• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG STUDI KASUS : DESA TALANG MULYA, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG STUDI KASUS : DESA TALANG MULYA, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG STUDI KASUS : DESA TALANG MULYA, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN

(Skripsi) Oleh Hendra Pratama FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018

▸ Baca selengkapnya: kekhawatiran terhadap hilangnya nilai ekonomi hidup dapat berupa

(2)

ABSTRAK

NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG : STUDI KASUS DESA TALANG MULYA, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

HENDRA PRATAMA

Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Betung merupakan sumber penyedia air baku yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Talang Mulya untuk berbagai keperluan seperti, keperluan rumah tangga, pengairan irigasi pertanian padi sawah dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Ketersediaan air erat kaitannya dengan keberadaan hutan yang ada di wilayah tersebut sehingga perlu adanya

keseimbangan dalam pengelolaan lahan hutan untuk menjaga ketersediaan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang

pemanfaatan air untuk rumah tangga, pengairan irigasi pertanian padi sawah, dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro dari kawasan hutan serta menganalisis nilai ekonomi air untuk pemanfaatan rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro serta menghitung kesediaan membayar (willingness to pay) biaya rehabilitasi hutan dan lahan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara kepada 106 responden pemanfaat air

(3)

Hendra Pratama dengan menggunakan kuisioner. Perhitungan nilai ekonomi total pemanfaatan air menggunakan metode willingness to pay (WTP). Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai ekonomi total pemanfaatan air di Desa Talang Mulya sebesar

Rp2.963.540.390/tahun. Nilai kesediaan membayar biaya rehabilitasi hutan sebesar Rp5.833.608/tahun dengan rata-rata kesediaan membayar sebesar Rp 22.948/tahun. Penilaian masyarakat terhadap sumber daya air DAS Way Betung cukup baik karena 88,24% responden bersedia membayar biaya rehabilitasi hutan.

Kata kunci : daerah aliran sungai, nilai ekonomi air, nilai ekonomi total, willingness to pay (wtp)

(4)

Hendra Pratama

ABSTRACT

THE ECONOMIC VALUES OF WATER SERVICE UTILIZATION IN WAY BETUNG WATERSHED : CASE STUDY AT THE TALANG

MULYA VILLAGE, TELUK PANDAN, PESAWARAN

By

HENDRA PRATAMA

Way Betung watershed (DAS Way Betung) is a source of raw water supply utilized by the Talang Mulya community for various purposes, such as for household needs, irrigation of paddy farming and micro hydro power plant. Water availability is closely related to the existing forest presence in the area, the forest land management should be in balance on be half of maintaing water availability. This study aimed to determine the perception of the community and to analyze the economic value of water for household needs, irrigation of paddy farming and micro hydro power plant. This research also calculated the

Willingness To Pay (WTP) of forest and land rehabilitation costs by community. Primary data collection were conducted by interviewing 106 respondents. The results showed that the total economic value of water utilization in Talang Mulya Village was Rp 2,963,540,390/year. The value of willingness to pay for forest rehabilitation costs was Rp 5,833,608/year with average willingness to pay was

(5)

Hendra Pratama Rp 22,948/year. Community appraisal of Way Betung watershed water resources use good since 88,24% of respondents are willing to pay for forest rehabilitation.

Keywords : watershed , total economic value, the economic value of water, wtp (willingness to pay)

(6)

NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG STUDI KASUS : DESA TALANG MULYA,

KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

HENDRA PRATAMA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2018

(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Talang Bojong, Kecamatan Kota Bumi, Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 30 Januari 1995. Anak pasangan Bapak Darlian dan Ibu Ernani. Penulis menamatkan pendidikan di Madrasah Ibtida’yah (MI) Negeri 01 Kota Bumi pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 09 Kota Bumi pada tahun 2009 dan Madrasah Aliyah (MA) Negeri 01 Kota Bumi pada tahun 2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Univeritas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan pada tahun 2012.

Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi asisten dosen Kuliah Lapang Kehutanan (KLK). Penulis aktif di organisasi selama perkuliahan yaitu menjadi Anggota Utama Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (Himasylva) Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Anggota Bidang I Rumah Tangga Himasylva periode kepengurusan 2013/2014 dan 2014/2015.

Pada Januari 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Mahabang, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang. Pada Juli 2015 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di RPH Sikayu dan RPH Tebo, BKPH Gombong Selatan, KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.

(10)

Ku persembahkan karya ini untuk Ayahanda (Darlian) dan Ibunda (Ernani)

tercinta atas doa, bimbingan, pengorbanan serta kasih sayang yang selalu mengiringi

setiap

perjalanan Ku

.

(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Nilai Ekonomi Pemanfaatan Jasa Air Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Betung Studi Kasus: Desa Talang Mulya, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku pembimbing utama atas kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P., Ph.D., selaku pembimbing kedua atas bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si., selaku penguji/pembahas dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(12)

iii 6. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik selama penyelesaian masa studi di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 7. Seluruh dosen pengajar dan staf pegawai di Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Kedua orang tua penulis Bapak Darlian dan Ibu Ernani, terima kasih selalu memberikan bantuan untuk bekal penulis di dunia maupun akhirat.

