• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA KARAKTERISTIK LAPISAN PERBATAS PERMUKAAN (SURFACE BOUNDARY LAYER) DI ATAS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT ALAN PURBA KUSUMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAMIKA KARAKTERISTIK LAPISAN PERBATAS PERMUKAAN (SURFACE BOUNDARY LAYER) DI ATAS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT ALAN PURBA KUSUMA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA KARAKTERISTIK LAPISAN PERBATAS

PERMUKAAN (SURFACE BOUNDARY LAYER)

DI ATAS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

ALAN PURBA KUSUMA

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Karakteristik Lapisan Perbatas Permukaan (Surface Boundary Layer) di Atas Perkebunan Kelapa Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014 Alan Purba Kusuma NIM G24100047

(4)

ABSTRAK

ALAN PURBA KUSUMA. Dinamika Karakteristik Lapisan Perbatas Permukaan (Surface Boundary Layer) di Atas Perkebunan Kelapa Sawit. Dibimbing oleh TANIA JUNE.

Penelitian yang dilakukan di dua lokasi perkebunan sawit, yaitu di Desa Pompa Air, Jambi (umur 2 tahun) dan di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang, Jawa Barat (umur 8-10 tahun) menunjukkan bahwa karakteristik kekasapan (perpindahan bidang nol (𝑑 ), kecepatan kasap ( 𝑢∗), dan panjang kekasapan (𝑧0)) meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Parameter kekasapan ini menentukan dinamika profil-vertikal kecepatan angin, intensitas turbulensi, energi kinetik turbulensi (TKE), dan juga transfer momentum serta bahang (terasa dan uap air). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kedua lokasi perkebunan, kecepatan angin di dekat permukaan akan mengalami disturbansi dan menurun secara logaritmik karena gesekan dengan permukaan yang berkorelasi positif dengan koefisien drag (𝐶𝐷). Nilai 𝐶𝐷 sebanding dengan kuadrat rasio antara kecepatan tangensial parsel udara karena turbulensi mekanik dengan kecepatan angin rata-rata pada ketinggian tertentu. Nilai koefisien drag pada kondisi netral 𝐶𝐷 cenderung menurun terhadap pertambahan kecepatan angin. Pada kondisi atmosfer tidak stabil, proses pemanasan permukaan oleh radiasi matahari mendorong terbentuknya pengangkatan massa udara ke atas (buoyancy) yang mencapai puncak pada tengah hari (12.00-14.00 WIB). Semua mekanisme ini menyebabkan gerakan acak aliran massa udara dan mengubah energi kinetik serta potensial aliran pada suatu ketinggian menjadi TKE. Analisis menunjukkan TKE memiliki korelasi yang tinggi dengan transfer bahang terasa dan uap air. Hal ini menunjukkan bahwa turbulensi lebih efektif dalam proses pencampuran dibanding melalui proses difusi molekular.

Kata kunci: kekasapan permukaan, perpindahan bidang nol, kecepatan kasap, panjang kekasapan, turbulensi, TKE, koefisien drag, transfer momentum, transfer bahang

ABSTRACT

ALAN PURBA KUSUMA. The Dynamics of Surface Boundary Layer Characteristics above Oil Palm Plantation. Supervised by TANIA JUNE.

The research conducted in two separated oil palm plantation sites, i.e. in Pompa Air Village, Jambi (2 years old of oil palm) and in PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang, West Java (8-10 years old of oil palm) showed that the roughness parameters including zero-plane displacement (𝑑), friction velocity (𝑢∗),

and roughness length (𝑧0) increase with the rise of the age of plants. These parameters play a crucial role in affecting the dynamics of wind vertical-profile, turbulence intensity, turbulence kinetic energy (TKE), as well as momentum and heat (sensible and latent) transport mechanisms. Based on the results, above the plant canopies of both of plantation sites, the wind speed will be disturbed by and logarithmically decreased downward to just above the roughness elements by the

(5)

surface shear stress which has postitive correlation with the drag coefficient (𝐶𝐷). Value of 𝐶𝐷 is equivalent to square of ratio between the tangential velocity of air flow generated by mechanical turbulence and wind speed at certain height. Above both of plantation sites in neutral atmospheric condition 𝐶𝐷 tended to decrease with the increase of wind speed. In addition, in unstable atmospheric condition, surface heating process by short wave radiation generates buoyancy reaching its peak at mid-day (12 am - 2 pm). All of these mechanisms cause chaotic air flow and convert kinetic and potential energy of stratified mean flow into TKE. Based on result, TKE had high correlation with sensible heat flux and latent heat flux as well. It showed that turbulence has more efficient mixing mechanism than molecular diffussion process.

Keywords: roughness parameters, zero-plane displacement, friction velocity, roughness length, turbulence, TKE, drag coefficient, momentum flux, heat flux

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Geofisika dan Meteorologi

DINAMIKA KARAKTERISTIK LAPISAN PERBATAS

PERMUKAAN (SURFACE BOUNDARY LAYER)

DI ATAS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

ALAN PURBA KUSUMA

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Dinamika Karakteristik Lapisan Perbatas Permukaan (Surface Boundary Layer) di Atas Perkebunan Kelapa Sawit

Nama : Alan Purba Kusuma NIM : G24100047 Disetujui oleh Dr Ir Tania June, MSc Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Tania June, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, atas segala rahmat dan hidayat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Dinamika Karakteristik Lapisan Perbatas Permukaan (Surface Boundary Layer) di Atas Perkebunan Kelapa Sawit” dan telah memperoleh gelar Sarjana Sains di Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Dengan penuh rasa terima kasih, kebanggaan ini tentunya penulis persembahkan terutama kepada ayah saya, Bapak Riswandi dan kakak perempuan tercinta, Riska Ayu Antika yang selalu mencurahkan doa, motivasi, dan cinta kasihnya.

Penelitian dan proses penulisan hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada, Dr Ir Tania June selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, dukungan, dan bimbingannya, serta ilmu yang tidak ternilai harganya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Nandar dari Balai Penelitian Klimatologi dan Hidrologi, CRC990 EFForts Projects, PTPN VIII, dan BOPTN 2013 yang telah memberikan bantuan untuk terselenggaranya penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dosen pembimbing akademik, semua dosen dan staff Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB, semua keluarga besar, serta teman-teman yang selalu memberikan doa dan nasehatnya kepada penulis.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, Agustus 2014 Alan Purba Kusuma

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan Penelitian 2

Prosedur Analisis Data 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Lapisan Perbatas (Boundary Layer) 7

Karakteristik Mikrometeorologi di Atas Perkebunan Kelapa Sawit 8 Karakteristik Kekasapan Permukaan dan Implikasinya pada Profil

Kecepatan Angin 10

Intensitas Turbulensi dan Turbulence Kinetic Energy (TKE) di Atas

Pertanaman Kelapa Sawit 14

Koefisien Pertukaran Turbulensi/Eddy untuk Momentum dan Transfer

Momentum pada Lapisan Perbatas di Atas Perkebunan Kelapa Sawit 15

Transfer Bahang Terasa (Sensible Heat Flux) 17

Transfer Uap Air (Latent Heat Flux) 19

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 23

(12)

DAFTAR TABEL

1 Nilai drag coefficient (𝐶𝐷) pada ketinggian maksimum pengukuran (𝑧𝑚𝑎𝑥) dan ketinggian referensi (𝑧𝑟)* untuk perkebunan Pompa Air, Jambi dan perkebunan Cimulang

12 2 Nilai rata-rata intensitas turbulensi dan TKE pada kondisi atmosfer

tidak stabil di atas perkebunan kelapa sawit Desa Pompa Air, Jambi

(umur 2 tahun) dan Cimulang (Umur 8-10 tahun) 15

3 Nilai koefisien pertukaran turbulensi untuk momentum (𝐾𝑚) dan besar transfer momentum rata-rata (𝜏 ) pada tiga level ketinggian untuk wilayah perkebunan Pompa Air, Jambi dan Cimulang 16 4 Korelasi transfer bahang terasa (𝑄𝐻) dengan Richardson Number (𝑅𝑖),

gradien vertikal suhu udara (𝑑𝑇), kecepatan angin rata-rata (ū), dan

radiasi global 18

5 Korelasi fluks panas laten (𝑄𝐸) dengan Richardson Number (𝑅𝑖 ), kelembaban relatif (RH), gradien vertikal suhu udara (𝑑𝑇), kecepatan angin rata-rata (ū), radiasi global, TKE, dan fluks bahang terasa (𝑄𝐻) 20

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang, Jawa

Barat dan perkebunan Desa Pompa Air, Jambi 3

2 Ilustrasi pemasangan sensor pada mini-tower di Perkebunan Desa

Pompa Air, Jambi dan Perkebunan Cimulang 3

3 Skema lapisan perbatas atmosfer (Merujuk dari Arya 2001) 8 4 Variasi diurnal rata-rata radiasi global, profil suhu dan kelembaban

relatif (RH) di atas perkebunan kelapa sawit umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi) serta perkebunan umur 8-10 tahun (Cimulang) 9 5 Profil kecepatan angin di atas perkebunan kelapa sawit Pompa Air,

Jambi (2.4 m, 3.15 m, 5.8 m) dan Cimulang (9 m, 13m) 10 6 Penentuan panjang kekasapan (𝑧0) dan kecepatan kasap (𝑢∗) pada

perkebunan umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi) dan umur 8-10 tahun

(Cimulang) 10

7 Hubungan kekasapan dan kestabilan atmosfer (stabil, netral, dan tidak

stabil) pada profil kecepatan angin 11

8 Korelasi koefisien drag ( 𝐶𝐷 ) dengan kecepatan angin di atas pekebunan sawit umur 2 tahun dan umur 8-10 tahun pada kondisi

atmosfer netral 13

9 Variasi nilai turbulensi terhadap ketinggian di atas perkebunan kelapa sawit Desa Pompa Air, Jambi dan Cimulang.

(13)

10 Korelasi antara koefisien pertukaran turbulensi untuk momentum (𝐾𝑚)

dengan bilangan Richardson (𝑅𝑖) 16

11 Variasi diurnal transfer bahang terasa di atas pertanaman kelapa sawit umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi) dan 8-10 tahun (Cimulang) 17 12 Variasi perbedaan suhu secara vertikal di atas pertanaman sawit umur

2 tahun (Pompa Air, Jambi) dan 8-10 tahun (Cimulang) 18 13 Variasi diurnal transfer uap air di atas pertanaman kelapa sawit umur 2

tahun (Pompa Air, Jambi) dan 8-10 tahun (Cimulang) 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata (per jam) kecepatan angin, suhu udara, kelembaban relatif, dan radiasi global Perkebunan Desa Pompa Air, Jambi 23 2 Rata-rata (per jam) kecepatan angin, suhu udara, kelembaban relatif,

dan radiasi global Perkebunan Cimulang, Bogor 24

3 Contoh perhitungan 25

4 Rata-rata (per jam) transfer bahang terasa dan TKE pada Perkebunan Desa Pompa Air, Jambi dan Perkebunan Cimulang, Bogor 28

5 Daftar konstanta 28

6 Simbol, nilai, dan satuan konstanta yang digunakan 29 7 Dokumentasi penelitian di PTPN VIII, Cimulang, Jawa Barat (a-d) dan

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim tropis lembab, kelapa sawit (Elaeis guineensis) sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Bersama dengan Malaysia, kedua negara ini dapat menghasilkan lebih dari 80 % produksi minyak sawit untuk memenuhi permintaan pasar global (Koh dan Wilcove 2007; Fitzherbert et al. 2008). Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan (2014), dari tahun 2011 hingga 2012 Indonesia telah mengalami peningkatan luas total area perkebunan kelapa sawit hingga 6.45 %, dimana wilayah Sumatera dan Kalimantan menjadi penyumbang terbesarnya.

Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dari tren peningkatan luas area sawit ini adalah bagaimana implikasinya terhadap lingkungan sekitar maupun di dalamnya. Karakteristik tegakan dan kanopi yang khas memberikan implikasi yang unik pada variasi unsur mikrometeorologi di dalamnya. Struktur kanopi menyerupai kubah (pada pohon sawit dewasa) yang tersusun oleh dudukan spiral pelepah atau daun majemuk (phyllotaxis) memberikan pengaruh langsung pada dinamika profil kecepatan angin dan intersepsi radiasi matahari, sehingga membentuk karakteristik lapisan perbatas (boundary layer) yang khas di atasnya. Selain mempengaruhi variasi vertikal unsur meteorologi seperti suhu udara, kandungan uap air, momentum, aerosol, partikulat, CO2, serta bahang, lapisan perbatas ini merupakan sumber dari sebagian besar energi penggerak cuaca dalam skala besar dan sirkulasi atmosfer pada umumnya (Arya 2001).

Data dan informasi terkait karakteristik kekasapan permukaan banyak dibutuhkan dalam membangun berbagai model sirkulasi atmosfer, baik dalam skala mikro maupun makro, misalnya GCM. Selain itu, parameter kekasapan diperlukan dalam menghitung besar proses transport yang terjadi, seperti fluks bahang, CO2,

uap air, momentum, material kimia, dan lain sebagainya. Karakteristik lapisan perbatas yang dimaksud meliputi karakteristik kekasapan permukaan (surface roughness) dan besar koefisien fluks permukaan. Melalui analisis data kecepatan angin di atas kanopi, maka dapat diketahui karakteristik kekasapan permukaannya, meliputi roughness length (𝑧0), zero plane displacement (𝑑), friction velocity (𝑢∗)

(McInnes et al. 1991; Kimura et al. 1999; Martano 2000; Tsai and Tsuang 2005; Yuhao et al. 2008; Cataldo and Zeballos 2009). Penelitian ini penting dilakukan mengingat belum adanya penelitian yang mengkaji lapisan perbatas permukaan di atas kawasan perkebunan kelapa sawit, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi yang lengkap dan data hasil analisis yang spesifik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis karakteristik kekasapan permukaan (roughness parameters), meliputi roughness length (𝑧0)), zero-plane displacement (𝑑), friction velocity

(16)

2

2. Mengidentifikasi implikasi stabilitas atmosfer dan karakteristik kekasapan pada dinamika profil kecepatan angin, intensitas turbulensi dan turbulence kinetic energy (TKE) di atas kanopi pertanaman kelapa sawit umur 2 tahun dan 8-10 tahun.

3. Menentukan koefisien pertukaran turbulensi untuk momentum dan karakteristik transfer momentum (𝜏), transfer bahang terasa (𝑄𝐻), dan transfer uap air (𝑄𝐸)

di atas perkebunan kelapa sawit.

4. Mengetahui pengaruh karakteristik turbulensi pada transfer bahang terasa dan uap air.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi berbeda, yaitu perkebunan sawit umur 8-10 tahun di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang, Jawa Barat (a) dan perkebunan sawit umur 2 tahun di Desa Pompa Air, Jambi (b) seperti pada Gambar 1. Khusus di Desa Pompa Air, Jambi, penelitian ini bekerja sama dengan CRC990 EFForts Projects. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2013 hingga bulan Oktober 2013 yang meliputi perijinan, pembuatan alat, dan pengambilan data. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Data Penelitian

Pengukuran parameter mikrometeorologi di atas perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan mendirikan mini tower pada kedua lokasi penelitian. Parameter utama yang diperlukan dalam analisis karakteristik lapisan perbatas permukaan meliputi kecepatan dan arah angin, suhu udara, dan kelembaban relatif. Untuk lokasi perkebunan Desa Pompa Air, Jambi, 3 anemometer (A), 3 sensor suhu (T) dan kelembaban udara relatif (RH) dipasang pada ketinggian logaritmik 2.4 m, 3.15 m, dan 5.8 m, serta satu sensor arah angin/wind vane (W) pada ketinggian 5.8 m. Untuk lokasi kebun Cimulang, 2 anemometer (A), 2 sensor suhu (T) dan kelembaban relatif (RH) dipasang pada ketinggian logaritmik 9 m dan 13 m, serta wind vane (W) pada ketinggian 13 m. Selain itu, digunakan pula data tambahan, yaitu radiasi global pada kedua lokasi. Ilustrasi pemasangan sensor pada kedua lokasi ditunjukkan oleh Gambar 2 di bawah.

Prosedur Analisis Data Analisis Karakteristik Mikrometeorologi

Variasi diurnal profil parameter meteorologi di kedua lokasi penelitian yang meliputi kecepatan angin, suhu udara, RH, dan radiasi global diperoleh dengan

(17)

3

plotting data rata-rata per jamnya terhadap waktu. Sebelum plotting data terlebih dahulu dilakukan filtering data berdasarkan syarat tertentu. Dalam penelitian ini, misalnya data angin untuk wilayah Pompa Air, Jambi, hanya angin dari arah barat yang hanya memenuhi persyaratan fetch. Hal ini menjadi sangat penting karena data yang tidak memenuhi fetch dapat menunjukkan penyimpangan karakteristik sebenarnya dari wilayah/area yang ingin dikaji.

(a)

(b)

Gambar 1 Lokasi penelitian (a) PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang, Jawa Barat dan (b) perkebunan Desa Pompa Air, Jambi

(a) (b)

Gambar 2 Ilustrasi pemasangan sensor pada mini-tower di Perkebunan Desa Pompa Air, Jambi (a) dan Perkebunan Cimulang (b)

(18)

4

Stabilitas Atmosfer

Kestabilan atmosfer dibagi atas tiga kategori menurut bilangan Richardson (𝑅𝑖), stabil (𝑅𝑖 > 0.01), netral (-0.01 ≤ 𝑅𝑖 ≤ 0.01), dan tidak stabil (𝑅𝑖 < -0.01). Bilangan Richardson dihitung berdasarkan persamaan berikut (Thom 1975; Oke 1978; Arya 2001): 𝑅𝑖 = 𝑔( 𝜕𝜃 𝜕𝑧) 𝜃𝑎(𝜕𝑢𝜕𝑧) 2 (1)

dimana g adalah percepatan gravitasi (9.8 m/s2), θ adalah suhu potensial (K); 𝜃 =

𝑇 − 𝛤𝑑𝑧, dengan Γd adalah dry adiabatic lapse rate sebesar -0.00976 K/m dan T

merupakan suhu absolut (K) pada ketinggian z (m), dan 𝜃a adalah suhu potensial pada ketingian za (K); 𝑧𝑎 = (𝑧1𝑧2)1/2 .

Karakteristik Kekasapan Permukaan

Pada kondisi atmosfer netral, dimana tegakan yang menutupi permukaan datar/rata relatif homogen dengan jarak antar elemen yang teratur, profil logaritmik kecepatan angin terhadap ketinggian memenuhi persamaan berikut:

𝑙𝑛(𝑧 − 𝑑) =𝑢𝑘𝑢(𝑧) + 𝑙𝑛𝑧0 (2) 𝑑0 = 23ℎ (3)

𝑑 =

[𝑎 2(Δ𝑢 Δ𝑢′) 2 𝑧1]−𝑧3 𝑎2(Δ𝑢 Δ𝑢′) 2 −1 (4)

𝑎 =

𝑙𝑛(𝑧3−𝑑0)−𝑙𝑛(𝑧2−𝑑0) [(𝑧3−𝑑0)(𝑧2−𝑑0)]−0.5 𝑙𝑛(𝑧2−𝑑0)−𝑙𝑛(𝑧1−𝑑0) [(𝑧2−𝑑0)(𝑧1−𝑑0)]−0.5 (5) dimana 𝑧: ketinggian pengukuran (m), 𝑢(𝑧): kecepatan angin (m/s) pada ketinggian 𝑧, 𝑘: konstanta Von Karman (0.4), 𝑑: perpindahan bidang nol (m), 𝑢∗: kecepatan

kasap (m/s), 𝑧0: panjang kekasapan (m), 𝑑0: initial zero-plane dispalcement (m), ℎ: tinggi rata-rata elemen kekasapan (m), Δ𝑢 = 𝑢(𝑧2) − 𝑢(𝑧1), Δ𝑢′= 𝑢(𝑧

3) − 𝑢(𝑧2),

dimana 𝑧1 < 𝑧2 < 𝑧3.

