• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN ITS 2015 JUDUL PENGABDIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN ITS 2015 JUDUL PENGABDIAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

DANA BOPTN ITS 2015

JUDUL PENGABDIAN

AUTOMATION LAMP MENGGUNAKAN SENSOR PIR DAN SEL

SURYA UNTUK PENERANGAN GOA ’MAHA KARYA’ DALAM

RANGKA MEMBERDAYAKAN POTENSI WISATA

DI PULAU GILI IYANG KABUPATEN SUMENEP

Tim Pengabdi:

Yoyok Cahyono, MSi (Jurusan Fisika, FMIPA ITS) Dr. M. Zainuri (Jurusan Fisika, FMIPA ITS)

Dr. Endarko (Jurusan Fisika, FMIPA ITS) Prof. Dr. Suminar Pratapa (Jurusan Fisika, FMIPA ITS)

Prof. Dr. Suasmoro (Jurusan Fisika, FMIPA ITS) Prof. Dr. Darminto (Jurusan Fisika, FMIPA ITS)

Heru Sukamto, SSi, MSi Agus Purwanto, DSc Dr. Triwikantoro, MSi

Sesuai Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor : 020728.96/IT2.11/PN.08/2015

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

(2)
(3)

3 RINGKASAN

Desa Ban Raas merupakan satu dari dua desa yang ada di pulau Gili Iyang Sumenep-Madura. Pulau ini diketahui memiliki kadar oksigen tertinggi kedua di dunia setelah Yordania. Setelah melihat potensi ini, Gubernur Jawa Timur merencanakan untuk menjadikan pulau ini sebagai objek wisata kesehatan. Ada beberapa tempat di pulau ini yang berpotensi dijadikan sebagai objek wisata. Salah satunya ialah sebuah goa yang ditemukan masyarakat setempat beberapa bulan lalu. Masyarakat menyebut goa ini dengan nama ‘Goa Maha Karya’. Ada banyak kelebihan dan keunikan yang dapat dinikmati di goa ini, diantaranya ialah suasana sejuk dan ringan saat bernafas di dalam goa meski keadaan goa sangat tertutup, adanya batu-batu yang memiliki beragam bentuk dan warna yang berkilau seperti permata, serta hamparan stalakmit dan stalaktit yang masih meneteskan air.

Kekurangan yang terlihat dari goa ini ialah belum adanya penerangan yang cukup sehingga pengunjung merasa kesulitan berjalan dan menikmati keindahan goa ini. Karena itu untuk membantu mengatasi persoalan ini, maka kegiatan PPM ini dilakukan. Ada 2 hal yang telah dilakukan oleh tim PPM ini. Yang pertama adalah instalasi sebuah sistem penerangan sel surya. Kedua, untuk mengefektifkan dan mengefisienkan didalam konsumsi pemakaian dayanya digunakan Automation Lamp, yang merupakan sistem penerangan otomatis dengan menggunakan sensor PIR untuk mendeteksi gelombang infra merah dari tubuh manusia. Dengan menggunakan sistem ini, sensor yang dipasang di mulut Goa dapat mengontrol aktifasi lampu yang dipasang di sepanjang goa hanya pada saat terdeteksi keberadaan manusia. Sistem penerangan ini juga dirancang hemat dan ramah lingkungan karena dihasilkan dari sel surya, sehingga kegiatan ini selaras dengan rencana gubernur Jawa Timur untuk menjadikan pulau Gili Iyang sebagai obyek wisata kesehatan. Semua kegiatan sosialisasi dan instalasi system penerangan ini telah dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 31 Oktober dan 1 Nopember 2015.

(4)

4 PRAKATA

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kemandirian masyarakat pulau Gili Iyang dengan memanfaatkan dan memaksimalkan potensi sumber daya alam lokal, dengan memanfaatkan teknologi sel surya dan sensor PIR. Diharapkan, potensi masyarakat maupun sumber daya alam yang ada di pulau Gili Iyang yang belum termanfaatkan dengan baik dapat diberdayakan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kemandirian masyarakat pulau tersebut. Salah satu potensi alam yang perlu dikembangkan tersebut adalah Goa Maha Karya. Kekurangan yang terlihat dari goa ini ialah belum adanya penerangan yang cukup sehingga pengunjung merasa kesulitan berjalan dan menikmati keindahan goa ini. Karena itu untuk membantu mengatasi persoalan tersebut, maka kegiatan PPM ini dilakukan. Semua kegiatan sosialisasi dan instalasi system penerangan ini telah dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 31 Oktober dan 1 Nopember 2015.

Pada kesempatan ini, tim mengucapkan banyak terima kasih atas kesempatan dan dana yang diberikan, kepada :

a. Rektor ITS

b. Ketua Lembaga Penelitian ITS c. Dekan Fakultas MIPA ITS d. Ketua Jurusan Fisika, FMIPA ITS e. Sekretaris Jurusan Fisika, FMIPA ITS

Tidak lupa tim juga mengucapkan terima kasih kepada :

a. Kasubbag Jurusan Fisika dan semua karyawan TU Jurusan Fisika, FMIPA ITS b. Kepala desa Banraas, kec. Dungkek, kab. Sumenep

c. Tukang perahu dan tambangan di pelabuhan Dungkek dan desa Banraas

d. Semua sopir ‘Odong-odong’ yang telah mengantar kami ke lokasi kegiatan di Gili Iyang

e. Semua teman-teman di Jurusan Fisika f. Semua mahasiswa yang terlibat

atas bantuan dan kerjasamanya yang sangat baik, sehingga kegiatan awal pengabdian kepada masyarakat ini bisa dilaksanakan dengan baik.

Mudah-mudahan kegiatan pengabdian masyarakat ini bisa bermanfaat untuk kita semua, terutama masyarakat desa Banraas Gili Iyang.

Surabaya, 5 Nopember 2015

Ketua,

(5)

5 DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... 2

Ringkasan (dalam Bahasa Indonesia) ... 3

Summary (dalam Bahasa Inggris) ... 3

Prakata ... 4

Daftar Isi ... 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan ... 2

1.3 Tujuan, Manfaat, dan Dampak Kegiatan yang Diharapkan ... 3

1.4 Target Luaran ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

BAB III STRATEGI DAN PERENCANAAN KEGIATAN 3.1 Strategi ... 11

3.2 Rencana Kegiatan ... 11

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN KEBERLANJUTANNYA 4.1 Persiapan Kegiatan Pengabdian ... 14

4.2 Pelaksanaan Kegiatan pengabdian ... 16

4.3 Keberlanjutan ... 20

4.4 Analisis Capaian Luaran terhadap Target Luaran ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

BAB VI RENCANA SELANJUTNYA ... 23 DAFTAR PUSTAKA

Lampiran I Biodata Tim Pengabdi Lampiran II Daftar Luaran

(6)

6 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Banraas merupakan satu dari dua desa yang ada di pulau dengan kadar oksigen tertinggi di dunia setelah Yordania, yaitu pulau gili Iyang Sumenep Madura[1]. Mayoritas masyarakat di desa Banraas ini bekerja sebagai nelayan, karena pulau dengan 9000 penduduk ini dikelilingi oleh laut yang kaya akan ikan.

Gubernur jawa timur telah merencanakan pulau ini untuk dijadikan sebagai wisata kesehatan. Selain kadar oksigennya yang sangat tinggi, polusi udara di wilayah ini juga sangat sedikit. Sehingga pulau ini sangat cocok bila dijadikan sebagai tempat berlibur[2]. Untuk merealisasikan rencana tersebut tentunya pembangunan demi pembangunan harus terus dilakukan setiap tahunnya. Pembangunan jalan utama saat ini mulai dikerjakan di pualu ini, yaitu pemasangan paving untuk mempermudah akses pengunjung ketika datang untuk berlibur.

Pulau ini mempunyai tempat-temapat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, salah satunya yaitu Goa dengan panjang kurang lebih 1KM yang mereka sebut dengan “Goa Maha Karya”. Banyak keunikan dan kelebihan yang dimiliki oleh goa ini dibandingakan dengan goa-goa lain yang ada di Indonesia. Goa ini diyakini oleh penduduk sekitar sebagai salah satu titik dengan kadar oksigen tertinggi di pulau ini. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan pengunjung yang pernah berada didalam goa yang tertutup dari udara luar, namun tetap merasa sejuk dan ringan saat bernafas. Disamping itu banyak pula batu-batu yang meneteskan air,

Gambar 1. Survey awal tim (Dr Zainuri, Agus P, DSc, dan Heru S) di Goa Maha Karya, desa Ban Raan, pulau Gili Iyang, Kab. Sumenep (September 2014)

bentuknya beraneka ragam dan ada pula yang berkilau sehingga menamba keindahan dari goa ini [3].

(7)

7 Goa Maha Karya ini hanya dibiarkan apa adanya tanpa ada pengembangan khususnya penerangan dalam goa. Pemerintah daerah sumenep sudah merencanakan untuk menyediakan diesel sebagai sumber energi khusus untuk penerangan di goa ini, namun belum dipaparkan mengenai sistem penerangan dan pelaksanaanya. Padahal sudah banyak orang dari luar pulau yang berkunjung ke goa ini untuk merasakan kesejukan di dalam goa.

Agar keunikan dari goa ini semakin kuat, maka dibutuhkan penerangan yang berbeda dengan penerangan di goa-goa lain di Indonesia. Yaitu dengan sistem penerangan menggunakan sensor PIR sebagai pendeteksi manusia. Dengan bantuan sensor ini maka bisa di atur agar lampu yang menyala hanya di sekitar orang yang ada di dalam goa. Ketika orang tersebut berjalan maka lampu dibelakang orang tersebut yang tadinya hidup menjadi padam sedangkan lampu yang disekiatarnya tetap menyala dan begitu seterusnya. Sehingga dengan sitem penerangan seperti ini dapat menghemat pemakaian daya listrik serta menambah keunikan objek wisata ini.

ITS dengan kompetensi SDM yang ada didalamnya, yang dengan tridarmanya, akan bahu membahu dengan stake-holder yang lain untuk mengambil peran aktif dalam rangka memberikan solusi alternatif terhadap persoalan yang ada di masyarakat, termasuk juga persoalan pemanfatan sumber daya alam (SDA) yang ada di pulau-pulau kecil yang ada di kabupaten Sumenep. Ini sesuai dengan misi ITS di bidang pengabdian kepada masyarakat adalah memanfaatkan segala sumberdaya yang dimiliki untuk ikut serta dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi oleh masyarakat, industri, dan pemerintah.

1.2 Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini akan mengambil lokasi di pulau Gili Iyang, dengan pertimbangan bahwa pulau ini oleh pemerintah kabupaten Sumenep dijadikan sebagai lokasi wisata kesehatan. Parameter polusi udaranya (CO2, CO, NO2, dan SO2) masih jauh

dibawah ambang batas. Kadar oksigen di pulau ini masih sangat bagus. Ini yang, barangkali, membuat banyak warga setempat yang sudah berumur diatas 100 tahun tapi tetap kelihatan sehat. Dengan demikian, pengabdian masyarakat ini sangat cocok untuk mendukung program pemerintah kabupaten Sumenep, karena sel surya ini sangat ramah terhadap lingkungan.

Pulau Gili Iyang berada di kecamatan dungkek, membutuhkan waktu sekitar 45 menit dari pelabuhan Dungkek dengan menggunakan perahu nelayan. Luas pulau sekitar 9,15 km2, terdiri dari 2 desa, yaitu desa Banraas dan desa Bancamara dengan jumlah penduduk 8.000 jiwa lebih.

(8)

8 Gambar 1.2. Lokasi dan salah satu sudut pemandangan di pulau Gili Iyang

1.3 Tujuan, Manfaat, dan Dampak Kegiatan yang Diharapkan

1.3.1. Tujuan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kemandirian masyarakat pulau Gili Iyang dengan memanfaatkan dan memaksimalkan potensi sumber daya alam lokal, dengan memanfaatkan teknologi sel surya dan sensor PIR. Dengan demikian, potensi masyarakat maupun sumber daya alam yang ada di pulau Gili Iyang yang belum termanfaatkan dengan baik dapat diberdayakan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kemandirian masyarakat pulau tersebut.

Goa Maha Karya yang ada di pulau ini hanya dibiarkan apa adanya tanpa ada pengembangan, khususnya penerangan dalam goa. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut :

a. Merancang sebuah sistem penerangan lampu di Goa Maha Karya untuk menambah keindahan dan keunikan goa

b. Merancang sistem penerangan yang hemat energi dan ramah lingkungan

Sistem penerangan menggunakan sel surya (fotovoltaik) dan sensor PIR sebagai kontrol lampu otomatis. Tujuan selengkapnya dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut :

 Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan dan mengentas kemiskinan.  Mendayagunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan, sehingga tersedia

pasokan energi secara swadaya masyarakat untuk keperluan wisata dan rumah

tangga.

Membangun kesadaran masyarakat pulau Gili Iyang untuk mendukung program pemerintah kabupaten Sumenep yang telah menjadikan pulau Gili Iyang sebagai ’lokasi

wisata kesehatan’ dengan mendorong masyarakat untuk memberdayakan potensi alam yang

(9)

9

tersedia dengan penggunaan energi ramah lingkungan sel surya, sehingga kualitas udara di

pulau Gili Iyang tetap terjaga dengan baik.

1.3.2. Manfaat

Program ini akan melibatkan semua stake-holder yang ada di pulau Gili Iyang, termasuk juga kecamatan Dungkek dan dinas terkait yang ada di kabupaten Sumenep. Sehingga kegiatan pemberdayaan masyarakat ini sinergis, solutif, dan sustainable, karena melibatkan peran aktif masyarakat, perencanaan strategis pemerintah daerah, serta penerapan hasil-hasil Ipteks ITS.

Dengan demikian pemanfaatan sistem penerangan menggunakan energy matahari (sel surya) dan sensor PIR di Goa Maha Karya ini, dapat memberikan berbagai manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Masyarakat Desa Banraas

Apabila goa dengan panjang kurang lebih 1KM mempunyai keunikan tersendiri dan didukung dengan kadar oksigennya yang sangat tinggi ini didatangi oleh banyak wisatawan, maka akan ada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar yakni dalam penyediaan jasa sewa perahu penyebrangan dan sewa kendaraan, dan tentunya masyarakat akan mempunyai banyak peluang usaha baru untuk menyediakan kebutuhan para wisatawan yang datang seperti tempat penginapan, rumah makan, toko sovenir dll. Dengan demikian, maka produktivitas, penghasilan, dan tingkat ekonomi masyarakat pulau gili iyang akan meningkat.

b. Bagi Pemerintah Daerah Setempat

Keinginan Pemerintah untuk menjadikan desa ini sebagai wisata kesehatan akan mudah terwujud karena selain para wisatawan berkunjung untuk menikmati udara segar, keindahan dan keunikan dari Goa Maha Karya yang dihiasi dengan lampu otomatis dapat menambah daya tarik objek wisata kesehatan ini.

1.3.3. Dampak kegiatan

Diharapkan dampak yang akan diperoleh dari program pengabdian pada masyarakat ini adalah

a. Meningkatnya pemahaman dan keinginan masyarakat pulau Gili Iyang untuk menggunakan energi listrik alternatif sel surya untuk memanfaatkan dan memaksimalkan potensi alam daerahnya.

(10)

10 b. Banyaknya masyarakat disekitar pulau Gili Iyang dan sekitarnya, yang akan berkunjung untuk menikmati potensi wisata di pulau gili iyang, khususnya potensi wisata Goa Maha Karya.

c. Dukungan masyarakat terhadap ’Program Wisata Kesehatan’ pulau Gili Iyang yang telah dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Sumenep, berupa penggunaan energi yang ramah lingkungan, terutama untuk lokasi wisatanya.

1.4. Target Luaran :

Target luaran yang diharapkan dalam program pengabdian pada masyarakat ini, sebagai berikut :

 Produk teknologi tepat guna (system pembangkit / modul listrik sel surya / sensor)  Terbentuknya ‘pilot project’ penggunaan sumber energy listrik berbasis sel surya

pada lokasi wisata Goa Maha Karya

 Dapat dijadikan panutan oleh daerah yang lain yang ada di pulau-pulau kecil lainnya yang ada di kabupaten Sumenep untuk menggunakan listrik sel surya pada obyek wisatanya.

 Terwujudnya swadya energi listrik melalui pemanfaatan sel surya  Kemandirian energi listrik di lingkungan masyarakat pulau Gili Iyang  Publikasi makalah pada jurnal kegiatan pengabdian masyarakat  Proposal PKMM / PKMT untuk pendanaan tahun 2016

(11)

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. POTENSI ENERGI SURYA DI INDONESIA

Matahari adalah salah satu bintang, yang merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi. Sumber energi matahari berasal dari reaksi fusi atom-atom Hidrogen menjadi Helium. Tekanan dan suhu yang sangat tinggi akan mengubah inti Hidrogen menjadi Helium dan menghasilkan energi yang sangat besar, sehingga temperatur inti matahari mencapai kira-kira 15 juta kelvin. Energi tersebut dipancarkan sampai di bumi dalam bentuk catuan gelombang elektromagnetik. Spektrum panjang gelombang pancaran energi surya dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sebaran panjang gelombang cahaya surya di atmosfer dan di permukaan bumi [4]

Indonesia terletak di daerah tropis dan menerima radiasi energi surya harian persatuan luas, persatuan waktu kira-kira 4.8 kilo watt/m2. Memang lebih kecil bila dibandingkan dengan Australia tengah , Amerika tengah dan sebagian negara Eropa (lebih dari 6 kilo watt/m2) atau Arab Saudi, Mesir dan beberapa negara di Afrika (5.5 kilo watt/m2). Namun Indonesia menerima radiasi sepanjang tahun dengan waktu siang tahunan lebih panjang terhadap negara-negara sub tropis. Hal ini jelas bahwa bangsa ini dituntut untuk meningkatkan pemanfaatan energi surya sebagai sumber energi terbarukan yang melimpah dan tidak polutif ini.

(12)

12 2.2. TEKNOLOGI SEL SURYA

Teknologi fotovoltaik (PV) merupakan suatu teknologi konversi yang mengubah cahaya (foto) menjadi listrik (volt) secara langsung (direct conversion). Peristiwa ini dikenal sebagai efek fotolistrik (photovoltaic affect). Didalam proses konversi cahaya-listrik tidak ada bagian yang bergerak, sehingga produk teknologi fotovoltaik memiliki umur teknis yang panjang (>25 tahun). Beberapa keuntungan dari pemanfaatan teknologi fotovoltaik, antara lain:

 Biaya operasional dan perawatan yang rendah (tidak diperlukan pembelian bahan bakar dan keausan dalam proses konversi)

 Tidak menimbulkan polusi udara karena tidak ada proses pembakaran sehingga mengurangi pelepasan gas rumah kaca (greenhouse gas)

 Tidak menimbulkan kebisingan karena tidak ada bagian yang bergerak

 Sangat cocok untuk Indonesia yang berada di khatulistiwa dan mendapat sinar matahari sepanjang tahun

 Merupakan energi terbaharukan yang tidak pernah habis  Menghemat listrik dalam jangka panjang

 Mengurangi pemanasan global  Bersih dan ramah lingkungan  Umur panel surya yang panjang  Tidak tergantung dengan PLN

(13)

13 Efek fotolistrik ini terjadi pada suatu sel yang terbuat dari bahan semikonduktor. Karena sifatnya, sel ini kemudian disebut sebagai sel fotovoltaik (photovoltaic cell) atau sering juga disebut sebagai sel surya (solar cell). Sel fotovoltaik merupakan komponen terkecil didalam sistem energi surya fotovoltaik. Sinar matahari yang menimpa permukaan sel diubah secara langsung menjadi listrik sebagai akibat terjadinya pergerakan pasangan electron-hole, sebagaimana digambarkan pada skema gambar 2.2.

Sejumlah sel surya secara elektrik dihubungkan satu sama lain dan dipasang pada struktur pendukung atau frame yang disebut modul fotovoltaik. Modul ini dirancang untuk pasokan listrik pada tegangan tertentu, misalnya sistem yang sudah umum, yaitu, 12 volt. Arus yang dihasilkan secara langsung tergantung pada seberapa banyak cahaya menerpa permukaan cell. Beberapa modul dapat dihubungkan bersama untuk membentuk sebuah array. Secara umum, semakin besar wilayah modul atau array, semakin banyak listrik yang akan dihasilkan. Modul fotovoltaik dan array menghasilkan listrik arus searah (dc). Modul dan array ini secara elektrik dapat dihubungkan baik secara seri dan paralel untuk menghasilkan kombinasi tegangan dan arus yang dibutuhkan.

Perangkat PV yang paling umum pada saat ini menggunakan satu junction, atau interface, untuk menciptakan medan listrik dalam semikonduktor seperti sel PV. Dalam sel PV junction-tunggal, hanya foton yang energinya sama dengan atau lebih besar dari celah pita dari bahan sel yang dapat membebaskan elektron untuk sebuah rangkaian listrik. Dengan kata lain, respon fotovoltaik sel junction-tunggal terbatas pada bagian spektrum matahari yang energinya berada di atas band gap dari bahan yang menyerap sinar matahari dan energi foton yang lebih rendah tidak digunakan.

2.3. SENSOR PIR

Sensor PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah. Sensor PIR bersifat pasif, artinya sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah tetapi hanya menerima radiasi sinar infra merah dari luar. Sensor ini biasanya digunakan dalam perancangan detektor gerakan berbasis PIR. Karena semua benda memancarkan energi radiasi, sebuah gerakan akan terdeteksi ketika sumber infra merah dengan suhu tertentu (misal: manusia) melewati sumber infra merah yang lain dengan suhu yang berbeda (misal: dinding), maka sensor akan membandingkan pancaran infra merah yang diterima setiap satuan waktu, sehingga jika ada pergerakan maka akan terjadi perubahan pembacaan pada sensor.

(14)

14 Gambar 2. Sensor PIR D203S

Pancaran infra merah masuk melalui lensa Fresnel dan mengenai sensor pyroelektrik, karena sinar infra merah mengandung energi panas maka sensor pyroelektrik akan menghasilkan arus listrik. Sensor pyroelektrik terbuat dari bahan galium nitrida(GaN), cesium nitrat(CsNo3) dan litium tantalate(LiTaO3). Arus listrik inilah yang akan menimbulkan tegangan dan dibaca secara analog oleh sensor. Kemudian sinyal ini akan dikuatkan oleh penguat dan dibandingkan oleh komparator dengan tegangan referensi tertentu (keluaran berupa sinyal 1-bit). Jadi sensor PIR hanya akan mengeluarkan logika 0 dan 1, 0 saat sensor tidak mendeteksi adanya pancaran infra merah dan 1 saat sensor mendeteksi infra merah. Sensor PIR didesain dan dirancang hanya mendeteksi pancaran infra merah dengan panjang gelombang 8-14 mikrometer. Diluar panjang gelombang tersebut sensor tidak akan mendeteksinya. Untuk manusia sendiri memiliki suhu badan yang dapat menghasilkan pancaran infra merah dengan panjang gelombang antara 9-10 mikrometer (nilai standar 9,4 mikrometer), panjang gelombang tersebut dapat terdeteksi oleh sensor PIR. Secara umum sensor PIR memang dirancang untuk mendeteksi manusia [6].

2.34. MIKROKONTROLLER

Untuk membuat sistem pengendali dari suatu piranti elektronika dapat dilakukan dengan atau tanpa mikrokontroler. Mikrokontroler digunakan jika proses yang dikontrol melibatkan operasi yang kompleks baik itu aritmatika, logika, perwaktuan, atau lainnya yang akan sangat rumit bila diimplementasikan dengan komponen-komponen diskrit. Salah satu keunggulan dari mikrokontroler adalah fleksibilitas dalam merangkai komponen-komponen diskrit karena dilakukan secara software. Prosesor di dalam mikrokontroler mengerjakan instruksi sesuai softwarenya yang ada dalam memorinya (ROM). Software tersebut mewakili

(15)

15 kode-kode yang diterjemahkan oleh prosesor. Mikrokontroler sendiri merupakan sebuah rangkaian terintegrasi yang di dalamnya terkoneksi mikroprosesor, memori, port I/O, dan peripheral lainnya. Sinyal yang bisa diolah oleh mikrokontroler adalah sinyal digital, untuk sinyal analog diperlukan konversi dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk mendapatkan nilai digital yang setara. Sebaliknya jika menginginkan keluaran sinyal analog dari data digital maka diperlukan DAC (Digital to Analog Converter) [7].

Gambar 3. Mikrokontroler ATmega-8535

Pada pembuatan perangkat ini peran penting mikrokontroller berpengaruh dalam menentukan hasil akhir/outputdari fungsi perangkat ini yaitu mengkonversi data yang diterima oleh sensor PIR menjadi sinyal berupa arus listrik sehingga mengaktifkan lampu LED yang digunakan sebagai penerangan di Goa Maha Karya ketika terdeteksi adanya pancaran infrared dari tubuh manusia.

(16)

16 BAB III STRATEGI DAN PERENCANAAN KEGIATAN

3.1 Strategi

Strategi yang akan ditawarkan dalam penyelesaian masalah pada program pengabdian masyarakat ini, adalah merancang dan membuat sistem penerangan menggunakan membangkit listrik sel surya yang ramah lingkungan, dan sensor PIR. Alamnya sangat tidak mendukung untuk menggunakan pembangkit listrik konvensional (PLN). Karena itu untuk memberdayakan potensi alam seperti halnya Goa Maha Karya ini, sumber listrik dari sistem penerangan yang akan digunakan menggunakan sel surya. Dan untuk menghemat energi listrik yang dihasilkan akan digunakan sensor PIR, dimana lampu akan hidup kalau ada orang yang masuk kedalam goa. Strategi ini sejalan dengan program pemerintah kabupaten Sumenep yang telah menjadikan pulau Gili Iyang sebagai lokasi wisata kesehatan, dimana kualitas udaranya harus dipertahankan tetap baik (dibawah baku mutu).

Kegiatan pengabdian masyarakat pembuatan sistem penerangan menggunakan pembangkit listrik sel surya ini dilakukan karena memperhatikan beberapa prinsip, antara lain [8]

a. Dapat dioperasikan dengan mudah oleh anggota masyarakat yang masih rendah taraf ketrampilan teknologinya.

b. Dapat merangsang pertumbuhan ketrampilan berteknologi masyarakat yang bersangkutan dengan mudah

c. Prasarana dan sarana pendukung bagi pengoperasian teknologi ini dapat disediakan dengan mudah

Dalam penerapannya sangat memperhatikan keseimbangan dan keserasian dengan lingkungan, serta kemampuan ekonomi masyarakatnya.

3.2. Rencana Kegiatan

a. Studi literatur

Pada tahap ini dilakukan penggalian informasi dari buku, jurnal, makalah dan internet mengenai sistem penerangan otomatis menggunakan sensor PIR, dan menggali informasi mengenai kondisi mitra sehingga teknologi yang akan diterapkan sesuai dan memberikan dampak positif yang sangat besar.

(17)

17 Dari data dan informasi yang telah diperoleh maka dilakukan identifikasi terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul sehingga dapat dilakukan pemodelan terhadap sistem teknologi yang akan diterapkan.

c. Persiapan Alat dan Bahan

Tahapan ini sebagai awal dari realisai program yaitu dengan menyiapkan semua peralatan pendukung serta baha-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan alat yang sudah direncanakan.

d. Perancangan Hardware

Perancangan hardware meliputi pembuatan rangkai-rangkain yang dibutuhkan serta peralatan lainnya seperti pembangkit listrik yang dalam hal ini menggunakan sel surya.

e. Perancangan software

Perancangan software meliputi pembuatan program sensor dan kontrol lampu serta simulasi dari alat yang dibuat.

f. Pembuatan alat dan pengujian

Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian alat, yaitu menggabungkan anatara hardware dan sofware sehingga tercipta sebuah teknologi yang sesuai dengan sistem yang direncanakan serta dilakukan pengujian pada alat.

g. Pemasangan Alat di Tempat Tujuan

Setelah alat yang sudah dirancang sesuai dengan rencana dan dapat berjalan dengan baik maka alat tersebut di pasang di tempat tujuan, yaitu Goa Maha Karya, desa Ban Raas Kec. Dhungkek Sumenep.

h. Pengujian Alat di Lapangan

Dilakukan pengujian terhadap alat yang sudah terpasang dengan cara berjalan di sepanjang jalan goa yang sudah terpasang sensor dan lampu yang sudah dikontrol menggunakan sensor.

3.3 Keberlanjutan

Untuk keberlanjutan kegiatan pengabdian masyarakat ini, ada beberapa hal yang akan dilakukan :

1. Supaya kegiatan ini paripurna, pasca kegiatan tetap akan dilakukan monitoring, evaluasi, dan pembinaan dengan melibatkan kelompok mahasiswa setempat yang tergabung dalam Forum Kelompok Mahasiswa Sumenep (FOKUS).

(18)

18 2. Melibatkan mahasiswa ITS yang berasal dari Madura, terutama yang berasal dari kabupaten Sumenep, untuk melengkapi kegiatan pengabdian masyarakat ini melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun berikutnya.

3. Bekerja sama dengan kepala desa Banraas dan kelompok pemuda (karang taruna) yang ada di pulau Gili Iyang, sebagai penanggung jawab di pulau Gili Iyang .

4. Bekerja sama dengan dinas-dinas terkait yang ada di kabupaten Sumenep, yaitu dinas ESDM, dinas pemberdayaan masyarakat, dispora, dll. Diharapkan kegiatan pengabdian masyarakat ini tidak hanya selesai di pulau Gili Iyang, tetapi bisa juga ke pulau-pulau kecil yang lain yang ada di kabupaten Sumenep.

(19)

19 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN KEBERLANJUTANNYA

4.1 Persiapan pelaksanaan pengabdian  Studi literatur

Pada tahap ini dilakukan penggalian informasi dari buku, jurnal, makalah dan internet mengenai sistem penerangan otomatis menggunakan sensor PIR, dan menggali informasi mengenai kondisi mitra sehingga teknologi yang akan diterapkan sesuai dan memberikan dampak yang positif. Sebagai ujung tombak di lapangan, peran mahasiswa adalah sangat vital dan penting. Karena itu koordinasi dengan tim mahasiswa dilakukan dengan sangat intens. Koordinasi ini dimaksudkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan persiapan sosialisasi, perancangan sistem pembangkit listrik sel surya, sensor, uji coba alat, pelaksanaan sosialisasi, pendanaan, pembuatan spanduk, kaos untuk tim dan beberapa anggota masyarakat, tugas-tugas mahasiswa di lokasi, dan pembuatan proposal PKM sebagai salah satu luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini.

Gambar 4.1 Koordinasi persiapan dengan mahasiswa

 Identifikasi dan Pemodelan Sistem

Dari data dan informasi yang telah diperoleh, dilakukan identifikasi terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul sehingga dapat dilakukan pemodelan terhadap sistem teknologi yang akan diterapkan. Dengan demikian bimbingan teknis perakitan,

instalasi, dan perawatan menjadi hal yang sangat urgen untuk disosialisasikan ke masyarakat.

(20)

20  Koordinasi dan Survey ke Lokasi kegiatan dan sekitarnya

Karena lokasi kegiatan adalah pulau kecil dan harus menyeberang laut, maka langkah berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan transportasi ke lokasi. Ini penting karena untuk menuju kesana waktunya sangat ditentukan oleh cuaca di laut. Kunjungan koordinasi telah dilakukan 2 kali. Yang pertama pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 15-16 Agustus 2015, dan kedua pada hari Minggu, 20 September 1015. Dari 2 kunjungan awal ini didapatkan beberapa hal penting berikut

- Koordinasi dengan tukang perahu dan tambangan

Didapatkan informasi bahwa pada bulan Juli, Agustus, dan September cuaca kurang bagus dan ombak besar. Negosiasi sewa perahu sudah dilakukan, tinggal deal waktu dan harga yang akan dilakukan by phone.

- Koordinasi dengan pak Kalebun (H Fathor) dan Masyarakat

Koordinasi untuk persiapan dilakukan di desa Dungkek, karena kebetulan rumah kepala desa Benraas ini ada juga di pelabuhan Dungkek.

- Survey ke pulau Talango dan desa Kaduara Sumenep

Ini berkaitan dengan rencana program PKM dan PPM berikutnya tentang pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal buah siwalan.

Gambar 4.2. Goa Maha Karya, dan penduduk asli pulau Gili Iyang

Gambar 4.3. Salah satu sudut lokasi lahan pertanian garam Sumenep, dan tim saat menghadiri perkawinan mantan anggota tim kegiatan PPM Gili Iyang.

(21)

21 Gambar 4.4. Survey ke pedagang siwalan untuk kegiatan PKM dan PPM tahun

2016, di desa Kaduara Sumenep

4.2 Pelaksanaan kegiatan pengabdian

4.2.1 Perancangan sistem penerangan di Goa Maha Karya

Gambar 4.5. Diagram alur sistem penerangan [Tim PKM 2015]

4.2.2 Automation Lamp sebagai sistem penerangan di Goa Maha Karya

Gambar 4.6. (a) Sensor, (b) Rangkaian relay, (c) Sistem solar sel [oleh tim PKM 2015] MIKRO KONTROLER MIKRO KONTROLER SENSOR MIKROKONTROLER TERDETEKSI GERAKAN RELAY TERTUTUP LAMPU MENYALA TIDAK TERDETEKSI RELAY TERBUKA LAMPU PADAM

(22)

22 4.2.3 Pembuatan Spanduk dan Kaos

Gambar 4.7 Spanduk, dan kaos untuk peserta (masyarakat) dan tim

4.2.4 Sosialisasi dan Instalasi di Goa Maha Karya, desa Banraas Gili Iyang

Hari Sabtu 31 Oktober 2015, jam 6.00 pagi, tim berangkat dari Jurusan Fisika FMIPA ITS (depan kantin ITS) ke lokasi di pulau Gili Iyang, kabupaten Sumenep. Tim berangkat dengan 3 kendaran karena banyaknya anggota tim yang ikut dan perlengkapan yang harus dibawa. Tim dosen yang hadir ke lokasi kegiatan adalah Prof. Dr. Darminto, MSc, Prof. Dr. Suasmoro, Prof. Dr. Suminar Pratapa, Dr. M Zainuri, Dr. Agus Purwanto, Heny Faisal, MSi, Dr. Malik A. Baqiya, Dr. Mashuri, dan ketua tim Yoyok Cahyono, MSi. Anggota tim mahasiswa, yaitu Nurul Amalia T (1113100040), Masyitatus Daris S (1113100054), Santi Puspitasari (1112100063), M Afif Ismail (1113100100), Bima N (1115100063), A.Sulthonal A (1115100109), Noviantika F (1113100006), M. Rosul (1114100040), Badri GS (1113100100), dan A. Rizki (1115100031). Tepat waktu sholat dhuhur, atau sekitar jam 12.00 tim tiba di pelabuhan Dungkek, yaitu pelabuhan terdekat untuk menyeberang ke pulau Gili Iyang. Setelah sholat dluhur dan tanpa makan siang, tim sekitar jam 13.30 melanjutkan perjalanan ke pula Gili Iyang. Dan jam 2.00 siang setelah naik perahu sewaan, tim sampai di rumah bapak H. Fathor (Kepala Desa Banraas, Gili Iyang).

(23)

23 [c]. Saat di perahu penyeberangan [d]. Di kediaman kepala desa Banraas

Gambar 4.8 Perjalanan sosialisasi ke Pulau Gili Iyang

Setelah beristirahat sejenak dan makan sore, tim langsung bekerja. Pertama yang dilakukan mengecek semua alat dan perlengkapan yang dibawa. Satu tim bertugas untuk mensurvey lokasi semua area didalam Goa, dilanjutkan dengan pemasangan lampu dan sensor. Sedangkan tim yang lain mengerjakan pemasangan modul sel surya yang dipasang di rumah penduduk terdekat. Ini dimaksudkan supaya modul tidak hilang, karena dikhawatirkan dicuri orang. Kegiatan ini sebenarnya merupakan penguatan dan monitoring dari kegiatan PKM (anggota tim mahasiswa) yang telah dilakukan sebelumnya.

[a]. Makan sore (karena belum makan siang) [b]. Mengecek dan bersiap ke lokasi

[c]. Pemasangan lampu dan sensor [d]. Pemasangan modul sel surya yg dititipkan di rumah penduduk terdekat dari Goa Gambar 4.9. Kegiatan sore dari tim setelah tiba di desa Banraas Gili Iyang

(24)

24 Gambar 4.10. Beberapa contoh lampu dan sensor yang sudah dipasang di dalam Goa

Sehabis sholat isya’, bertempat di rumah bapak kepala desa Banraas, dilakukan diskusi dengan kepala desa, staf desa, dan beberapa perwakilan pemuda desa. Dari undangan yang disebarkan, tidak banyak yang datang, karena saat itu berbarengan dengan adanya mantenan (sunatan) yang nanggap ludruk madura. Sehingga banyak masyarakat yang tersedot ke acara tersebut. Topik bahasan diskusi dan sosialisasi adalah

- Program yang sedang dilakukan, yaitu program penerangan untuk Goa Maha Karya. - Pentingnya pengelolaan Goa Maha Karya untuk pengembangan daya tarik pariwisata

pulau Gili Iyang secara umum

- Rencana program kedepan, seperti penataan posisi yang strategis dari lampu penerangan, supaya keindahan ornament di dalam Goa bisa maksimal, studi kualitas udara di pulau Gili Iyang, betulkah kualitas dan kuantitas oksigennya salah satu terbaik di dunia ?, peluang untuk menjadi ‘icon’ dari pulau Gili Iyang adalah kualitas ‘oksigen’ atau ‘Goa’ nya, dimana salah satunya adalah Goa maha Karya, dan pembuatan Web Gili Iyang, sebagai media promosi dan brand image.

(25)

25 Gambar 4.11. Diskusi tim bersama dengan Kepala desa Banraas, staf desa, dan perwakilan pemuda desa.

4.3 Keberlanjutan

Tim sangat menyadari bahwa pemberdayaan masyarakat bukan seperti orang buang air besar, selesai ditinggal. Apalagi untuk masyarakat pulau Gili Iyang yang tingkat pendidikan, wawasan, dan pengetahuan technopreneurship masyarakatnya masih rendah. Dibutuhkan kerja keras dan kesabaran dari semua stackholder agar pemberdayaan masyarakat berbasis potensi local di pulau Gili Iyang ini bisa berhasil dengan baik.

Dari informasi dan hasil diskusi dengan kepala desa, staf, dan msyarakat desa Banraas, setelah 2 hari berada disana, maka rencana kegiatan berikutnya yang akan dilakukan adalah sbb

a. Berhubung begitu luasnya Goa ‘Maha Karya’ masih sangat dibutuhkan perluasan jaringan penerangan yang ada didalamnya

b. Penataan ulang posisi lampu, agar jaringan penerangan yang ada tidak hanya berfungsi sebagai alat penerangan, tetapi juga bisa menonjolkan dan menambah sisi artistik keindahan yang ada didalam Goa

c. Studi kualitas udara di pulau Gili Iyang, betulkah kualitas dan kuantitas oksigennya salah satu terbaik di dunia ?

d. Peluang untuk menjadi ‘icon’ pulau Gili Iyang adalah kualitas ‘oksigen’ atau ‘Goa’ nya, dimana salah satunya adalah Goa maha Karya

(26)

26 4.4 Analisis Capaian Luaran terhadap Target Luaran

Secara umum dapat dikatakan bahwa kegiatan ini berjalan dengan lancar walaupun jarak Surabaya – pulau Gili Iyang jauh, yaitu sekitar 200 km. Masyarakat dan kepala desa Banraas, Gili Iyang sangat mengapresiasi dan well come terhadap kegiatan ini. Kegiatan ini tidak hanya melibatkan anggota tim, tetapi melibatkan juga beberapa dosen dan mahasiswa non anggota tim. Tujuannya adalah mengenalkan kegiatan PPM, dan supaya banyak muncul ide2 kegiatan PPM yang yang lain. Selain itu, tentu saja mengenalkan Gili Iyang.

Target luaran yang diharapkan dalam program pengabdian pada masyarakat ini, dibagi kedalam :

 Target luaran jangka pendek

o Produk teknologi tepat guna berupa system penerangan menggunakan sel surya dan sensor, untuk mengatur keawetan dayanya, yang dipasang didalam Goa Maha Karya.

o Publikasi makalah pada jurnal kegiatan pengabdian masyarakat o Program PPM dan PKM

Seperti telah ditunjukkan diatas, target pertama sudah tercapai dengan baik. Walaupun demikian masih dibutuhkan pendampingan yang berkelanjutan, terutama mengenai perawatan (maintenance). Sedangkan target luaran publikasi sekarang masih dalam proses. Untuk program PPM (PKM) berikutnya sedang dalam proses persiapan.  Target luaran jangka panjang

o Dapat dijadikan contoh oleh masyarakat yang lain yang ada di pulau Gili Iyang maupun yang ada di pulau-pulau kecil lainnya yang ada di kabupaten Sumenep untuk menggunakan listrik sel surya dalam memanfaatkan potensi wilayahnya. o Terwujudnya swadya energi listrik melalui pemanfaatan sel surya

o Kemandirian energi listrik di lingkungan masyarakat pulau Gili Iyang

Tidak mudah untuk mewujudkan target luaran jangka panjang ini. Dibutuhkan waktu, dana, tenaga, dan proses yang lebih lama dan besar. Dibutuhkan peran serta semua stakeholder yang lain.

(27)

27 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan di pulau Gili Iyang ini, maka dapat disimpulkan

1. Instalasi dan sosialisasi system penerangan sel surya dengan memanfaatkan sensor PIR untuk menghemat dayanya telah selesai dilakukan di Goa Maha Karya, desa Banraas, pulau Gili Iyang, Sumenep Madura. Dengan demikian, diharapkan masyarakat yang berwisata ke Goa Maha Karya bisa lebih nyaman. Dan kelak diharapkan akan menaikkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gili Iyang.

2. Ada antusiasme dan semangat yang besar dari masyarakat pulau Gili Iyang (desa Banraas), terutama kaum mudanya, untuk belajar hal-hal yang baru tidak terkecuali untuk pemanfaatan energi matahari sebagai energi listrik untuk memberdayakan potensi wilayahnya.

3. Bagi sebagian kecil penduduk desa Banraas, pemanfaatan teknologi sel surya ini bukan sesuatu yang baru, karena sebagian dari mereka sudah menggunakan teknologi ini. Cuma persoalannya mereka ada kesulitan dalam hal perawatan (maintenance), penghematan daya, dan pemanfaatan sel surya kearah yang lebih luas.

4. Ada harapan dari masyarakat pulau Gili Iyang (desa Banraas) melalui kepala desa, agar tim ITS selalu kesana, untuk membantu masyarakat dalam memanfaatkan dan mengembangkan potensi alamnya.

5.2. Saran

1. Dibutuhkan kunjungan dan pendampingan yang berkelanjutan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari berbasis sel surya ini (minimal sekali dalam setahun). 2. Kedepan pulau Gili Iyang akan dijadikan sebagai ’daerah pulau binaan’ oleh tim ITS

ini, karena masih banyak potensi yang ada di pulau tersebut yang belum dikembangkan dan diberdayakan secara maksimal.

(28)

28 BAB VI RENCANA SELANJUTNYA

Selamat tinggal Gili Iyang, insyaalloh kami kembali

Foto diatas dan sepenggal kalimat dibawahnya, itulah barangkali gambaran kebahagi-aan, perasaan hati, dan semangat semua anggota tim PPM saat akan berpisah dan meninggalkan salah satu pulau yang katanya dengan kadar oksigen tertinggi didunia ini. Banyak usulan dari masyarakat setempat dan anggota tim kira-kira apa yang akan dikerjakan berikutnya. Dari hasil diskusi dan hasil kegiatan yang telah dilakukan, maka ada beberapa kegiatan berikutnya yang akan dilakukan di pulau Gili Iyang, antara lain

a. Berhubung begitu luasnya Goa ‘Maha Karya’ masih sangat dibutuhkan perluasan jaringan penerangan yang ada didalamnya. Penataan ulang posisi lampu, agar jaringan penerangan yang ada tidak hanya berfungsi sebagai alat penerangan, tetapi juga bisa menonjolkan dan menambah sisi artistik keindahan yang ada didalam Goa.

(29)

29 (rencana dana PPM Dikti 2016)

b. Studi kualitas udara di pulau Gili Iyang, betulkah kualitas dan kuantitas oksigennya salah satu terbaik di dunia ?

(rencana Penelitian / PPM BOPTN ITS 2015)

c. Pembuatan media promosi dan brand image Gili Iyang

Peluang untuk menjadi ‘icon’ pulau Gili Iyang adalah kualitas ‘oksigen’ atau ‘Goa’ nya, dimana salah satunya adalah Goa maha Karya.

(rencana PPM BOPTN ITS 2016).

DAFTAR PUSTAKA

1. Balakosa, Sutam.(2013). “Ekspedisi Wisata Oksigen Tertinggi di Dunia – Pulau Gili

Iyang - Sumenep - Madura”. http://www.pulaumadura.com/2013 /10/ekspedisi-wisata-oksigen-tertinggi-di.html, diakses tanggal 9 September 2014

2. Yuhandi, Lutfi.(2013). “Gili Iyang, Sumenep, Pulau Beroksigen Tinggi - Bernapas

pun Terasa Ringan”. http://koran-sindo.com/node/312752 , diakses tanggal 9

September 2014

3. Syaf, Gun.(2014). “Eksotisme Gua Mahakarya, Wisata Alam Pulau Gili Iyang”.

http://www.lontarmadura.com/eksotisme-gua-mahakarya-wisata-alam pulau-gili iyang/, diakses tanggal 10 September 2014

4. id.wikipedia.org

5. Street, R. A., Hydrogenated Amorphous Silicon, 1991, Cambridge University Press, Cambridge.

6. Rawuh, Sugeng.(2011). “Passive Infra Red”.

http://sainsdanteknologiku.blogspot.com/%202011/07/sensor-pir-passive infra-red.html, diakses tanggal 10 September 2014

7. Sasongko, Bagus Hari.(2012).Pemrograman Mikrokontroler dengan Bahasa

C.Yogyakarta:Andi

8. Dirjen Dikti (1990), Pengantar Pengembangan, Penerapan dan Penyebarluasan

(30)

30 LAMPIRAN I : BIODATA TIM PENGABDI

Biodata Tim Pengabdi

1. Ketua

a. Nama Lengkap : Drs Yoyok Cahyono, MSi

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 196301271990021003

d. Fungsional/Pangkat/Gol. : Lektor / Penata / IIId e. Jabatan Struktural : --

f. Bidang Keahlian : Fisika Material (solar sel) g. Fakultas/Jurusan : MIPA / Fisika

h. Perguruan Tinggi : ITS Surabaya

i. Alamat Rumah dan No. Telp. : Jln Raya Teknik Komputer Blok U no.4

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya

(03170713679)

j. Riwayat penelitian (2 terakhir yang didanai ITS atau nasional, sebutkan sebagai Ketua atau Anggota)

1. Rekayasa Biomedik Terpadu Untuk Mendeteksi Kelainan Jantung, DM 2007 (Ketua)

2. Studi Perubahan Struktur Lapisan Tipis Silikon Amorf Terhidrogenasi (a-Si:H) yang ditumbuhkan dengan metode PECVD melalui variasi hydrogen dilution, Penelitian Program Doktor Dana BOPTN ITS TA 2013 (Ketua)

k. Riwayat pengabdian (2 terakhir yang didanai ITS atau nasional, sebutkan sebagai Ketua atau Anggota)

1. Pembuatan Pencuci Rumput Laut, Program Idamantek di Sentra rumput laut, Besuki Kabupaten Situbondo, KRT, Jakarta, 2005 (Ketua)

2. Pembuatan Perahu Kano Berbahan Dasar Triplek, Kelompok Nelayan dan Petani Rumput Laut di Situbondo, Program Vucer, Dikti Jakarta, 2008 (Ketua)

l. Publikasi ilmiah (2 terakhir dalam bentuk makalah atau buku)

1. Preparing Fe3O4 Nanoparticles from Fe+2 Ions Source by Co-precipitation Process

in Various pH, AIP Conference Proceedings, 2011, (Anggota /makalah).

2. Analisis dan Perancangan Kontrol Pencahayaan dalam Ruangan, JFA Vol.7, No.2 (2011)

3. Analisis Celah Pita Energi untuk Mengetahui perubahan Struktur Lapisan Tipis Silikon Amorf Terhidrogenasi Intrinsik (i-a-Si:H) dengan Metode PECVD melalui Variasi Hydrogen Dilution (Makalah siap Submit 2014)

m. Paten (2 terakhir) --

2. Anggota I

a. Nama Lengkap : Dr. Mochamad Zainuri

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 131 879 387

d. Fungsional/Pangkat/Gol. : Lektor / Penata / IIId e. Jabatan Struktural : --

(31)

31 g. Fakultas/Jurusan : MIPA / Fisika

h. Perguruan Tinggi : ITS Surabaya

i. Alamat Rumah dan No. Telp. : Kepuh Permai Jl. Rinjani No 34A

Waru Sidoarjo, tlp.(031)8668308

j. Riwayat penelitian (2 terakhir yang didanai ITS atau nasional, sebutkan sebagai Ketua atau Anggota)

1. Pengembangan Nozzle roket RX-550 LAPAN, Sinas Ristek (Anggota konsorsium Roker RX-550), 2012

2. Rekayasa dping ion Zn pada bahan Magnetik M-Hexaferrirte sebagai material Radar Absorbing Materials (RAM), Stranas, 2012 (Ketua)

k. Riwayat pengabdian (2 terakhir yang didanai ITS atau nasional, sebutkan sebagai Ketua atau Anggota)

--

l. Publikasi ilmiah (2 terakhir dalam bentuk makalah atau buku)

1. Synthesis and Magnetic Properties of BaFe11,4Zn0.6O19 using Co-Precipitation

Method, 6th International Conference on Physics and Its Applications (ICOPIA), Kentingan Physics Forum , Solo 3 okt 2012, (Ketua /makalah).

2. Effect of Calcination Temperature and Holding Time on The Barium M-Hexaferrite (BaFe11,4Zn0,6O19) Magnetic Properties with Doping Zn Ion, The 5th

Indonesian Japan Joint Scientific Symposium, Chiba University, Japan, 25-28 okt 2012 (Ketua/makalah)

m. Paten (2 terakhir) --

(32)

32 LAMPIRAN II : DAFTAR LUARAN

Program : Pengabdian kepada Masyarakat Nama Ketua Tim : Yoyok Cahyono

Judul :

AUTOMATION LAMP MENGGUNAKAN SENSOR PIR DAN SEL SURYA UNTUK

PENERANGAN GOA ’MAHA KARYA’ DALAM RANGKA MEMBERDAYAKAN POTENSI WISATA DI PULAU GILI IYANG KABUPATEN SUMENEP

1. Artikel Jurnal

No Judul Artikel Nama Jurnal Status Kemajuan*)

Belum Belum Dalam proses

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, published

2. Hasil Lain (Software, Inovasi Teknologi, dll)

No Nama Output Detil Output Status*)

1.

Automation Lamp menggunakan sensor PIR dan Sel Surya

Sistem rangkaian listrik yang terdiri dari :

1. Panel Surya 50 WP 2. Baterai Kering 7,2 AH 3. Lampu 4. Kontrol Baterai 5. MCB 2 AMP 6. BCR 7. Kabel 8. Sensor PIR Sudah di-instalasi di Goa Maha Karya (desa Banraas, pulau Gili Iyang, Kab. Sumenep)

3. PKM dan PPM yang dihasilkan (dalam proses proposal)

No Nama Mahasiswa NRP Judul Status*)

1.

Dalam proses

Pembuatan media promosi dan brand image Gili Iyang

Proposal

PKM dan PPM 2016 2.

Dalam proses

Studi kualitas udara di pulau Gili Iyang, betulkah kualitas dan kuantitas oksigennya

Proposal

PKM dan Lit 2016

3.

Dalam proses

Optimalisasi artistic Goa Maha Karya, untuk

memaksimalkan potensi wisata desa Banraas Gili Iyang

Proposal PKM dan PPM Dikti 2016 Surabaya, 6 Nopember 2014 Ketua, Yoyok Cahyono

(33)

33 LAMPIRAN III : DESKRIPSI TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Automation Lamp berbasis sensor PIR sebagai sensor gerak manusia dengan sumber daya dari pembangkit listrik tenaga surya. Sensor yang digunakan diletakan di mulut goa dengan radius yang memenuhi jangkauan sensor. Rentang waktu delay yang diatur dalam program mikrokontroller telah disesuaikan dengan kebutuhan yakni selama 1 jam sesuai arahan pengelola goa.

 Perancangan sistem penerangan

Gambar 4.5. Diagram alur sistem penerangan [Tim PKM 2015]

 Automation Lamp sebagai sistem penerangan

Gambar 4.6. (a) Sensor, (b) Rangkaian relay, (c) Sistem solar sel [oleh tim PKM 2015] MIKRO KONTROLER MIKRO KONTROLER SENSOR MIKROKONTROLER TERDETEKSI GERAKAN RELAY TERTUTUP LAMPU MENYALA TIDAK TERDETEKSI RELAY TERBUKA LAMPU PADAM

Gambar

Gambar 1. Survey awal tim (Dr Zainuri, Agus P, DSc, dan Heru S) di Goa Maha Karya, desa  Ban Raan, pulau Gili Iyang, Kab
Gambar 2.1 Sebaran panjang  gelombang cahaya  surya di  atmosfer  dan di  permukaan bumi  [4]
Gambar 2.2 Prinsip dasar kerja sel surya [5]
Gambar 3. Mikrokontroler ATmega-8535
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga, tinjauan tentang pengetatan pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana narkotika setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 yang terdiri dari

Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai beda daya (ΔP), kemudian nilai beda daya tersebut dimasukkan ke dalam persamaan nilai regresi dari sensor serat optik pada gambar

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) yang dilakukan oleh pemerintah khususnya mentrian Lingkungan Hidup

Meskipun tahapan telah dilalui, namun temuan penelitian menunjukkan bahwa Inovasi SIM perpanjangan melalui SIM BOOKING di Satlantas Polres Kudus mengalami keluasan cakupan

Pengambilan sampel daun sakit hawar daun bakteri dilakukan pada pertanaman padi di daerah-daerah sentra produksi padi di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.. Lokasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh variasi konsentrasi crosslinker glutaraldehid terhadap parameter-parameter dalam kecepatan release asam

Akan tetapi, hal tersebut sulit untuk dilaksanakan karena dana yang telah terkumpul menjadi satu di Regional Manager nantinya langsung diolah dan dibelanjakan untuk program

Adversity Quotient (AQ) menginformasikan pada individu mengenai kemampuannya dalam menghadapi keadaan sulit (adversity) dan kemampuan untuk mengatasinya, meramalkan individu yang