• Tidak ada hasil yang ditemukan

. kan menurut golongan beranak yang terdiri atas:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ". kan menurut golongan beranak yang terdiri atas:"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I11

MATERI DAN METODA PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Lokasi Inseminasi

Buatan

(ULIB)

Kecamatan Kaliori dan ULIB Sumber Daerah Tingkat I 1 Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Pertimbangan

dalam penetapan lokasi penelitian ini berdasarkan kepada

fasilitss yang tersedia pada ULIB. Disamping itu juga

kesediaan para peternak untuk dipakai ternaknya sebagai

sampel dalam penelitian ini. Namun yang paling menunjang

adalah populasi sapi betina yang cukup padat menurut

kriteria pemilihan lokasi

IB

(Dirjen, 1991) yaitu berda- sarkan ratio jumlah ternak dengan luas wilayah (ekor /

km2 )

.

Kepadatan ternak sapi di Kecamatan Kaliori pada tahun 1991 adalah 2 93 ekor/km2. Penelitian dengan per- lakuan dimulai dari Maret 1990 sampai Agustus 1991 yaitu selama 17 bulan

3.2 Materi Penelitian

1. Sapi Peranakan Ongole (PO) yang digunakan dalam pe- nelitian ini adalah milik peternak rakyat pada Keca-

matan Kaliori dan Sumber. Sapi-sapi ini dikelompok-

.

kan menurut golongan beranak yang terdiri atas:

Bo = Belum pernah beranak

(2)

B2

=

Sudah pernah beranak dua kali B3 = Sudah pernah beranak tiga kali

B4

=

Sudah pernah beranak empat kali

B5

=

Sudah pernah beranak lima kali.

2. Semen beku dalam ministraw sapi Brahman bernama Bomber yang berasal dari BIB Lembang, Bandung.

3.3 M a t Yann D i m n a k w

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Inseminasi gun untuk inseminasi buatan

2. Sarung tangan plastik 3. Pita ukur

4. Termos air kecil

5. Gunting

6. Kertas tissue

7. Sabun

8. Mikroskop, hemositometer, objek glas, deglass, alkohol dan larutan eosin 2%.

3.4 Metoda P e n e l i t f a n

Penelitian ini dilakuban untuk mendapatkan data

kinerja reproduksi sapi potong Peranakan Ongole di Unit

Lokasi Inseminasi Buatan

(ULIB):

Kaliori dan Sumber Daerah Tingkat I1 Kabupaten Rembang, yang terdiri atas empat penelitian sebagai berikut:

(3)

Penelitian

I

: Pengaruh penggunaan interkom dalam pe-

laksanaan program IB.

Penelitian I1 : Pengaruh lama menyusui terhadap kawin pertama sesudah beranak dan selang ber- anak sapi Peranakan Ongole (PO) pasca- partum.

Penelitian 111: Pengaruh lama istirahat terhadap invo- lusi uteri dan kinerja reproduksi sapi Peranakan Ongole (PO) pascaparturn.

Penelitian IV : Pengaruh dosis semen b.eku terhadap ang- ka konsepsi dan angka perkawinan per ke-

buntingan sapi Peranakan Ongole (PO).

Unit lokasi inseminasi buatan Kecamatan Kaliori ini dilengkapi dengan empat Pos Inseminasi Buatan (PIB) yang masing-masing mempunyai satu orang Kontak Tani Insernina- si Buatan (KOTIB). Pelayanan inseminasi buatan dilaku- kan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 8

-

10

dan sore hari pada pukul 3

-

6 sore. Sebelum peiayanan

ke pos IB dimulai,pada pagi hari inseminator melayani akseptor di sekitar Unit Lokasi Inseminasi Buatan (ULIB). Akseptor yang dilaporkan pukul 70° WIB dilayani pada pukul loo0 WIB dan untuk yang melapor lewat dari pukul loo0 WIB dilayani pukul 150° WIB. Akseptor yang

(4)

dilayani biasanya yang benar-benar ada tanda berahi dan

apabila tanda-tanda berahi tidak ada sedikitpun biasanya

tidak dilakukan inseminasi. Sebagai patokan untuk tanda

tanda berahi bagi peternak adalah dengan rumus 3A (Anget Abuh, Abang). Sapi-sapi yang menjadi materi dalam pene-

litian ini adalah yang telah masuk ke dalam kriteria

perlakuan. Pada setiap

KOTIB

terdapat buku catatan me- ngenai akseptor yang digunakan, sehingga pengamatan un-

tuk ternak akan lehih terkontrol. Hal ini sangat memu-

dahkan dalam pencatatan untuk pengumpulan data. Para

peternak yang ternaknya dijadikan materi dalam peneli-

tian ini juga diberi tahu sebelumnya dan diminta kese-

diaannya.

