• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Profil Umum PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan industri hilir (downstream) yang mengembangkan potensi sumber daya alam yaitu minyak dan gas bumi di sektor pengolahan dan pemurnian. Minyak mentah dimurnikan dan diproses menjadi berbagai produk petroleum baik itu BBM maupun Non BBM (NBM) dan produk petrokimia lainnya.

PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap yang beralamat di Jalan Letjen Haryono MT 77 Lomanis, Cilacap Jawa Tengah, merupakan salah satu unit pengolahan yang mempunyai kapasitas produksi terbesar yaitu 348.000 BSD. Secara geografis area operasional kilang RU IV Cilacap terdiri dari 2 kilang utama yang disebut Refinery area serta bahan baku yang disebut area 70 dengan luas area 470 Ha.

Kilang Pertamina RU IV ini merupakan kilang terbesar se-Asia Tenggara dan satu-satunya kilang di Indonesia yang memproduksi aspal juga base oil. Kilang-kilang yang ada di Refinery Unit IV ini terdiri dari :

1. Kilang BBM (Fuel Oil Complex)

Kilang ini mengahasilkan produk bahan bakar baik minyak maupun gas dengan unit utama Crude Distilling Unit, Nephta Hydrotreating Unit, Naphta Reforming Unit, Kerosene Hydrotreating Unit, Gasoil Hydrotreating Unit, dan LPG Recovery Unit.

2. Kilang Pelumas (Lube Oil Complex)

Kilang ini menghasilkan produk pelumas dasar sebagai bahan utama insdustry pelumas dengan unit utama High Vacuum Unit, Propane Despalted Unit, Fulfural Extraction Unit, MEK Dewaxing Unit, dan Lube Hydrotreating Unit. 3. Kilang Aromatik (Aromatic Complex)

Kilang ini menghasilkan produk yang memiliki addedvalue tinggi seperti Paraxylene dan Benzene dengan unit utama Naphta Hydrotreating Unit, Naphta Reforming Unit, Sulfolane Extraction Unit, Transalkylation Unit, Xylene

(2)

4. Kilang Pengolahan Sulfur (Sulfure Recovery Complex)

Kilang ini mengolah gas H2S yang dihasilkan sebagai by product proses produksi yang berppotensi mencermari lingkungan untuk dikonversi menjadi senyawa sulfur yang dapat dijual sebagai bahan baku industri turunannya dengan unit utama Amine Treating Unit, Sulfur Recovery Unit, dan Tail Gas Unit. 5. Kilang Recid Cataliyc Cracking (RFCC)

Yang mengkonversi low value menjadi high value product dengan tujuan meningkatkan produksi gasoline, LPG, dan propylene. Selain itu dengan adanya kilang ini maka inpor HOMC dapat dikurangi dan dapat meningkatkan margin kilang.

1.1.2 Sejarah PT Pertamina (Persero)

Pada tahun 1950-an, Pemerintah Republik Indonesia mulai menginventarisasi sumber-sumber pendapatan negara, diantaranya dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak peninggalan Belanda terlihat tidak terkendali dan penuh dengan sengketa. Sebagai contoh di wilayah Sumatera Utara banyak perusahaan-perusahaan kecil saling berebut untuk menguasai ladang-ladang tersebut.

Pada 10 Desember 1957, perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Tanggal ini diperingati sebagai lahirnya Pertamina hingga saat ini. Pada tahun 1960, PT PERMINA direstrukturisasi menjadi PN PERTAMINA sebagai tindak lanjut dari kebijakan Pemerintah, bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi minyak dan gas di Indonesia adalah negara. Melalui peraturan Pemerintah yang dikeluarkan Presiden pada 20 Agustus 1968. PN PERMINA yang bergerak di bidang produksi digabung dengan PN PERTAMINA yang bergerak di bidang pemasaran guna menyatukan tenaga, modal, dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (Pertamina).

Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini. Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 8 tahun 1971, dimana di dalamnya mengatur peran

(3)

berbagai produk dan menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak dan gas di seluruh Indonesia.

Seiring dengan menghadapi dinamika perubahan di industri minyak dan gas nasional maupun global. Pemerintah menerapkan Undang-Undang No. 22 tahun 2001. pemerintah mengubah kedudukan Pertamina sehingga penyelenggaraan Public Service Obligation (PSO) dilakukan melalui kegiatan usaha.

