• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISBN : Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISBN : Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS KUALITAS SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR DITINJAU DARI KOMUNITAS PERIFITON1

Sevi Sawestri2 & Dwi Atminarso2 ABSTRAK

Perifiton memiliki peranan penting dalam jaring makanan di perairan. Karakteristik perifiton sangat mudah terpengaruh oleh perubahan ekosistem perairan sehingga dapat digunakan sebagai indikator biologi suatu wilayah. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian status perairan Sungai Musi bagian hilir berdasarkan komunitas perifitonnya. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Mariana, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (bagian hilir Sungai Musi). Perifiton dikoleksi menggunakan transek. Hasil menunjukkan perifiton di area perairan Mariana terdiri dari lima kelas dan 24 jenis. Komunitas perifiton didominasi oleh Bacillariophyceae, sebanyak 15 jenis. Kelimpahan perifiton yang ditemukan berkisar antara 719-55.125 sel/cm2. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,34-1,74; sedangkan indek dominansi berkisar antara 0,22-0,89.

Kata Kunci: Perifiton, Sungai Musi, Mariana, Komunitas, Indikator, Kelimpahan.

PENDAHULUAN

Sungai merupakan salah satu ekosistem perairan umum yang berperan penting dalam daur hidrologi serta berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi daerah sekitarnya (Suwondo dkk 2014 dalam Purwani dkk 2014). Sungai Musi merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Sumatera Selatan dengan panjang ±510 km. Berdasarkan pemanfaatannya, Sungai Musi digunakan sebagai saluran irigasi pertanian, saluran pembuangan air hujan, serta limbah domestik maupun industri. Pada bagian sekitar hilir Sungai Musi banyak terdapat kawasan industri seperti pengilangan minyak, pengolahan karet alam, industri minyak goreng dan industri pupuk. Selain itu di sekitar bagian hiilir Sungai Musi juga terdapat wilayah pemukiman, pertanian, dan perkebunan. Kegiatan tersebut berpotensi menyebabkan degradasi kualitas lingkungan perairan sungai (Zulkifi dkk 2009).

Aktivitas antropogenik di sekitar perairan hilir Sungai Musi baik secara langsung atau tidak langsung, serta bersifat terus-menerus akan mempengaruhi ekosistem perairan. Organisme perairan tersebut akan mengalami perubahan struktur komunitas, baik kelimpahan maupun komposisi. Organisme dapat digunakan sebagai indikator perairan karena kehidupan organisme mempunyai daya tahan dan adaptasi yang berbeda-beda antara jenis yang satu dan lainnya. Ada beberapa jenis yang tahan dan ada yang tidak tahan terhadap kondisi lingkungan, sehingga jenis yang mempunyai toleransi tinggi meningkat populasinya (Indrawati dan Muhsin 2008). Wilhm (1975) menyatakan bahwa organisme yang tahan terhadap kondisi kualitas air yang buruk dapat digunakan sebagai indikator bagi perairan yang tercemar berat.

Perifiton merupakan salah satu organisme yang dapat digunakan sebagai indikator biologi suatu perairan (Kurteshi et al. 2008). Perifiton adalah organisme yang tumbuh dan menempel pada substrat namun tidak melakukan penetrasi ke dalam substrat tersebut. Perifiton hidup dengan cara menempel pada batuan, kayu, akar tumbuhan, atau benda lainnya dalam air, sehingga memiliki kecenderungan terpapar bahan pencemar di wilayah hidupnya (Gray 2013). Pengkajian kualitas biologi perairan ini sangat penting karena dapat mengantisipasi perubahan lingkungan yang terjadi di suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian status perairan Sungai Musi bagian hilir (Mariana) berdasarkan komunitas perifitonnya.

1

Poster dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta, 19-20 November 2015

2

(2)

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di bagian hilir Sungai Musi Mariana, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pada April 2014. Data koordinat stasiun penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Titik koordinat stasiun penelitian

Stasiun Lokasi Koordinat

1 Pertamina Plaju S 02°59.485' E 104°49.166' 2 Sungai Komering S 02°59.545' E 104°50.211' 3 RS. Kundur S 02°58.830' E 104°51.452' 4 SAP 1 S 02°58.492' E 104°51.850' 5 Dermaga SAP S 02°57.435' E 104°52.822' 6 Muara SAP S 02°57.299' E 104°52.956'

Penelitian ini meliputi pengukuran parameter kimia, fisik, dan biologi (perifiton). Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan langsung di lapangan dan di laboratorium. Parameter fisika yang diukur adalah kedalaman, kecerahan, suhu, derajat keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO), sedangkan parameter kimia adalah BOD, konduktivitas, NO3, NH3 dan O-PO3.

