi penyediaan pelayanan ruang pejalan kaki, termasuk ukuran dan dimensinya. Dalam pedoman penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki di perkotaan yang dikeluarkan oleh Dirjen Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, tingkat pelayanan jalur pejalan kaki diperoleh dari perbandingan luas jalur pedestrian dengan pejalan kaki serta arus pejalan kaki. Berikut Tabel 2.2 merupakan standar tingkat pelayanan jalur pedestrian.

Tabel 2. 2 Standar penyediaan pelayanan jalur pedestrian

Luas pedestrian

way/pedestrian

(m2/orang)

Arus pejalan kaki (pedestrian/menit/meter) Tingkat pelayanan (LOS) Keterangan > 5,6 < 16 A

Orang dapat berjalan dengan bebas, para pejalan kaki dapat menentukan arah berjalan dengan bebas, dengan kecepatan yang relatif

(9)

Luas pedestrian

way/pedestrian

(m2/orang)

Arus pejalan kaki (pedestrian/menit/meter)

Tingkat pelayanan

(LOS)

Keterangan

cepat tanpa menimbulkan gangguan sesama pejalan kaki

5,6 >16 – 23 B

Ruang pejalan kaki masih nyaman untuk dilewati dengan kecepatan yang cepat. Keberadaan pejalan kaki yang lainnya sudah mulai berpengaruh pada arus pedestrian, tetapi para pejalan kaki masih dapat berjalan dengan nyaman tanpa mengganggu pejaan kaki lainnya.

>2,2 – 3,7 >23 – 33 C

Ruang pejalan kaki masih memiliki kapasitas normal, para pejalan kaki dapat bergerak dengan arus yang searah secara normal walaupun pada arah yang berlawanan akan terjadi persinggungan kecil. Arus pejalan kaki berjalan dengan normal tetapi relatif lambat karena keterbatasan ruang antar pejalan kaki

>1,1 – 2,2 >33 – 49 D

Ruang pejalan kaki mulai terbatas, untuk berjalan dengan arus normal harus sering berganti posisi dan merubah kecepatan. Arus berlawanan pejalan kaki memiliki potensi untuk dapat menimbulkan konflik. LOS yang demikian masih menghasilkan arus ambang nyaman untuk pejalan kaki tetapi berpotensi timbulnya persinggungan dan interaksi antar pejalan kaki.

>0,75 – 1,4 >49 – 75 E

Setiap pejalan kaki akan memiliki kecepatan yang sama, karena banyaknya pejalan kaki yang ada. Berbalik arah, atau berhenti akan memberikan dampak pada arus secara langsung. Pergerakan akan relatif lambat dan tidak teratur. Keadaan ini mulai tidak nyaman untuk dilalui tetapi masih merupakan ambang bawah dari kapasitas rencana ruang pejalan kaki.

<0,75 Beragam F

Kecepatan arus pejalan kaki sangan lambat dan terbatas. Akan sering terjadi konflik dengan para pejalan kaki yang sedarag ataupun berlawanan. Untuk berbalik arah atau berhenti tidak mungkin dilakukan. Katakter ruang pejalan kaki ini lebih kearah berjalan sangat pelan dan mengantri. LOS yang seperti demikian merupajan tingkat pelayanan yang sudah tidak nyaman dan sudah tidak sesuai dengan kapasitas ruang pejalan kaki.

Sumber: Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan

2.1.8 Elemen Jalur Pejalan Kaki

Elemen jalur pejalan kaki terdiri atas dua elemen, yaitu elemen material dan elemen pendukung jalur pejalan kaki. Elemen material yang dimaksud merupakan elemen jalur pedestrian sendiri yang mencakup bentuk, warna dan tekstur jalur pejalan kaki, sedangkan

(10)

untuk elemen pendukung terdiri atas lampu penerangan, vegetasi, tempat sampah, telepon umum, halte dan tanda petunjuk lainnya.