9. Bapak Salim, selaku Kepala Desa Talang Mulya yang telah memberikan bantuannya demi terwujudnya penelitian ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, akan tetapi semoga berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2018 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Kerangka Pemikiran... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 7

B. Pembayaran Jasa Lingkungan ... 9

C. Konsep nilai dan penilaian ... 11

D. Metode Penilaian Sumber Daya Hutan ... 14

E. Manfaat Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

B. Alat dan Sasaran Penelitian ... 17

C. Manfaat Penelitian ... 17

D. Jenis Data ... 18

E. Metode Pengumpulan Data ... 19

F. Pengambilan Sampel ... 20

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Persepsi Masyarakat Terhadap Sumber Daya Air ... 25

B. Nilai Ekonomi Pemanfaat Air untuk Rumah Tangga ... 27

C. Nilai Ekonomi Pemanfaat Air untuk Pertanian Padi Sawah ... 31

D. Nilai Ekonomi Pemanfaat Air untuk PLTMH ... 34

(14)

v Halaman

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 46

Perhitungan Kesediaan Membayar (WTP) Pemanfaat air ... 47—49 Tabel 9—10 ... 50—56 Gambar 2—7 ... 57—59 Lembar Kuisoner Penelitian ... 60—63

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel ...Halaman 1. Persentase kesediaan membayar biaya rehabilitasi hutan di Desa

Talang Mulya ... 26 2. Nilai ekonomi pemanfaat air untuk rumah tangga Desa Talang

Mulya ... 28 3. Kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan untuk

pemanfaat air rumah tangga Desa Talang Mulya ... 30 4. Nilai ekonomi air untuk pemanfaat air irigasi untuk pertanian padi

sawah Desa Talang Mulya ... 32 5. Kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan untuk

pemanfaat air irigasi pertanian padi sawah Desa Talang Mulya ... 33 6. Nilai ekonomi air untuk pemanfaat PLTMH Desa Talang Mulya... 35 7. Kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan untuk

pemanfaat air PLTMH Desa Talang Mulya... 37 8. Nilai ekonomi total pemanfaat air Desa Talang Mulya ... 38 9. Hasil tabulasi responden pengguna air rumah tangga DAS Way

Betung Desa Talang Mulya... 50 10. Hasil tabulasi responden pemakai air DAS Way Betung petani padi

sawah Desa Talang Mulya ... 54 11. Hasil tabulasi responden pengguna PLTMH DA S Way Betung

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar ... Halaman 1. Diagram alir kerangka pemikiran nilai ekonomi pemanfaatan jasa

air Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Betung studi kasus Desa

Talang Mulya, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran... 6 2. Wawancara kepada responden pemanfaat air rumah tangga di Desa

Talang Mulya ... 57 3. Wawancara kepada responden pemanfaat air pertanian padi sawah

di Desa Talang Mulya ... 57 4. Wawancara kepada responden pemanfaat air PLTMH di Desa

Talang Mulya ... 58 5. Bak penampung yang digunakan masyarakat untuk menampung air

yang berasal dari mata air di kawasan Tahura Wan Abdur Rachman . 58 6. Mesin Turbin PLTMH yang digunakan oleh kelompok PLTMH

untuk mengaliri listrik di Desa Talang Mulya ... 59 7. Bendungan air yang digunakan untuk menggerakan turbin PLTMH

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam terbaharukan yang memiliki peran penting dalam menopang kehidupan manusia. Hutan memiliki aset multiguna yaitu menghasilkan produk ekonomi hasil hutan seperti kayu dan turunannya juga sebagai penghasil jasa lingkungan (Fauzi, 2006). Menurut Merryna (2009), jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible). Produk jasa lingkungan antara lain jasa wisata alam (rekreasi), jasa perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon. Salah satu jasa lingkungan yang keberadaannya menyangkut hajat hidup orang banyak adalah jasa perlindungan tata air atau hidrologi.

Fungsi hidrologi menjadi penting karena isu yang menyertainya menyangkut masalah ketersediaan air. Air merupakan kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa air manusia tidak mungkin dapat bertahan hidup. Menurut keberadaannya, air dapat dibedakan menjadi air permukaan dan air tanah. Air permukaan (surface water) dapat diperoleh langsung dari sungai, danau atau laut, yang alurnya (surface flow) kita kenal dengan istilah Daerah Aliran Sungai

(18)

2 (DAS). Ekosistem suatu DAS terbagi ke dalam tiga bagian yaitu hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu sebagai penyedia air pada umumnya merupakan kawasan hutan. Oleh karena itu, stabilitas pemanfaatan sumber air akan sangat ditentukan oleh keutuhan dan kemampuan ekosistem serta pemeliharaan masyarakat sekitar hutan terhadap fungsi hidrologis hutan. Hal tersebut berhubungan erat dengan pola aktivitas ekonomi masyarakat yang berlangsung di daerah hulu.

Menurut Suparmoko (2000), air merupakan salah satu produk penting hutan, dimana fungsi hutan adalah menahan air hujan, lalu dilepas secara perlahan melalui mata air maupun sungai. DAS Way Betung adalah penyedia sumber air baku yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Talang Mulya yang berada dibagian hulu. Air yang ada di wilayah tersebut digunakan untuk berbagai

keperluan seperti, keperluan domestik (rumah tangga), pengairan irigasi pertanian padi sawah dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), sehingga

memiliki nilai ekonomi. Nilai ekonomi air yang dimiliki dapat secara langsung memberikan manfaat yang setara pendapatan. Ketersediaan air erat kaitannya dengan keberadaan hutan yang ada di wilayah tersebut. Air yang ada merupakan hasil penyimpanan dan penyerapan yang dilakukan akar tanaman pada suatu kawasan hutan sehingga perlu adanya keseimbangan dalam pengelolaan lahan hutan untuk menjaga ketersediaan air.

