MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 22-30 | 22
TINJAUAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI METODE
BIAYA BERDASAR TRADITIONAL DENGAN METODE BIAYA
BERDASAR AKTIVITAS
Jaminta Sinaga
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia
ABSTRAK
Manajer dalam mengelola usaha yang dipimpinnya, selalu dihadapkan kepada permasalahan tentang biaya terutama dalam menentukan harga pokok produksi. Ketatnya persaingan dunia usaha yang semakin bertambah jumlahnya, sedangkan calon pembeli atau pemakai barang yang kemampuan membeli sangat terbatas, manajer selalu berusaha mengefisiensikan sumber daya yang dimiliki dengan mutu produk dan harga yang dapat bersaing.Sumber daya yang melekat pada objek biaya dalam hal ini adalah produk.Setiap manajer produksi harus mampu menghitung harga pokok produksi. Jumlah harga pokok produksi merupakan suatu dasar yang dipakai oleh perusahaan untuk menentukan harga jual. Di dalam harga jual sudah melekat harga pokok produk dan laba yang menjadi hak dari pemilik perusahaan. Salah satu alat bantu bagi perusahaan untuk menghitung menentukan harga pokok produksi adalah salah satu dari dua metode, yaitu metode biaya berdasar traditional dan metode biaya berdasar aktivitas. Masih ada metode yang lain tetapi tidak diuraikan dalam tulisan ini. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa perhitungan menentukan harga pokok produksi dengan metode biaya berdasar aktivitas lebih tepat dan akurat karena tarif biaya tergantung pada setiap aktivitas unit, bagian, departemen ataupun job.
Kata kunci : Harga pokok produksi, metode biaya berdasar traditional, metode biaya berdasar aktivitas.
ABSTRACT
Managers in managing the business leads, always faced with the issue of costs, especially in determining the cost of production. Competition in the business world who are growing in number, while the prospective buyer or consumer goods purchasing power is very limited, the manager is always trying to streamline its resources to product quality and price that can compete. Resources attached to a cost object in this product, every manager. In this case, the production manager must be able to calculate the cost of production. Total cost of production is the basis used by the company to determine the selling price. In the selling price of the product is attached to the base price and the profits belong to the owner of the company. One of the tools for companies to calculate the cost of production determines is one of the two methods, the method based on traditional cost and activity based cost method. There are still other methods but are not described in this paper. From the results of the discussion can be concluded that the calculation to determine the cost of production method based on the cost of the activity is more appropriate and accurate because it depends on the cost rates per activity unit, section, department or job.
Keywords: Cost of production, method based on the cost of traditional, method activity-based cost
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 22-30 | 23
Pendahuluan Latar Belakang
Jenis, sifat, dan besarnya usaha apapun yang ada di dunia ini tidak pernah terhindar dari biaya. Ada banyak pendapat yang menyebutkan bahwa biaya itu adalah beban atau pengeluaran atau investasi atau harga beli atau harga pokok produksi. Para ahli atau para intelektual bebas menyatakan pendapat tentang pengertian biaya sesuai dengan sudut pandang mereka masing – masing. Akan tetapi, kalau dilihat dari sudut pandang akuntansi bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang sudah terjadi atau yang akan terjadi yang jumlahnya wajar dapat ditaksir sebelumnya dan dapat diukur dengan satuan uang. Dalam ilmu akuntansi
biaya bahwa biaya tidak sama dengan beban. Biaya yang disebut dengan cost dapat digunakan secara berulang – ulang pada objek yang sama lebih dari satu kali dan lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan beban disebut dengan istilah expenses hanya dipakai satu kali saja dalam satu periode akuntansi. Di setiap perusahaan pengelolaan biaya sangatlah rumit. Kinerja seorang manager banyak diukur dari pengelolaan biaya yang efektif dan efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan yang menjadi hak daripada pemilik perusahaan. Teristimewa bagi perusahaan industri, kinerja manajer, departemen produksi, atau departemen biaya dapat diukur dengan menekan biaya produksi seefisien mungkin untuk membentuk produk seefektif mungkin dengan biaya seefisien mungkin, tetapi dapat mempertahankan standardisasi kualitas.
Perkembangan teknologi informasi saat in telah mengubah karakteristik biaya, misalnya untuk biaya produksi terjadi perubahan pada tingkat persediaan yang lebih rendah, kurangnya penggunaan jumlah tenaga kerja tetapi semakin meningkatnya biaya tetap. Dengan kata lain, aktiva tetap dalam bentuk teknologi semakin meningkat tetapi diikuti dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit dan bahan mentah yang berkualitas. Hal ini dapat dilakukan oleh manajer departemen produksi dengan banyak membaca dan belajar akuntansi biaya dan akuntansi management yang dapat melakukan
untuk berevolusi yang menjadi senjata kompetitif dalam merebut pelanggan dan pasar. Perdagangan bebas merupakan tantangan utama setiap perusahaan dalam hal ini manajer perusahaan. Mau tidak mau, perusahaan harus berpikir dinamis dan kreatif serta semakin bijak dan bergerak cepat untuk menciptakan produk unggulan. Faktor internal dan faktor eksternal harus dioptimalkan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard (Kartu skor berimbang). Balanced Scorecard dapat dipakai sebagai acuan untuk membuata rencana kerja masa depan dengan menggunakan data historis yang menjadi acuan. Selanjutnya, rencana kerja itu dibandingkan dengan kartu prestasi kerja yang nyata, hasilnya dapatlah diketahui apakah ada peningkatan kinerja atau tidak.