A. Elemen Material Jalur Pejalan Kaki

Elemen-elemen material yang umumnya digunakan pada jalur pedestrian adalah paving (beton), bata atau batu. Paving beton dibuat dengan variasi bentuk, tekstur, warna dan variasi bentuk yang memiliki kelebihan terlihat seperti batu bata, serta pemasangan dan pemeliharaannya mudah. Paving beton ini dapat digunakan di berbagai tempat karena kekuatannya, jalan yang terpasang paving atau beton dapat dilewati mobil, sepeda motor, bus dan kendaraan lainnya. Bentuk dapat dibuat untuk pola jalur pedestrian agar tidak terlihat monoton dan memberikan suasana yang berbeda. Batu merupakan salah satu material yang paling tahan lama, memiliki daya tahan yang kuat dan mudah dalam pemeliharaannya. Batu granit adalah salah satu yang sering digunakan pada jalur pedestrian yang membutuhkan keindahan. Bata, merupakan bahan yang mudah didapat, serta mudah dalam pemeliharaannya. Bata memiliki tekstur dan dapat menyerap air dan panas dengan cepat, tetapi mudah retak.

B. Elemen Pendukung Jalur Pejalan Kaki

Elemen pendukung jalur pejalan kaki adalah sebagai berikut: 1. Lampu Penerangan

Penempatan lampu penerangan direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan penerangan yang merata, memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengendara.

2. Vegetasi dan Pot Bunga

Kriteria vegetasi adalah dapat berfungsi sebagai peneduh dan ditempatkan pada jalur tanaman.

3. Halte

Kriteria halte adalah terlindung dari cuaca dan ditempatkan pada pinggir jalan utama. 4. Tanda Penunjuk

Kriteria tanda penunjuk adalah penyatuan tanda penunjuk dengan lampu penerangan, sehingga lebih efisien dan mudah untuk dibaca. Terletak di tempat terbuka dan tidak tertutup pepohoan. Tanda penunjuk memuat informasi tentang lokasi dan fasilitasnya. 5. Tempat Sampah

Perletakkan tempat sampah diatur (15-20 meter), sehingga memudahkan dalam sistem pengangkutan. Tempat sampah disesuaikan dengan jenis sampah.

(11)

Kriteria telepon umum adalah sebagai berikut: a. Memberikan ciri sebagai fasilitas telekomunikasi

b. Memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna c. Udah terlihat, terlindung dari cuaca

d. Penempatan pada tepi atau tengah area pedestrian

e. Tiap satu fasilitas telepon umum berdimensi lebar ± 1 meter.

2.1.9 Ukuran dan Dimensi

Standar umum yang baik, yang digunakan dalam perencanaan penempatan elemen-elemen pendukung jalur pejalan kaki yang berupa pohon, lampu-lampu, bangku istirahat, dll yang ditetapkan sedemikian rupa sehingga terciptanya kenyamanan bagi pejalan kaki tetapi pedestrian juga masih tetap mempunyai street furniturenya.

A. Ruang gerak Bagi Orang Dewasa

Berdiri Jangkauan ke samping Berdiri Jangkauan ke depan

Duduk Jangkauan ke Samping Duduk Jangkauan ke Depan

Gambar 2. 1 Ukuran Dasar Untuk Orang Dewasa

(12)

B. Ruang Gerak Bagi Penyandang Cacat Pengguna “Kruk”

Jangkauan ke Samping Jangkauan ke Depan

Gambar 2. 2 Ukuran Dasar Ruang Penyandang Cacat Pengguna Kruk

Sumber: Dirjen Bina Marga No. 022/T/BM/1999 C. Ruang Gerak Bagi Penyandang Cacat Tuna Netra

Jangkauan ke Samping Jangkauan ke Depan

Jangkauan Samping dengan Tongkat Jangkauan Depan dengan Tongkat

Gambar 2. 3 Ukuran Dasar Ruang Penyandang Cacat Tuna Netra

(13)

D. Ruang Gerak Bagi Penyandang Cacat Berkursi Roda

Jangkauan ke Samping Jangkauan ke Depan

Gambar 2. 4 Ukuran Dasar Penyandang Cacat Berkursi Roda

Sumber: Dirjen Bina Marga No. 022/T/BM/1999

2.1.10 Street Furniture

Fasilitas pelengkap yang dibutuhkan oleh pejalan kaki sebagai sarana penunjang di jalur pedestrian (Street Furniture) antara lain adalah:

A. Drainase

Keberadaan drainase sebagai sarana penunjang jalur pejalan kaki berfungsi sebagai penampung dan jalur aliran air pada ruang pejalan kaki. Keberadaan drainase akan dapat mencegah terjadinya banjir dan genangangenangan air pada saat hujan. Dimensi minimal adalah lebar 50 centimeter dan tinggi 50 centimeter. Drainase bisa diletakkan di samping atau di bawah jalur pejalan kaki.