Makanan ternak yang diberikan adalah hijauan yang

biasa tersedia yaitu jerami padi yang masih basah dan

sudah kering. Biasanya jerami padi ini disimpan dekat

kandang ternak sapi. Pemberian jerami secara ad libitum

yang tersedia setiap saat di dalam kandang. Di samping

jerami juga diberikan makanan tambahan berupa bekatul

dan kadang-kadang molases blok yang dibuat sendiri oleh

para kontak tani dan inseminator. Pernberian molasses

blok ini 1/4 kg/ekor induk sapi per hari, tetapi tidak

(5)

Penelitian

I

: Pengaruh penegunaan interkom dalam ve- laksanaan Propram inseminasi buataa

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan interkom dalam

pelaksanaan program

IB

dilakukan pengamatan pada

ULIB

Kaliori-dan Sumber.

ULIB

yang menggunakan interkom ada- ].ah ULIB Kaliori dan

ULIB

Sumber tanpa fasilitas inter- kom

.

Data dikumpulkan dari catatan yang tersedia di-

masing-masing

ULIB

pada waktu yang sama. Terdiri atas

1 ima golongan beranak ( Bo , B1, B2, Bg dan B4 ) dan tiap- tiap golongan beranak terdiri atas 20 ekor sapi. Jumlah

sampel pada setiap

ULIB

adalah 100 ekor sapi PO. Para- meter yang diamati dan diukur adalah angka konsepsi.

Penelitian I 1 : Pen~aruh lama menyusui terhadav kawis

pertama sesudah beranak dan selana ber-

anak s a ~ i Peranakan O n ~ o l e

(PO)

wasca- partum

Penelitian ini dilakukan terutama untuk mengetahui

pengaruh lama menyusui terhadap kawin pertama sesudah

beranak dan selang beranak dengan tujuan untuk memper-

pendek selang beranak (calving i n t e r v a l ) .

.

Sapi Peranakan Ongole yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah yang memenuhi syarat dalam krite-

ria yang ditetapkan. Pemilihan sampel berdasarkan ca-

(6)

. . dengan melihat langsung ke lapangan. Adapun kriteria

sampel yang diambil sebagai berikut:

1. Sapi Peranakan Ongole yang baru melahirkan dan se-

dang bunting tua (+ 8 bulan).

2. Waktu melahirkan kondisi dalam keadaan normal (tidak

ada kelainan).

3. Sudah pernah beranak satu kali sampai dengan yang

sudah beranak lima kali.

4. Anatomi dan fungsi reproduksi normal.

Sapi-sapi yang telah memenuhi syarat tersebut di-

bagi dalam lima golongan beranak, yaitu B1, B2, Bg,

B4

dan B5.

Sedangkan lama menyusui dibagi menjadi 3 tingkat

yaitu lama menyusui 2 bulan (Ml) lama menyusui 3 bulan

( M 2 ) dan lama menyusui 4 bulan (M3). Ada -empat orang

Kontak Tani Inseminasi Buatan (KOTIB) dan setiap KOTIB

terdapat 15 ekor sapi. Untuk jelasnya jumlah sapi yang

digunakan dalam penelitian ini seperti yang terlihat

pada Tabel 9 dan jumlah sapi keseluruhan adalah 60 ekor.

Semua sapi yang digunakan dicatat tanggal melahir-

kan anak dan dibiarkan menyusu sampai masa perlakuan

besakhir. Setelah itu dilakukan pengamatan yang lebih

.

cermat untuk mendeteksi berahi. Lama menyusui ini diba-

tasi dengan melakukan penyapihan anak sapi yaitu memi-

sahkan anak dengan induk. Biasanya ditempatkan pada

(7)

Tabel.9. Kerangka Penelitian Lama Menyusui

No. Lama menyusui Golongan beranak

(MI

...

1. 2 Bulan (MI) 4 * 4 4 4 4

2. . 3 Bulan (M2) 4 4 4 4 4

3. 4 Bulan (M3) 4 4 4 4 4

_---_---

Keterangan:

*

Jumlah ternak dalam ekor

Pengamatan terhadap timbulnya berahi dilakukan dua kali sehari dan bagi sapi yang berahi dengan tanda yang jelas langsung diinseminasi. Untuk mendapatkan kawin pertama pascapartum maka tanggal kawinnya dicatat, de- mikian juga untuk setiap kawin ulang bagi sapi yang ti-

dak bunting pada inseminasi pertama.