Pengambilan contoh perifiton menggunakan metode penyikatan kuas pada luasan persegi (Barbour et al, 2012), lalu disimpan dalam larutan formalin 40%. Perifiton diidentifikasi menggunakan Prescott (1978). Analisis perifiton meliputi kelimpahan, indeks diversitas Shannon-wiener, dan indeks dominansi (APHA 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi perifiton yang ditemukan di bagian hilir Sungai Musi terdiri dari lima kelas yaitu Bacillariophycea dengan 15 genus, Cyanophyceae dengan 1 genus, Chlorophyceae dengan 5 jenis, Euglenophyceae dengan 2 genus, dan Dinophyceae dengan 1 genus (Tabel 2). Kelas Bacillariophyceae ditemukan hampir pada seluruh stasiun pengamatan. Bacillariohyceae bersifat kosmopolitan dan melimpah. Anggota kelas Bacillariophyceae mampu menyesuaikan diri terhadap arus sungai yang kuat. Menurut Mahanal dkk (2007) dalam Purwani dkk (2014), Bacillariophyceae memiliki kemampuan melekat pada substrat lebih baik karena memiliki alat perekat. Zulkifi dkk (2009) menemukan Divisi Baccilariophyta dengan proporsi yang cukup tinggi di perairan Sungai Musi bagian hilir. Genus Navicula dan Nitzschia dari Bacillariophyceae juga ditemukan di Sungai Brantas Malang Jawa Timur (Purwani dkk 2014).

Tabel 2. Komposisi perifiton perairan Sungai Musi bagian hilir

No Kelas Genus Stasiun

Pertamina Plaju Sungai Komering RS Kundur SA P 1 Dermaga SAP Muara SAP 1 Chlorophyc eae Mougeotia + + + 2 Tetraedron + + 3 Scenedesmus + 4 Closterium + + + + 5 Phormidium + + 6 Bacillarioph Synedra +

(3)

yceae 7 Gomphonema + + + 8 Navicula + + + + + + 9 Achnanthidium + + 10 Pinnularia + + + + + 11 Nitschzia + + + + + 12 Surirella + 13 Cymbella + + + 14 Melosira + + 15 Stauroneis + + + + 16 Fragilaria + + + 17 Pleurosigma + + + + + + 18 Cyclotella + + + + 19 Cosinodiscus + 20 Meridion + 21 Cyanophyc eae Oscillatoria + + + + + + 22 Dinophycea e Peridinium + + 23 Euglenophy ceae Trachelomonas 24 Phacus + +

Kelimpahan perifiton berkisar antara 719-55.125 sel/cm2. Kelimpahan perifiton tertinggi ditemukan pada stasiun Pertamina Plaju. Hal ini disebabkan nilai-nilai parameter fisika- kimia air pada stasiun ini mendukung pertumbuhan perifiton. Parameter kualitas air merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan dan perkembangan perifiton. Perifiton akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila lingkungannya mendukung dan berada dalam batas toleransi organisme tersebut. Nilai pH, DO, NO3,

NH3, dan O-PO3 pada stasiun tersebut masih tergolong baik dibandingkan stasiun

lainnya. Kemampuan pertumbuhan perifiton sangat tergantung pada kandungan nitrogen, fosfat, pH, konduktivitas, DO dan suhu (Brown and Alan 2009, Mitsch and Gosselink 2000). Selain faktor kimia, penetrasi cahaya yang memadai pada stasiun ini ke dalam kolom air membantu pertumbuhan perifiton melalui proses fotosintesis. Lokasi stasiun Pertamina Plaju berada di dekat wilayah pengilangan minyak, pemukiman, kota, dan pasar, serta banyak tanaman air eceng gondok. Akar tanaman air memiliki peran dalam penyaring detritus, serta menyerap partikel logam dan senyawa fosfat, sehingga kaya akan nutrien dan merupakan habitat yang sesuai untuk alga yang menempel pada akar tanaman (Indrawati dan Muhsin 2008).

Indeks keanekaragaman komunitas perifiton pada penelitian ini berkisar antara 0,35- 1,74 (Gambar 2). Indeks keanekaragaman tertinggi mendekati nilai 2 ditemukan di stasiun Pertamina Sungai Komering-Musi yang dicirikan oleh tingginya kelimpahan genus Nitzschia (Bacillariophyceae) dan di stasiun muara industri minyak goreng SAP yang dicirikan oleh genus Pinnularia (Bacillariophyceae). Menurut Lee et al. (1978) bahwa indeks keanekaragaman < 2,0 menunjukkan kondisi perairan tercemar berat

(4)

380 380

380 380

Gambar 1. Indeks keanekaragaman (H) dan indeks dominansi (D) perifiton pada stasiun penelitian.

