• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi seorang entertainer, misalnya menjadi seorang bintang film

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi seorang entertainer, misalnya menjadi seorang bintang film"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Beberapa tahun belakangan ini, banyak sekali masyarakat yang berlomba-lomba untuk menjadi seorang entertainer, misalnya menjadi seorang bintang film atau seorang penyanyi atau bahkan menjadi seorang model (Arta, 2008). Banyak sekali majalah remaja yang memiliki program untuk pencarian model, di antaranya majalah remaja Aneka Yess!, HighEnd Teen, dan masih banyak lagi.

Majalah Aneka Yess (Lubis, 2009) merupakan majalah remaja yang menyelenggarakan pencarian model di Indonesia yang disebut dengan cover boy pada setiap tahunnya. Pada tahun 2009 majalah ini menjaring 80 lebih peserta cover boy dari penjuru wilayah nusantara. Dari 80 lebih peserta ini akan disaring menjadi 40 peserta yang akan mengikuti penyisihan babak pertama. Selanjutnya, finalis tersebut akan disaring lagi menjadi lima besar.

Majalah HighEnd Teen telah menyelenggarakan pemilihan cover majalahnya dengan nama Starteen. Starteen pada tahun 2010 diikuti 952 peserta dari seluruh Indonesia dan setelah seleksi dan audisi, terpilih 20 orang finalis yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan remaja usia 13-19 tahun (Amaliafitri, 2010). Para finalis tersebut berasal dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Bali. Menurut Chairwoman HighEnd Teen Liliana Tanoesoedibyo (Arta, 2008),

(2)

reliable (STAR)”. Pada tahun 2010 lalu, majalah ini mengambil tema “Go Green” di mana diharapkan para finalis mereka selain memiliki kriteria “STAR” juga peduli terhadap lingkungan sekitar (Amaliafitri, 2010).

Branden (1992) menyatakan self-esteem adalah kecenderungan seseorang memandang dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan kehidupan dan mencapai kebahagiaan hidup. Menurut Tafarodi dan Swann (1995) self-esteem dibagi ke dalam dua dimensi, yaitu self-competence dan self-liking. Dimensi self-competence merupakan evaluasi diri spesifik dan berhubungan dengan berbagai atribut yang mengarah kepada keberhasilan dan kekuatan individu-individu. Dimensi self-liking merupakan evaluasi diri secara umum dan dipengaruhi oleh penilaian dari individu lain yang mengarah kepada rasa berharga individu tersebut.

Berbagai faktor yang mempengaruhi self-esteem adalah keluarga, dukungan sosial, penampilan, prestasi dan budaya. Individu yang mendapat perhatian, kasih sayang, penerimaan, dan kepercayaan dari orang tuanya akan merasa bahwa individu tersebut berharga, dapat dipercaya, dan menghargai orang lain (Myers, 2008). Seseorang yang mendapat dukungan emosional dan penerimaan sosial dari teman-temannya dapat meningkatkan self-esteem individu tersebut (Williams; dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006).

Penampilan dapat mempengaruhi self-esteem, melalui pakaian yang disukai, self-esteem individu dapat bertambah sesaat (Kwon; dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006), melalui pakaian yang disukai, self-esteem individu dapat bertambah sesaat. Tingkat self-esteem juga dipengaruhi oleh prestasi individu tersebut, seseorang yang memiliki keterampilan tertentu, dapat dikatakan

(3)

memiliki suatu prestasi, sehingga individu tersebut dapat meningkatkan self-esteemnya (Bednar, Wells, & Peterson, dalam Santrock, 2003).

Ciri-ciri individu dengan self-esteem yang tinggi adalah individu cenderung memiliki emosi stabil dan tidak mudah terpengaruh lingkungannya (Vaughan & Hogg, 2005); individu konsisten dan orientasi motivasinya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri (Vaughan & Hogg, 2005); dan individu memfokuskan diri pada kekuatan yang ada di dalam diri (Baron & Byrne, 2004).

Self-esteem sangat diperlukan oleh seorang model, karena para model ini akan menjadi bintang iklan yang mempromosikan suatu produk di pasaran dan memiliki daya tarik atau perceived attractive (Prasetijo & Ihalau, 2009). Tetapi pada kenyataannya para model tersebut ada juga yang memiliki self-esteem yang rendah. Hal ini terbukti dari hasil survey yang dilakukan oleh Rafisukmawan, Wismaningsih, dan Djunaidi pada OQ Modeling School Bandung tahun 2006 menemukan bahwa dari 23 orang siswa hanya dua orang siswa yang memiliki self-esteem yang tinggi, sedangkan sisanya (21 siswa) memiliki self-esteem yang rendah. Selain itu, wawancara peneliti dengan salah seorang model pada tanggal 7 februari 2011 lalu. Model tersebut menyebutkan bahwa ”Saya sempat tidak percaya diri saat menunggu antrean untuk audisi model, karena saya melihat sekeliling mereka banyak yang lebih bagus dari pada saya”.

Menurut Ganster (dalam Andarika, 2004) manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran manusia lain untuk berinteraksi. Kehadiran orang lain di dalam kehidupan pribadi seseorang begitu diperlukan. Hal ini terjadi karena seseorang tidak mungkin memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya secara

(4)

sendirian.

House (dalam Smet, 1994), menjelaskan dukungan sosial sebagai persepsi seseorang terhadap dukungan potensial yang diterima dari lingkungan, dukungan sosial tersebut mengacu pada kesenangan yang dirasakan sebagai penghargaan akan kepedulian serta pemberian bantuan dalam konteks hubungan yang akrab. Social isolation merupakan contoh dari kurangnya fungsi dan struktur dari suatu sistem dukungan sosial (James & Folen, 2005). Individu akan mengalami kesendirian, dan merasa tidak ada yang memperhatikan dan mencintai mereka.