Parameter kekasapan yang meliputi zero-plane displacement (𝑑), friction velocity (𝑢∗), dan roughness length (𝑧0) dapat juga ditentukan dengan metode trial and error, dimana nilai 𝑑 dari hasil ekstrapolasi ln (𝑧 − 𝑑) dan 𝑢(𝑧) dipilih dari nilai r2 tertinggi, yaitu mendekati 1. Kemudian nilai 𝑑 digunakan untuk menghitung

𝑢∗ dan 𝑧

0. Dengan cara yang sama seperti tahap sebelumnya, ln (𝑧 − 𝑑) diplotkan

terhadap kecepatan angin (𝑢) pada bidang kartesius. Nilai slope dan intersection point dari persamaan regresi linier 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 yang terbentuk dapat digunakan untuk menentukan nilai 𝑢∗ dan 𝑧

0 berdasarkan persamaan (2).

Koefisien Drag (CD) pada Kondisi Atmosfer Netral

Ketika kondisi atmosfer netral, efek buoyancy dianggap tidak ada, sehingga proses fisik yang mencermikan kekasapan permukaan di bawahnya memenuhi persamaan berikut:

𝑢∗ = (𝜏/𝜌)12 (6)

𝐶𝐷 =𝜌𝑢𝜏

(19)

5 dengan melakukan substitusi persamaan (6) dengan persamaan (7), maka besra koefisien drag dapat diperoleh dengan persamaan (8):

𝐶𝐷 = (𝑢 ∗ 𝑢⁄ )𝑟 2 (8)

dimana 𝜏 adalah transfer momentum (N/m2), 𝜌 adalah kerapatan udara (kg/m3), dan

𝑢𝑟 adalah kecepatan angin rata-rata pada ketinggian referensi (𝑧𝑟). Arya (2001) menyebutkan bahwa ketinggian referensi adalah 10 meter dari permukaan tanah untuk jenis kekasapan rendah dan sedang (𝑧0< 0.1 m), sedangkan pada jenis

kekasapan tinggi (misalnya hutan), nilai ketinggian referensi minimal 1.5 kali ketinggian elemen kekasapan.

Intensitas Turbulensi dan Turbulence Kinetic Energy (TKE)

Intensitas turbulensi merupakan perbandingan perturbasi kecepatan angin dari nilai rata-ratanya. Sementara itu, TKE ditentukan oleh nilai varians komponen kecepatan angin 𝑢, 𝑣, dan 𝑤 seperti pada persamaan berikut:

𝐼 =𝜎𝑢

𝑢̅ (9)

𝑇𝐾𝐸 = 0.5[𝜎𝑢2 + 𝜎

𝑣2+ 𝜎𝑤2] (10)

Untuk kondisi atmosfer stabil, standar deviasi kecepatan angin pada lapisan perbatas dengan ketebalan ℎ bervariasi terhadap ketinggian 𝑧 dengan persamaan berikut (Stull 2000):

𝜎𝑢 = 2𝑢∗[1 − (𝑧/ℎ)]3/4 (11)

𝜎𝑣 = 2.2𝑢∗[1 − (𝑧/ℎ)]3/4 (12)

𝜎𝑤 = 1.73𝑢∗[1 − (𝑧/ℎ)]3/4 (13)

sedangkan pada kondisi netral:

𝜎𝑢 = 2.5𝑢∗𝑒𝑥𝑝(−1.5 × 𝑧/ℎ) (14)

𝜎𝑣 = 1.6𝑢∗[1 − 0.5(𝑧/ℎ)] (15)

𝜎𝑤 = 1.25𝑢∗[1 − 0.5(𝑧/ℎ)] (16)

dan pada kondisi tidak stabil, dengan ketebalan lapisan perbatas 𝑧𝑖 nilai standar deviasi bervariasi terhadap ketinggian 𝑧 sebagai berikut:

𝜎𝑢 = 0.11𝑤𝐵(𝑧/𝑧𝑖)1/3[1 − 0.7(𝑧/𝑧𝑖)] (17)

𝜎𝑣 = 0.08𝑤𝐵[0.5 + 0.4(1 − 𝑧/𝑧𝑖)2] (18)

𝜎𝑤 = 0.11𝑤𝐵(𝑧/𝑧𝑖)1/3[1 − 0.8(𝑧/𝑧𝑖)] (19)

dimana 𝑤𝐵 adalah buoyancy velocity scale yang berperan pada keefektifan proses tansfer bahang:

𝑤𝐵 = [|𝑔|𝑧𝑖

𝜃𝑣 𝑀𝐿(𝜃𝑣 𝑠𝑓𝑐− 𝜃𝑣 𝑀𝐿 )]

1/2

(20)

atau dengan skala kecepatan konvektif lainnya, The Deardorff velocity (𝑤):

𝑤∗= [|𝑔|𝑧𝑖

𝑇𝑣 (

𝑄𝐻

𝐶𝑝𝜌)] (21)

dimana 𝑤𝐵 = (1/0.08) 𝑤∗, 𝑔 adalah percepatan gravitasi, 𝜃𝑣 𝑀𝐿 dan 𝑇𝑣 adalah suhu

potensial virtual dan suhu virtual pada mixed layer, 𝜃𝑣 𝑠𝑓𝑐 adalah suhu-permukaan virtual,

𝑄𝐻 merupakan transfer bahang terasa (W/m2), dan 𝐶𝑝 adalah panas spesifik pada tekanan konstan sebesar 1004.2 J/(kg K).

Perhitungan TKE pada penelitian ini hanya dilakukan pada kondisi atmosfer tidak stabil atau secara umum terhitung dari jam 07.00 hingga 17.00 WIB. Oleh karena itu, dalam perhitungannya dibutuhkan nilai ketebalan mixing layer (𝑧𝑖).

𝑧𝑖2 = 2𝑄Δ𝜃𝐴𝐾 Δ𝑧

(20)

6

𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 dimana Δ𝜃Δ𝑧 adalah gradien suhu potensial terhadap ketinggian (lapse rate) (K/m), 𝑄𝐴𝐾 adalah pemanasan komulatif yang dapat ditentukan dengan persamaan

berikut:

𝑄𝐴𝐾 =𝑄𝐻𝑚𝑎𝑥𝐷

𝜋𝜌𝐶𝑝 [1 − 𝑐𝑜𝑠 (

𝜋𝑡

𝐷)] (23)

Koefisien Pertukaran Turbulensi untuk Momentum (𝐾𝑚) dan Transfer

Momentum (𝝉)

Nilai 𝐾𝑚 dan 𝜏 pada kondisi atmosfer netral, dimana dianggap tidak ada

pengaruh buoyancy memenuhi persamaan berikut:

𝐾𝑚 (𝑧) = 𝑘𝑧𝑢∗ (24)

𝜏 = 𝜌 𝐾𝑚 𝜕𝑢𝜕𝑧 (25)

Transfer Bahang Terasa (𝑄𝐻) pada Berbagai Kestabilan Atmosfer

Untuk kondisi atmosfer netral, transfer bahang dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

𝑄𝐻= 𝜌𝐶𝑝𝐾𝐻𝑑𝑇𝑑𝑧 (26)

dimana 𝑄𝐻 merupakan transfer bahang terasa (W/m2), 𝐶𝑝 adalah panas spesifik pada tekanan konstan sebesar 1004.2 J/(kg K), dan 𝐾𝐻 adalah koefisien diffusivitas untuk bahang terasa (m2/s) yang besarnya sama dengan 𝐾

𝑚 (m2/s) pada kondisi

atmosfer netral. Pada kondisi atmosfer tidak netral, sebelum menentukan besar 𝑄𝐻 terlebih dahulu melakukan koreksi pada stabilitas atmosfernya dengan menggunakan persamaan (Businger et al. 1971; Arya 2001):

 = Ri pada Ri < 0 (27)

 = Ri/(1-5Ri) pada 0  Ri  0.1 (28)

 = 0.2 pada Ri > 0.1 (29) kemudian 𝜑𝑠 dan 𝜑𝑚 dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:

s = m2 = (1-15 )-1/2 untuk  < 0 (30)

s = m = 1+5  untuk   0 (31)

dimana  merupakan Monin-Obukhov stability parameter, 𝜑𝑠 adalahdimensionless gradient of , dan 𝜑𝑚 adalah dimensionless wind shear. Nilai 𝜑𝑠 dan 𝜑𝑚 kemudian digunakan untuk menghitung besar transfer bahang terasa sebagai berikut:

𝑄𝐻= 𝜌𝐶𝑝𝑘2 (𝑢2−𝑢1)(𝜃2−𝜃1) [𝑙𝑛(𝑧2−𝑑 𝑧1−𝑑)] 2 𝜑𝑚𝜑𝑠 (32)

dimana 𝑄𝐻 merupakan besar transfer bahang terasa dalam W/m2, dan 𝜌 adalah

kerapatan udara (kg/m3), dimana

𝜌 = 1.293273.15𝑇 (32)

Transfer Uap Air (𝑄𝐸) pada Kondisi Atmosfer Tidak Stabil

Untuk kondisi atmosfer netral, transfer uap air dapat ditentukan langsung dari persamaan berikut:

𝑄𝐸 = 𝐿𝑃𝜀𝜌𝑎𝐾𝐸𝑑𝑒𝑎

𝑑𝑧 (34)

dimana 𝑄𝐸 adalah transfer uap air (W/m2) = 0.0337𝑄𝐸 (mm/hari), 𝐿 adalah latent heat vaporization (J), dimana

(21)

7 𝜀 adalah molar mass ratio (0.622), 𝑃 adalah tekanan atmosfer (hPa), dan KE adalah

koefisien diffusivitas untuk uap air (m2 s-1), nilai 𝐾𝐸 = 𝐾𝑚 pada kondisi netral, serta 𝑒𝑎 tekanan uap air (hPa) yang dapat dihitung dengan persamaan berikut:

𝑒𝑎 =𝑒100𝑠𝑅𝐻 (36)

𝑒𝑠 = 6.1078𝑒𝑥𝑝 (17.2694𝑇𝑇+237.3) (37)

dengan 𝑒𝑠 tekanan uap air jenuh dalam satuan hPa.