Pengukuran angka perkawinan dan angka konsepsi (CR) dilakukan 60 - 90 hari setelah diinseminasi. Pemeriksa- an kebuntingan ini dilakukan dengan jalan palpasi rektal. Pengamatan lama bunting juga dilakukan dengan menghitung tanggal inseminasi sampai tanggal melahirkan. Perhitungan angka kebuntingan dan angka perkawinan per kebuntingan berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh

Toelihere (1985) dan Partodihardjo (1987).

Pengukuran selang beranak dilakukan dengan jalan menghitung (dalam hari) jarak melahirkan antara dua ke- lahjran yang berurutan. Kawin pertama sesudah beranak adalah inseminasi pertama sesudah beranak (dalam hari).

(8)

Penelitian 111 : Penaaruh lama istirahat terhadap invo-

lusi uteri dan kiner. ia r e ~ r oduksi s a ~ i

Peranakan Onaole (PO) pascaparturn

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

lama istirahat setelah beranak sebelum dipekerjakan ter-

hadap involusi uteri dan kinerja reproduksi sapi Per-

anakan Ongole pascapartum.

Sapi yang digunakan dalam penelitian ini diseleksi

dari catatan yang tersedia di Unit Lokasi Inseminasi Bu-

atan (ULIB) Kaliori. Bagi sapi yang memenuhi kriteria

dilakukan pengecekan ke lapangan untuk membuktikan apa-

kah sapi-sapi tersebut masih tersedia atau sudah tidak

ada lagi. Adapun kriteria sapi-sapi yang dijadikan Sam-

pel dalam penelitian ketiga ini adalah:

1. Sapi Peranakan Ongole yang sedang bunting tua (seki-

tar 7

-

9 bulan).

2. Sapi yang mempunyai anatomi dan fungsi reproduksi

normal.

3. Waktu melahirkan tidak ada kelainan dan dalam kondi-

si normal.

4. Sudah pernah beranak satu kali sampai dengan yang

sudah pernah beranak sebanyak lima kali.

.

Semua sapi Peranakan Ongole yang memenuhi kriteria

di atas dimonitor terus sampai anaknya lahir. Sapi-sapi

ini terdiri atas lima golongan yaitu B1, B2, B 3 , B4 dan

(9)

45

dipekerjakan di sawah ada 4 tingkat sebagai berikut:

lama istirahat 15 hari

(I1),

30 hari

(I2),

45 hari (I3)

dan 60 hari

(I4).

Adapun kerangka penelitian dapat d i -

lihat pada Tabel 10. Jumlah sapi pascapartum yang d i -

gunakan dalam penelitian ini adalah 80 ekor milik pe- ternak di wilayah Unit Lokasi Inseminasi Buatan Kaliori.

Tabel 10. Kerangka Penelitian Lama Istirahat

No. Lama istirahat Golongan beranak (hari )

...

B1 B2 *3 B4 B5 1. 15 hari

( I l )

4* 4 4 4 4 2. 30 hari

(I2)

4 4 4 4 4 3. 45 hari ( I g ) 4 4 4 4 4 4. 60 hari

(I4)

4 4 4 4 4

Keterangan:

*

Jumlah ternak dalam ekor

Sapi-sapi yang sedang bunting tua diamati dengan

cermat dan apabila tanda-tanda akan melahirkan sudah ke-

lihatan, KOTIB akan melaporkan pada inseminator melalui

interkom. Setelah anak lahir dan plasenta sudah keluar

serta kondisi induk dalam keadaan normal, maka dilakukan

pengukuran panjang uterus. Unthk yang melahirkan pada

malam atau subuh maka pengukuran dilakukan pagi harinya.

Dan pengukuran pertama dinyatakan dengan panjang uterus

(10)

8. Setelah itu lengan pemeriksa dikeluarkan dan diukur dengan pita ukur sampai di mana panjang tanduk ute- rus tersebut. Batas-batasnya adalah bibir anus di lengan sampai ujung jari yang mencapai apex kornua.

9. Pengukuran dilakukan terus sampai pada minggu kebe- rapa uterus tidak lagi mengalami perubahan ukuran. 10. Kriteria yang digunakan untuk menentukan involusi

telah sempurna adalah:

a. Kembalinya uterus ke lokasi normal dalam pelvis atau daerah sekitar pelvis.

b. Ukuran tanduk uterus normal (ukuran tidak bun- ting).

Pengukuran untuk parameter kawin pertama sesudah beranak, angka konsepsi, angka perkawinan per kebunting-

an sama dengan penelitian kedua.