Gambar 2. 5Penampang Melintang Drainase Pada Jalur Pejalan Kaki

(Sumber: Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan)

(14)

Jalur hijau yang ditempatkan sebagai sarana pendukung dalam jalur pejalan kaki berfungsi sebagai peneduh untuk pejalan kaki. Jalur hijau diletakan pada jalur amenitas (jalur pendukung sebagai penempatan fasilitas pendukung jalur pejalan kaki) dengan lebar 150 centimeter dan bahan yang digunakan adalah tanaman peneduh. Sedangkan untuk jenis tanamannya disesuaikan dengan jalur pejalan kaki yang ada dan lebar jalur amenitas.

Gambar 2. 6 Fasilitas jalur Hijau

(Sumber: Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan) C. Lampu Penerangan

Lampu penerangan diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 meter dengan tinggi maksimal 4 meter, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal & beton cetak. Selain itu, cahaya yang dipancarkan oleh lampu penerangan harus cukup terang sehingga pejalan kaki yang berjalan bisa melihat di waktu gelap/malam hari. Kriteria penempatan lampu penerangan adalah:

1. Ditempatkan pada jalur penyeberangan jalan. 2. Pemasangan bersifat tetap dan bernilai struktur.

3. Cahaya lampu cukup terang sehingga apabila pejalan kaki melakukan penyeberangan bisa terlihat pengguna jalan baik di waktu gelap/malan hari.

4. Cahaya lampu tidak membuat silau pengguna jalan lalu lintas kendaraan.

(15)

D. Tempat Duduk

Tempat duduk diletakan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 meter atau pada tempat-tempat pergantian moda dengan lebar 40-50 centimeter, panjang 150 centimeter dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.

Gambar 2. 8 Fasilitas Tempat Duduk

(Sumber: Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan)

E. Pagar Pengaman

Pagar pengaman diletakan pada jalur amenitas dan berfungsi untuk melindungi pejalan kaki dari bahaya kecelakaan. Pagar pengaman diletakkan pada titik tertentu yang dianggap berbahaya dan memerlukan perlindungan dengan tinggi 90 centimeter, dan bahan yang digunakan adalah metal/beton yang tahan terhadap cuaca dan kerusakan atau bisa juga digunakan pagar pengaman yang berasal dari tanaman pada jalur pejalan kaki yang tidak berbahaya sebagai penambah nilai estetika. Kriteria penempatan pagar pengaman adalah:

1. Apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450 orang/jam/lebar efektif (dalam meter)

2. Apabila volume kendaraan sudah > 500 kendaraan/jam 3. Kecepatan kendaraan > 40 km/jam

4. Kecenderungan pejalan kaki tidak meggunakan fasilitas penyeberangan 5. Bahan pagar bisa terbuat dari konstruksi bangunan atau tanaman.

Gambar 2. 9 Fasilitas Pagar Pengaman

(Sumber: Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan)

(16)

Tempat sampah diletakan pada jalur amenitas. Terletak setiap 20 meter dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.

Gambar 2. 10 Fasilitas Tempat Sampah

Sumber: http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/totok_priyanto.pdf G. Marka, Perambuan dan Papan Informasi (Signage)

Marka dan perambuan, papan informasi (signage) diletakan pada jalur amenitas, pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus pedestrian padat, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan terbuat dari bahan yang memiliki durabilitas tinggi, dan tidak menimbulkan efek silau. Kriteria penempatan perambuan adalah:

1. Penempatan dan dimensi rambu sesuai dengan spesifikasi rambu

2. Jenis rambu sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan keadaan medan. Kriteria penempatan marka adalah:

1. Marka hanya ditempatkan pada Jalur Pejalan Kaki penyeberangan sebidang.

2. Keberadaan marka mudah terlihat dengan jelas oleh pengguna jalan baik di siang hari maupun malam hari.

3. Pemasangan marka harus bersifat tetap dan tidak berdampak licin bagi penguna jalan.

Gambar 2. 11 Fasilitas Marka, Perambuan, Papan Informasi (Signage)

Sumber: http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/totok_priyanto.pdf H. Halte/Shelter Bus

(17)

Halte/shelter bus dan lapak tunggu diletakan pada jalur amenitas. Shelter harus diletakan pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal. Kriteria penentuan lokasi lapak tunggu adalah:

1. Disediakan pada median jalan.

2. Disediakan pada pergantian roda, yaitu dari pejalan kaki ke roda kendaraan umum.

Gambar 2. 12 Fasilitas Halte/Shelter Bus dan Lapak Tunggu

Sumber: http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/totok_priyanto.pdf

I. Telepon Umum

Telepon umum diletakan pada jalur amenitas. Terletak pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai kebutuhan dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal.