Pada 17 September 2003 Pertamina berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) berdasarkan PP No. 31 tahun 2003. Undang-Undang tersebut antara lain juga mengharuskan pemisahan antara kegiatan usaha migas pada Sektor Hulu hingga Sektor Hilir.

Pada 10 Desember 2005, sebagai upaya menghadapi persaingan bisnis, PT Pertamina mengubah lambang kuda laut menjadi anak panah dengan warna dasar hijau, biru, dan merah yang merefleksikan unsur dinamis dan kepedulian lingkungan.

Selanjutnya pada 20 Juli 2006, PT Pertamina mencanangkan program transformasi perusahaan dengan 2 tema besar yaitu fundamental dan usaha Perusahaan. PT Pertamina (Persero) mengubah visi Perusahaan yaitu, “Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia” pada 10 Desember 2007. Kemudian tahun 2011, Pertamina menyempurnakan visinya, yaitu “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia”. Melalui RUPSLB tanggal 19 Juli 2012, Pertamina menambah modal ditempatkan/disetor serta memperluas kegiatan usaha Perusahaan.

Pada 14 Desember 2015, Menteri BUMN selaku RUPS menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina dalam hal optimalisasi pemanfaatan sumber daya, peningkatan modal ditempatkan dan diambil bagian oleh negara serta perbuatan-perbuatan Direksi yang memerlukan persetujuan tertulis Dewan Komisaris. Perubahan ini telah dinyatakan pada Akta No.10 tanggal 11 Januari 2016, Notaris Lenny Janis Ishak, SH.

Pada 24 November 2016, Menteri BUMN selaku RUPS sesuai dengan SK BUMN No. S-690/MBU/11/2016, menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina terkait dengan komposisi Direksi dan Dewan Komisaris, kewenangan atas nama Direktur Utama, pembagian tugas dan wewenang Direksi, kehadiran rapat Direktur Utama dan Dewan Komisaris.

(4)

1.1.3 Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan

Berikut Visi dan Misi perusahaan PT Pertamina (Persero) : a. Visi

Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia b. Misi

Menjalankan Usaha Minyak, Gas, Serta Energi Baru dan Terbarukan secara Integrasi, Berdasarkan Prinsip-Prinsip Komersial yang Kuat.

Selain Visi dan Misi diatas PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga mempunyai Visi dan Misi, yaitu :

a. Visi

Menjadi Kilang Minyak Dunia dan Petrokimia yang Unggul di Asia Pada Tahun 2020.

b. Misi

- Mengoperasikan Kilang yang Aman, Handal, Efisien, dan Berwawasan Lingkungan.

- Menghasilkan Keuntungan yang Tinggi

Untuk mewujudkan Visi Perseroan sebagai perusahaan kelas dunia, maka perseroan sebagai perusahaan milik Negara turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, terutama dibidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu energi baru yang terbarukan, minyak dan gas bumi baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha dibidang energi, dan pengembangan optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat. Selain itu juga mengejar keuntungan guna meningkatan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Misi Perseroan menjalakan usaha inti minyak gas, bahan bakar nabati serta kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi dan niaga energi baru yang terbarukan (new and renewable energy) secara terintegrasi.

(5)

PT Pertamina (Persero) menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai perusahaan Pertamina adalah sebagai berikut :

a. CLEAN (BERSIH)

Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asasasas tata kelola korporasi yang baik.

b. COMPETITIVE (KOMPETITIF)

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.

c. CONFIDENT (PERCAYA DIRI)

Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan membangun kebanggaan bangsa.

d. CUSTOMER FOCUS ( FOKUS PADA PELANGGAN )

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

e. COMMERCIAL (KOMERSIAL )

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

f. CAPABLE (BERKEMAMPUAN )

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.

(6)

1.1.4 Logo PT Pertamina (Persero)

Setelah dibelakukannya Undang-Undang Migas No. 22 tahun 2001 dan peralihan bentuk hukum Pertamina menjadi Persero pada tahun 2003, maka PT Pertamina (Persero) mengganti lambang dua buah kuda laut yang mengapit bintang menjadi logo P yang bewarna biru, hijau, dan merah, yang hingga kini sudah di kenal masyarakat.

