Oleh : Oleh : Citra Elok M Citra Elok M 1305 100 013 1305 100 013
UJIAN TUGAS AKHIR
ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA
MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN BULAK SURABAYA
Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing
Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Dra. Destri Susilaningrum, M.Si
Page § 2 Statistika ITS Surabaya
PENDAHULUAN
Keadaan gizi balita
di Indonesia belum seluruhnya memenuhi kriteria baik
Berdasarkan data dan keterangan Pukesmas Kenjeran, masih ditemukan
balita dengan status gizi kurang terutama bagi warga pendatang Terdapat di beberapa
daerah di Indonesia
Kecamatan Bulak Surabaya
Kecamatan Bulak merupakan Kecamatan Bulak merupakan
wilayah di Surabaya wilayah di Surabaya yang dekat dengan laut yang dekat dengan laut
Sebagian penduduk Sebagian penduduk bekerja sebagai nelayan
bekerja sebagai nelayan Mempengaruhi status gizi Mempengaruhi status gizi balita keluarga nelayanbalita keluarga nelayan
Faktor
Faktor--faktor yang faktor yang mempengaruhi status mempengaruhi status gizi balita gizi balita Mendapatkan solusi Mendapatkan solusi mengatasi permasalahan mengatasi permasalahan
Page § 3
1. Bagaimana karakteristik ibu dan balita nelayan di kecamatan Bulak Surabaya ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi balita masyarakat nelayan di kecamatan Bulak Surabaya ?
3. Seberapa besarkah pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi balita masyarakat nelayan ?
1. Mengetahui karakteristik ibu dan balita nelayan di kecamatan Bulak Surabaya.
2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi balita masyarakat nelayan di kecamatan Bulak Surabaya
3. Mengetahui seberapa besarkah pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi gizi balita masyarakat nelayan.
PERMASALAHAN
TUJUAN
Page § 4
1. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita masyarakat nelayan di kecamatan Bulak Surabaya.
2. Memberi informasi kepada masyarakat nelayan bahwa sarana sanitasi lingkungan yang baik dan pola makan yang seimbang dapat
meningkatkan perbaikan status gizi.
3. Memberi masukan kepada masyarakat nelayan untuk me-manfaatkan sumberdaya alam di daerahnya secara maksimal dapat meningkatkan status gizi balita.
Penelitian pada permasalahan ini dibatasi pada populasi balita keluarga nelayan di kecamatan Bulak Surabaya.
Statistika ITS Surabaya
MANFAAT
Page § 5
§ TINJAUAN STATISTIKA
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode statistik yang meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan data dalam bentuk yang mudah dibaca sehingga memberikan kemudahan dalam memberikan informasi. Statistik deskriptif menyajikan data dalam tabel, grafik, ukuran pemusatan data, dan penyebaran data (Astuti dan Iriawan, 2006).
2. Analisis Regresi LogistikAnalisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik ordinal merupakan salah satu metode statistik yang menggambarkan hubungan antara suatu variabel respon (Y) dengan lebih dari satu variabel prediktor (X) dimana variabel respon lebih dari dua kategori dan skala pengukuran bersifat tingkatan (Hosmer dan Lemeshow, 2000), misalnya ”0” untuk ”gizi buruk”, ”1” untuk ”gizi kurang”, ”2” untuk ”gizi normal” dan ”3” untuk ”gizi lebih”.