Dimensi dukungan sosial terbagi ke dalam empat jenis, yaitu (House: Depkes, dalam Nursalam & Kurniawati, 2007) adalah dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan; dukungan penghargaan individu membutuhkan penghargaan yang positif, penilaian atas usaha-usaha yang dilakukan, dan peran sosial yang terdiri atas umpan balik; dukungan instrumental aspek ini mencakup bantuan langsung yang dapat berupa jasa, waktu, dan uang; dukungan informatif mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta petunjuk.

Rafisukmawa, dkk (2006) dalam penelitiannya pada wanita usia dewasa awal lulusan OQ Modeling School di Bandung menemukan bahwa terdapat peningkatan self-esteem setelah mengalami dukungan dalam support group. Selanjutnya, didapatkan hasil bahwa self-esteem setelah mengalami dukungan dalam support group berkaitan secara positif dengan persepsi siswi mengenai tingkah laku dukungan yang dialaminya.

Berdasarkan beberapa sumber yang sudah peneliti peroleh mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem, maka melalui penelitian ini,

(5)

peneliti bermaksud untuk mengetahui lebih jauh mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem, dan melakukan penjelasan berdasarkan teori yang sudah ada mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau tidak. Mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebelumnya, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di Jakarta?

1.3 Hipotesis

HO: Tidak ada hubungan yang positif dan bermakna antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di Jakarta

HI: Ada hubungan yang positif dan bermakna antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di Jakarta

(6)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai self-esteem. Di samping itu juga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di Jakarta, selain itu untuk mengetahui apakah teori-teori tersebut dapat diterapkan pada responden penelitian ini.

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah untuk memberi sumbangan pengetahuan kepada ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi sosial, mengenai hubungan antara dukungan sosial (House; dalam Nursalam & Kurniawati, 2007) dengan self-esteem (Tafarodi &Swann, 1995) pada model di Jakarta.

1.5.2 Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang peran dukungan sosial pada self-esteem seorang model di suatu agency model. Bagi agency model apabila ada salah seorang model yang ada di agency tersebut mengalami self-esteem yang rendah dapat diberikan dukungan kepada model tersebut. Bagi model agar dapat mengetahui tingkat self-esteem pada dirinya dan mengetahui jenis dukungan yang model tersebut butuhkan.

(7)

1.6 Definisi Terminologi

1) Dukungan sosial adalah sebagai persepsi seseorang terhadap dukungan potensial yang diterima dari lingkungan, dukungan sosial tersebut mengacu pada kesenangan yang dirasakan sebagai penghargaan akan kepedulian serta pemberian bantuan dalam konteks hubungan yang akrab (House; dalam Smet, 1994).

2) Self-esteem adalah sikap yang positif atau negatif individu secara keseluruhan terhadap dirinya sendiri (Baron, Byrne, dan Brancombe, 2006).

1.7 Cakupan dan Batasan

Responden dalam penelitian ini adalah remaja usia 13-21 tahun yang terdiri dari remaja laki-laki dan perempuan. Menurut Erikson (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2007) menyebutkan bahwa orang-orang yang berada dalam usia remaja berada dalam tahap kelima dari perubahan psikososial yaitu identity versus identity confusion. Orang-orang yang berada dalam tahap ini mereka sedang mencari jati dirinya yang unik untuk membedakan satu dengan yang lain. Pada usia tersebut merupakan syarat mendasar untuk mengikuti ajang pemilihan Model.

Penelitian ini dilakukan di dalam agency model, di mana hal ini merupakan tempat seseorang bekerja setelah model tersebut mengikuti ajang pencarian bakat khususnya dibidang modeling. Di agency ini individu atau model tersebut mendapat tawaran untuk catwalk, menjadi cover sebuah majalah, casting

(8)

sebuah film, casting iklan, atau untuk menjadi seorang model yang profesional. Di tempat ini selain model yang berasal dari ajang suatu pemilihan, juga memiliki model yang di dapat berdasarkan pencarian di suatu mall.

Seorang model yang baru menjajaki pengalaman ini, apabila kali pertama diminta untuk mengikuti casting, atau catwalk, mereka akan mengalami kurang percaya diri. Model tersebut akan meminta saran kepada model lain, bagaimana cara untuk lolos casting.

Pada penelitian ini hanya mengambil hubungan antara dukungan sosial dengan self-esteem pada model di suatu agency.

Referensi

Dokumen terkait

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

Penggunaan metode ini dimaksudkan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek yang diteliti

Dalam merealisasikan alat yang akan dibuat, dilakukan perancangan alat yang meliputi rangkaian dari keseluruhan sistem dan perankitan hasil rancangan spesifikasi kerja

[r]

Penelitian ini menggunakan metode rekayasa perangkat lunak sebagai prosedur dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi, dengan metode ini penulis akan membangun sebuah

Pemeliharaan pada saat shutdown testing adalah berupa pengujian individu yaitu, pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kinerja dan karakteristik relai itu

Nominal Group in The Ten Korean Film Synopsis, English Education Department, Teacher Training and Education Faculty, Muria Kudus University.. Key Word : Nominal

Interaksi enzim eksoxilanase IT-08 terhadap substrat pNP-X maupun xilooligosakarida masih belum ada yang melaporkan sampai saat ini, hal ini dikarenakan belum