MANAJEMEN
ANGKUTAN UMUM
Latar Belakang
Angkutan
Umum sebagai
Obat Mujarab
Permasahalan
Transportasi
Perkotaan
3
5
Singapura Saat Ini
7
Korea Saat Ini
PROGRAM PEMBANGUNAN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN
TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN
SEBAGAI PROGRAM NASIONAL (NKRI)
(Bukan hanya program Kemenhub, bukan hanya program Pemda, dan bukan hanya program Perum DAMRI/PPD)
Sesuai Dengan Amanat UU 22/2009
& PP 74/2013
Merupakan visi dan misi Pemerintahan Jokowi-JK (Nawa Cita) sebagai satu-satunya visi Pemerintah dan
Pemda
Dituangkan dalam RPJMN 2015-2019 (Perpres No. 2/2015)
Telah dituangkan dalam Renstra Kemenhub
2015-2019 (KM No. KP.430/2015)
Seharusnya didukung dalam program
Kementerian/Lembaga terkait
Seharusnya didukung dan dituangkan dalam Renstra 2015-2019 di Pemda terkait
• Pemerintah wajib menjamin
tersedianya angkutan umum
untuk jasa angkutan
orang dan/atau barang antarkota antarprovinsi serta lintas batas negara;
• Pemerintah Daerah Provinsi wajib menjamin
tersedianya angkutan umum
untuk
jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota dalam provinsi;
• Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menjamin tersedianya angkutan umum
untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota.
• Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
KEWAJIBAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM
UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LLAJ
“ Pasal 139 ”
6.6.2 MEMBANGUN TRANSPORTASI UMUM MASSAL PERKOTAAN
SASARAN
1. MENINGKATKAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASSAL PERKOTAAN A. MODAL SHARE (PANGSA PASAR) ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DI KOTA
MEGAPOLITAN/METROPOLITAN/BESAR MINIMAL 32 PERSEN
B. JUMLAH KOTA YANG MENERAPKAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL BERBASIS JALAN DAN/ATAU REL PADA 34 KOTA
2. MENINGKATNYA KINERJA LALU LINTAS JALAN PERKOTAAN YANG DI UKUR DENGAN KECEPATAN LALU LINTAS JALAN NASIONAL DI KOTA-KOTA METROPOLITAN/BESAR MINIMAL 20 KM/JAM
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN 3.1.2. ISU STRATEGIS 2 : MEMBANGUN TRASPORTASI UMUM MASSAL PERKOTAAN
3.1.2.1 MENGEMBANGKAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL YANG MODERN DAN MAJU DENGAN ORIENTASI KEPADA BUS MAUPUN REL SERTA DILENGKAPI DENGAN FASILITAS ALIH MODA TERPADU
Untuk mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan orientasi kepada bus dan rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu, beberapa strategi yang dilakukan mencakup:
1. Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel antara lain MRT di wilayah Jabodetabek, dan jalur lingkar layang KA Jabodetabek, serta LRT/monorail/Tram di Surabaya, Bandung, dan Palembang
2. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: batam, medan, palembang, jakarta, bandung, semarang, yogyakarta, surabaya, denpasar dan makassar
3. Pengembangan BRT di 34 kota besar beserta fasilitas pendukungnya antara lain Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Gorontalo, Dan Ambon
4. Penyediaan dana subsidi/PSO yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 430 TAHUN 2015
TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019
4.1.3 KAPASITAS TRANSPORTASI
4.1.3.1 MENINGKATNYA KAPASITAS SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI DAN KETERPADUAN SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA/MULTIMODA
1. PENINGKATAN KAPASITAS PRASARANA
2. PENINGKATAN KAPASITAS SARANA, DENGAN TARGET CAPAIAN S/D TAHUN 2019 SEBESAR 3.955 BUS/UNIT/KAPAL, MELIPUTI:
A. JUMLAH PENGADAAN BUS BRT YANG ADA PADA BASELINE TAHUN 2014 SEBANYAK 303 BUS DAN DI TARGETKAN SEBANYAK 3.473 BUS SAMPAI TAHUN 2019
4.1.3.3 MENINGKATNYA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASSAL PERKOTAAN
UNTUK MENCAPAI SASARAN KEMENHUB MENETAPKAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015-2019, YAITU: 1. JUMLAH WILAYAH PERKOTAAN YANG MENERAPKAN SISTEM ANGKUTAN MASSAL BERBASIS JALAN DAN
KERETA API, DENGAN TARGET CAPAIAN S/D TAHUN 2019 SEBANYAK 47 LOKASI :
TRANSPORTASI DARAT MELALUI PENGADAAN BUS BRT DENGAN BASELINE 2014 SEBANYAK 18 LOKASI DAN DITARGETKAN SAMPAI 2019 SEBANYAK 34 LOKASI
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 430 TAHUN 2015
“PREDICT AND PROVIDE”
“PREDICT AND MANAGE”
PREDICT AND PROVIDE VS. PREDICT AND MANAGE
Kebijakan Efek Dorong (PUSH):
Kebijakan pembatasan
penggunaan kendaraan pribadi
Kebijakan pembatasan parkir Dll.
Kebijakan Efek Tarik (PULL)
Kebijakaan keberpihakan pada
angkutan umum;
Kebijakan penyediaan fasilitas
pejalan kaki dan NMT.
Dll.
5 PILAR KEBIJAKAN
(Sesuai Renstra Kemenhub 2015-2019)Peningkatan Peran Angkutan Umum (Prioritasi) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) Penurunan Polusi Udara dan Suara
Transportation Demand Management (TDM) Pengembangan Non Motorized Transport (NMT) Pengembangan
Transit System atau TOD Pengembangan Jaringan dan infrastruktur Angkutan Umum Masal Perbaikan Intermodalitas dan Aksesibilitas Angkutan Umum Perbaikan Sistem Kepemilikan Angkutan Umum Perbaikan Kapasitas Jalan Penerapan ATCS / ITS Manajemen Lalu Lintas ANDALALIN Gasifikasi Pemanfaatan Energi Alternatif Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan (green transport -environmentally friendly) ERP Perparkiran (Parking Policy) Dis-incentive using private car Pengembangan Fasilitas Pejalan Kaki Pengembangan Jalur Sepeda
EVOLUSI BRT
PARATRANSIT SEMI BRT FULL BRT
• KAPASITAS ANGKUT RENDAH (< 1.000 SMP/JAM/ARAH) • RUTE TIDAK
TERKOORDINASI • TIDAK ADA SHELTER
KHUSUS • KURANG NYAMAN
• BELUM TERSEDIA LAJUR KHUSUS • MASIH ADA RUTE ANGKUTAN
PARALEL, TETAPI TERBATAS • KAPASITAS ANGKUT MASSAL
(1.000-3.000 PNP/JAM/ARAH) • SHELTER KHUSUS
• KENDARAAN NYAMAN
• LAJUR KHUSUS • FEEDER
• RUTE DAN KORIDOR TEIRNTEGRASI • TIDAK ADA RUTE ANGKUTAN UMUM
PARALEL (> 60%)
• KAPASITAS ANGKUT MASSAL ( 6.000-20.000 PNP/JAM/ARAH)
• SMART CARD-TICKETING • HIGHER QUALITY STATIONS • MARKETING IDENTITY
• DIDUKUNG PARK N RIDE DAN JALUR SEPEDA
1. REFORMASI INSTITUSI
Membentuk Badan Pengelola Angkutan Umum, yang bertugas: • Menyediakan pelayanan angkutan umum melalui operator;
• Mengumpulkan pendapatan dari angkutan umum (melalui pihak ketiga); • Membayar layanan yang diberikan operator.
2. REFORMASI FINANSIAL
• Penetapan tarif berdasarkan skema “Public Service Obligation-PSO/Standar Pelayanan Minimal ”;
• Pendanaan dari transportasi untuk transportasi (Parkir, Pajak KB, dll).
3. REFORMASI PERIJINAN
• Ijin berdasarkan “Quality Licencing”; • Pemberian ijin melalui tender terbuka.
4. REFORMASI PENGELOLAAN/MANAJEMEN
• Operator menyediakan layanan sesuai kontrak yang diperoleh; • Tidak ada transaksi uang dengan awak kendaraan;
• Awak kendaraan adalah pegawai perusahaan
BADAN PENGELOLA ANGKUTAN UMUM PENDAPATAN OPERASIONAL & PENDAPATAN NON OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL MANAJEMEN SUBSIDI (JIKA DEFISIT) PENGEMBANGAN SISTEM (JIKA SURPLUS) OPERATOR RUTE 1 OPERATOR RUTE 1 OPERATOR RUTE 1 PENDAPATAN OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL PENERIMAAN OPERASIONAL PEMBAYARAN PENERIMAAN NON OPERASIONAL Biaya operasi: kend-km x Rp/km Produksi: kend - km menagih MANAJEMEN PENGELOLAAN BRT
BERBASIS BUY THE SERVICE DAN QUALITY LICENSING
5. UPGRADE SARANA
• Keamanan dan Kenyamanan
• Kapasitas Angkut (Konfigurasi/Layout Tempat duduk dan Ruang Berdiri) • Konservasi Energi (Hemat Bahan Bakar, Ramah Lingkungan)
• „‰Display Informasi, Fasilitas penyandang cacat.
6. UPGRADE PRASARANA
• Jalur (bebas dari gangguan – gangguan(parkir, kendaraan lambat, PKL), Ekslusif Lane/Mixed Traffic)
• Kelengkapan (Rambu, Marka, Warning Light)
7. UPGRADE FASILITAS PENDUKUNG
• Halte BRT Reguler, Terbuka, Semi Terutup, Tertutup (Permukaan Lantai Tinggi/Sejajar dengan Tinggi Lantai Bus)
• Penyediaan “PARK and RIDE”
8. PENINGKATAN MEKANISME OPERASI
• SCHEDULE / JADWAL PERJALANAN • TICKETING (Smart Card)
• TARIF (Umum / Pelajar) • SUBSIDI / NON SUBSIDI
T R A N S J A B O D E T A B E K T R A N S J A K A R T A
T R A N S M U S I - P A L E M B A N G T R A N S M E T R O P E K A N B A R U
UPGRADE SARANA (BUS GANDENG, BUS BESAR DAN BUS SEDANG)
WAJAH TRANSPORTASI KOTA
“SEKILAS WAJAH” PERMASALAHAN TRANSPORTASI JAKARTA
Panjang jalan 6.936 km = 48,4 Km2
Road ratio 7,3% (dari luas wilayah DKI Jakarta)
Pertumbuhan panjang jalan ± 0,01%/Thn
25,7 Juta Perjalanan/hari (di Jakarta termasuk Komuter)
75% (± 19,2 juta perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dari Bodetabek) Diperkirakan Rp. 45.2 Trilyun/ thn (terdiri dari pemborosan BBM, biaya operasional kendaraan, time value, economic value dan pencemaran energi) JARINGAN JALAN KENDARAAN BERMOTOR MODAL SHARE KEBUTUHAN PERJALANAN BIAYA KEMACETAN
Jumlah kendaraan bermotor di DKI ± 8,37 juta unit
− Kendaraan pribadi : 8,078 juta (96,5%) − Angkutan umum : 294 ribu ( 3,5%) Pertumbuhan rata2. 5 tahun terakhir
(2008-2012) : 8,1% per-thn
TIDAK SEIMBANG ANTARA SUPPLY VS DEMAND (2012) SUPPLY
DEMAND
Menggunakan Kendaraan pribadi (R4 & R2) 98% dari Bodetabek.
Menggunakan Angkutan umum 2 % dari Bodetabek
kemacetan yang luar biasa dengan jumlah perjalanan harian ke dan dari DKI Jakarta sebesar 25,7 juta perjalanan/hari terdiri dari 18,8 juta perjalanan/hari di DKI Jakarta dan 6,9 juta perjalanan/hari Bodetabek ke Jakarta (5,2 juta perjalanan didominasi oleh angkutan pribadi sebanyak 98%,sedangkan proporsi angkutan umum hanya 2% sehingga menyebabkan kemacetan di pintu-pintu masuk jalan ke Jakarta).
PERSENTASE PEMENUHAN KEBUTUHAN
PERJALANAN DI DKI JAKARTA
Pasal 22 ayat (2) :
Untuk mewujudkan sistem dan jaringan transportasi darat yang efisien,
terpadu dan menyeluruh ditetapkan
target 60% (enam puluh persen)
perjalanan penduduk menggunakan angkutan umum
dan
meningkatkan
kecepatan rata-rata jaringan jalan minimum 35
km/jam
.
PERDA PROVINSI DKI JAKARTA NO. 1 TAHUN 2012
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030
60 % perjalanan orang
Menggunakan
angkutan umum kecepatan rata2 jaringan jalan Min. 35 km/jam PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM MASSAL PEMBATASAN LALU LINTAS PENINGKATAN KAPASITAS JARINGAN MRT/Subway+KA LRT/Monorail BRT/Busway Road Pricing/ERP Pengendalian Parkir Fasilitas Park n Ride
Pelebaran Jln/FO/UP Pedestrianisasi Pengemb. Jaringan Jln POLA TRANSPORTASI MAKRO (PTM) Pembatasan Penggunaan Kendaraan Bermotor ITS
IMPLEMENTASI POLA TRANSPORTASI MAKRO
•Pergub No. 103/2007
BT
(BUS TRANSIT)
BRT
(BUS
RAPID
TRANSIT) BUS TRANSJAKARTA• Lajur tidak prioritas • Waktu tempuh lama
• Kurang nyaman
• Lajur prioritas (busway) • Halte & Bus deck tinggi • Waktu tempuh lebih cepat
• Lebih nyaman
PEMBANGUNAN BRT/BUSWAY
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
DKI Jakarta Tahun 2013 – 2017
STRATEGI RPJMD UNTUK BRT
• Pemenuhan kebutuhan armada busway hingga tahun 2017
direncanakan terpenuhi sebanyak 1.289 SAB (setara articulated bus) dan diharapkan dengan jumlah tersebut dapat mencapai headway 3 menit • Transformasikan Kelembagaan pengelolaan busway menjadi BUMD PT.
Upaya Pembangunan Jaringan Sistim BRT/Busway
7 9 5 10 4 1 2 3 8 11 12 6 13 1 Blok M - Kota 2 P.Gadung – Harmoni 3 Kalideres - Harmoni 4 P.Gadung – Dukuh Atas5 Kp.Melayu - Ancol 6 Ragunan – Kuningan
7 Kp.Melayu – Kp.Rambutan
8 Lebak Bulus – Harmoni 9 Pinangranti - Pluit 10 Cililitan - Tanjung Priok
Ciledug - Blok M Kalimalang - Blok M Depok - Manggarai
11 Pulo Gebang – Kp.Melayu 12 Tanjung Priok - Pluit
Saat ini sudah beroperasi 12 koridor
elevated
Koridor 13 (Ciledug – Blok M/Tendean) masa konstruksi
OPERASIONAL TRANSJAKARTA SAAT INI
Jumlah koridor
: 12
Panjang Koridor :
± 210,31 Km (12 Koridor)
Jumlah halte
: 233 halte
Jumlah Operator :
8 perusahaan sudah operasi + 2
perusahaan sedang membangun bus +
Unit pengelolaan Bus Transjakarta Busway
Jumlah Pool Bus : 13 pool
Jumlah Bus Operasional : 850 unit (termasuk 6 bus tingkat)
Produksi km
: ± 43-44 juta kilometer pertahun
SPBG
: 7 lokasi (3 PGN + 4 Pertamina)
Tarif Tiket
: Rp.3.500 & Rp.2.000 (pagi jam 5-7)
& tarif gratis untuk bus tingkat
Penumpang saat ini +/- 282.000 per hari (rata-rata)
RP/KM dan Operator Bus Transjakarta
Kontrak dengan Operator Bus di Transjakarta Busway ada beberapa skema :
• Skema Operator Bus dengan investasi menyediakan Armada bus dan penyediaan jasa (Rp per km lebih tinggi karena ada nilai investasi).
• Skema Operator Bus hanya penyediaan jasa operasional saja (Rp per km lebih rendah karena tidak ada investasi), Bus dari Pemprov DKI .
SAAT INI OPERATOR BUS TRANSJAKARTA ADALAH :
I. Operator Bus Konsorsium 1. PT. Trans Batavia
2. PT. Jakarta Trans Metropolitan 3. PT. Jakarta Mega Trans 4. PT. Trans Mayapada Busway II. Operator Bus Non Konsorsium (lelang)
1. PT. Eka Sari Lorena Transport 2. PT. Primajasa Perdanarayautama 3. PT. Bianglala Metropolitan 4. Perum Damri
5. Perum PPD
6. PT. Prima Lestari Wisata 7. PT. Mayasari Bakti
III. Operator Bus Swakelola (dikelola oleh PT Transportasi Jakarta)
DASAR PERHITUNGAN RP/Km (Mulai Oktober 2015 via
e-katalog lkpp)
BIAYA INVESTASI PER TAHUN
BIAYA OPERASIONAL BUS
PER TAHUN dan PEMELIHARAAN BIAYA OVERHEAD PER TAHUN BIAYA SDM OPERASIONAL KANTOR OPERASIONAL BENGKEL PAJAK DAN KIR
ASURANSI PEMELIHARAAN POOL DAN BENGKEL
DEPRESIASI POOL DAN BENGKEL PEMELIHARAAN BANGUNAN DAN PERALATAN
KONSUMSI BBG/BBM KONSUMSI MINYAK PELUMAS
KONSUMSI BAN SUKU CADANG BIAYA PRAMUDI BIAYA MEKANIK HARGA BUS SUKU BUNGA NILAI KURS RP/$ DEPRESIASI NILAI RESIDU KILOMETER TEMPUH per tahun
DIPERHITUNGKAN DENGAN MODEL
MEMPERHITUNGKAN PANJANG KORIDOR MEMPERHITUNGKAN PERKIRAAN
WAKTU TEMPUH DAN JUMLAH ARMADA
STERILISASI JALUR BUSWAY
Penjagaan & Operasi sterilisasi
Pemasangan portal
Separator ditinggikan
REALITA :
o PELANGGARAN LAJUR BUSWAY
MASIH TETAP TERJADI
o SANKSI DENDA MASIH TERLALU
RINGAN
o SAAT TIDAK ADA PETUGAS
TERJADI PELANGGARAN LAJUR BUSWAY
o MASYARAKAT TAKUT PADA
PETUGAS, BUKAN TAKUT PADA PERATURAN.
o BELUM MENIMBULKAN EFEK
JERA
PENERAPAN DENDA MAKSIMAL
DINAS PERHUBUNGAN DKI
Koridor
13. Ciledug – Blok M
(14,6 Km)
RENCANA ELEVATED BUSWAY UNTUK 3 KORIDOR SELANJUTNYA
14.Kali Malang – Blok M (17,7 Km)
15. Depok – Manggarai (17 Km)
CONTOH ELEVATED BRT (XIAMEN-CHINA)
DINAS PERHUBUNGAN DKI
1 2 3 6 7 5 4 ANCOL TJ. PRIOK KP. RAMBUTAN KP. MELAYU RAGUNAN BLOK M PULOGADUNG PULOGEBANG HI KOTA LEBAK BULUS KP. RAMBUTAN RAGUNAN KALIDERES
LOKASI PARK & RIDE
PULO GEBANG
Integrasi dengan Busway Koridor 11 (Kp. Melayu – Pulo Gebang)
Integrasi dengan Busway Koridor 7 (Kp. Melayu – Kp. Rambutan) Integrasi dengan Busway Koridor 3
(Harmoni– Kali Deres)
Integrasi dengan Busway Koridor 6 Integrasi dengan Busway Koridor 8
Sistem Tiket Elektronik
Transjakarta
UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN BUSWAY
STERILISASI LAJUR :
• Penjagaan oleh petugas Dishub, Polisi dan Kogartap
SPBBG ARMADA BUS
• SEPARATOR DITINGGIKAN
Koordinasi dengan Pemerintah Pusat (Kementerian ESDM) untuk dukungan : • Revitalisasi SPBBG yang ada, • Pembangunan SPBBG baru dan/atau SPBBG sistim mother-daughter; • Harga jual gas khusus
untuk busway • DKI menyediakan lahan
untuk SPBBG baru (BPKD)
• Peremajaan armada busway,
• Single bus diganti Articulated bus • Akan ada
penambahan bus baru
BUS TRACKING SYSTEM (BTS) :
Pembangunan ITS sebagai central room yang salah satunya adalah BTS. Saat ini sudah terkoneksi 3 koridor busway.
PEMASANGAN SEPARATOR BUSWAY TAHUN 2012
Koridor 5
(Jalan kramat raya)
(Jalan mampang)
Koridor 6
Koridor Lokasi Panjang (m)
2 (Dari Halte Galur s/d U- Turn Halte ASMI) 5.958 3 (Dari Sp. Terminal Kali Deres s/d Sp. Pedongkelan) 6.469 5 (Dari Sp. Slamet Riyadi s/d Sp. Kramat 5 (U-Turn Polres Jakpus) ) 5.932 6 (Dari Sp. Duren 3 Selatan s/d Sp Mampang Prapatan) 5.847 8 (Dari Sp. Permata Hijau s/d Sp. Duri Raya) 5.918
DINAS PERHUBUNGAN DKI
Sistem LRT Terintegrasi dan Komplementer dengan Sistem Angkutan Umum Masal yang telah/ sedang dikembangkan dan yang direncanakan. Sistem ini direncanakan untuk menyediakan aksesibilitas dari pemukiman menuju pusat-pusat kegiatan ekonomi.