Statistika ITS Surabaya
Page § 6 Peluang kumulatif + + + =
∑
∑
= = p k ik k j p k ik k j i x x x 1 1 exp 1 exp ) β α β αStatistika ITS Surabaya
| (Y j
P ≤ , i = 1, 2, 3… , n
Fungsi distribusi logistik umum
x x x
e
e
e
x
F
+
=
+
=
−1
1
1
)
(
Cumulative logit models| (Y j P ≤ > ≤ = ) | ( ) | ( log ) i i i x j Y P x j Y P x Logit
∑
= + = p k ik k j x 1 β αPeluang kategori respon ke-j pada p variabel prediktor
+ + + − =
∑
∑
= = p k ik k j p k ik k j x x 1 1 exp 1 exp 1 β α β α)
(
i jx
φ
Page § 7
Fungsi Likelihood untuk sampel dengan N independen observasi (yi,xi)
Statistika ITS Surabaya
[
]
∏
==
N i y i y i y i y i i i i ix
x
x
x
l
1 3 2 1 0 3 2 1 0(
)
(
)
(
)
)
(
)
(
β
φ
φ
φ
φ
, i = 1, 2, 3… , N Fungsi ln-Likelihood[
( )]
ln ) ( 0 1 0 i N i i x y L β∑
φ = =+
y
1iln
[
φ
1(
x
i)
]
+ y2i ln[
φ2(xi )]
+
y
3iln
[
φ
3(
x
i)
]
Iterasi Newton Raphson
( )
( ) 1 ( ) ) ( ) 1 (t t t t q H − + = β − β ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ = p T L L L q β β β β β β ( ) ,... ) ( , ) ( 1 0Matriks Hessian dengan elemen - elemen
= pp p p p p h h h h h h h h h H ... ... ... 2 1 2 22 21 1 12 11 M O M M dimana, b a ab L h β β β ∂ ∂ ∂ = 2 ( )
Page § 8
§ Maksimum ln-Likelihood diperoleh dengan mendeferensialkan L(β) terhadap β dan menyamakan dengan nol.
§ Maximum Likelihood Estimator (MLE) merupakan metode untuk
mengestimasi varians dan kovarians dari taksiran β yang diperoleh dari turunan kedua fungsi ln-Likelihood.
§ Nilai taksiran β diperoleh dari turunan pertama fungsi ln-Likelihood yang non linear sehingga untuk mendapatkan nilai tersebut digunakan metode iterasi Newton Raphson (Agresti, 2002).
Page § 9
Pengujian Signifikan Parameter Model Regresi Logistik
Statistika ITS Surabaya
1. Uji Serentak
Hipotesis :
Uji serentak dilakukan dengan tujuan memeriksa keberartian koefisien secara keseluruhan
H0:
H1 : Minimal ada satu
Statistik Uji :
[
]
− =∏
= n i y i y i y i y i n n n n i i i i x x x x n n n n n n n G 1 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 ) ( ) ( ) ( ) ( log 2 φ φ φ φ∑
= = n i i y n 1 0 0 ,∑
= = n i i y n 1 1 1 ,∑
= = n i i y n 1 2 2 ,∑
= = n i i y n 1 3 3 dimana, n = n0+ n1+ n3+ n4H0 ditolak bila nilai G > . 2 ,db α
χ
Daerah kritis :Page § 10
2. Uji Parsial
Statistika ITS Surabaya
Uji parsial digunakan untuk memeriksa kemaknaan koefisien β secara individu
Hipotesis : H0 : H1 : Statistik Uji : Statistik Uji :
)
ˆ
(
ˆ
ˆ
j j jE
S
W
β
β
=
H0 ditolak apabila Daerah kritis :Page § 11
Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik
Statistik uji yang digunakan untuk menguji kesesuaian model regresi logistik adalah Goodness of Fit
Statistika ITS Surabaya Hipotesis :
H0 :
H1 :
Model sesuai (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model)
Model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik Uji : 2
χ
χ
2 Tolak H0 jika hitung > (db,α) Daerah kritis :∑
==
J jm
jr
1 2 2ˆ
π
χ
Page § 12
TINJAUAN NON STATISTIKA
1. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses penyerapan,
transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat– zat yang tidak digunakan untuk pertumbuhan dan menghasilkan
energi (Fajar dkk, 2002). Sedangkan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004).
Status gizi balita dapat dilihat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Status gizi balita dibagi menjadi empat bagian yaitu:
a. Gizi lebih, pada KMS berada di atas warna hijau tua b. Gizi baik, berada pada garis berwarna hijau muda
c. Gizi kurang, terletak dibawah garis berwarna hijau muda d. Gizi buruk, berada pada garis merah.