Kondisi hidrologi DAS Way Betung saat ini sangat memprihatinkan, ditandai dengan menurunnya debit rata-rata minimum dari 1,1m3/detik di tahun 1997 menjadi 0,9 m3/detik di tahun 2002 (Yuwono dkk., 2011). Penurunan debit air ini karena kawasan hutan dibagian hulu DAS Way Betung telah mengalami degradasi

(19)

3 lahan yang diakibatkan perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kebun

campuran. Perubahan ini disebabkan nilai hutan dalam menghasilkan jasa lingkungan berupa air dan tata airnya belum dianggap penting. Setelah mengetahui nilai ekonomi hutan yang berkaitan dengan air maka diharapkan masyarakat pemanfaat air mau melakukan rehabilitasi hutan. Berkaitan dengan hal tersebut maka penilaian ini penting dilakukan agar dapat mengetahui nilai ekonomi jasa lingkungan hutan berupa air melalui penghitungan nilai ekonomi air untuk penggunaan rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH serta kesediaan membayar rehabilitasi hutan pengguna melalui pendekatan Willingness To Pay (WTP).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu nilai hutan dalam menghasilkan jasa lingkungan berupa air dan tata airnya belum dianggap penting oleh masyarakat Desa Talang Mulya, sehingga perlu diketahui seberapa besar nilai ekonomi air yang ada untuk penggunaan rumah tangga, irigasi, listrik dan kegiatan rehabilitasi hutan dalam rangka penggunaan sumberdaya air yang ada di wilayah tersebut agar tetap lestari.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu.

1. Menganalisis kesediaan masyarakat tentang pemanfaatan air bagi rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH dari kawasan hutan.

(20)

4 2. Mengukur nilai ekonomi air untuk pemanfaatan rumah tangga, irigasi

pertanian padi sawah, PLTMH serta menghitung kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu.

1. Memberikan informasi dan masukan bagi pengelola hutan dan masyarakat dalam upaya menjaga sumberdaya air dengan diketahuinya nilai ekonomi air di Desa Talang Mulya serta besarnya kesediaan membayar masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan.

2. Sumber ilmu pengetahuan tentang sumberdaya air dan nilai ekonomi yang terkandung didalamnya.

E. Kerangka Pemikiran

Bagian hulu DAS Way Betung merupakan kawasan konservasi Tahura Wan Abdul Rachman yang ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.408/KPTS-II/93 tanggal 10 Agustus 1993. Daerah aliran sungai Way Betung adalah penyedia sumber air baku yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Talang Mulya yang berada dibagian hulu dari DAS Way Betung tersebut. Air yang ada di wilayah tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti, keperluan domestik (rumah tangga), pengairan irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH sehingga memiliki nilai ekonomi.

(21)

5 Nilai ekonomi air untuk masing-masing pemanfaatan air dihitung dengan cara yang berbeda, pemanfaatan air untuk rumah tangga dengan cara perhitungan pemakaian air harian dengan mengukur volume pemakaian air tiap rumah,

pemanfaatan air untuk irigasi pertanian padi sawah diperoleh dengan menghitung biaya pengadaan air untuk irigasi dalam setiap kali panen dan pemanfaatan air untuk PLTMH dihitung dengan cara mengkonversi debit air sungai yang mempunyai potensi daya listrik dengan bantuan pembangkit listrik mikro hidro dan biaya perawatan perbulan oleh masyarakat. Menurut Yuwono, dkk. (2011), kondisi hidrologi DAS Way Betung saat ini sangat memprihatinkan yang ditandai dengan menurunnya debit rata-rata minimum dari 1,1m3/detik di tahun 1997 menjadi 0,9 m3/detik di tahun 2002. Penurunan debit air inikarena kawasan hutan dibagian hulu DAS Way Betung telah mengalami degradasi lahan yang

mengakibatkan perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kebun campuran.

Masyarakat Desa Talang Mulya menggantungkan hidupnya dengan ketersediaan air, untuk itu diperlukan perhatian terhadap kondisi hutan agar ketersediaan air tetap terjaga serta untuk menghitung kesediaan masyarakat membayar biaya rehabilitasi hutan menggunakan metode WTP. Kerangka penelitian disajikan pada Gambar 1.

(22)

6

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran nilai ekonomi pemanfaatan jasa air Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Betung studi kasus : Desa Talang Mulya, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran.

DAS Way Betung

Kawasan TAHURA WAR Degradasi Lahan Ketersediaan Air Terbatas Sumber Penyedia Air Masyarakat Desa Talang Mulya

(Nilai ekonomi air)

Rumah Tangga Irigasi Pertanian Padi Sawah PLTMH Kesediaan Membayar (WTP)

Nilai Ekonomi Total = Nilai Ekonomi Air + WTP

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. DAS bukan hanya merupakan badan sungai, tetapi satu kesatuan seluruh ekosistem yang ada di dalam pemisah topografis. Pemisah topografis di darat berupa daerah yang paling tinggi biasanya punggung bukit yang merupakan batas antara satu DAS dengan DAS lainnya.

Daerah aliran sungai merupakan suatu megasistem kompleks yang meliputi sistem fisik, sistem biologis dan sistem manusia yang saling berinteraksi dan

berhubungan membentuk satu kesatuan ekosistem. Daerah aliran sungai dipandang sebagai sumber daya alam dengan ragam pemilikan baik (private, common, state property) dan berfungsi sebagai penghasil barang dan jasa bagi masyarakat sehingga menyebabkan interdependensi antar pihak, individu dan kelompok. Pengelolaan DAS wajib dijalankan berdasarkan prinsip kelestarian

(24)

8 yang memadukan keseimbangan antara produktivitas dan konservasi untuk

mencapai tujuan-tujuan pengelolaan DAS sebagai berikut. 1. Meningkatkan stabilitas tata air.