Khusus pada kondisi atmosfer tidak stabil, sebelum menentukan besar 𝑄𝐸 terlebih dahulu melakukan koreksi kestabilan atmosfer menggunakan persamaan (27)-(29) di atas. Setelah memperoleh nilai 𝜑𝑠 dan 𝜑𝑚 dari persamaan (30) dan (31), kemudian menghitung besar transfer uap air dengan persamaan berikut:

𝑄𝐸 = 𝐿𝜌𝑎𝑘2 (𝑢2−𝑢1)(𝑞2−𝑞1) [𝑙𝑛(𝑧2−𝑑𝑧1−𝑑)]2𝜑𝑚𝜑𝑠

(38)

dimana 𝑞 adalah kelembaban relatif spesifik (kg/kg), dimana 𝑞 = 0.622𝑒𝑎

𝑃−0.378 𝑒𝑎 (39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lapisan Perbatas (Boundary Layer)

Atmospheric Boundary Layer (ABL) didefinisikan oleh Arya (2001) sebagai suatu lapisan fluida (cair atau gas) dengan ketebalan dan karakteristik yang khas akibat interaksi langsung atmosfer dengan elemen kekasapan permukaan di bawahnya. Ketebalan lapisan perbatas pada troposfer bumi ditandai oleh variasi kecepatan angin secara vertikal, mulai dari ~0 m/s (tepat di atas permukaan kasap) hingga mencapai maksimum pada ketinggian tertentu di atas permukaan. Pada umumnya, ketinggian dasar awan sering kali direpresentasikan sebagai puncak lapisan perbatas ini. Secara spasial dan temporal, ketebalan lapisan ini sangat bervariasi, dapat mencapai 0.2-5 km pada siang hari dan 0.02-0.5 km pada malam hari, tergantung pada faktor pemanasan dan pendinginan permukaan, kecepatan angin, dan karakteristik elemen kekasapan serta topografi permukaan. Menurut Arya (2001), faktor adveksi bahang dan uap air, pergerakan massa udara vertikal skala besar seperti supsidensi, konvergensi, dan divergensi massa udara juga sangat menentukan ketebalan ABL. Karakteristik yang khas selain variasi vertikal kecepatan angin pada lapisan ini yaitu variasi temperatur udara, uap air, dan polutan.

Lapisan perbatas atmosfer yang disebut juga Planetary Boundary Layer (PBL) terdiri dari dua lapisan utama, yaitu lapisan perbatas permukaan (surface layer) dan lapisan luar (outer layer). Skema profil lapisan perbatas sebagai bagian terbawah dari troposfer bumi dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah.

Outer layer atau yang dikenal sebagai spiral layer atau Ekman layer cenderung didominasi oleh mekanisme percampuran vertikal massa udara (vertical mixing). Surface layer atau yang dikenal sebagai constant-flux layer, dimana terjadi gradien terbesar kecepatan angin, suhu udara, dan kelembaban. Selain itu, pada lapisan ini juga merupakan lapisan dimana pertukaran momentum, bahang, dan

(22)

8

massa terbesar dalam PBL. Pada penelitian ini lebih difokuskan pada lapisan surface layer ini. Di dekat tajuk/kanopi tanaman terdapat lapisan kasap, dimana karakteristik atmosfer lapisan tersebut masih mendapatkan pengaruh besar dari individu elemen kekasapan sehingga tidak merepresentasikan karakteristik dalam skala yang lebih luas.

Karakteristik Mikrometeorologi di Atas Perkebunan Kelapa Sawit

Gambar 4 menunjukan variasi diurnal iklim mikro yang berbeda dari area perkebunan umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi) dan 8-10 tahun (Cimulang). Pagi hingga tengah hari, pemanasan udara di atas perkebunan umur 8-10 tahun terjadi lebih cepat dibandingkan di atas perkebunan umur 2 walaupun radiasi global rata-rata Cimulang lebih rendah. Hal ini terjadi akibat percampuran massa udara dekat permukaan kanopi yang lebih efektif pada umur 8-10 tahun karena intensitas turbulensinya yang lebih tinggi. Turbulensi yang terbentuk erat kaitannya dengan tingkat kekasapan permukaan.

Suhu udara yang dibangkitkan oleh radiasi matahari memberikan pengaruh langsung pada tingkat kelembaban udara. Pemanasan permukaan yang menyebabkan peningkatan suhu udara akan menaikkan kapasitas udara untuk menampung uap air. Hal ini akan mendorong penurunan RH secara kontinu hingga suhu udara mencapai maksimum (±2 jam setelah radiasi mencapai maksimum). Flukstuasi RH tidak begitu besar dan cenderung naik saat malam hari, yaitu ketika suhu udara mengalami inversi dan atmosfer lebih mampat. Berdasarkan Gambar 4 di bawah, diketahui bahwa RH di atas perkebunan umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi) lebih tinggi (𝑅𝐻̅̅̅̅ = 87%) dibandingkan di atas perkebunan umur 8-10 tahun (Cimulang) (𝑅𝐻̅̅̅̅ = 80%). Namun di sore hari (14.00-18.00) RH di umur 2 tahun

(23)

9 menjadi lebih rendah akibat suhu udara mencapai maksimum pada pukul 15.00 sebagai implikasi dari puncak radiasi pada 2 jam sebelumnya di wilayah Pompa Air, Jambi.

Berdasarkan Gambar 5 di bawah, baik pada umur 8-10 tahun maupun umur 2 tahun, profil kecepatan angin meningkat terhadap ketinggian.dan meningkat terhadap menurunnya kondisi kestabilan atmosfer dan mencapai puncak di siang hari. Kekasapan permukaan menyebabkan gaya gesek angin, sehingga gerakan massa udara dekat permukaan menjadi teredam dan kecepatan angin mendekati nol. Namun, dari gambar profil angin untuk Cimulang, terdapat perbedaan kecepatan angin yang sangat besar antara ketinggian 9 sampai 13 m. Hal ini disebabkan oleh pemasangan sensor anemometer pada ketinggian 9 m masih berada pada roughness layer, sehingga masih mendapatkan pengaruh dari individu pohon kelapa sawit.

Gambar 4 Variasi diurnal rata-rata radiasi global, suhu udara dan kelembaban relative (RH) di atas perkebunan kelapa sawit umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi) serta perkebunan umur 8-10 tahun (Cimulang)

0 100 200 300 400 500 600 700 800 W /m 2

Radiasi Global (Pompa Air, Jambi) Radiasi Global (Cimulang)

40 60 80 100 120 140 0 5 10 15 20 25 30 35 0 :0 0 1 :0 0 2 :0 0 3 :0 0 4 :0 0 5 :0 0 6 :0 0 7 :0 0 8 :0 0 9 :0 0 1 0 :0 0 1 1 :0 0 1 2 :0 0 1 3 :0 0 1 4 :0 0 1 5 :0 0 1 6 :0 0 1 7 :0 0 1 8 :0 0 1 9 :0 0 2 0 :0 0 2 1 :0 0 2 2 :0 0 2 3 :0 0 R H ( % ) T ( o C) Waktu Pengukuran

Ta (2.4-5.8 m), Pompa Air Jambi Ta (9-13 m), Cimulang RH, z = 2.4 m (Pompa Air, Jambi) RH, z = 9 m (Cimulang) RH, z =5.8 m (Pompa Air, Jambi) RH, z = 13 m (Cimulang)

(24)

10

Gambar 5 Profil kecepatan angin di atas perkebunan kelapa sawit Pompa Air, Jambi (2.4 m, 3.15 m, 5.8 m) dan Cimulang (9 m, 13m)

Karakteristik Kekasapan Permukaan dan Implikasinya pada Profil Kecepatan Angin

Karakteristik kekasapan permukaan dapat ditunjukkan oleh tiga parameter kekasapan, yaitu perpindahan bidang nol (𝑑), panjang kasap (𝑧0), dan kecepatan

kasap (𝑢∗) yang diturunkan dari profil kecepatan angin pada kondisi netral. Perpindahan bidang nol (𝑑) menunjukkan ketinggian dimana kecepatan angin sama dengan nol. Berdasarkan hasil perhitungan 𝑑 pada kedua lokasi, diperoleh nilai perpindahan bidang nol untuk perkebunan sawit umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi) sebesar 1.9 m dan umur 8-10 tahun (Cimulang) sebesar 7.98 m. Untuk jenis vegetasi pohon nilai 𝑑 cenderung naik dengan semakin rapatnya tutupan kanopi dan tinggi tegakan. Hal ini sesuai dengan Chang (1968) dalam June (1987) yang menyatakan parameter perpindahan bidang nol (𝑑) sebagai fungsi dari densitas, tinggi tajuk, dan kondisi mekanik tegakan.

Gambar 6 Penentuan panjang kekasapan (𝑧0) dan kecepatan kasap

(𝑢∗) pada perkebunan umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi)

dan umur 8-10 tahun (Cimulang) 0 0.5 1 1.5 2 0 :0 0 2 :0 0 4 :0 0 6 :0 0 8 :0 0 1 0 :0 0 1 2 :0 0 1 4 :0 0 1 6 :0 0 1 8 :0 0 2 0 :0 0 2 2 :0 0 ū (m/s) Waktu Pengukuran 5.80m 3.15m 2.40m 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 0 :0 0 2 :0 0 4 :0 0 6 :0 0 8 :0 0 1 0 :0 0 1 2 :0 0 1 4 :0 0 1 6 :0 0 1 8 :0 0 2 0 :0 0 2 2 :0 0 ū (m/s) Waktu Pengukuran 9 m 13 m -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 0 1 2 3 4 5 L n(z -d) ū (m/s)

Pompa Air, Jambi Cimulang

z0= 0.5225 m

(25)

11 Berdasarkan Gambar 6, panjang kasap (𝑧0) diturunkan dari eksponesial intersepsi garis regresi pada sumbu y (ln (𝑧 − 𝑑)), yaitu sebesar 0.0005 m untuk umur 2 tahun dan sebesar 0.5225 m untuk umur 8-10 tahun. Kedua nilai ini menunjukkan ketinggian dimana momentum diredam oleh permukaan tajuk. Kemudian, kecepatan kasap (𝑢∗) pada kedua lokasi, yaitu sebesar 0.16 m/s untuk

umur 2 tahun dan sebesar 0.26 m/s untuk umur 8-10 tahun. Sama seperti 𝑑, nilai 𝑧0

dan 𝑢∗ keduanya juga dipengaruhi oleh kerapatan tajuk, struktur, dan tinggi tegakan.

Menurut Azevedo dan Verma (1989) dalam Kimura et al. (1999), menyebutkan bahwa angin yang kencang dapat mengurangi besar 𝑧0 terutama pada tanaman yang

kurang kokoh (steady) yang mengikuti posisi streamline terhadap gerakan angin. Tingkat kekasapan dan stabilitas atmosfer memberikan pengaruh besar pada profil kecepatan angin. Seperti pada Gambar 7 di bawah ini, dapat terlihat hubungan yang jelas antara profil kecepatan angin pada setiap kondisi kestabilan atmosfer dengan tingkat kekasapan permukaan.