Berikut Logo PT Pertamina (Persero) :

Gambar 1.1 Logo PT. Pertamina (Persero) Secara Global Sumber : https://www.pertamina.com

Makna dari logo PT Pertamina (Persero) :

1. Warna biru memiliki arti andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab. 2. Warna hijau memiliki arti sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. 3. Warna merah memiliki arti keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam

menghadapi berbagai macam kesulitan. Simbol grafis memiliki arti :

1. Bentuk anak panah menggambarkan aspirasi organisasi Pertamina untuk senantiasa bergerak ke depan, maju dan

progresif. Simbol ini juga mengisyaratkan huruf “P” yakni huruf pertama dari Pertamina.

2. Tiga elemen berwarna melambangkan pulau-pulau dengan berbagai skala yang merupakan bentuk negara

(7)

1.1.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi. A. Struktur Organisasi Perusahaan

Berikut adalah struktur organisasi PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap pada Gambar 1.2 dibawah ini :

Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap sumber: Data Internal PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

(8)

Pada gambar 1.3 dibawah ini merupakan Struktur Organisasi Bagian Kilang Paraxylene PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

(9)

B. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Perusahaan yang baik mempunyai pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antar karyawannya. Dari Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap pada gambar 1.2 dan Struktur Organisasi Bagian Kilang Paraxylene PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap pada gambar 1.3. Berikut merupakan uraian pembagian tugas dan tanggung jawab PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.

a. General Manager

Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit IV sesuai dengan visi misi unit bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengoelolaan operasi kilang, kehandalan kilang, pengembangan kilang, supply chain operation, procurement, serta kegiatan pendukung lainnya guna mencapai target perusahaan di Refinery Unit IV.

b. Senior Man. Op & Manufacturing

Tugas pokok Senior Man. Op & Manufacturing adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan operasi kilang, assesment kondisi peralatan, pemeliharaan turn around / overhoul, pemeliharaan rutin dan non-rutin, pengadaan barang dan jasa, pengadaan bahan baku, intermedia, dan gas, penerimaan, penyaluran, storage management, pengelolaan sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar kegiatan operasi berjalan dengan lancar dan aman di Refinery Unit IV.

c. Production-I Manager

Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan, serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.

(10)

d. Production-II Manager

Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi produk BBM, NBBM, secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit IV.

e. Produstion-III Manager

Tugas pokok Production-III Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi produk BBM, NBBM, secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit IV.

f. Refinery Planning & Optimization Manager

Tugas pokok Refinery Planning & Optimization Manager adalah mengarahkan, mengkoordinasikan, dan memonitor evaluasi perencanaan, pengembangan / pengelolaan bahan baku, dan produk kilang berdasarkan kajian keekonomian, kemampuan kilang serta kondisi pasar, evaluasi pengadaan, penerimaan, dan penyaluran bahan baku; evaluasi kegiatan operasi kilang, evaluasi pengembangan produk, pengelolaan Linear Programming serta pengelolaan hubungan pelanggan dalam rangka mendukung kegiatan operasional yang paling efektif, efisien, dan aman serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis di

(11)

g. Maintenance Execution Manager

Tugas pokok Maintenance ExecutionManager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhaul (plant stop), pemeliharaan peralatan kilang rutin & non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan aset bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan heavy equipment, transportation, rigging, dan scaffolding, optimalisasi aset pengelolaan mutu tools worksho, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan peralatan kilang siap beroperasi dengan tingkat kehandalan, kinerja peralatan yang paling optimal, menjadi role model, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas dan memenuhi HSE excellence di Refinery Unit

h. Maintenance Planning & Support Manager

Tugas pokok Maintenance Planning & Support Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business peralatan kilang yang meliputi rencana strategi perusahaan, pengelolaan mutu, strategi dan rencana dan kehandalan, assesment kondisi kilang, kegiatan pemeliharaan, vendor 7 management, anggaran, dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk memberikan jaminan kelayakan operasi peralatan sesuai peraturan pemerintah dan / atau standar & code serta aspek HSE yang belaku agar peralatan dapat dioperasikan sesuai jadwal untuk memenuhi target produksi yang direncanakan di Refinery Unit IV.