2. Meningkatkan stabilitas tanah.

3. Termasuk mengendalikan proses degradasi lahan.

4. Meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan perilaku masyarakat ke arah kegiatan konservasi yang mengendalikan aliran permukaan dan banjir (Wulandari, 2007).

Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya

kemanfaatan alam bagi manusia secara berkelanjutan (Pemerintah Republik Indonesia, 2012). Daerah hulu suatu sungai merupakan bagian penting karena memiliki fungsi perlindungan terhadap seluruh DAS (Asdak, 2002). Keterkaitan antara daerah hulu dan hilir dalam suatu DAS sehingga kondisi daerah hilir dipengaruhi oleh seluruh aktivitas yang dilakukan di daerah hulu. Aktivitas manusia pada daerah hulu DAS baik yang bersifat perbaikan kondisi DAS maupun eksploitasi akan berdampak pada kondisi hidrologi daerah hilir, oleh karena itu perlu adanya kegiatan pengelolaan DAS.

Berdasarkan hasil penelitian Febrianto (2009), DAS Way Betung merupakan salah satu DAS di Provinsi Lampung yang menjadi sumber air bagi petani padi sawah dan rumah tangga di hulu DAS Way betung sehingga petani padi sawah dan rumah tangga berkewajiban melestarikan DAS Way Betung dengan

(25)

9 merehabilitasi hutan dan lahan. Salah satu cara mengetahui biaya rehabilitasi hutan dan lahan maka perlu diketahui persepsi pemanfaatan air dan nilai ekonomi pemanfaatan air. Persepsi pemanfaatan air menggunakan metode WTP sedangkan nilai ekonomi pemanfaatan air menggunakam pendekatan harga air pertanian padi sawah dan rumah tangga.

Berdasarkan hasil penelitian Lubis (2011), kondisi vegetasi DAS Way Betung dapat dikatakan buruk, karena memiliki nilai koefisien aliran permukaan lebih dari 25%. Nilai koefisien aliran permukaan tahun 2006 terjadi penurunan, yaitu sebesar 8,19%. Berdasarkan ketentuan, untuk nilai koefisien aliran permukaan dibawah 5%, maka kondisi vegetasi pada suatu lahan dinyatakan baik. Kondisi vegetasi ini didukung adanya perubahan penggunaan lahan yang signifikan seperti meningkatnya jumlah luasan semak belukar menjadi 19,32% dimana pada tahun 1999 luasan semak belukar hanya 9,88%.

B. Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) merupakan salah satu instrumen ekonomi sebagai bagian dari instrumen pengelolaan lingkungan di Indonesia. Instrumen ini dianggap memiliki beberapa kelebihan dalam hal memberikan sinyal yang tepat untuk perlindungan lingkungan.

Sutopo dan Mawardi (2011), menyatakan bahwa jasa lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan konsep sistem alami yang menyediakan aliran barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan yang dihasilkan oleh proses

(26)

10 ekosistem alami. Hutan sebagai ekosistem alami selain menyediakan berbagai macam produk kayu juga menyediakan produk non kayu sekaligus juga menjadi reservoir besar yang dapat menampung air hujan, menyaring air yang kemudian melepasnya secara gradual, sehingga air tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Prinsip pembayaran jasa lingkungan (payment for enviromental services) bersifat kesukarelaan. Konsep pembayaran jasa lingkungan merupakan hal baru dalam pendekatan konservasi, sehingga idealnya pembayaran jasa lingkungan tidak melibatkan pemerintah, namun pada kenyataannya campur tangan pemerintah justru sangat diharapkan (Kuswanto, 2006).

Menurut Merryna (2009), jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible). Produk jasa lingkungan antara lain jasa wisata alam (rekreasi), jasa perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon. Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi dibagi kedalam empat kategori, yaitu.

1. Penyerap dan penyimpanan karbon (carbon sequestration and storage). 2. Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection).

3. Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection). 4. Keindahan bentang alam (landscape beauty) (Wunder, 2005).

(27)

11 Jasa lingkungan penting untuk dijalankan, karena banyak orang belum

mendapatkan jasa lingkungan secara layak (khususnya sumberdaya air) dan potensi perkembangan pemasaran jasa air di dunia cukup menjanjikan karena adanya permintaan pasar (52%), adanya peraturan pemerintah (28%), adanya penawaran (8%) dan hal lainnya (12%) (Wulandari, 2007).

Pembayaran jasa lingkungan merupakan alat ekonomi yang dapat memberikan nilai terhadap jasa lingkungan. Jasa lingkungan sudah dianggap memiliki nilai ekonomi yang dapat menjadi dasar sistem pembayaran jasa lingkungan yang pada akhirnya memberikan manfaat untuk masyarakat dan kelestarian fungsi

lingkungan (Nurfatriani, 2008).

Sistem PJL dalam konteks DAS menurut Dasrizal dkk. (2012), biasanya meliputi implementasi dari mekanisme pasar atau kelembagaan non-pasar. Pengelolaan jasa lingkungan ditujukan untuk mengkompensasi kepada para peggarap lahan di hulu (upstream landowners) agar mereka dapat memodifikasi tata penggunaan lahan tertentu yang ada untuk konservasi. Upaya ini diharapkan dapat memberi dampak kepada perbaikan suplai air baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Jasa ini memberikan manfaat kepada sumberdaya air yang digunakan masyarakat di sebelah hilir DAS (downstream water resource).