Penelitian I V : m u h d w i s semen beku t e r h a d a ~ a n g

-

ka konsevai dan annka verkawimn vey kebuntinnan s a ~ i P e r w e f P O )

Pertimbangan dilakukan penelitian ini bertitik to- lak dari kasus yang ada di lapangan. Jumlah akseptor lebih dari jumlah semen yang dibawa oleh inseminator ke

lapangan untuk pelayanan inseminasi. Hal ini terjadi karena para peternak tidak melaporkan terlebih dahulu pada Kontak Tani Inseminasi Buatan (KOTIB) sehingga KOTIB tidak melaporkan ke Unit Lokasi Inseminasi Buatan

(11)

(ULIB). Dengan demikian jumlah semen yang dibawa kurang dari jumlah akseptor yang harus diinseminasi pada saat yang sama. Biasanya Inseminator mengambil kebijaksanaan dengan jalan melakukan inseminasi satu ministraw untuk dua ekor sapi sekaligus. Dengan cara ini peternak tidak kecewa dan akseptor dapat dilayani pada waktu yang tegat.

Adapun kriteria pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Umur 2.5 tahun lebih (sapi dara/belum pernah beranak dan sapi dewasa/sudah pernah beranak satu kali sam- pai dengan 4 kali).

2. Berada dalam keadaan tidak bunting dan belum menda- pat pelayanan inseminasi buatan.

3. Berada dalam kurun waktu 80 hari lebih setelah ber- anak untuk sapi rang sudah pernah beranak.

4. Anatomi dan fungsi reproduksi normal.

Penelitian ini menggunakan sapi PO dengan lima go- longan beranak sebagai berikut Bo = sapi dara (belum pernah beranak), B1

=

pernah beranak satu kali dan

B2,

B3,

dan Bq adalah pernah beranak dua kali, tiga kuli dan

empat kali berturut-turut. Dosis semen b e k dalam ministraw dibagi menjadi dua dosis yaitu 1/2 do&%.s semen

.

beku per inseminasi

(Dl)

dan satu dosis sen- beku per inseminasi

(D2).

Jumlah sapi yang digunakan &lah 400

ekor sapi Peranakan Ongole {PO) yang tersebar pada ke- empat KOTIB yang terdapat pada Unit Lokasi Inseminasi

(12)

Buatan Kaliori. Adapun kerangka penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kerangka Penelitian Penggunaan Dosis Semen Beku

Dosis semen beku Golongan beranak

per inseminasi

...

- Bo B1 B 2 B3 B4 1/2 ministraw ( D l ) 40* 40 40 40 40

1 ministraw (D2) 40 40 40 40 40

Keterangan:

*

Jumlah ternak dalam ekor

Pelaksanaan perlakuan 1/2 dosis

(Dl)

adalah sebagai berikut :

I. Semen beku dalam ministraw yang sudah dithawing di-

masukkan ke dalam inseminasi gun atau laras insemi- nasi.

2. Pengukuran 1/2 dosis (Dl) didasarkan atas pengamatan panjang pendorong yang tersisa di luar yang mana sama dengan panjang ministraw yang telah didorong.

3. Untuk 1/2 dosis

(Dl)

didorong tidak sampai habis ha- nya separoh dari panjang yang tersisa.

4. Untuk yang satu dosis (D2) dilakukan pendoronq sam-

.

pai habis atau semua panjang pendorong yang tersisa

(13)

3.5 Penilaian K o n s e n t r a s i ~ z o a

Penilaian konsentrasi spermatozoa di dalam mini-

straw dilakukan sebagai berikut:

-

Penilaian konsentrasi atau jumlah spermatozoa dalam ministraw dengan menggunakan alat penghitung sel-sel

darah merah Hemasitometer.

-

Ministraw yang dinilai diambil secara acak dalam tempat menyimpan semen beku (storage container).

-

Kemudian segera di thawing dengan air biasa untuk proses pencairan kembali sebelum digunakan seperti

juga yang dilakukan pada waktu melakukan inseminasi

buatan

.

-

Semen rang telah mencair dimasukkan ke dalam pipet erytrosit sampai tanda angka satu kemudian dimasukkan

larutan eosin 2% sampai tanda angka 101. Larutan eosin 2% ini berfungsi mematikan spermatozoa untuk memudahkan dalam menghitungnya.

-

Campuran dikocok secara hati-hati dan diputar memben- tuk angka delapan selama lebih kurang dua menit agar

larutan bercampur dengan sempurna (homogen).

-

Teteskan setetes larutan spermatozoa pada pinggir hemositomer yang telah dituthp dengan gelas penufup.

-

Hitung spermatozoa dalam kamar hitung terdiri dari lima kamar yaitu empat di pinggir dan satu di tengah.