i. Engineering & Development Manager

Tugas pokok Engineering & Development Manager adalah mengarahkan, memonitor, mengendalikan, dan mengevaluasi penyusunan sistem tata kerja operasi kilang apabila ada modifikasi/revamp/unit baru, kegiatan pengembangan kilang pengembangan teknologi, pengembangan produk, pengelolaan kegiatan operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan program HSE, pengelolaan anggaran investasi guna mendukung kegiatan operasi pengolahan berdasarkan hasil identifikasi potensi risiko sehingga dapat terkelola suatu kinerja ekselen yang memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan berorientasi kepada pelanggan, produktivitas, dan keamanan kilang Refinery Unit IV.

j. Manager Reliability

(12)

strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana (termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang dan safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery Unit IV.

k. Manager Turn Around

Tugas pokok T/A Manager adalah mengkoordinir, mengarahkan, mengendalikan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh tahapan proses kerja turn-around (TA/PS/COC) dan over-haul (OH) equipment, mulai dari tahap persiapan / perencanaan, pelaksanaan & proses start-up, hingga post TA-OH yang sesuai best practice / pedoman TA, pedoman pengadaan barang & jasa, peraturan pemerintah, standard & code yang berlaku dalam upaya mendukung kehandalan pengoperasian peralatan kilang hingga seluruh peralatan yang telah diperbaiki dan di-overhaul tersebut dapat beroperasi dengan aman dan handal sampai dengan jadwal TA-OH berikutnya, untuk mendukung pemenuhan target produksi yang direncanakan di Refinery Unit IV.

l. HSE Manager

Tugas poko HSE Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penerapan aspek HSE di Refinery Unit IV yang meliputi penyusunan, sosialisasi & rekomendasi kebijakan & STK HSE, identifikasi risiko HSE, mitigasi risiko HSE, peningkatan budaya HSE, implementasi operasional program HSE, investigasi HSE, penyediaan peralatan dan fasilitas HSE, HSE regulation & standard code compliance serta HSE audit agar kegiatan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat, pelestarian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai sesuai dengan rencana dalam upaya mencapai HSE excellence.

m. Procurement Manager

Tugas pokok Procurement Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem tata kerja procurement, pengadaan barang dan jasa, vendor

(13)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Globalisasi mempunyai dampak yang besar dalam dunia usaha. Tantangan bagi tiap perusahaan dalam menghadapi globalisasi adalah dengan cara menyiapkan diri menghadapi globalisasi pada perekonomian untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal serta mengurangi kerugian dari persaingan global melalui pengelolaan sumber daya manusia.

Sumber Daya Manusia dalam hal ini yaitu tenaga kerja, karena sangat berperan pada perusahaan. Perusahaan dituntut untuk memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Sumber Daya Manusia menjadi kunci dimana penggerak organisasi banyak dipengaruhi sumber daya lainnya, serta peran fungsinya sangat mendukung untuk keberhasilan organisasi.

Dalam suatu organisasi faktor Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dibanding dengan faktor lainnya. Apabila sebuah tujan organisasi mengalami kegagalan, maka faktor manusia yang dapat menjadi penyebab di dalamnya. Oleh karena itu karyawan perlu mendapatkan dorongan motivasi untuk dapat bekerja lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Usri Nani Yunarifah dan Lilik Kustian (2012), yang berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Kebon Agung Malang” yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap kinerja karyawan.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rumpak (2016), dengan judul “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Indonesia Institute” yang menyatakan bahwa kinerja pada umumnya diartikan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Pegawai dapat bekerja dengan baik bila memiliki kinerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik pula.

Seperti yang disampaikan oleh Fahmi (2016:137) bahwa kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi, baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non-profit oriented yang dihasilkan selama periode waktu.