C. Konsep Nilai dan Penilaian

Pengelolaan Sumberdaya Alam (SDA) adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh manfaat, baik manfaat nyata (tangible benefits) maupun

(28)

12 manfaat tidak nyata (intangible benefits) (Merryna, 2009). Nilai (value)

merupakan persepsi manusia tentang makna suatu obyek, bagi orang tertentu, pada waktu dan tempat tertentu (Nurfatriani, 2008). Persepsi tersebut berpadu dengan harapan dan ataupun norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut. Penilaian (valuation) merupakan upaya untuk

menentukan nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan tertentu manusia atau masyarakat. Menurut Yuwono (2011), nilai sumber daya alam sangat tergantung pada banyak faktor yang menentukan besarnya nilai suatu sumberdaya alam tersebut, antara lain :

1. apa yang dinilai 2. kapan dinilainya 3. bagaimana menilainya 4. siapa yang menjadi penilai.

Penentuan nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka (Kramer, dkk., 1994 dalam Setiawan, 2000).

Menurut Davis dan Johnson (1987), penilaian adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa. Penilaian peranan ekosistem, termasuk kawasan konservasi, bagi

kesejahteraan manusia merupakan pekerjaan yang sangat kompleks mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik. Secara tradisional nilai yang terjadi didasarkan pada interaksi antara manusia sebagi subjek (penilai) dan objek (sesuatu yang dinilai) (Pearce dan Moran,1994).

(29)

13 Total nilai air DAS Way Betung terdiri dari nilai penggunaan (use value) dan nilai non penggunaan (non use value). Nilai penggunaan terdiri dari nilai guna

langsung (direct use value), nilai guna tidak langsung (indirect use value), serta nilai pilihan (option value). Sedangkan nilai non penggunaan terdiri dari nilai keberadaan (existance value) dan nilai warisan (bequest value), secara umum total nilai air DAS Way Betung diformulasikan sebagai berikut (Suparmoko, 2000) :

TNA = UV+NUV = (DUV+IUV+OV) +(XV+BV) Keterangan :

TNA : Total economic value (Nilai Ekonomi Total) UV : Use Value (Nilai Penggunaan)

NUV : Non-use value (Nilai Non Penggunaan)

DUV : Direct use value (Nilai Penggunaan Langsung)

IUV : Indirect use value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung) OV : Option value (Nilai Pilihan)

XV : Existance value (Nilai Keberadaan) BV : Bequest value (Nilai warisan).

Konsep dasar penilaian ekonomi adalah kesediaan membayar dari individu untuk sumber daya dan jasa lingkungan yang diperolehnya atau kesediaan untuk

menerima kompensasi akibat adanya kerusakan di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan analisis ekonomi lingkungan, penilaian keuntungan perubahan lingkungan sangat kompleks karena nilai tersebut tidak hanya nilai monereter (berupa uang) dari konsumen yang menikmati langsung (user) jasa perbaikan kualitas tapi juga nilai yang berasal dari konsumen potensial dari orang lain dengan alasan tertentu (non user) (Hufscmidt dkk., 1996).

(30)

14 D. Metode Penilaian Sumberdaya Hutan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pembayaran Jasa Lingkungan merupakan salah satu instrumen ekonomi sebagai bagian dari instrumen pengelolaan lingkungan di Indonesia. Instrumen ini dianggap memiliki beberapa kelebihan dalam hal memberikan sinyal yang tepat untuk perlindungan lingkungan.

Nilai ekonomi sumberdaya hutan dapat dibedakan atas dasar nilai penggunaan (instrumental value) / (use value) dan nilai yang terkandung di dalamnya (instrinsic value) / (non-use value). Nilai atas dasar penggunaan menunjukkan kemampuan hutan yang muncul apabila digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Nilai yang terkandung di dalam hutan adalah nilai yang melekat pada keberadaan hutan itu sendiri, seperti pengatur cuaca, pengatur tata air, penghasil udara bersih, penyerap pencemaran udara dan sebagainya (Suparmoko, 2000).

Pembayaran jasa lingkungan merupakan alat ekonomi yang dapat memberikan nilai terhadap jasa lingkungan. Jasa lingkungan sudah dianggap memiliki nilai ekonomi yang dapat menjadi dasar sistem pembayaran jasa lingkungan yang pada akhirnya memberikan manfaat untuk masyarakat dan kelestarian fungsi

lingkungan (Nurfatriani, 2008). Prinsip pembayaran jasa lingkungan (payment for enviromental services) bersifat kesukarelaan. Konsep pembayaran jasa lingkungan merupakan hal baru dalam pendekatan konservasi, sehingga idealnya pembayaran jasa lingkungan tidak melibatkan pemerintah, namun pada kenyataannya campur tangan pemerintah justru sangat diharapkan (Kuswanto, 2006). Teknik penilaian manfaat ekonomi, didasarkan pada kesediaan konsumen untuk membayar

(31)

15 perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya kemunduran kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar (Hufscmidt dkk., 1996).

Skema pengelolaan jasa lingkungan PJL ini diharapkan dapat dilaksanakan secara langsung dan akan menjanjikan mekanisme kompensasi, dimana para penyedia jasa-jasa lingkungan dapat dibayar oleh para pengguna manfaatnya, serta dapat memelihara penyediaan dari jasa tersebut secara berkelanjutan. Sistem PJL kepada suatu DAS yang berkeadaan baik, akan berkaitan dengan ketersediaan suplai air dengan kualitas yang terjamin. Skema PJL ini terdiri dari pembayaran atau kompensasi langsung oleh para pengguna jasa-jasa di hilir kepada para penyedianya di sebelah hulu (Dasrizal dkk., 2012).