Gambar 7 Hubungan kekasapan dan kestabilan atmosfer ((

-

) stabil, (

-

) netral, (

-

) tidak stabil) pada profil kecepatan angin

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa kecepatan angin di kondisi tidak stabil lebih tinggi daripada di kondisi netral dan stabil. Pada kondisi stabil, atmosfer mengalami pendinginan dan lebih mampat sehingga mengakibatkan shear stress yang lebih besar dibandingkan saat kondisi tidak stabil. Semakin tinggi shear stress maka akan semakin besar pergerakan massa udara yang tereduksi. Sementara itu, pada kondisi netral dimana gradien suhu terhadap ketinggian relatif kecil dan densitas massa udara cenderung seragam, variasi kecepatan angin secara vertikal merupakan implikasi dari karakteristik kekasapan itu sendiri (Paulson 1970).

Tingkat kekasapan memberikan pengaruh pada profil vertikal kecepatan angin. Kecepatan angin meningkat secara logaritmik terhadap ketinggian, dan mendekati nol di dekat permukaan. Pada Gambar 7 memperlihatkan gradien-vertikal kecepatan angin yang lebih besar di atas perkebunan sawit umur 8-10 tahun (Cimulang). Hal ini disebabkan oleh shear stress yang lebih besar akibat kekasapan yang jauh lebih tinggi di banding di atas perkebunan sawit 2 tahun. Besar shear stress berkorelasi positif dengan koefisien drag (𝐶𝐷 ). Nilai 𝐶𝐷 menunjukkan

0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 z (m) ū (m/s) 0 2 4 6 8 10 12 14 0 0.5 1 1.5 z (m) ū (m/s) z0 = 0.0005 m d = 1.9 m z0 = 0.52 m d = 7.98 m

(26)

12

kuadrat rasio kecepatan tangensial pergerakan udara akibat turbulensi mekanik terhadap kecepatan angin pada ketinggian tertentu (Priestley 1959).

Tabel 1 Nilai drag coefficient (𝐶𝐷) pada ketinggian maksimum pengukuran (𝑧𝑚𝑎𝑥) dan ketinggian referensi (𝑧𝑟)* untuk perkebunan Pompa Air, Jambi dan perkebunan Cimulang

Pompa Air, Jambi Cimulang

Ketinggian 𝐶𝐷 Ketinggian 𝐶𝐷 𝑧𝑚𝑎𝑥 = 5.8 m 𝑧𝑟 = 10 m 0.0007-0.0171 0.0007-0.0118 𝑧𝑚𝑎𝑥 = 13 m 𝑧𝑟 = 16 m 0.0195-0.0482 0.0144-0.0305

*Ketinggian referensi (𝑧𝑟) menggunakan data kecepatan angin hasil estimasi berdasarkan persamaan

(2)

Nilai 𝐶𝐷 pada kondisi netral di atas perkebunan umur 2 tahun dan umur 8-10 tahun dapat dilihat pada tabel di atas. Dalam penghitungan nilai 𝐶𝐷 idealnya dilakukan pada ketinggian referensi (𝑧𝑟). Seperti dalam Arya (2001), standar ketinggian referensi yang dimaksud adalah sekitar 10 meter pada jenis kekasapan rendah sampai sedang. Untuk jenis kekasapan tinggi, standar ketinggian referensi minimal sebesar 1.5 kali ketinggian rata-rata elemen kekasapan. Karena di perkebunan 2 tahun, Pompa Air, Jambi tergolong kekasapan sedang, maka dalam perhitungan 𝐶𝐷 digunakan data kecepatan angin hasil estimasi pada ketinggian 10 m. Sementara pada perkebunan 8-10 tahun, Cimulang yang tergolong kekasapan tinggi digunakan data kecepatan angin hasil estimasi pada ketinggian 16m. Namun, perlu untuk membandingkan hasil perhitungan 𝐶𝐷 pada ketinggian referensi dengan hasil perhitungan pada ketinggian puncak pengukuran. Dari tabel di atas menunjukkan besar 𝐶𝐷 pada ketinggian referensi relatif lebih kecil dibandingkan pada ketinggian maksimum pengukuran, namun masih dalam kisaran rentang nilai yang hampir sama. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai 𝐶𝐷 di atas perkebunan 2 tahun cenderung lebih kecil dibandingkan di atas perkebunan umur 8-10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kasap suatu bidang permukaan akan memiliki nilai 𝐶𝐷 yang semakin besar karena semakin besarnya tegangan permukaan atau stress (𝜏) yang terjadi ketika pergerakan massa udara berinteraksi dengan permukaan kasap.

Selain tingkat kekasapan, variasi nilai 𝐶𝐷 juga tergantung pada besar kecepatan angin. Berdasarkan Gambar 8, dapat diketahui bahwa 𝐶𝐷 semakin menurun dengan bertambahnya kecepatan angin. Kecepatan angin yang tinggi menyebabkan bagian atas permukaan kanopi dalam posisi streamline mengikuti arah gerakan angin yang berimplikasi pada pengurangan gaya gesek yang terjadi antara gerakan massa udara dengan permukaan kasap. Oleh karena itu, nilai 𝐶𝐷 akan semakin menurun. Begitu pula Deacon (1953) dalam Priestley (1959) menunjukkan adanya pengaruh kecepatan angin pada 𝐶𝐷 2 meter di atas permukaan rumput (ℎ = 0.6-0.7m). Berbeda halnya pada permukaan licin, misalnya permukaan air. Nilai 𝐶𝐷 tidak dipengaruhi oleh besar kecepatan angin rata-rata. Seperti pada penelitian Sethurahman dan Raynor (1975) yang mengkaji pengaruh kekasapan aerodinamik permukaan laut terhadap koefisien drag permukaan, dari

(27)

13 hubungan regresi 𝐶𝐷 terhadap kecepatan angin rata-rata yang terbentuk cenderung menunjukkan tidak adanya pengaruh kecepatan angin, melainkan tingkat kekasapan permukaan itu sendiri.

(a)

(b)

Gambar 8 Korelasi koefisien drag (𝐶𝐷) dengan kecepatan angin di atas pekebunan sawit umur 2 tahun dan umur 8-10 tahun pada kondisi atmosfer netral 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0 1 2 3 4 5 CD u (m/s) z = 5.8 m z = 10 m (reference height)

Log. (z = 5.8 m) Log. (z = 10 m (reference height))

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 CD u (m/s) z = 13 m z = 16 m (reference height)

(28)

14

Intensitas Turbulensi dan Turbulence Kinetic Energy (TKE) di Atas Pertanaman Kelapa Sawit

Turbulensi menunjukkan gejala penyimpangan/perturbasi kecepatan angin dari nilai rata-ratanya. Perturbasi/gangguan tersebut umumnya didorong oleh buoyancy dan gesekan antara aliran udara dengan permukaan atau antar aliran massa udara (Arya 2001). Kedua mekanisme tersebut menentukan besar kecilnya TKE di atas permukaan kasap. Gambar 9 mempresentasikan kecenderungan peningkatan turbulensi terhadap ketinggian, dengn intensitas turbulensi rata-rata harian di atas pertanaman sawit umur 2 tahun berturut-turut terhadap ketinggian sebesar 0.45, 0.49, dan 0.56, sedangkan di atas pertanaman umur 8-10 tahun berturut-turut 0.56 dan 0.63. Besar intensitas turbulensi khusus pada kondisi atmosfer tidak stabil dapat dilihat pada Tabel 2.

Intensitas turbulensi pada kondisi atmosfer tidak stabil di atas pertanaman sawit umur 8-10 tahun berturut-turut naik terhadap ketinggian: 0.45 dan 0.47. Demikian halnya intensitas turbulensi di atas pertanaman sawit 2 tahun, yaitu 0.35, 0.36, 0.37 yang naik terhadap ketinggian. Nilai I berbanding lurus dengan TKE, dimana skala kecepatan turbulensi sebanding dengan akar kuadrat dari TKE (Tennekes dan Lumley 1972 dalam Arya 2001). TKE di atas pertanaman umur 8-10 tahun lebih besar daripada umur 2 tahun. Nilai TKE maksimum pada kondisi tidak stabil untuk lokasi kebun Cimulang berturut-turut terhadap meningkat terhadap ketinggian yaitu 0.33, dan 0.34 m2/s2, sedangkan lokasi kebun Pompa Air, Jambi berturut-turut 0.26, 0.27, dan 0.29 m2/s2 terhadap ketinggian.

Saat kondisi atmosfer tidak stabil (misalnya siang hari), selain produksi buoyancy dan wind shear, besar kecilnya turbulensi sebagai bentuk acak (chaotic) dari pergerakan massa udara dapat pula dipengaruhi oleh adveksi massa udara yang membawa TKE dari lokasi lain. Angin yang membawa TKE yang besar dari suatu tempat akan meningkatkan turbulensi di lokasi yang dilewatinya. Selain itu, turbulensi juga dapat mentransfer TKE secara vertikal seperti yang disebutkan dalam Stull (2000). Adanya penambahan TKE akan mempertahankan pembentukan turbulensi. Hal ini karena turbulensi memiliki sifat disipatif, dimana TKE dikonversi menjadi energi internal secara kontinu untuk mempertahankan gerakan turbulen massa udara (Arya 2001).

Penentuan nilai TKE pada kondisi atmosfer tidak stabil di atas kanopi perkebunan memerlukan informasi ketebalan lapisan pencampur (𝑧𝑖) pada kedua

lokasi. Ketebalan 𝑧𝑖 merupakan fungsi dari gradien suhu virtual udara dengan

transfer komulatif bahang terasa. Dengan menganggap hubungan yang terbentuk merupakan fungsi luasan segitiga siku-siku, dimana alas merepresentasikan gradien suhu virtual, tinggi segitiga adalah ketebalan 𝑧𝑖, dan luasa segitiga merupakan besar transfer komulatif bahang terasa, maka ketebalan lapisan ini dapat ditentukan (Stull 2000). Dari hasil perhitungan, ketebalan maksimum rata-rata zi di atas perkebunan

Pompa Air, Jambi dan Cimulang berturut-turut 562.02 m dan 550.51 m. Beberapa faktor utama yang menentukan ketebalan lapisan ini yaitu kekasapan permukaan, tingkat pemanasan permukaan, tingkat keawanan, stabilitas atmosfer, dan kecepatan angin.