(14)

Berdasarkan kegiatan pra survei yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode wawancara kepada Manager Produksi II bulan September 2018, didapatkan hasil data wawancara Kinerja Karyawan, Grafik Penilaian Kinerja dan Absensi Bagian Kilang Paraxylene PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap pada tabel 1.1 berikut:

TABEL 1.1

DATA WAWANCARA KINERJA KARYAWAN BAGIAN KILANG PARAXYLENE PT PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP Indikator Hasil Evaluasi Atasan

Kuantitas kerja

Terdapat 7,14% atau 11 dari 70 karyawan yang belum dapat memaksimalkan segala kemampuan yang dimiliki (ditunjukan dengan kehadiran yang ada pada tabel 1.2) dalam pencapaian target yang telah ditentukan oleh PT Pertamina RU IV Cilacap dilihat dari data penilaian kinerja.

Kualitas Kerja

Standar kualitas kerja yang ditetapkan akan berkaitan dengan baik tidaknya mutu yang dihasilkan oleh karyawan. Terdapat 6,43% atau 5 dari 70 karyawan yang belum menunjukkan kualitas pekerjaan yang sesuai standar yang diberikan oleh PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Karyawan mampu menghasilkan kualitas kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dan rendahnya kesalahan karyawan dalam melakukan pekerjaan.

Ketepatan Waktu

Terdapat 5,71% atau 4 dari 70 karena belum dapat menyelesaikan setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan tepat waktu. Dalam hal ini ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas adalah sesuai dengan target waktu yang diberikan perusahaan kepada pegawai.

(15)

belum tercapai sepenuhnya dengan baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja karyawan itu sendiri. Karyawan yang mempunyai kinerja tinggi maka dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.

Untuk memperkuat argumentasi yang menjadi faktor penyebab kinerja yang belum memenuhi harapan tersebut, penulis juga menganalisis grafik penilaian kinerja seperti pada gambar 1.4 berikut ini :

Gambar 1.4 Penilaian Kinerja Karyawan Kilang Paraxylene Sumber : Data Internal PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Berdasarkan gambar 1.4 dapat dilihat bahwa kinerja karyawan pada kilang paraxylene PT. PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap mengalami penurunan. Dapat dilihat perubahan dari tahun 2015 yang mendapat predikat dari A (amat baik) dengan nilai 7,3 , kemudian evaluasi kinerja karyawan mengalami penurunan pada tahun 2016 dengan nilai sebesar 6,9 dari yang sebelumnya diangka 7,3. Tahun 2017 mengalami penurunan dengan menyandang predikat B (Baik), dikarenakan penurunan nilai sebesar 6,2 dari 6,9. Namun tahun 2018 mengalami peningkatan

(16)

sebesar 6,4 di tahun 2018. Hal di atas menunjukkan peningkatan kinerja karyawan pada tahun terakhir pengamatan, akan tetapi hal tersebut masih di bawah standar yang ditetapkan yaitu 8 dan rata-rata penilaian kinerja karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap masih diangka 6.4 dalam kategori baik.

Kinerja karyawan di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap yang belum tercapai harapan tersebut sebagaimana ditampilkan pada tabel 1.1 dan gambar 1.4 dipengaruhi berbeagai faktor, salah satu faktor yang diduga memiliki pengaruh dominan adalah motivasi yang dimiliki karyawan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tasya (2018:11) bahwa tabel absensi menggambarkan motivasi kerja sebuah perusahaan. Kenaikkan jumlah ketidak hadiran karyawan menggambarkan penurunan motivasi kerja yang berpengaruh pada kinerja karyawan.

Selain data wawancara dan grafik penilaian kinerja yang menjadi faktor penyebab kinerja yang belum memenuhi harapan tersebut, penulis menganalisis data kehadiran karyawan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat motivasi. Berikut data kehadiran karyawan bagian kilang paraxylene PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap :

TABEL 1.2

DATA KEHADIRAN KARYAWAN BAGIAN KILANG PARAXYLENE PT PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP TAHUN 2017 No Bulan PegawaiJumlah KehadiranTarget KehadiranRealisasi % KetidakHadiran

1 Januari 62 1426 1417 0,63% 2 Februari 60 1380 1369 0,80% 3 Maret 70 1610 1596 0,90% 4 April 60 1392 1380 0,87% 5 Mei 70 1614 1605 0,56% 6 Juni 69 1599 1590 0,60% 7 Juli 69 1596 1587 0,56% 8 Agustus 67 1541 1539 0,13% 9 September 67 1547 1531 1,03% 10 Oktober 63 1449 1441 0,55% 11 November 63 1485 1472 0,90%