(14)

-

Jumlah spermatozoa (S) adalah:

s

=

sp 1 0 ~ / ~ 1

sp = jumlah spermatozoa dalam lima kamar hemositome- ter (Toelihere, 1985).

-

Teknik ini dilakukan pada lima semen beku dalam mi- nistraw.

-

Jumlah spermatozoa hidup minimal 10

-

15 juta.

Pengukuran terhadap fertilitas yaitu angka kon-

sepsi (conception rate, % ) dilakukan setelah 2

-

3 bulan setelah inseminasi buatan tidak kembali berahi atau

minta kawin. Pemeriksaan angka konsepsi ini dilakukan

melalui palpasi rektal. Metoda pengukuran ini berdasar-

kan rumus yang dikemukakan oleh Partodihardjo (1987) dan

Toelihere (1985). Rumus untuk menghitung angka konsepsi

(CR) dan angka perkawinan (S/C) sebagai berikut:

Banyaknya hewan betina yang bunting

IB

I

CR ( % ) =

...

x 100%

Jumlah seluruh hewan betina yang diinseminasi

I

(dalam kurun waktu

tertentu)

(Toelihere, 1985; Partodihardjo, 1987)

Banyaknya inseminasi (jumlah straw yang

s/c

=

...

digunakan)

Banyaknya betina yang bunting

(15)

3.6 Care-an Kebuntinnan

Pemeriksaan kebuntingan untuk sapi-sapi yang telah diinseminasi dalam penelitian ini adalah setelah.60

-

90

hari inseminasi buatan terakhir, caranya adalah. -sebagai berikut :

1. Ternak sapi Peranakan Ongole dimasukkan dalam kan- dang penjepit.

2. Pakai sarung tangan plastik yang dilumuri sabun. 3. Ekor ditarik ke samping dan dipegang supaya spinkter

mengendur.

4. Masukkan tangan yang jari-jari dirapatkan melalui rektum dan feses dikeluarkan.

5. Pada ternak yang tidak bunting, servik biasanya ter- letak di tengah ruang pelvis. Jika tidak terletak di bagian tengah dari pelvis, maka h a m s diusahakan untuk meraba ke kiri atau kanan atau sedikit ke muka.

Uterus yang normal dan tidak bunting mempunyai empat ciri-ciri yaitu:

a. Dalam kornua uteri kiri maupun kanan tidak ada cairan.

b. Kedua kornua uteri berdinding tebal.

c. Ujung masing-masing korn'tra terasa lancip.

d. Masing-masing kornua uteri dalam keadaan meling- kar

.

(16)

6 . J i k a serviks berada dalam ruang abdomen maka kemung- kinannya adalah bunting. Perubahan-perubahan pada

awal kebuntingan jika diraba adalah:

a. Penipisan yang jelas pada dinding uterus.

b. Adanya penimbunan cairan dalam uterus.

c. Ujung kornua uterinya tidak lancip.

3.7 Analisa Data

Data yang didapatkan pada penelitian ini di analisa

dengan rnenggunakan perhitungan statistik yaitu analisis

profil menurut Morrison (1990) dan uji t menurut Steel

Gambar

Tabel  10.  Kerangka Penelitian Lama Istirahat
Tabel 11.  Kerangka  Penelitian Penggunaan Dosis  Semen Beku

Referensi

Dokumen terkait

No Fungsi Aksi Hasil yang diharapka n Hasil nyata Hasil 3 Menghapus Pelanggan oleh admin Menekan tombol hapus pada salah satu pelanggan yang akan dihapus Pelanggan

Faktor psikologis yang mendukung perokok untuk berhenti merokok pada penelitian ini adalah adanya persepsi mengenai manfaat dari berhenti merokok (100%) dan... Hal

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan analisa data sekunder yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk peta dilakukan komparasi dan overlay pada peta-peta tersebut

Hasil penelitian Sutiono (1997) menunjukkan bahwa lambannya realisasi daya serap keuangan Program Inpres Dati II di Kabupaten dati II Bandung dan kabupaten dat i II

Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap Dosen dalam kegiatan belajar. Untuk dapat

x Peran petugas dalam membantu pasien memperoleh rata-rata 2.63 dengan keterangan baik. Ditandai dengan petugas membantu pasien mulai dari administrasi sampai

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil validasi produk pengembangan oleh tiga orang dosen ahli pembelajaran fisika. Data tersebut dikumpulkan

Keberhasilan tindakan dari siklus kesiklus dikarenakan guru dapat melaksanakan rancangan pembelajaran dengan baik sesuai dengan pendekatan yang digunakan,