Page § 13
2. Indikator Status Gizi
Menurut Fajar, dkk (2002), penggunaan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi balita. Ketiga indikator tersebut disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indikator Status Gizi Indikator
Status Gizi Definisi
1. Berat Badan (BB)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. 2.Tinggi
Badan (TB)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal.
3. Umur (U) Batasan umur yang digunakan adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh
Page § 14
3.Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi balita dapat diukur melalui salah satu dari indeks BB/U, TB/U, BB/TB. Pengelompokan status gizi balita dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U,TB/U,
TB Standart Deviasi Antropometeri WHO-NCHS
Sumber: Depkes RI dalam Fajar, 2002
≤ ≤ ≤ ≤
≤
≤No Indeks Batas Pengelompokan
Sebutan Status Gizi
1 BB/U Zscore -3 Gizi buruk
-3 < Zscore -2 Gizi kurang -2 < Zscore 2 Gizi normal
Zscore > 2 Gizi lebih
2 TB/U Zscore -3 Sangat Pendek
-3 < Zscore -2 Pendek -2 < Zscore 2 Normal
Zscore > 2 Tinggi
3 BB/TB Zscore -3 Sangat Kurus -3 < Zscore -2 Kurus -2 < Zscore 2 Normal Zscore > 2 Gemuk ≤ ≤
≤
Page § 15
Menurut Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (1999), penilaian status gizi balita di Indonesia dihitung dengan menggunakan Zscore dengan klasifikasi berat badan menurut umur (BB/U).
Perhitungan nilai Zscore status gizi balita diperoleh dari pengukuran berat badan sekarang yang disesuaikan dengan umur balita. Secara terperinci Zscore dirumuskan sebagai berikut
§ Bila nilai riel berat badan sekarang lebih besar atau sama dengan nilai median, maka didapatkan rumus
Zscore = (berat badan - nilai median) / standart deviasi upper
§ Bila nilai riel berat badan sekarang lebih kecil dari nilai median, maka Zscore = (berat badan - nilai median) / standart deviasi lower
Page § 16
METODOLOGI PENELITIAN
Data pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dengan melakukan survei terhadap seluruh balita nelayan di
kecamatan Bulak. Kecamatan Bulak terdiri dari 5 kelurahan, dari 5 kelurahan ini yang akan diamati hanya 3 kelurahan saja karena
kelurahan tersebut merupakan kelurahan yang berpenduduk nelayan dan memiliki balita. Jumlah balita di 3 kelurahan tersebut sebanyak 109 balita. Jumlah balita masing-masing kelurahan yaitu :
1. Sukolilo dengan jumlah balita sebanyak 33 orang 2. Kenjeran dengan jumlah balita sebanyak 34 orang
3. Kedung Cowek dengan jumlah balita sebanyak 42 orang
Page § 17
1. Sumber Data
2. Variabel Penelitian
Variabel respon (Y) yaitu status gizi balita berskala data ordinal. Pengkodingan status gizi balita didasari pada tingkatan Zscore. Tingkatan status gizi balita mengacu pada Zscore dimulai dari tingkatan yang paling tinggi ke tingkatan yang paling rendah.
Tingkatan tersebut adalah gizi lebih, gizi normal, dan gizi kurang. Variabel respon tersebut dideskripsikan sebagai berikut.
Jumlah nelayan di kecamatan Bulak Survei terhadap balita nelayan
di kecamatan Bulak
Data primer Data sekunder
Page § 18
Variabel prediktor (X) yaitu variabel demografi dan faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi balita sebagai berikut.
Page § 19
Page § 20
Pada penelitian ini, tidak
mencantumkan variabel akses kesehatan karena di kecamatan Bulak sudah tersedia fasilitas kesehatan dimana masyarakat setempat telah menggunakan fasilitas tersebut sebagai sarana pengobatan.