E. Manfaat Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam

Menurut Yuwono (2011), manfaat penilaian valuasi ekonomi suatu sumberdaya alam baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain.

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam

mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka sehingga akan tercapai harapan pengelolaan dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya alam bersangkutan.

2. Sebagai dasar dalam menentukan rekomendasi tertentu pada kegiatan perencanaan, pengelolaan dan lain sebagainya pada suatu sumberdaya alam. 3. Menggambarkan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan

(32)

16 menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program pengelolaan sumberdaya alam, sekaligus bermanfaat dan menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat sumberdaya alam tersebut.

4. Penerapan pada kawasan konservasi hasil valuasi ekonomi dapat digunakan sebagai dasar dalam kegiatan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan. 5. Mengetahui Nilai Ekonomi Total (NET) suatu sumberdaya alam.

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran DAS Way Betung, pada bulan Januari 2017.

B. Alat dan Sasaran Penelitian

Alat yang digunakan adalah kamera, alat tulis, kuisioner dan komputer. Sasaran dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Talang Mulya yang memanfaatkan air untuk kegiatan rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH.

C. Batasan Penelitian

1. Kesediaan membayar pemanfaatan air adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap pemanfaatan sumberdaya air (rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH) maupun kondisi lingkungan untuk rehabilitasi hutan dan lahan.

2. Nilai ekonomi air adalah nilai air permukaan dari pemanfaatan untuk rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH

(34)

18 3. Rumah tangga adalah keluarga yang memanfaatkan air untuk keperluan

domestik di Desa Talang Mulya.

4. Petani padi sawah adalah petani di Desa Talang Mulya yang menggunakan air irigasi untuk pengairan sawah.

5. Biaya pengadaan air adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani di Desa Talang Mulya untuk mempersiapkan saluran irigasi.

6. Luas usaha tani adalah luas lahan pertanian sawah yang diusahakan oleh petani di Desa Talang Mulya.

7. Konsumsi rata-rata perkapita adalah konsumsi air setiap orang per bulan (m3/bln/org).

8. Nilai air untuk PLTMH adalah besarnya daya yang dihasilkan (Kwh/bln).

D. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung kepada responden pemanfaat air, dan data skunder ialah data yang didapat dari sumber pustaka yang berkaitan dengan penelitian.

1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan antara lain.

a. Identitas responden meliputi karakteristik responden, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, pendidikan dan status pernikahan.

(35)

19 b. Data pemanfaatan air untuk rumah tangga yaitu jumlah anggota keluarga,

konsumsi air rumah tangga per bulan.

c. Data pemanfaatan air untuk irigasi pertanian padi sawah yaitu data luas lahan usaha tani dan biaya pengadaan air.

d. Data pemanfaatan air untuk PLTMH yaitu jumlah penggunaan daya listrik (kwh) perbulan, biaya perbulan penggunaan listrik, serta biaya pengadaan e. Kesediaan membayar (WTP) yaitu jumlah rupiah yang sesuai dengan kesediaan

dari individu untuk membayar atas sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk kegiatan rehabilitasi hutan.

2. Data Sekunder

Jenis data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang berasal dari literatur, pustaka dan instansi yang terkait dengan penelitian seperti data statistik kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk, pekerjaan, pendidikan serta luas lahan hutan yang terdapat pada monografi desa pada sasaran penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan melakukan observasi dan wawancara kepada pengguna air di Desa Talang Mulya dengan menggunakan kuisioner. Data

pemanfaatan air untuk konsumsi rumah tangga dihitung dengan mengukur volume penampung air dengan intensitas pengisian harian dalam satuan m3. Data

(36)

20 menghitung biaya yang dikeluarkan untuk pengairan padi sawah per musim tanam. Data pemanfaatan air untuk PLTMH diperoleh dengan menghitung besarnya daya listrik (kwh) yang terpakai perbulan. Data sekunder diperoleh dengan pengumpulan data dan informasi dari dinas, kelurahan maupun literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

F. Pengambilan Sampel

Pemanfaatan air di Desa Talang Mulya digunakan untuk keperluan rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH. Pemanfaat air di Desa Talang Mulya berasal dari 3 dusun dengan total populasi 358 KK. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu sampel diambil berdasarkan pertimbangan dan tujuan untuk mendapatkan sampel pengguna air rumah tangga di wilayah Desa Talang Mulya. Batas eror yang digunakan pada penelitian ini adalah 10% karena dianggap sudah cukup mewakili untuk pengambilan sampel pemanfaat air rumah tangga. Berdasarkan formula Slovin (Arikunto, 2011), sampel dari seluruh populasi diperoleh dengan rumus :

n = ( )

Keterangan:

N : jumlah sampel responden pemanfaat air Rumah Tangga yang diambil dalam penelitian

N : jumlah populasi pemanfaat air Rumah Tangga di lokasi penelitian (358 KK) E : 10 % batas eror

Berdasarkan perhitungan maka di dapat sampel pemanfaat air untuk rumah tangga berjumlah 78 responden sedangkan pemanfaat air untuk irigasi pertanian padi sawah dan pemanfaat air untuk PLTMH dilakukan dengan sensus, hal ini karena

(37)

21 data jumlah pemanfaat dapat diambil seluruhnya sehingga pemanfaat air untuk irigasi pertanian padi sawah berjumlah 5 responden dan pemanfaat air untuk PLTMH berjumlah 23 Responden.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara diolah secara tabulasi. Pengolahan data pemanfaatan air untuk konsumsi rumah tangga, pertanian padi sawah dan PLTMH dihitung menggunakan rumus penilaian ekonomi total air. Analisis mengenai persepsi masyarakat pada masing-masing penggunaan air dilakukan dengan menilai kesediaan membayar atas pemanfaatan air untuk pertanian padi sawah, listrik, rumah tangga dan upaya rehabilitasi kawasan hutan dalam bentuk deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Nilai ekonomi pemanfaatan air dan kesediaan membayar dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (FAO, 2000 dalam Putri, 2013).