(29)

15

Kecepatan angin rata-rata yang rendah di atas permukaan kasap, shear stress yang terjadi akan menyebabkan lebih besarnya perturbasi dibandingkan ketika kecepatan angin rata-rata tinggi. Hal ini mengakibatkan ketebalan lapisan perbatas pada kondisi kecepatan angin rendah lebih tebal, sehingga proses transfer yang terjadi di dalamnya akan melewati ruang yang lebih panjang dalam proses difusi. Sebaliknya, pada lapisan perbatas yang lebih tipis yaitu pada kecepatan angin tinggi, proses difusi yang terjadi akan semakin cepat (June 2001).

Koefisien Pertukaran Turbulensi/Eddy untuk Momentum dan Transfer Momentum di Atas Perkebunan Kelapa Sawit

Gradien kecepatan angin vertikal memicu transfer momentum dari atmosfer ke permukaan. Besar transfer momentum berbanding lurus dengan besar koefisien pertukaran turbulensinya (𝐾𝑚). Nilai 𝐾𝑚 merupakan fungsi dari kecepatan kasap (𝑢∗). Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa koefisien pertukaran turbulensi

untuk momentum (𝐾𝑚) dan transfer momentum (𝜏) semakin meningkat dengan

Gambar 9 Variasi nilai turbulensi terhadap ketinggian di atas Perkebunan Desa Pompa Air, Jambi dan Cimulang.

Tabel 2 Nilai rata-rata Intensitas turbulensi dan TKE pada kondisi atmosfer tidak stabil di atas perkebunan kelapa sawit Desa Pompa Air, Jambi (umur 2 tahun) dan Cimulang (Umur 8-10 tahun)

Pompa Air, Jambi Cimulang, Bogor

𝑧 (m) 2.4 3.15 5.8 9 13 𝐼 0.35 0.36 0.37 0.45 0.47 TKE 0.26 0.27 0.29 0.33 0.34 0 2 4 6 8 10 12 14 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 z (m ) I

(30)

16

ketinggian. Secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa 𝐾𝑚 dan 𝜏 berkorelasi positif dengan kecepatan angin. Di dekat permukaan tajuk kelapa sawit, nilai 𝐾𝑚 sekitar 0.16 m2/s dan 𝜏 sekitar 0.07 N/m2 untuk umur 2 tahun dan 𝐾𝑚 sekitar 0.93 m2/s dengan 𝜏 sebesar 0.30 N/m2 untuk umur 8-10 tahun. Selain karena gradien

kecepatan angin yang lebih besar, nilai 𝑧0 yang lebih besar pada perkebunan sawit

8-10 tahun menyebabkan 𝐾𝑚 dan 𝜏 di atas tanaman umur ini mencapai 5 kali besar

𝐾𝑚 pada tanaman umur 2 tahun.

Tabel 3 Nilai koefisien transfer momentum (𝐾𝑚) dan besar transfer momentum

rata-rata (𝜏 ) pada tiga level ketinggian untuk wilayah perkebunan Pompa Air, Jambi dan Cimulang

Pompa Air, JAmbi Cimulang

z 𝐾𝑚 (m2/s) 𝜏 (N/m2) z 𝐾𝑚 (m2/s) 𝜏 (N/m2) 2.4 m 3.15 m 5.8 m 0.1200 0.1575 0.2900 0.0291 0.0382 0.0703 9 m 10 m 13 m 0.9490 1.0544 1.3707 0.3138 0.3486 0.4532

Gambar 10 Korelasi antara koefisien pertukaran turbulensi untuk momentum (𝐾𝑚) dengan bilangan Richardson (𝑅𝑖)

-0.006 -0.004 -0.002 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Ri Km (m/s2) 5.8 m 3.15 m 2.4 m 9 m 10 m 13 m Umur 8-10 tahun, Cimulang Umur 2 tahun, Pompa Air, Jambi

(31)

17 Hubungan antara 𝐾𝑚 dengan kestabilan atmosfer yang ditunjukkan oleh bilangan Richardson seperti pada Gambar 10 adalah berkorelasi negatif. Nilai 𝐾𝑚 semakin meningkat dengan menurunnya nilai 𝑅𝑖 (mendekati kondisi tidak stabil). Perubahan nilai 𝑅𝑖 sangat besar pengaruhnya pada nilai 𝐾𝑚 untuk pertanaman umur 8-10 tahun (Cimulang) yang ditunjukkan oleh kemiringan kurva regresi yang landai dibandingkan dengan pertanaman umur 2 tahun. Hal ini cukup beralasan karena faktor kecepatan angin yang lebih tinggi pada kondisi atmosfer mendekati tidak stabil. Tingkat kekasapan yang tinggi pada pertanaman umur 8-10 tahun menyebabkan shear stress yang semakin tinggi sehinga meningkatkan gradien kecepatan angin antar ketinggian.

Transfer Bahang Terasa (Sensible Heat Flux)

Bahang terasa merupakan bagian dari neraca energi yang berperan dalam proses pemanasan udara. Transfer bahang terasa ini terjadi sepanjang waktu, hanya saja berfluktuasi dalam besaran dan arahnya. Seperti pada Gambar 11, nilai 𝑄𝐻 sangat kecil sekali dengan tanda positif pada kondisi atmosfer stabil (malam hari) dan menjadi sangat besar dengan tanda negatif pada kondisi atmosfer tidak stabil (siang hari). Pada kondisi atmosfer netral, nilai 𝑄𝐻 mendekati nol karena gradien

suhu vertikal mendekati nol. Tanda positif untuk 𝑄𝐻 di malam hari menunjukkan bahwa aliran fluks bahang terasa terjadi dari atmosfer ke permukaan, sebaliknya tanda negatif untuk 𝑄𝐻 pada siang hari menunjukkan aliran fluks bahang terasa

terjadi dari permukaan ke atmosfer. Saat malam hari, laju pencaran radiasi gelombang panjang dari permukaan relative lebih cepat daripada laju pancaran dari udara. Hal ini menyebabkan lapisan atmosfer di ketinggian tertentu menjadi lebih hangat dibandingkan dengan lapisan atmosfer di dekat permukaan. Kondisi yang disebut dengan inversi (gradien suhu udara bertanda negatif) ini mendorong perpindahan panas atau bahang dari atmosfer yang lebih hangat ke lapisan di bawahnya di dekat permukaan. Dalam arah yang sebaliknya, aliran bahang terjadi dari permukaan ke atmosfer di atasnya saat siang hari, yaitu ketika pemanasan intensif permukaan oleh radiasi gelombang pendek menyebabkan permukaan dan

Gambar 11 Variasi diurnal transfer bahang terasa di atas pertanaman kelapa sawit umut 2 tahun (Pompa Air, Jambi) dan 8-10 tahun (Cimulang) -100 -80 -60 -40 -20 0 20 0 :0 0 1 :0 0 2 :0 0 3 :0 0 4 :0 0 5 :0 0 6 :0 0 7 :0 0 8 :0 0 9 :0 0 1 0 :0 0 1 1 :0 0 1 2 :0 0 1 3 :0 0 1 4 :0 0 1 5 :0 0 1 6 :0 0 1 7 :0 0 1 8 :0 0 1 9 :0 0 2 0 :0 0 2 1 :0 0 2 2 :0 0 2 3 :0 0 QH (W /m 2) Waktu

(32)

18

udara di dekatnya menjadi lebih hangat dibandingkan dengan lapisan udara beberapa level di atasnya (gradien suhu udara positif).

Berdasarkan Gambar 11, pada pagi hingga tengah hari 𝑄𝐻 di atas pertanaman umur 8-10 tahun lebih besar daripada 𝑄𝐻 di atas pertanaman umur 2 tahun dan terjadi sebaliknya pada tengah hari hingga sore sebelum matahari terbenam. Pada malam hari, nilai 𝑄𝐻 di atas pertanaman sawit 8-10 tahun dapat mencapai 10 kali 𝑄𝐻 di atas pertanaman sawit 2 tahun. Jika dilihat dari angka korelasi pada Tabel 4, maka diperkirakan nilai 𝑄𝐻 di kedua lokasi dipengaruhi kuat oleh perbedaan suhu udara antar ketinggian (𝑑𝑇) yang dibangkitkan oleh radiasi matahari. Selain itu, transfer bahang terasa juga berkorelasi tinggi dengan bilangan Richardson (𝑅𝑖), baik di lokasi perkebunan umur 2 tahun maupun 8-10 tahun. Semakin tidak stabil kondisi atmosfer (𝑅𝑖 negatif), maka akan semakin besar intensitas turbulensi yang terjadi sehingga menyebabkan proses percampuran yang sangat efektif parsel udara dimana tersimpan panas/bahang di dalamnya. Dengan demikian laju aliran bahang terasa dari permukaan ke atas akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya, saat atmosfer stabil lapisan udara cenderung lebih mampat sehingga menenkan Tabel 4 Korelasi transfer bahang terasa (𝑄𝐻) dengan Richardson Number (𝑅𝑖),

gradien vertikal suhu udara (𝑑𝑇), kecepatan angin rata-rata (ū), dan radiasi global

QH

Umur 2 tahun, Pompa Air Jambi Umur 8-10 tahun, Cimulang

𝑅𝑖 -0.80 -0.80

𝑑𝑇 0.99 0.90

ū 0.70 0.75

Radiasi global 0.96 0.83

Gambar 12 Variasi perbedaan suhu secara vertikal di atas pertanaman sawit umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi) dan 8-10 tahun (Cimulang) -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0 :0 0 1 :0 0 2 :0 0 3 :0 0 4 :0 0 5 :0 0 6 :0 0 7 :0 0 8 :0 0 9 :0 0 1 0 :0 0 1 1 :0 0 1 2 :0 0 1 3 :0 0 1 4 :0 0 1 5 :0 0 1 6 :0 0 1 7 :0 0 1 8 :0 0 1 9 :0 0 2 0 :0 0 2 1 :0 0 2 2 :0 0 2 3 :0 0 dT (C) Waktu Pengukuran

2 per. Mov. Avg. (Pompa Air, Jambi (2.4-5.8 m)) 2 per. Mov. Avg. (Cimulang (9-13 m))

(33)

19 pembentukan turbulensi. Dengan demikian proses perpindahan bahang terasa oleh gerakan acak aliran masaa udara menjadi sangat kecil.