Page § 21
3. ANALISIS DATA
Untuk menjawab tujuan, berikut analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan sebagai berikut :
a. Menentukan nilai variabel respon dengan menggunakan indikator status gizi balita. Status gizi balita di Surabaya diukur dengan menggunakan antropometri berat
badan me-nurut umur (Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI, 1999).
b. Melakukan analisis deskriptif dengan menggunakan diagram pie dan diagram batang terhadap variabel prediktor untuk mengetahui karakteristik balita.
c. Menguji signifikansi variabel prediktor yang berpengaruh terhadap variabel
dependen dari model regresi logistik ordinal berganda dengan menggunakan uji serentak.
d. Melakukan pemilihan variabel prediktor yang tidak signifikan terhadap model
regresi logistik ordinal berganda untuk dikeluarkan dari model. Jika terdapat lebih dari satu variabel yang tidak signifikan maka pemilihan model dilakukan secara bertahap, yaitu satu persatu dimulai dari nilai p_value yang terbesar dengan menggunakan uji parsial sehingga didapatkan model tunggal. Hal ini terus
dilakukan sampai semua variabel prediktor signifikan sehingga diperoleh model yang terbaik.
e. Membentuk model regresi logistik ordinal dengan seluruh variabel prediktor yang signifikan.
Page § 22 Statistika ITS Surabaya
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dijadwalan mulai bulan Agustus 2009. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari
Penelusuran Literatur Penyusunan Proposal Seminar Proposal Pengambilan Data Revisi Proposal Pembuatan TA Sidang TA Revisi TA
Page § 23
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
§ Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik balita masyarakat keluarga nelayan kecamatan Bulak Surabaya.
Page § 24 2.8% 66% 11.3% 19.8% 0 20 40 60 80 Tidak lulus SD SD SMP SMA
Pendidikan Te rak hir Ibu
Gambar 4.2 Diagram Batang Pendidikan Terakhir
Page § 27
4.2 Analisis Regesi Logistik Ordinal
4.2.1 Pengaruh Faktor-faktor Yang Diduga Mempengaruhi Status Gizi Balita Secara Serentak
Untuk memeriksa keberartian koefisien β secara serentak dilakukan pengujian dengan likelihood ratio test.
Hipotesis : H0 :
H1 : Minimal ada satu ,
Statistik Uji : Statistik uji G atau Likelihood Ratio Test, § H0 ditolak apabila nilai p-value < α=10% atau nilai G >
§ = 25.579
Pengujian dengan likelihood ratio test menunjukkan bahwa nilai G = 25.579 dan nilai p-value sebesar 0.043 < α=10% maka tolak H0 artinya terdapat satu atau lebih variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan
terhadap status gizi balita. Hasil pengujian secara serentak dapat dilihat pada Tabel 4.1. 0 ... 2 1 = β = = βj = β 0 ≠ j β 2 ,db α χ
[
]
− =∏
= n i y i y i y i n n n i i i x x x n n n n n n G 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 ) ( ) ( ) ( log 2 φ φ φPage § 28
Page § 29
§ Tabel 4.1 menjelaskan bahwa H0 ditolak apabila nilai signifikansi semua variabel independen yang masuk model lebih kecil dari α=10%, artinya bahwa paling tidak ada satu variabel independen tidak sama dengan nol. Variabel independen yang signifikan yang secara bersama-sama
mempengaruhi status gizi adalah variabel pendidikan ibu (X4),
kelengkapan imunisasi (X7), penghasilan dalam satu bulan (X8), dan sarana sanitasi (X11).
Page § 30
Interprestasi keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Pendidikan ibu
Jika dilihat dari pendidikan ibu, balita yang memiliki ibu yang sudah menempuh wajib belajar memiliki kecenderungan ber-status gizi normal atau lebih sebesar 0.34 kali daripada balita yang ibunya belum menempuh wajib belajar.
2. Kelengkapan imunisasi
Balita yang diimunisasi secara lengkap memiliki kecende-rungan berstatus gizi normal atau lebih sebesar 0.28 kali daripada balita yang tidak diimunisasi
secara lengkap.