Gambar 2. 13 Fasilitas Telepon Umum

Sumber: http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/totok_priyanto.pdf J. Fasilitas bagi Penyandang Cacat

Pedestrian way merupakan suatu ruang publik yang semua orang mempunyai hak yang sama untuk menggunakannya, baik pengguna pedestrian semua umur ataupun bagi penyandang cacat. Khusus untuk pedestrian way bagi penyandang cacat mempunyai

(18)

persyaratan rancangan. Persyaratan khusus untuk rancangan bagi pejalan kaki yang mempunyai cacat fisik adalah sebagai berikut :

1. Jalan tersebut setidaknya memiliki lebar 1.5 meter, dengan tingkat maksimal 5%. 2. Pejalan kaki harus mudah mengenal permukaan jalan yang lurus atau jika ada

berbagai perubahan jalan yang curam pada tingkat tertentu.

3. Menghindari berbagai bahaya yang berpotensi mengancam keselamatan penyandang cacat seperti jeruji, lubang, dan lain-lain yang tidak harus ditempatkan di jalan yang mereka lalui.

4. Ketika penyandang cacat menyeberang jalan, tingkat trotoarnya harus disesuaikan sehingga mereka mudah melaluinya.

5. Jika jalan tersebut digunakan oleh orang tuna netra, berbagai perubahan dalam tekstur trotoar dapat digunakan sebagai tanda-tanda praktis.

6. Jalan tersebut tidak boleh memiliki permukaan yang licin.

7. Persyaratan lainnya disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Selain persyaratan khusus untuk perancangannya, pedestrian way bagi penyandang cacat juga mempunyai beberapa fasilitas yang harus disediakan. Berikut fasilitas pada pedestrian way bagi penyandang cacat :

1. Ram (ramp), diletakan di setiap persimpangan, prasarana ruang pejalan kaki yang memasuki enterance bangunan, dan pada titik-titik penyeberangan.

2. Jalur difabel, diletakan di sepanjang prasarana jaringan pejalan kaki.

2.2 Pejalan Kaki

2.2.1 Pengertian Pejalan kaki

Menurut UU Nomor 22 Tahun 2009 yang dimaksud pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan. Pejalan kaki atau pedestrian menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan adalah pengguna jalur pejalan kaki, baik dengan maupun tanpa alat bantu.

Istilah pejalan kaki atau pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki. Pedestrian dalam hal tersebut memiliki arti pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Pedestrian juga diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi atau perpindahan orang atau

(19)

manusia dari satu tempat ke titik asal (origin) ke tempat lain sebagai tujuan (destination) dengan berjalan kaki (Rubenstein, 1992).

Gambar

Gambar 2. 4 Ukuran Dasar Penyandang Cacat Berkursi Roda  Sumber: Dirjen Bina Marga No
Gambar 2. 7 Fasilitas Lampu Penerangan
Gambar 2. 8 Fasilitas Tempat Duduk
Gambar 2. 10 Fasilitas Tempat Sampah  Sumber: http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/totok_priyanto.pdf
+2

Referensi

Dokumen terkait

Keterbatasan SDM merupakan salah satu ancaman serius bagi industri kecil di Kota Makassar untuk dapat bersaing baik di pasar domestik maupun pasar internasional di

Sugiyono, Metode PenelitianKuantitatif Kualitatif …, 247.. yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

2.2 Kegiatan Perkuliahan Program Studi Apoteker Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember,. 2.3 Kegiatan Perkuliahan Program Studi S2

Begitu juga dengan negara Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, pengendalian jumlah uang beredar sangatlah penting, begitu juga dengan Penanaman Modal

Dengan demikian, perbankan syariah dalam segala aspek operasionalnya harus berupaya untuk mencapai tujuan tersebut, sebagaimana hal itu dapat direalisasikan melalui kegiatan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan perlu dilakukan pengolahan limbah cair tahu dengan fitoremediasi eceng gondok melalui pengenceran 25% untuk

Dengan demikian dapat dipahami kedua penjelasan di atas berbeda, artinya siswa ada yang menerima dan menolak ikut kegiatan pendidikan agama Islam di dalam kelas,

Deskripsi kondisi awal memaparkan hasil identifikasi kesulitan belajar matematika dalam materi pengurangan dan penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas 1 semester 2 di