Saat malam hari (inversi), gradien vertikal suhu udara di atas pertanaman sawit 8-10 tahun lebih besar dibandingkan di umur 2 tahun. Kondisi ini yang menyebabkan transfer bahang terasa dari atmosfer ke permukaan pertanaman sawit 8-10 tahun jauh lebih besar dibandingkan dengan umur 2 tahun. Sehingga, di malam hari dengan kondisi angin yang cenderung tenang, gradien suhu udara antara permukaan dengan atmosfer di atasnya merupakan faktor pendorong utama terjadinya transfer bahang terasa di malam hari. Namun, di siang hari dengan kondisi atmosfer yang lebih kompleks, variasi 𝑄𝐻 sangat berbeda dengan malam

hari. Dari Gambar 11 dan 12 menunjukkan bahwa perbedaan suhu udara antar ketinggian bukan merupakan satu-satunya faktor utama yang menentukan besar kecilnya transfer bahang terasa saat atmosfer tidak stabil, tetapi juga disebabkan oleh keberadaan turbulensi yang mempercepat proses percampuran massa udara sehingga proses transfer dari permukaan ke atmosfer menjadi lebih cepat.

Transfer Uap Air (Latent Heat Flux)

Transfer uap air secara umum ditentukan oleh karakteristik tutupan lahan dan kondisi cuacanya. Gambar 13 menunjukkan variasi transfer uap air di atas pertanaman sawit 2 tahun dengan jarak tanaman yang masih renggang dan di atas pertanaman sawit 8-10 tahun dimana kondisi tutupan tajuk sudah mendekati sempurna. Profil transfer uap air (bahang latent) pada kedua lokasi kajian menunjukkan pola yang mirip, yaitu mencapai puncaknya pada saat suhu udara mencapai maksimum dan kelembahan minimum (Gambar 4). Selain itu, diketahui bahwa 𝑄𝐸 di atas pertanaman umur 8-10 tahun lebih besar daripada umur 2 tahun. Salah satu penyebab hal ini adalah curah hujan yang lebih besar di wilayah Bogor

Gambar 13 Variasi diurnal transfer uap air di atas pertanaman kelapa sawit umur 2 tahun (Pompa Air, Jambi) dan 8-10 tahun (Cimulang)

0 50 100 150 200 250 7 :0 0 8 :0 0 9 :0 0 1 0 :0 0 1 1 :0 0 1 2 :0 0 1 3 :0 0 1 4 :0 0 1 5 :0 0 1 6 :0 0 1 7 :0 0 Q E ( W /m2) Waktu

2.4-5.8 m (Pompa Air, Jambi) 9-13 m (Cimulang) QH harian (Pompa Air, Jambi) QH harian (Cimulang)

5.02 mm/hari 4.12 mm/hari

(34)

20

pada waktu pengambilan data penelitian ini berlangsung. Jika dilihat dari karakteristik turbulensinya, intensitas turbulensi yang lebih besar di atas pertanaman umur 8-10 tahun menyebabkan transfer uap air yang lebih besar. Hubungan ini ditunjukkan oleh nilai korelasi yang tinggi antara 𝑄𝐸 dengan TKE

yang mencapai 0.98 untuk Pompa Air, Jambi dan 0.96 untuk kebun Cimulang. Selain TKE, 𝑄𝐻 juga berkorelasi tinggi dengan 𝑑𝑇 dan 𝑄𝐻, yaitu 0.98 untuk Perkebunan Pompa Air, Jambi dan 0.92 untuk Perkebunan Cimulang.

Perbedaan suhu antar ketinggian (𝑑𝑇) dan transfer bahang terasa (𝑄𝐻) saling terkait satu sama lain. Adanya gradien suhu mendorong perpindahan bahang. Akibat perpindahan bahang tersebut kemudian mengubah besar kecilnya gradien suhu. Adanya pertambahan bahang terasa yang tercampur secara efektif oleh turbulensi mengakibatkan peningkatan defisit tekanan uap air (vpd) di atmosfer yang meningkatkan proses evapotranspirasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kekasapan permukaan menentukan dinamika lapisan perbatas, terutama pada lapisan perbatas permukaan (surface boundary layer), yang meliputi profil angin, intensitas turbulensi dan TKE, mekanisme transfer bahang serta momentum. Interaksi antara angin dan permukaan kasap dapat di jelaskan dari nilai koefisien drag-nya (𝐶𝐷 ). Semakin kasap permukaan menyebabkan 𝐶𝐷 semakin tinggi, sehingga shear stress yang terjadi semakin besar. Kondisi ini yang menyebabkan profil angin menurun secara logaritmik dengan menurunnya ketinggian dan mendekati nol di dekat permukaan kasap. Kondisi ini memicu peningkatan transfer momentum akibat gradien-vertikal kecepatan angin yang semakin besar.

Karakteristik kekasapan yang meliputi 𝑑, 𝑧0, dan 𝑢∗ akan semakin tinggi

dengan bertambahnya umur pertanaman sawit. Tingginya kekasapan permukaan Tabel 5 Korelasi fluks panas laten (𝑄𝐸) dengan Richardson Number (𝑅𝑖),

kelembaban relatif (RH), gradien vertikal suhu udara (𝑑𝑇), kecepatan angin rata-rata (ū), radiasi global, TKE, dan fluks bahang terasa (𝑄𝐻)

QE Umur 2 tahun, Pompa Air

Jambi Umur 8-10 tahun, Cimulang 𝑅𝑖 -0.87 -0.72 RH -0.61 -0.95 𝑑𝑇 0.99 0.92 ū 0.88 0.38 Radiasi global 0.98 0.85 𝑄𝐻 TKE 0.98 0.98 0.92 0.96

(35)

21 akan mendorong terbentuknya turbulensi yang semakin besar, terutama turbulensi mekanik akibat gesekan dengan permukaan. Oleh karena itu, intensitas turbulensi dan TKE di atas perkebunan kelapa sawit umur 8-10 tahun relatif lebih besar dibandingkan di atas perkebunan kelapa sawit umur 2 tahun. Adanya turbulensi ini menyebabkan proses pertukaran dan percampuran massa udara menjadi lebih efektif, sehingga sangat berperan dalam transfer bahang terasa dan uap air yang terjadi di atas permukaan kasap tersebut.

Saran

Hasil analisis karakteristik kekasapan sangat bermanfaat dalam membangun suatu model sirkulasi atmosfer. Dalam skala mikro, parameter kekasapan ini digunakan untuk perhitungan berbagai proses transport yang terjadi antara permukaan dengan atmosfer pada ketinggian tertentu. Pada skala yang lebih besar, parameter ini dapat digunakan dalam menganalisis dinamika angin dalam lapisan perbatas atmosfer, dispersi cemaran udara, dan berbagai proses fisika atmosfer lainnya. Untuk memperoleh hasil simulasi model/prediksi yang akurat diperlukan data pembangun yang mendukung. Selain frekuensi pengamatan yang lebih tinggi, sensitivitas sensor dan detail pemasangan alat juga harus diperhitungkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arya SP. 2001. Introduction to Micrometeorology. Ed ke-2. San Diego: Academic Pr.

Chang J. 1986. Climate and Agriculture. Chicago, USA (US): University of Wisconsin.

Deacon EL. 1953. Vertical Profiles of Mean Wind in the Surface Layers of The Atmosphere. Geophysics Mem., No. 91. London: Air Ministry, Meteorolol. Office.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Buku Statistik Perkebunan Tahun 2008 –

2012. [Terhubung Berkala]

http://www.pertanian.go.id/infoeksekutif/bun/isi_dt5thn_bun.php. (2014 Maret 24).

Fitzherbert EB, Struebig MJ, Morel Alexandra, Danielsen F, Brühl CA, Donald PF, dan Phalan Ben. 2008. How will oil palm expansion affect biodiversity?.

Trends in Ecology and Evolution. 23(10): 538-545.

June T. 1987. Medan Angin pada Pertanaman Kacang Kedelai (Glycine max (L.) Merr) dengan Arah Baris Berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

June T. 2001. Metode mikrometeorologi untuk penentuan fluks uap air, bahang, dan CO2 dari permukaan kanopi. Kumpulan Makalah Penelitian

Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Timur dalam Bidang Agroklimatologi; 2001 Juli 2-14; Bogor, Indonesia. Bogor (ID).

(36)

22

Kimura R, Otsuki K, Kamichika M. 1999. Relationship between the zero-plane displacement and the roughness length over sorghum and alfalfa canopies. J Agric Meteorol 55 (1) : 15-24.

Koh LP, Wilcove DS. 2007. Cashing in palm oil for conservation. Nature. 448: 993– 994.s

Martano P. 2000. Estimation of surface roughness length and displacement height from single-level sonic anemometer data. J Appl Meteorol. 39: 708-715. McInnes KJ, Heilman JL, Gesch RW. 1991. Momentum roughness and zero-plane

displacement of ridge furrow tilled soil. J Agric Forest Meteorol. 55: 167-179.

Oke TR. 1978. Boundary Layer Climates. London: Methuen & Co Ltd.

Paulson CA. The mathematical representation of wind speed and temperature profiles in the unstable atmospheric surface layer. J Appl Meteorol. 9: 857-861.

Priestley CHB. 1959. Turbulent Transfer in The Lower Atmosphere. United States of America: The University of Chicago Press.

Retnowati E. 1984. Medan Angin dalam Suatu Pertanaman Padi Sawah (Oryza sativa Linn) Varietas Cisadane. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Riou Ch. 1984. Simplified calculation of the zero-plane displacement from wind speed profiles. J Hydrol 69: 351-357.

Sethurahman S, Raynor GS. 1975. Surface drag coefficient dependence on aerodynamic roughness of the sea. Journal of Geophysics Research. 80 (36): 4983-4988.

Stull R. 2000. Meteorology for Scientist and Engineers Second Edition. United States of America: Brooks/Cole Thomson Learning.

Tennekes H, Lumley JL. 1972. A First Course in Turbulence. Cambridge, MA: MIT Press.

Tsai JL, Tsuang BJ. 2005. Aerodynamic roughness over an urban area and over two farmland in a populated are as determined by wind profiles and surface energy flux measurements. J Agric Forest Meteorol 132: 154-170.