3. Penghasilan dalam satu bulan
Dilihat dari penghasilan keluarga, balita yang penghasilan keluarganya kurang dari Rp. 2.000.000,- dalam satu bulan me-miliki kecenderungan berstatus
normal atau lebih sebesar 0.17 kali daripada balita yang penghasilan keluarganya lebih besar sama dengan Rp. 2.000.000,- dalam satu bulan. 4. Sarana sanitasi
Balita yang memiliki sanitasi sudah baik cenderung berstatus normal atau lebih sebesar 0.38 kali daripada balita yang yang memiliki sanitasi belum baik.
Page § 31
4.2.2 Pengaruh Faktor-Faktor Yang Diduga Mempengaruhi Status Gizi Balita Secara Individu
Regresi logistik tunggal digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang diduga mempengaruhi status gizi balita secara individu Untuk memeriksa kemaknaan koefisien β secara individu maka dilakukan pengujian parsial yaitu satu persatu dimulai dari nilai
p_value yang terbesar sehingga didapatkan model tunggal.
Hipotesis :
H0 : = 0 , j = 1, 2, .... p
H1: 0
Statistik Uji : Statistik Uji Wald ~ N(0, 1)
H0 ditolak apabila atau nilai p-value < atau nilai p-value <
j β ≠ j β ) ˆ ( ˆ ˆ j j j E S W β β = 2 / α Z Wj >
α
Tabel 4.2 Hasil Pengaruh Faktor-Faktor Status Gizi Balita Secara
Page § 32
Page § 33
Pada Tabel 4.2 menunjukkan variabel yang signifikan secara parsial terhadap status gizi adalah variabel pendidikan ibu (X4), kelengkapan imunisasi (X7), dan sarana sanitasi (X11). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi kurang dari α=10%.
Untuk mendapatkan model regresi logistik ordinal dengan seluruh variabel
prediktor yang signifikan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian serentak terhadap parameter model.
Hipotesis : H0 :
H1 : Minimal ada satu , 0 ... 2 1 = β = = βj = β
[
( ) ( ) ( )]
14.778 log 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 = − =∏
= n i y i y i y i n n n i i i x x x n n n n n n G φ φ φ 0 ≠ j βPage § 34
Berdasarkan pengujian likelihood ratio test didapatkan nilai G = 14.778 dan nilai p-value sebesar 0.002 < α=10% maka tolak H0 artinya bahwa paling tidak ada satu parameter variabel independen tidak sama dengan nol atau minimal terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap status gizi balita. Hasil pengujian secara serentak dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Page § 35
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel yang signifikan terhadap status gizi balita adalah variabel pendidikan ibu (X4), kelengkapan imunisasi (X7), dan sarana sanitasi (X11). Ketiga variabel tersebut digunakan untuk membentuk model regresi logistik serentak. Berdasarkan hasil estimasi parameter pada Tabel 4.3 maka fungsi logitnya dapat ditulis sebagai berikut.
Page § 36
Peluang balita berstatus gizi lebih adalah 0.00071, peluang balita berstatus gizi normal adalah 0.05 dan peluang balita bestatus gizi kurang adalah sebesar 0.95. Balita yang diiumunisasi secara lengkap cenderung berstatus normal atau lebih sebesar 0.34 kali bila dibandingkan balita
yang tidak diiumunisasi secara lengkap. Jika dilihat dari pendidikan ibu, balita yang memiliki ibu yang sudah menempuh wajib belajar memiliki kecenderungan berstatus normal atau lebih sebesar 0.35 kali daripada balita yang ibunya belum menempuh wajib belajar. Balita yang memiliki sanitasi sudah baik cenderung berstatus normal atau lebih sebesar 0.39 kali daripada balita yang yang memiliki sanitasi belum baik.
)
(
)
(
1
)
(
1 2 3x
φ
x
φ
x
φ
=
−
−
Page § 37
4.2.3 Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik
Untuk menguji kesesuaian model regresi logistik maka dilakukan pengujian dengan menggunakan Goodness of Fit.