1. Rumah Tangga

NART= RTPA x JA x KP x HAS Keterangan :

NART : Nilai ekonomi pemanfaatan air rumah tangga (Rp/RT/Bln) RTPA : Jumlah rumah tangga pemanfaat air (RT)

JA : Rata-rata jumlah anggota keluarga (Org/RT) KP : Konsumsi rata-rata air rumah tangga (m3/RT/Bln) HAS : Harga setara PDAM (Rp/m3).

(38)

22 2. Pertanian padi sawah

NAUT =LUT x BPA x MAT Keterangan :

NAUT : Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk pertanian padi sawah(Rp/tahun) LUT : Luas Usaha Tani (ha)

BPA : Biaya pengadaan air (Rp/ha/musim tanam pertahun) MAT : Musim Tanam Padi (musim tanam pertahun).

3. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

NAPL= RTPL x KLx HL Keterangan :

NAPL : Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk listrik (Rp/bln) RTPL : Jumlah rumah tangga pemanfaat air untuk listrik (RT) KL : Konsumsi rata-rata air untuk listrik (kwh/bln/RT)

HL : Harga listrik PLN (Rp/kwh).

4. Kesediaan membayar /Willingness to pay (WTP) biaya rehabilitasi hutan.

TWp= RWp x P TNp= %r x RWp x P

= ∑

Ts = TWp-TNp Keterangan :

TWp : Total nilai kesediaan membayar (Rp/thn)

RWp : Rata-rata kesediaan membayar seluruh responden (Rp/thn)

P : Populasi (orang)

TNp : Total nilai yang dibayarkan seluruh responden (Rp/thn) %r : Persentase responden yang bersedia membayar (%) r : Total responden (orang)

Ts : Total surplus Konsumen (Rp/thn)

(39)

23 5. Nilai Ekonomi Total

Nilai ekonomi total nilai air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya terdiri dari nilai penggunaan (use value) dan nilai non penggunaan (non use value). Nilai penggunaan terdiri dari nilai guna langsung (direct use value), nilai guna tidak langsung (indirect use value) serta nilai pilihan (option value). Sedangkan nilai non penggunaan terdiri dari nilai keberadaan (existance value) dan nilai warisan (bequest value) (Suparmoko dan Nurrochmat, 2005 dalam Yuwono, 2011).

TNA = UV+NUV = (DUV+IUV+OV) +(XV+BV) Keterangan :

TNA : Total economic value (Nilai Ekonomi Total)

UV : Use Value (Nilai Penggunaan)

NUV : Non-use value (Nilai Non Penggunaan)

DUV : Direct use value (Nilai Penggunaan Langsung)

IUV : Indirect use value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung) OV : Option value (Nilai Pilihan)

XV : Existance value (Nilai Keberadaan) BV : Bequest value (Nilai warisan).

Nilai pemanfaat air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya yang dihitung adalah nilai penggunaan yang meliputi nilai penggunaan langsung dan nilai penggunaan tidak langsung. Nilai penggunaan ini didasarkan pada kondisi pemanfaatan air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya yang digunakan oleh masyarakat di hulu DAS Way Betung untuk kepentingan rumah tangga, pertanian padi sawah dan PLTMH. Nilai ekonomi pemanfaat air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya dirumuskan sebagai berikut:

(40)

24 NET = NART +NAUT +NAPL

Keterangan :

NET : Nilai total pemanfaat air Desa Talang Mulya (Rp/tahun) NART : Nilai ekonomi pemanfaatan air rumah tangga (Rp/tahun)

NAUT : Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk pertanian padi sawah(Rp/tahun) NAPL : Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk listrik (Rp/tahun)

(41)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kesediaan membayar masyarakat pemanfaat air cukup baik dengan persentase 80%—95,83% masyarakat Desa Talang Mulya bersedia membayar biaya rehabilitasi hutan.

2. Nilai ekonomi total air Desa Talang Mulya Rp 708.991.220/tahun yang berasal dari pemanfaat air untuk rumah tangga Rp 703.157.612/tahun, pemanfaat air untuk irigasi pertanian padi sawah Rp 890.000/tahun dan pemanfaat air untuk PLTMH Rp 6.780.024/tahun. Nilai kesediaan membayar untuk rehabilitasi hutan dan lahan sebesar Rp 5.833.608/tahun.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah perlu adanya penelitian lanjutan tentang analisis kesediaan membayar biaya rehabilitasi hutan terhadap sumber daya air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar biaya rehabilitasi hutan dan lahan. Penelitian akan memberikan tambahan informasi yang dapat menjadi

(42)

41 acuan bagi UPTD Tahura WAR dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan.

(43)
(44)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 618 hlm.

Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 370 hlm.

Davis, L dan Johnson K. 1987. Forest Management 3rd Edition. Buku. Mcgraw-Hill College. New York. 715 hlm.

Dasrizal, Ansofino, Juita E dan Jolianis. 2012. Model sistem pembayaran jasa lingkungan dalam kaitannya dengan konservasi sumber daya air dan lahan. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat. 1 (1) :19—20.

Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 251 hlm.

Febrianto, S S. 2009. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Air untuk Pertanian dan Rumah Tangga di Hulu DAS Way Betung dalam Menunjang Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 52 hlm.

Hayati, N dan Wakka A N. 2016. Valuasi ekonomi manfaat air di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Sosial dan

Ekonomi Kehutanan.13 (1) : 47—61.

Hufcsmidt, James M M dan Dixon J. 1996. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan Pedoman Penilaian Ekonomi. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 483 hlm.

Idris. 2013. Estimasi nilai ekonomi total (total economic value) sumberdaya alam dan lingkungan Danau Singkarak. Jurnal Bumi Lestari. 13 (2) : 355—365. Kuswanto, S A. 2006. Implementasi konsep pembayaran jasa lingkungan di

Indonesia : tinjauan aspek kebijakan. Jurnal Jasa Lingkungan. 2 (1) : 1—8.

(45)

44 Lubis, H A. 2011. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Koefisien

Aliran Permukaan (Runoff) DAS Betung Provinsi Lampung. Skripsi.

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 55 hlm.

Merryna, A. 2009. Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 100 hlm.

Nurfatriani. 2008. Merealisasikan pembayaran jasa lingkungan : belajar dari pengalaman di berbagai lokasi. Jurnal Sosial Ekonomi Kehutanan. 1 (8) : 19—33.

Pemerintah Republik Indonesia.2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jakarta. _________________________. 2009.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. Pearce, D dan Moran, D. 1994. The Value of Biodiversity. Buku. Earthscan

Publications. London. 172 hlm.

Putri, P R D. 2013. Nilai ekonomi air DAS Way Orok subdas Way Ratai Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Jurnal Sylva Lestari. 1 (1) : 37—46.

Setiawan, A. 2000. Nilai Ekonomi Taman Hutan Raya Wan Abdulrachman. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 124 hlm.

Suparmoko. 2000. Ekonomika Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Buku. BPFE-UGM. Yogyakarta. 234 hlm.

Sutopo, M F dan Mawardi M I. 2011. Analisis kesediaan membayar jasa

lingkungan dalam pengelolaan sumber daya air minum terpadu di Indonesia (studi kasus DAS Cisadane Hulu). Jurnal Teknik Lingkungan. 5 (3) : 17— 23.

Sutopo. 2006. Panduan dan Analisis Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Buku. BPFE-UGM. Yogyakarta. 76 hlm.

Turner, K. 1994. Sustainable Environmental Economics and Management, Principals and Practice. Buku. Wiley. Amerika Serikat. 390 hlm.

Umar. 2009. Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pelestarian Fungsi Hutan sebagai Daerah Resapan Air (Studi Kasus Hutan Penggaron Kabupaten Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. 172 hlm.

(46)

45 Widada. 2004. Nilai ekonomi air domestik dan irigasi pertanian: studi kasus di

Desa-Desa Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 10 (1) : 15—27.

Wulandari, C. 2007. Penguatan forum DAS sebagai sarana pengelolaan DAS secara terpadu dan multi pihak. Prosiding Lokakarya Sistem Informasi Pengelolaan DAS : Inisiatif Pengembangan Infrastruktur Data. 171—183. Wunder, S. 2005. The efficiency of payments for environmental services in

tropical conservation. Jurnal Conservation Biologi. 21 (1) : 48—58. Yanti, R J. 2008. Analisis Willingness to Pay Petani terhadap Peningkatan

Pelayanan Irigasi (Studi Kasus di Daerah Irigasi Pemali Bawah, Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 110 hlm.

Yuwono, S B. 2011. Pengembangan Sumberdaya Air Berkelanjutan DAS Way Betung Kota Bandar Lampung. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 229 hlm.

Yuwono, S B, Sinukaban N, Murtilaksono K, dan Sanim B. 2011. Land use planning of Way Betung watershed for sustainable water resources

development of Bandar Lampung City. Journal Tropical Soils.16 (1) : 77— 84.

Gambar

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran nilai ekonomi pemanfaatan jasa air Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Betung studi kasus : Desa Talang Mulya, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran.

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 dimana guru konselor harus memiliki

Perhitungan jumlah klorofil (Wintermans & De Mots) dengan waktu stirring 30 menit, 120 menit dan 180 menit dilakukan menggunakan cara yang sama dengan

Secara tegas perlu dinyatakan di sini bahwa hasil penelitian dari kalangan akademisi tidak akan pernah berhasil terpublikasi pada jurnal ilmiah secara memadai dan

Pada dasarnya, kedua sufiks ini mempunyai arti yang sama namun adjketiva yang diikuti oleh sufiks ini lebih mewujudkan bentuk atau rasa dari adjketiva itu sendiri dan dapat

BAB III METODE PENELITIAN... Jenis Penelitian ... Objek Penelitian ... Lokasi Penelitian ... Metode Pengumpulan Data ... Metode Analisa Data ... Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Satu lagi aktivitas yang mayoritas dilakukan oleh responden untuk memasarkan produknya adalah membuat tinjauan mengenai produk tersebut. Dengan mendeskripsikan produk yang

Sebagian warga desa tersebut menggantungkan hidup dari salak pondoh ( Pemetaan Swadaya TIP Desa Wonokerto, 2011 ). Kegiatan yang telah dilakukan pada pengabdian masyarakat ini

Untuk mengetahui dan menilai tingkat kebugaran jasmani seseorang daapat dilaksanakan dengan melakukan tes kebugaran jasmani, oleh karena itu, Tes Kebugaran Jasmani Indonesia