(37)

23 Lampiran 1 Rata-rata (per jam) kecepatan angin, suhu udara, kelembaban relatif,

dan radiasi global Perkebunan Desa Pompa Air, Jambi

Waktu u (m/s) T (C) RH (%) Rad. Global (W/m²) 5.8 m 3.15 m 2.4 m 5.8 m 3.15 m 2.4 m 5.8 m 3.15 m 2.4 m 0:00 1.40 1.23 1.05 21.9 21.9 21.9 96 97 99 0.5 1:00 1.27 1.16 1.03 22.8 22.8 22.8 98 98 99 0.3 2:00 0.76 0.67 0.57 23.7 23.7 23.7 97 97 99 0.5 3:00 0.53 0.48 0.40 22.8 22.8 22.7 98 98 100 0.5 4:00 0.49 0.41 0.37 22.5 22.4 22.4 98 99 100 0.5 5:00 0.46 0.41 0.31 22.9 22.9 22.9 98 98 100 0.5 6:00 0.91 0.87 0.81 22.9 22.9 22.9 98 99 100 0.5 7:00 0.81 0.76 0.69 22.7 22.7 22.8 99 99 100 26.9 8:00 0.97 0.90 0.81 24.0 24.0 24.2 95 96 97 214.2 9:00 1.37 1.26 1.15 25.8 25.9 26.1 89 89 90 246.3 10:00 1.77 1.61 1.47 26.0 26.1 26.4 86 86 87 371.8 11:00 1.39 1.30 1.18 27.9 28.1 28.4 77 78 78 454.4 12:00 1.64 1.52 1.38 28.9 29.1 29.5 73 73 73 521.8 13:00 2.01 1.85 1.71 29.7 30.1 30.5 68 68 68 665.8 14:00 1.75 1.61 1.49 29.9 30.2 30.6 66 66 66 637.7 15:00 1.73 1.59 1.44 32.1 32.3 32.5 58 59 59 589.4 16:00 1.42 1.31 1.20 29.8 29.9 30.1 66 67 68 247.7 17:00 1.36 1.24 1.12 28.5 28.5 28.6 73 74 75 139.0 18:00 0.52 0.49 0.41 27.8 27.7 27.8 78 79 81 8.6 19:00 0.85 0.77 0.69 25.3 25.1 25.1 88 89 90 0.5 20:00 0.82 0.71 0.59 25.2 25.2 25.2 88 89 90 0.5 21:00 0.43 0.38 0.29 24.1 24.0 24.0 95 95 97 0.5 22:00 0.76 0.67 0.59 24.6 24.5 24.5 93 94 96 0.5 23:00 1.87 1.63 1.42 23.0 23.0 22.9 95 96 97 0.5

(38)

24

Lampiran 2 Rata-rata (per jam) kecepatan angin, suhu udara, kelembaban relatif, dan radiasi global Perkebunan Cimulang, Bogor

Waktu u (m/s) T (C) RH (%) Radiasi Global (W/m²) 9 m 13 m 9 m 13 m 9 m 13 m 0:00 0.17 0.56 22.3 22.8 95 89 0.5 1:00 0.18 0.58 22.1 22.6 96 90 0.5 2:00 0.15 0.56 22.1 22.5 95 88 0.5 3:00 0.17 0.57 21.7 22.1 97 90 0.5 4:00 0.17 0.53 21.5 21.9 97 92 0.5 5:00 0.16 0.52 21.5 21.9 97 90 0.5 6:00 0.21 0.58 23.5 23.9 95 84 0.5 7:00 0.22 0.52 26.2 26.4 86 77 59.5 8:00 0.22 0.56 28.8 28.6 69 67 198.9 9:00 0.25 0.63 30.0 29.7 65 62 325.0 10:00 0.39 0.89 30.2 29.9 61 60 429.9 11:00 0.33 0.85 31.3 30.9 58 56 506.9 12:00 0.40 1.16 32.2 31.7 52 51 551.3 13:00 0.48 1.19 32.2 31.7 54 53 560.2 14:00 0.44 1.19 30.4 30.0 66 64 533.1 15:00 0.45 1.33 26.7 26.5 74 73 471.7 16:00 0.35 1.04 24.9 24.8 82 80 379.8 17:00 0.35 1.02 23.5 23.4 90 88 263.2 18:00 0.26 0.73 24.2 24.3 86 85 129.2 19:00 0.22 0.61 23.7 23.9 88 84 0.5 20:00 0.19 0.53 23.5 23.8 91 87 0.5 21:00 0.19 0.57 23.0 23.3 94 88 0.5 22:00 0.21 0.63 22.7 23.0 95 88 0.5 23:00 0.19 0.57 22.4 22.9 95 90 0.5

(39)

25 Lampiran 3 Contoh perhitungan

Waktu u (m/s) T (C) RH (%) Rad. Global (W/m²) 5.8 m 3.15 m 2.4 m 5.8 m 3.15 m 2.4 m 5.8 m 3.15 m 2.4 m 13:10 2.06 1.81 1.64 28.3 28.5 29.0 74.1 74.3 74 470 18:40 1.18 0.92 0.66 23.9 23.9 23.9 93.5 94.2 96.0 0.5 1. Stabilitas Atmosfer

Klasifikasi kestabilan atmosfer ditentukan berdasarkan bilangan Richardson (Ri) seperti pada persamaan (1).

1. Perhitungan suhu potensial (θ) 1. Waktu : 13:10 𝜃 (𝑧 = 5.8 𝑚) = (28.3 + 273) − (−0.00976 × 5.8) = 301.3 𝐾 𝜃 (𝑧 = 3.15 𝑚) = (28.5 + 273) − (−0.00976 × 3.15) = 301.5 𝐾 𝜃 (𝑧 = 2.4 𝑚) = (29.0 + 273) − (−0.00976 × 2.4) = 302 𝐾 𝜃𝑎 = 301.94+302.17+302.563 = 302.22 𝐾 2. Waktu : 18:40 𝜃 (𝑧 = 5.8 𝑚) = (23.9 + 273) − (−0.00976 × 5.8) = 296.96 𝐾 𝜃 (𝑧 = 3.15 𝑚) = (23.9 + 273) − (−0.00976 × 3.15) = 296.93 𝐾 𝜃 (𝑧 = 2.4 𝑚) = (23.9 + 273) − (−0.00976 × 2.4) = 296.92 𝐾 𝜃𝑎 = 296.96+296.93+296.923 = 296.94 𝐾 2. Perhitungan Ri 3. Waktu : 12:00 𝑅𝑖 = 9.8( 301.3−302 5.8−2.4 )

302.22(2.06−1.645.8−2.4 )2 = −0.42 (Ri < -0.01, Tidak Stabil)

4. Waktu : 18:40 𝑅𝑖 = 9.8(

301.3−302 5.8−2.4 )

302.22(1.18−0.665.8−2.4 )2 = 0.01 (-0.01 < Ri < 0.01, Netral)

2. Parameter Kekasapan Permukaan

Perhitungan parameter kekasapanyang meliputi 𝑑, 𝑧0, dan 𝑢∗ hanya dilakukan

pada saat kondisi netral, sehingga dalam contoh ini digunakan data jam 18:40. 1. Perhitungan nilai perpindahan bidang nol (𝑑)

𝑑 inisial (𝑑0) = 0.67ℎ = 0.67 × 2.5 = 1.675 𝑚 (h = 2.5 m) 𝑎 = 𝑙𝑛(5.8−1.675)−𝑙𝑛(3.15−1.675) [(5.8−1.675)(3.15−1.675)]−0.5 𝑙𝑛(3.15−1.675)−𝑙𝑛(2.4−1.675) [(3.15−1.675)(2.4−1.675)]−0.5 = 3.4538

𝑑 = [3.4538 2(0.92−0.66 1.18−0.92) 2 2.4]−5.8 3.45382(0.92−0.66 1.18−0.92) 2 −1 = 2.1 𝑚

2. Perhitungan panjang kekasapan (𝑧0) dan kecepatan kasap (𝑢∗)

Hubungan linier antara ln (𝑧 − 𝑑) pada sumbu-y dan 𝑢 pada sumbu-x, sehingga diperoleh persamaan regresi 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 yang setara dengan persamaan ln(𝑧 − 𝑑) =𝑢∗𝑘 𝑢(𝑧) + ln (𝑧0), sehingga parameter 𝑧0, dan 𝑢∗ ditentukan dari hubungan berikut:

Gambar

Gambar 2  Ilustrasi pemasangan sensor pada mini-tower di Perkebunan Desa  Pompa Air, Jambi (a) dan Perkebunan Cimulang (b)
Gambar 3  Skema lapisan perbatas atmosfer (Merujuk dari Arya 2001)
Gambar  4    Variasi  diurnal  rata-rata  radiasi  global,  suhu  udara  dan  kelembaban  relative (RH) di  atas perkebunan kelapa sawit  umur 2 tahun  (Pompa  Air, Jambi) serta perkebunan umur 8-10 tahun (Cimulang)
Gambar  5    Profil  kecepatan  angin  di  atas  perkebunan  kelapa  sawit  Pompa  Air,  Jambi (2.4 m, 3.15 m, 5.8 m) dan Cimulang (9 m, 13m)
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Penyusun membatasi diri pada istilah “menjala manusia” yang terdapat di dalam Injil Lukas karena Injil Lukas menggunakan kata yang berbeda dengan kedua Injil Sinoptik yang lain..

“pada satu sisi seorang anak memang mempunyai kewajiban untuk berjalan di atas nilai-nilai yang telah dihamparkan oleh orang tua dan masyarakatnya, namun pada sisi lain

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan perineum Di BPS Husnul Hotimah A.Md.Keb Kabupaten Bondowoso Tahun 2015 yang telah dilakukan terhadap 11

Analisis menunjukkan beberapa strategi-strategi pemahaman telah digunakan dalam penyelesaian masalah matematik berperkataan iaitu strategi pemahaman dari segi umum

Untuk itu, masing-masing bagian dari Departemen Humas memiliki cara tersendiri dalam menjalin hubungan secara personal ataupun kelembagaan, misalnya Bagian HKL, berperan

sebagai berikut: Pertama, tentu paparan tradisi ilmiah (sains) di dunia Muslim, lalu pada level yang lebih tinggi yang diperoleh dunia Muslim, kedua menunjukkan level

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kepadatan kultur Daphnia carinata King dan fotoperiode yang berbeda terhadap produksi efipium.. Hasil