Berdasarkan indeks dominansi, stasiun Kundur memiliki nilai tertinggi (Gambar 2). Secara keseluruhan, genus Oscillatoria (Cyanophyceae) dan Nitzschia (Bacillariophyceae) mendominasi lokasi penelitian. Melimpahnya genus tersebut menandakan mudah beradaptasi pada wilayah perairan yang tercemar. Genus

Oscillatoria, Navicula, dan Nitzschia memiliki toleransi tinggi terhadap bahan

pencemar. Penelitian Palmer (1969) dalam Goldman dan Home (1983) menunjukkan bahwa ketiga genus tersebut merupakan indikator biologi pada perairan tercemar bahan organik. Penelitian Zulkifi dkk (2009) mengenai fitoplankton pada perairan Sungai Musi bagian hilir menunjukkan dominasi genus Oscillatoria dan Diatoma (Bacillariophyceae) ditemukan pada perairan dengan kriteria tercemar “sedang”. Kurteshi et al. (2008) juga menemukan Navicula dan Nitzschia di Sungai Sitnica, Kosovo sebagai bioindikator perifiton. Aprisanti dkk (2013) menyatakan bahwa jenis diatom Nitzschia bersifat kosmopolitan, memiliki toleransi pencemaran bahan organik yang luas, serta dapat berperan sebagai indikator pada perairan tercemar sedang hingga berat. Jenis Oscillatoria sp. sering ditemukan pada lingkungan dengan kandungan nutrisi organik yang tinggi (Welch 1992 dalam Indrawati dkk 2010). Setiap jenis perifiton memiliki batasan optimum untuk faktor lingkungannya. Suatu organisme yang memiliki daya toleransi tinggi akan mampu bertahan hidup di ekosistem tercemar, sedangan yang memiliki daya toleransi rendah akan musnah. Berdasarkan penelitian ini, Oscillatoria, Navicula, dan Nitschia mampu bertahan dalam kondisi perairan tercemar, maka berpotensi untuk dijadikan sebagai indikator biologi untuk perairan tercemar.

Penilaian tercemar atau tidaknya suatu ekosistem tidak hanya terdeteksi melalui hubungan antara keanekaragaman dan kestabilan komunitasnya. Suatu sistem yang stabil atau tahan terhadap gangguan bahan pencemar bisa memiliki keanekaragaman yang rendah dan tinggi. Hal tersebut tergantung fungsi aliran energi yang terdapat pada perairan tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas fisika dan kimia, sebagian besar stasiun penelitian memiliki kualitas air yang tidak memenuhi persyaratan baku mutu air (Tabel 3). Nilai pH perairan di bawah 6 dan DO di bawah 4 mg/l. Hal ini berhubungan dengan beban yang diterima perairan. Faktor lain yang diduga menyebabkan rendahnya nilai DO adalah suhu rata-rata perairan yang relatif tinggi.

(5)

381 381

381 381

Tabel 3. Kualitas perairan Sungai Musi bagian hilir (Mariana) berdasarkan parameter fisika dan kimia

Parameter Station Pertamina Plaju S. Komering RS. Kundur SAP Dermaga SAP Muara SAP Kedalaman 130 220 70 110 80 50 (cm) Kecerahan 20,5 5,35 14 17 14 14 (cm) Suhu (°C) 29,4 31,2 29,9 31,2 29,9 30,4 pH 6,5 5 6 5,5 6 6 DO (mg/L) 4,02 2,04 3,42 3,03 3,42 2,8 BOD (mg/L)* 0,16 0,48 0,05 0,35 0,71 1,29 Cond 49,1 53 51,3 67,3 51,3 53,3 (mS/cm) NO3 (mg/L) 0,796 0,296 0,16 0,57 0,459 0,641 2 NH3 (mg/L) 0,169 0,112 0,187 0,15 0,153 0,167 7 O-PO3 (mg/L) 0,083 0,011 0,0023 0,07 0,074 0,102 1

Dengan kondisi yang belum stabil ini menunjukkan kondisi habitat perifiton akan rentan dan mudah terganggu oleh adanya gangguan fisika dan kimia pada perairan. Faktor pembatas komunitas perifiton tidak hanya ditentukan perubahan fisik air dan kualitas air sungai lainnya, namun juga jika sungai tercemar, maka gangguan terhadap komunitas perifiton akan menjadi lebih besar. Hal tersebut akan merubah komposisi jenis, menurunnya jumlah taksa dan indeks keanekaragaman komunitas perifiton.