(17)

Berdasarkan data pada tabel 1.2 tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat ketidak hadiran karyawan yang menggambarkan tingkat motivasi karyawan di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap bagian kilang paraxylene masih relatif tinggi, yaitu bekisar 0,13% pada tingkat terendah pada bulan Agustus, karena pada bulan Agutus terdapat proyek TA yang harus diselesaikan pada bulan tersebut. Selanjutnya 1,03% pada tingkat tertinggi yaitu pada bulan September, karena pada awal bulan Sepetember terdapat libur diawal bulan yang membuat sebagian karyawan tidak hadir dan terlambat untuk masuk kerja. Sejalan dengan yang dikemukakan Zunaidah dan Arif (2014:46) menyatakan bahwa “Tabel absensi dapat digunakan untuk menggambarkan motivasi kerja dari sebuah perusahaan. Kenaikan tingkat ketidak hadiran karyawan ini sangat menghambat dalam penyelesaian setiap tugas yang harus dikerjakan karyawan yang berakibat terhadap pencapaian target kinerja karyawan.”

Dari beberapa penelitian diatas (Usri Nani Yunarifah dan Lilik Kustian 2012 & Rumpak, 2016) di tempat yang berbeda, yang mengemukakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap kinerja karyawan karena motivasi kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja yang tinggi pula, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan yang akan dilaksanakan studi kasus pada salah satu bagian di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yaitu bagian Kilang Paraxylene Cilacap Produksi II.

Bedasarkan pemaparan di atas, maka diduga motivasi menjadi faktor yang dominan menpengaruhi kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap bagian Kilang Paraxylene. Atas dasar pertimbangan tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul pada penelitian ini yaitu“PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN KILANG PARAXYLENE PT. PERTAMINA (Persero) REFINERY UNIT IV CILACAP ”

(18)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, serta mengacu kepada penelitian di atas (Usri Nani Yunarifah dan Lilik Kustian 2012 & Rumpak, 2016) yang menyatakan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan dan berdasarkan data hasil wawacara dengan manager production II diatas, maka peneliti tertarik untuk membahas hal ini lebih lanjut.

Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi karyawan pada PT. Pertamina (Persero) RU IV bagian Kilang Paraxylene Cilacap ?

2. Bagaimana kinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero) RU IV bagian Kilang Paraxylene Cilacap ?

3. Seberapa besar motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero) RU IV bagian Kilang Paraxylene Cilacap ?

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) RU IV bagian Kilang Paraxylene Cilacap.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) RU IV bagian Kilang Paraxylene Cilacap.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) RU IV bagian Kilang Paraxylene Cilacap.

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Aspek Teoritis

- Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dengan membandingkan antara teori-teori yang diperoleh dengan bukti empiris terkait pengaruh

(19)

- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pustaka dan berguna bagi penelitian dengan masalah yang sama sebagai bahan pertimbangan.

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini berguna bagi PT. Pertamina RU IV bagian Kilang Paraxylene Cilacap dalam pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan terutama yang berkaitan dengan kinerja karyawan.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memberikan arah serta gambaran materi yang terkandung dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan penjelasan secara umum tentang isi penelitian meliputi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mengemukakan tentang hasil kajian kepustakaan terkait dengan topik pembahasan dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar bagi penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis, meliputi rangkuman teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diraikan tentang deskripsi obyek penelitian analisis data, dan pembahasan atas hasil pengolahan data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini merupakan kesimpulan yang diperoleh dari seluruh penelitian dan juga saran-saran yang direkomendasikan oleh peneliti kepada PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.

Referensi

Dokumen terkait

Saya Hervita Laraswati mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja semester akhir bermaksud meneliti tentang “Analisis Risiko Musculoskeletal

Sesudah mengalami asimilasi progresif total, bunyi-bunyi yang sama tersebut kembali mengalami perubahan bunyi, zeroisasi sinkope, pada salah satu bunyi dari dua

Flavonoida biasanya terdapat sebagai O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak

Pelayanan publik adalah urusan baru pada Pemerintah Kota Ambon yang dibentuk berdasarkan Perda Kota Ambon No.10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang