• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun Rencana Program Pembelajaran Harian melalui Bimbingan Berkelanjutan di TK Al-Azmi Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun Rencana Program Pembelajaran Harian melalui Bimbingan Berkelanjutan di TK Al-Azmi Banda Aceh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

337

Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun Rencana

Program Pembelajaran Harian melalui Bimbingan Berkelanjutan di TK

Al-Azmi Banda Aceh

Salmi

TK Al-Azmi Banda Aceh Salmi.aceh@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun Rencana Program Pembelajaran Harian (RPPH) Melalui Bimbingan Berkelanjutan Di TK Al-Azmi Banda Aceh”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui kegiatan bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rencana Kegiatan harian (RKH) di TK Al-Azmi Banda Aceh? Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk adalah untuk mengetahui peningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rencana program pembelajaran harian (RPPH) melalui bimbingan berkelanjutan di TK Al-Azmi Banda Aceh. Subjek penelitian ini adalah guru TK Al-Azmi yang berjumlah 2 orang. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses beralur terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dalam penyusunan RKH guru sangat termotivasi dalam melakukan perbaikan-perbaikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dengan jumlah skor 34 rata-rata 3,1 meningkat pada siklus II menjadi 41 dengan rata-rata 3,72. Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH di TK Al-Azmi Banda Aceh.

Kata Kunci : Kompetensi, Guru, Bimbingan berkelanjutan

PENDAHULUAN

Tujuan pembelajaran pada PAUD (pendidikan anak Usia Dini) yaitu membantu anak untuk mencapai tahap-tahap perkembangannya, sehingga perlu direncanakan agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan PP no 20 Tahun 2000, daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus sesuai dengan kurikulum, keadaan sekolah, keadaan siswa serta kondisi sekolah ( Wina, 2008:25). Pemerintah telah membuat standar pendidikan anak usia dini yaitu yang dituangkan dalam Permendiknas no 58 tahun 2009 termasuk didalamnya standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia 0-6 tahun (Dewi, 2019). Lembaga PAUD diberikan kebesasan untuk membuat program pembelajarannya sendiri yang mengacu pada Permendiknas nomor 58 tahun 2009 tersebut. Kenyataannya masih banyak pendidik PAUD yang kesulitan dalam mengembangkan

(2)

338

perencanaan pembelajarannya, berikut akan dijelaskan lebih lanjut tentang penyusunan perencanaan pembelajaran.

Pada era sekarang ini semakin tinggi tuntutan Sebagai suatu system sekolah harus meningkatkan mutu pembelajarannya, agar anak didik dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Mutu Pembelajaran sangat ditentukan oleh guru beserta sarana pendukungnya. Untuk itu agar kualitas pembelajaran bermutu maka mutu guru juga harus ditingkatkan. Salah satu cara meningkatkan mutu pembelajaran, guru haru harus ditingkatkan profesionalismenya (Hariyanti, 2010).

Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya.

Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut, maka perlu diadakan suatu program yang dapat meningkatkan profesionalisme guru yaitu supervise akademik atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus. Supervisi akademik adalah suatu kegiatan yang membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai (Glickman, 1981). Supervisi akademik merupakan serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan professional yang diberikan oleh supervisor guna meningkat kan proses dan hasil pembelajaran (Muslim, 2008). Melalui kegiatan Supervisi akademik diharapkan kepala sekolah dapat memberikan bimbingan, arahan, motivasi, sehingga guru dapat meningkat motivasinya. Hasil akhirnya diharapkan guru memiliki kemampuan dalam meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan supervisi kepala sekolah. Pada pelaksanaan KTSP dan Kurikulum 2013 menuntut kemampuan baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan-pelayanan secara efisien kepada pengguna ( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab individual dan kelompok. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran dan lain sebagainya. RKM dan RKH memuat tingkat pencapaian perkembangan, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.

Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang

(3)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

339 paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan menyatakan standar proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang mencakup: 1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses pembelajaran, 3) Penilaian hasil pembelajaran, 4) dan pengawasan proses pembelajaran.

Silabus dan RKH dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan. Guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun silabus, RKM dan RKH secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuat dan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian, serta langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Pada komponen penilaian (penskora) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di kepala. Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan RKH. Selama ini guru-guru yang mengajar sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru. Hal ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RKH secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RKH orang lain. Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai kepala sekolah berusaha untuk memberi bimbingan berkelanjutan pada guru di sekolah kami dalam menyusun RKM dan RKH secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Program Pembelajaran, biasanya pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RKM dan RKH dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya.

Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah penelitian adalah Apakah Melalui Kegiatan Bimbingan Berkelanjutan Dapat Meningkatkan Kompetensi Guru Taman Kanak Kanak dalam Menyusun Rencana Program Pembelajaran Harian (RPPH) Di TK Al-Azmi Banda Aceh?

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang dilakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan sekolah (PTS) yang dilakukan oleh kepala sekolah. Penelitian tindakan sekoah ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu pada bulan April sampai Juli 2019 di TK

(4)

Al-340

Azmi Banda Aceh yang berada di Jln Sri Raja Pakeh No. 21 Bitai, Kec. Jaya Baru Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.

Subjek penelitian adalah guru di TK Al-Azmi Banda Aceh yang berjumlah 2 orang. Adapun prosedur penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tindakan sekolah ini dibagi menjadi 4 tahapan pada setiap siklus yaitu :(1) Perencanaan (planning), (2) Aksi atau tindakan (acting), (3) Obervasi (Observing), dan (4) Refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi melalui alat lembar observasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Komponen yang dinilai dalam menyusun RKH ada 11 yaitu 1) identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, 9) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, 10) sumber belajar, 11) penilaiaan hasil belajar dengan penskoran sangat baik (4) , baik (3), cukup (2) dan kurang (1).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahapan Penelitian tindakan sekolah ini meliputi dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I

Sebelum melaksanakan siklus pertama peneliti harus mempersiapkan alat, bahan dan dokumen yang diperlukan pada saat berlangsungnya tindakan penelitian. Adapun hal-hal yang diperiapkan oleh peneliti antara lain (1) Membuat lembar waawancara, (2) Membuat format / instrume penilaian RKH, (3) Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RKH siklus I. Pelaksanaan bimbingan berkelanjutan penyusunan RKH ini dilakukan di TK Al-Azmi Banda Aceh yang dilaksanakan pada minggu ke-4 Bulan Mei 2019 yang diikuti oleh 2 orang.

Selama kegiatan penyusunan RKH bimbingan berkelanjutan berlangsung, peneliti melakukan pengumpulan data, baik melalui wawancara maupun lewat intrumen observasi. Komponen yang dinilai pada penyusunan RKH ada 11. Adapun hasil observasi yang dilakukan pada siklus I berdasarkan komponen-komponen yang dibuat guru dalam menyusun RKH dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Observasi Siklus I

No Komponen Skor

1 2 3 4

1. Identitas mata pelajaran √

2. Standar kompetensi √

3. Kompetensi dasar √

4. Indicator pencapaian kompetensi √

5. Tujuan pembelajaran √

6 . Materi ajar √

7. Alokasi waktu √

(5)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

341 9. Langkah kegiatan pembelajaran √

10 Sumber belajar √

11. Penilaian hasil belajar √

Jumlah Skor 34

Rata-rata 3,1

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat nilai dalam setiap komponen yang dipeoleh oleh guru di TK Al-Amzi Banda Aceh. Jumlah skor yang diperoleh adalah 34 dengan rata-rata 3,1. Ada yang memperoleh skor sangat baik (nilai 4) pada komponen identitas mata pelajaran, standar kompetensi, alokasi waktu dan sumber belajar. Ada yang memperoleh skor baik (nilai 3) pada komponen kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran dan metode pembelajaran. Ada juga yang memperoleh skor cukup (nilai 2) pada komponen materi ajar, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

Berdasarkan hasil lembar observasi peneliti terhadap RKH yang dibuat guru (pada siklus I), diperoleh informasi/data bahwa masih ada guru yang tidak melengkapi RKH-nya dengan komponen dan sub-subkomponen RKH tertentu, misalnya komponen materi ajar yang tidak dijelaskan, penilaian hasil belajar (pedoman penskoran) serta rumusan kegiatan siswa pada komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran masih kurang tajam, interaktif, inspiratif, menantang, dan sistematis.

Siklus II

Pelaksanaan bimbingan berkelanjutan penyusunan RKH siklus II juga sama dengan siklus I. peneliti menyiapkan (1) Membuat lembar waawancara, (2) Membuat format / instrume penilaian RKH, (3) Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RKH siklus II, dan (4) Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan dari siklus ke siklus. Pelaksanaannya dilakukan pada minggu ke 3 bulan Juni 2019. Komponen yang dinilai ada 11 dan hasil dari observasi yang telah diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Observasi Siklus II

No Komponen Skor

1 2 3 4

1. Identitas mata pelajaran √

2. Standar kompetensi √

3. Kompetensi dasar √

4. Indicator pencapaian kompetensi √

5. Tujuan pembelajaran √

6 . Materi ajar √

7. Alokasi waktu √

8. Metode pembelajaran √

9. Langkah kegiatan pembelajaran √

10 Sumber belajar √

(6)