KESIMPULAN

Perairan Sungai Musi bagian hilir memiliki komunitas perifiton yang terdiri dari kelas Bacillariophycea, Cyanophyceae, Chlorophyceae, Euglenophyceae, dan Dinophyceae. Genus Oscillatoria (Cyanophyceae) ditemukan pada hampir seluruh stasiun penelitian dan berpotensi untuk dijadikan sebagai indikator biologi perairan tercemar. Berdasarkan penelitian ini maka perairan Sungai Musi bagian hilir (Mariana) tergolong tercemar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dewi Apriyanti dan Raider Sigit Junianto dari BP3U-Palembang, serta Hendro dan Benny Casmana dari Sekolah Tinggi Perikanan-Pasar Minggu yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

APHA. 1980. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 15th

(6)

382 382

Aprisanti R, Mulyadi A, Siregar SH. 2013. Struktur komunitas diatom epilitik perairan Sungai Senapelan dan Sungai Sail, Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan 7: 241-252.

Barbour MT, Jeroen G, Blaine DS, James BS. 2012. Rapid Bioassessment Protocols for

Use in Streams and Wadeable Rivers: Periphyton, Benthic Macroinvertebrates, and Fish Second Edition Chapter 3. United States: Environmental Protection Agency.

Brown P, Alan LW. 2009. The Role of Periphyton in the Everglades. Institute of Food and Agricultural Sciences.

Goldman CR, AJ. Home. 1983. Limnology. New York: Mc-Graw Hill Book Company. 464pp.

Gray D. 2013. Introduction to Periphyton Monitoring in Freshwater Ecosystems. New Zealand: Departement of Conservation. 2 p.

Indrawati dan Muhsin. 2008. Keanekaragaman tumbuhan air pada perairan sungai dan rawa di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Warta-Wiptek 16: 116- 122.

Indrawati I, Sunardi, Ita F. Perifiton sebagai indikator biologi pada pencemaran limbah domestik di Sungai Cikuda Sumedang. 2010. Prosiding Seminar Nasional

Limnologi V: 76-86.

Kurteshi K, Idriz V, Abdulla G, Fadil M, Muharrem I, Sulltan A. 2008. Periphyton bioindicators in the Sitnica River (Kosovo). Annales Ser Hist Nat 18: 265-170.

Lee CD, SB Wang, CL Kuo. 1978. Benthic Macroinvertebrate and Fish as Biological

Indicators of Water Quality, With Reference of Community Diversity Index. Bangkok:

International Conference on Water Pollution Control in Development Countries. Mitsch WJ, JG. Gosselink. 2000. Wetlands. New York: John Wiley & Sons.

Prescott GW. 1978. Fresh-water Algae Third Edition. Lowe: WMC Brown Company Publisher.

Purwani A, Hadi S, Sitoresmi P. 2014. Analisis komunitas Bacillariophyta perifiton sebagi indikator kualitas air di Sungai Brantas Malang Jawa Timur. Jurnal Online

Universitas Negeri Malang 1: 1-10.

Wilhm, JL. 1975. Biological Indicators of Pollution in River Ecological. London: Blackwell Scientific Publication.

Zulkifi H, Husnah, Moh. Rasyid R, Suhodo J. 2009. Status kualitas Sungai Musi bagian hilir ditinjau dari komunitas fitoplankton. Berk. Penel. Hayati 15: 5-9

Gambar

Tabel 2. Komposisi perifiton perairan Sungai Musi bagian hilir
Gambar 1. Indeks keanekaragaman (H) dan indeks dominansi (D) perifiton  pada stasiun penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya hasil penekanan tombol tersebut akan dilanjutkan proses peneri- maan data input yang akan langsung diproses oleh Mikrokontroler AT89S51`dan setelah itu

Yuni Apsari, M.Si., Psikolog., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah membantu selama proses perkuliahan dan dalam

Berdasarkan jawaban para mahasiswa dapat diketahui bahwa 56% di antaranya tidak setuju dan kurang setuju dengan pernyataan mengenai ketaatan hukum yang berasal dari dalam diri

Dalam hal ini, perpustakaan dituntut untuk mampu menciptakan ruang publik sebagai ruang komunikasi dan aktivitas sosial lainnya (Krismayani, 2016). Meskipun erat

membahas keberadaan seni kethoprak di wilayah Kelurahan Patangpuluhan. Pada  pertemuan  tersebut  tim  pengabdi  menjelaskan  tentang  arti  pentingnya  pelestarian 

Perlakuan terhadap suhu dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi baik dari segi warna maupun pergerseran panjang gelombang sampel karena senyawa antosianin dapat

Hasil pengujian UAT dengan kuisioner menyatakan bahwa presentase tertinggi didapat pada pertanyaan no 3 terkait dengan sistem dapat membantu paramedic dalam mendiagnosa

Proses pembelajaran bahasa pemrograman memerlukan proses pemecahan masalah dengan metode latihan menulis bahasa pemrograman dan proses analisis yang intensif, oleh karena