Jaringan Terintegrasi dan Terkonsolidasi
15 Koridor Transjakarta Busway MRT Lebak Bulus Kota MRT Timur - Barat JABOTABEK RAILWAY Rencana LRT
RENCANA JALUR LRT = 115.7 km 1. Kebayoran Lama – Kelapa Gading
- 21,6 km 2. Tanah Abang – Pulo Mas - 17,6 km 3. Joglo – Tanah Abang - 11 km 4. Puri Kembangan – Tanah Abang - 9,3 km 5. Pesing – Kelapa Gading - 20,7 km 6. Cempaka Putih – Ancol - 5 km 7. Bandara Soetta – Kemayoran - 30,5 km
Pluit
Pesing Kota Tua Kemayoran
Kelapa Gading Pulomas Boulevar KG Kebayoran Lama Senayan Setiabudi Kuningan Tebet ManggaraiPramuka BI SenenGalur Palmerah Slipi Meruya Pos Pengumben Jembatan Dua Stasiun Transfer LRT – KRL Jabotabek Kebayoran Lama Palmerah Tanah Abang Senen Pesing Kota Stasiun Transfer LRT – BRT Pluit Pesing Meruya Pos Pengumben Slipi Jembatan Dua Bank Indonesia Setia Budi Tebet Pramuka Pulo Mas Cempaka Mas Senen Matraman Kuningan Stasiun Transfer LRT -MRT Setiabudi Bank Indonesia
Program Revitalisasi
Angkutan Umum Non-BRT
di Provinsi DKI Jakarta
• Layanan angkutan umum non-BRT yang kurang nyaman dan
aman
• Kendaraan tua yang tidak terawat dengan baik berkontribusi
pada kemacetan dan polusi
• Pembatasan kendaraan pribadi dan peningkatan
penggunaan angkutan umum hanya bisa dilakukan jika
angkutan umum berkualitas
• Peningkatan kualitas layanan bus di Jakarta dapat
menjadikan angkutan umum alternatif transportasi bagi
masyarakat pada saat penerapan sistem ERP
Latar Belakang Revitalisasi
Angkutan Umum
DISHUB
• Merencanakan jaringan trayek (dengan
update berkala)
• Menetapkan kapasitas/frekuensi
layanan tiap trayek
• Menetapkan tipe bus tiap trayek • Menerbitkan ijin untuk operator • Monitoring kinerja TransJakarta dalam
memastikan penyediaan layanan sesuai spesifikasi Dishub
• Menegakkan regulasi terkait (pengujian kendaraan, penggunaan pemberhentian bus, dll.)
TRANSJAKARTA
• Memilih operator yang tepat untuk tiap trayek melalui proses tender kompetitif
• Negosiasi kontrak dengan pemenang tender • Monitoring operasi tiap trayek untuk memastikan
kepatuhan dengan ketentuan dan standar ijin yang ditetapkan Dishub
• Menyediakan data operasional ke Dishub sebagai-mana diperlukan untuk tujuan monitoring
OPERATOR
• Membeli dan memelihara bus
• Memperkerjakan pengemudi, kondektur, staf administratif, pengawasan, dan pemeliharaan, seluruhnya dengan sistem gaji
• Mengoperasikan trayek sesuai dengan jadwal, ketentuan, dan standar yang ditetapkan oleh Dishub (dan termuat dalam kontrak)
• Menyediakan data operasional ke TransJakarta sebagaimana diperlukan untuk tujuan monitoring
Pembagian Tanggung Jawab
di Masa Depan
Elemen Revitalisasi:
1. Layanan efisien dioperasikan terjadwal sesuai demand
2. Sistem setoran digantikan pembayaran Rp/km
3. Kendaraan eksisting diganti bus kota dengan spesifikasi lantai-rendah 4. Pemberhentian bus disediakan di
lokasi yang tepat dan disertai penegakan penggunaannya
5. Rekayasa lalu lintas untuk prioritas bus 6. Manajemen armada disertai sistem
tiket elektronik dan sistem informasi
Proyek Percontohan S66
Perencanaan Pemberhentian Bus Pertimbangan :
• Kebutuhan penumpang • Kondisi jalan dan penyeberangan • Lokasi pemberhentian eksisting • Persinggungan dengan layanan BRT • Dampak lalu lintas
Fase 1:
• Rambu dan marka pemberhentian • Penegakan penggunaan
Fase 2:
Evaluasi dan penyesuaian sesuai kebutuhan
Implementasi awal di koridor Jl. Rasuna Said: •Pendirian rambu pemberhentian bus •Penyediaan marka pemberhentian bus