Hipotesis :
H0 : Model cukup memenuhi H1 : Model tidak memenuhi
Statistik Uji : = 16.157
(11,10%) = 17.275
H0 ditolak apabila hitung > (db,α) atau nilai p-value kurang dari nilai
signifikansi (α=10%).
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai hitung = 16.157
< (11,10%) dan nilai p-value sebesar 0.135>α=10% maka terima H0
artinya model cukup memenuhi sehingga tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model.
∑
= − − = J j j j j j j j m m y 1 2 2 ) 1 ( ) ( φ φ φ χ 2 χ 2 χ 2χ
χ
2 2 χPage § 38
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
§ Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil ke-simpulan sebagai berikut.
Karakterstik ibu balita nelayan di kecamatan Bulak Surabaya ibu balita menempuh pendidikan terakhir pada tingkat Sekolah Dasar sebesar 66%, ibu
menikah dan pertama kali melahirkan berusia di bawah 21 tahun sebesar 66.1% dan 51.4%. 56.9% rumah tangga nelayan tergolong keluarga besar dan 60.6%
berpenghasilan kurang dari Rp.2000.000,- dalam satu bulan. Apabila dilihat dari sarana sanitasi, 72.5% rumah tangga nelayan tidak memiiki sarana sanitasi yang baik. Sedangkan karakteristik balita di kecamatan Bulak Surabaya sebagian besar balita status gizinya normal sebesar 67.9%. Balita yang asupan makanannya
memenuhi empat sehat lima sempurna sebesar 16.5% dengan frekuensi makan minimal tiga kali sehari sebesar 82.6%. Balita terserang penyakit ringan sebesar 96.3% dan frekuensi terserang penyakit tersebut tidak lebih dari dua kali dalam satu bulan sebesar 79.8%. Selain itu, 69.7% ditemukan balita yang tidak diberi ASI
eksklusif dan 59.6% tidak diimunisasi secara lengkap. Sebanyak 97.2% balita diasuh sendiri oleh ibu dikarenakan ibu balita berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan pada tingkat
signifikansi 10% adalah pendidikan ibu, kelengkapan imunisasi, dan sarana sanitasi. Intepretasi model logistik dilihat dari nilai odds ratio variabel yang signifikan. Peluang balita berstatus gizi lebih adalah 0.00071, peluang balita berstatus gizi normal adalah 0.05 dan peluang balita bestatus gizi kurang adalah sebesar 0.95. Balita yang diiumunisasi secara lengkap cenderung berstatus normal atau lebih sebesar 0.34 kali bila dibandingkan balita yang tidak diiumunisasi secara lengkap. Jika dilihat dari pendidikan ibu, balita yang memiliki ibu yang sudah menempuh wajib belajar memiliki kecenderungan berstatus normal atau lebih sebesar 0.35 kali daripada balita yang ibunya belum menempuh wajib belajar. Balita yang memiliki sanitasi sudah baik cenderung berstatus normal atau lebih sebesar 0.39 kali
Page § 39
5.2 Saran
§ Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu dan kelengkapan imunisasi berpengaruh terhadap status gizi balita. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan pembinaan oleh puskesmas dalam menangani kasus gizi kurang. Selain itu perlu diadakan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan ibu sehingga dalam penyediaan makanan pada balita dapat memper-hatikan aspek gizi. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel yang lebih detail agar
Page § 40
Agresti, A. 2002. Categorical Data Analysis. New York : John Wiley and Sons. USA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Astuti, S, dan Iriawan, N. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah
Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset.
Djiteng, R. D. 1989. Kajian Penelitian Gizi. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa. Djumadias, A. 1990. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi.
Bogor: Puslitbang Gizi Bogor.
Fajar, I., Bakri, B., dan Supariasa, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hosmer dan Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley and Sons. USA.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Imunisasi Pada Bayi dan Balita.
http://www.google.com (tanggal akses 10 Oktober 2009).
Ikhwansyah. 2001. Profil Revitalisasi Posyandu. http://www.google.com (tanggal akses 21 September 2009).
Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.
Statistika ITS Surabaya