342

Jumlah Skor 41

Rata-rata 3,72

Pada tabel di atas diperoleh jumlah skor 41 dengan rata-rata 3.72. Ada yang memperoleh skor sangat baik (nilai 4) pada 8 komponen yaitu identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Sedangkan ke 3 komponen lainnya memperoleh skor baik (nilai 3) pada komponen materi ajar, langkah pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

Berdasarkan hasil lembar observasi peneliti terhadap RKH yang dibuat guru (pada siklus II), diperoleh informasi/data bahwa telah terjadinya peningkatan dalam penyusunan masing-masing dari setiap komponen RKH. Penyusunan kompone tersebut sudah lengkap dan sesuai dengan rencanagan yang diinginkan.

PEMBAHASAN

Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Al-Azmi Banda Aceh merupakan sekolah tempat peneliti bertugas sebagai kepala sekolah terdiri atas dua orang guru, dan dilaksanakan dalam dua siklus. kedua guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RKH dengan lengkap. Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan penyusunan RKH.

Adapun hasil rekapitulasi dari siklus I dan siklus II dalam penyusunan RKH berdasarkan komponen-komponen yang dinilai pada tabel 3 berikut.

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II

No Komponen Skor

Siklus I Siklus II

1. Identitas mata pelajaran 4 4

2. Standar kompetensi 4 4

3. Kompetensi dasar 3 4

4. Indicator pencapaian kompetensi 3 4

5. Tujuan pembelajaran 3 4

6 . Materi ajar 2 3

7. Alokasi waktu 4 4

8. Metode pembelajaran 3 4

9. Langkah kegiatan pembelajaran 2 3

10 Sumber belajar 4 4

11. Penilaian hasil belajar 2 3

Jumlah skor 34 41

Skor rata-rata 3,1 3,72

Berdasarkan tabel dapat dilihat perbedaan skor antara siklus I dengan siklus II dalam menyusun rencana kegiatan harian (RKH) di TK AL-Azmi Banda Aceh. Pada siklus I diperoleh skor 34 denga rata-rata 3,1 meningkat pada siklus II dengan jumlah skor 41 dengan rata-rata 3,72.

(7)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

343 Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RKH, terjadi peningkatan dari siklus ke siklus.

Komponen Identitas Mata Pelajaran

Pada siklus I semua guru (dua orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan identitas mata pelajaran) dan memperoleh skor 4 yaitu sangat baik. Sedangkan pada siklus II juga dipeoleh skor 4 yaitu sangat baik.

Komponen Standar Kompetensi.

Pada siklus I semua guru mencantumkan standar kompetensi dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan standar kompetensi) dengan skor 4 yaitu sangat baik. Pada siklus II guru juga melengkapi komponen standar kompetensi dengan lengkap. Masing-masing guru mendapat skor 4 yaitu sangat baik..

Komponen Kompetensi Dasar.

Pada siklus I semua guru (dua orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan kompetensi dasar) dengan skor 3 yaitu baik. Satu orang guru masing-masing mendapat skor 3 (baik). Satu orang guru yang lain mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus II kedua guru tersebut mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya mendapat skor 4 (sangat baik). sehingga terjadi peningkatan skor atau ketegori penilaian dari baik menjadi sangat baik.

Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi.

Pada siklus I satu orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan indikator pencapaian kompetensi) dengan skor 3 sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan berada kategori 4 (sangat baik).

Komponen Tujuan Pembelajaran.

Pada siklus I semua guru (dua orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan tujuan pembelajaran masih kurang lengkap) yaitu berada pada kategori baik yaitu 3. Pada siklus II semua guru tersebut mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RKH-nya dengan mencapai skor 4 (sangat baik). Pada komponen ini jga telah ada peningkatan dalam penyusunan RKH.

Komponen Materi Ajar.

Pada siklus I semua guru (dua orang) mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan materi ajar) tetapi materi yang dicantumkan masih kurang sesuai/padu. Skor yang dipeoleh pada siklus I adalah 2 sedangkan pada siklus II telah terjadi peningkatan menjadi skor 3 yaitu berada pada kategori baik.

Komponen Alokasi Waktu.

Siklus I semua guru (dua orang) mencantumkan alokasi waktu dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan alokasi waktu). Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik).

(8)

344

Pada siklus II semua guru tersebut mencantumkan alokasi waktu dalam RKH-nya. Dua orang mendapat skor 4 (sangat baik).

Komponen Metode Pembelajaran

Pada siklus I skor yang diperoleh guru dalam mencantumkan metode pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan metode pembelajaran) berada pada skor 3 (baik). Sedangkan pada siklus II guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran dalam RKH-nya. Semua orang mendapat skor 4 (sangat baik).

Komponen Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pada siklus I semua guru (dua orang) mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran) berada pada skor 2 (cukup). Pada siklus II langkah pembelajaran yang ditulis sudah lebih rinnci dari siklus sebelumnya sehingga skor yang diperoleh menjadi 3 (baik).

Komponen Sumber Belajar

Pada siklus I dan siklus II semua guru mencantumkan sumber belajar dalam RKH-nya (melengkapi RKH-RKH-nya dengan sumber belajar) sehingga memperoleh skor 4 (sangat baik).

Komponen Penilaian Hasil Belajar

Pada siklus I semua guru mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RKH-nya meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk instrumen), dan pedoman penskoran dengan skor 2 (cukup). satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan satu orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus II semua guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RKH-nya meskipun ada guru yang masih keliru dalam menentukan teknik dan bentuk penilaiannya. Satu orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Sehingga rata-rata berada pada skor 3 (baik).

Berdasarkan pembahasan di atas terjadi peningkatan yang signifigan pada kompetensi guru dalam menyusun RKH. Oleh karen itu dari penelitian diatas dapat disimpulkan perlunya adanya pembinaan kepada guru dalam penyusunan RKH, RKM dan perangkat administrasi pembelajaran lainnya. Sehingga dengan adanya pembinaan tersebut guru-guru semakin lebih kompeten dalam menyusun administrasi pembelajarannya.

PENUTUP Simpulan

Setelah melalui dua kali siklus perbaikan dalam penyusunan Rencana Kegiatan Harian (RKH) dalam penelitian tindakan sekolah maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RKH dengan lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RKH apalagi setelah mendapatkan bimbingan

(9)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

345 pengembangan/penyusunan RKH dari peneliti. Informasi ini peneliti peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan pengembangan/penyusunan RKH kepada para guru.

2. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RKH dari siklus ke siklus. Pada siklus I skor yang dipeoleh oleh guru dalam 11 komponen adalah 34 dengan rata-rata 3,1 meningkat pada siklus II menjadi 41 dengan rata-rata 3,72.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani, 2004. Pengelolaan Pengajaran.Jakarta : Rineka Cipta Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.

Dewi, Y. dan. (2019). mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui bermain rancang bangun balok di PAUD IT AL FATIH KOTA BANDA ACEH Yuhasriarti Dewi wahyuni. Journal of Chemical Information and Modeling.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Dewi, Kurniawati Eni . 2009. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan Pendekatan Tematis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

2005. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

2008. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Depdiknas.

2009. Petunjuk Teknis Pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis Ilmiah Dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta.

Fatihah, RM . 2008. Pengertian konseling (Http://eko13.wordpress.com, diakses 19 Maret 2009).

Imron, Ali. 2000. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya. Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta.

2010. Supervisi Akademik. Jakarta.

Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi (http://massofa.wordpress.com diakses 10 Agustus 2009).

Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

(10)

346

Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan Indikator. Jakarta : Binamitra Publishing.

Suharjono. 2003. Menyusun Usulan Penelitian. Jakarta: Makalah Disajikan pada Kegiatan Pelatihan Tehnis Tenaga Fungsional Pengawas.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua

Gambar

Tabel 1. Hasil Observasi Siklus I
Tabel 3. Hasil Observasi Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan proses desorpsi menggunakan metode pelindian asam dengan jenis Stasionary Solid Bed dimana pelindian dilaksanakan dengan padatan

Surat pernyataan dari pengelola komisioning, berdasarkan hasil supervisi komisioning yang telah dilakukan terhadap unit PLTD/MG, bahwa unit PLTD/MG tersebut telah memenuhi

Menurut Semi (1989:39) sastra adalah karya seni, karena itu ia mempunyai sifat yang sama dengan karya seni yang lain, seperti seni suara, seni.. Tujuannya pun sama yaitu

emunculkan kesusahan sekaligus Pembahasan kita dalam artikel ini akan mengikuti pola Salomo dalam membahas jawaban akhir, sebelum mengungkapkan tentang jalan yang

Karena jika dalam jangka waktu tersebut mereka melakukan pelanggaran (berhubungan suami istri), maka akan didenda dengan 1 ekor kerbau. Dari uraian singkat mengenai pertunangan

Sungguhpun begitu, terdapat sebahagian kecil daripada golongan masyarakat yang tinggal di negeri Kelantan pada hari ini dilihat tidak pernah mendengar alunan alat muzik ini di

Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh

Sama seperti ungkapan dalam bahasa Inggris, ungkapan (2) tidak hanya mengandung makna pada tataran semantis, tetapi juga mengandung makna terdalam yaitu cerminan sikap,