Menurut Dr.Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti M,Ak, dalam buku akuntansi
management , Balanced Scorecard berisikan 4
(empat) perspektif yang menggambarkan kinerja perusahaan yang akan diukur secara komprehensif yang terdiri dari :
1. Kepuasan pemilik (Owner Satisfaction) melalui Return On Equity (ROE) yang dirinci melalui bauran penjualan ( sales
mix). Perputaran harta (assets turn over),
dan laba bersih atas penjualan (net profit margin).
2. Pengukuran pelanggan, intinya adalah kepuasan pelanggan (costumer
satisfaction), yang dirinci menjadi jumlah
pelanggan baru, jumlah pelanggan yang tidak menjadi pelanggan dan kecepatan melayani pelanggan.
3. Pengukuran proses bisnis internal, intinya adalah efektivitas dan efisiensi yang dirinci dengan siklus waktu (cycle time),
penyerahan tepat waktu (on time delivery) dan siklus efektivitas (cycle effectiveness). 4. Pengukuran pembelajaran dan
pertumbuhan, intinya adalah kepuasan karyawan (employees satisfaction) melalui peningkatan secara terus menerus keterampilan dan ilmu pengetahuan pekerja yang dirinci menjadi penemuan keterampilan (skill coverage) dan kualitas kehidupan kerja (quality work life).
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 22-30 | 24 Sesuai dengan penjelasan di atas
dapatlah diketahui bahwa dunia bisnis harus terus menerus berubah untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal. Karena semakin ketatnya persaingan sesama perusahaan dalam merebut pasar konsumen, manajer atau pimpinan perusahaan selalu berusaha selangkah lebih maju dari perusahaan lain. Diperlukanlah inovasi teknologi baru berupa alat-alat produksi , alat pemasaran, alat pengolahan data keuangan yang mutakhir dan alat pengukuran kinerja.
Untuk memenuhi semuanya ini selalu dan harus mengeluarkan dana dalam bentuk investasi yang pada akhirnya akan berubah menjadi biaya yang menjadi bahagian dari harga pokok produksi baik melalui lewatnya waktu pemakaian, maupun karena rusak atau hilang dan lain sebagainya. Biaya ini akan melekat pada objek biaya yaitu produk perusahaan. Kualitas produk berorientasi dengnan pelanggan menjadi alat yang sangat tangguh menambah pelanggan sekaligus pemenuhan kebutuhan pemilik, dengan perlahan atau cepat akan dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan perusahaan yang secara bersamaan akan dapat melahirkan pelayanan yang optimal kepada pelanggan dan menjadi salah satu daya tarik calon pelanggan untuk membeli barang tersebut.
Biaya yang melekat pada setiap produk disebut harga pokok produksi. Dalam ilmu Akuntansi Biaya, unsur harga pokok produksi terdiri dari :
a. Biaya bahan baku langsung. b. Biaya tenaga kerja langsung.
c. Biaya overhead pabrikasi tidak langsung. Yang menjadi pemikiran bagi setiap manajer atau pimpinan perusahaan adalah bagaimana menentukan harga pokok produksi per satuan atau unit agar dapat menentukan harga jual yang menguntungkan serta kompetitif sehingga perusahaan dapat terhindar dari kerugian yang disebabkan penentuan harga pokok produksi yang terlalu tinggi atau yang tinggi.
Penentuan harga pokok produksi yang tidak kompetitif akan membawa dampak yang sangat merugikan bagi perusahaan. Untuk memperoleh informasi yang kompetitif dalam
menentukan harga pokok produksi penulis menguraikan dua metode yang nantinya menjadi salah satu pilihan yang paling mendekati kebenaran. Kedua metode yang menjadi pilihan penulis adalah metode biaya berdasar
traditional dan metode biaya berdasar aktivitas.
Sebelum menguraikan keduanya ini, terlebih dahulu penulis membahas pengendalian biaya, konsep dan perilaku biaya dan target costing.
Pengendalian biaya.
Kinerja seorang manajer produksi dapat diukur melalui pengendalian biaya. Agar dapat menaikkan kinerja sebaiknya melalui pengendalian biaya sebaiknya diserahkan kepada setiap individu sehingga terciptalah pengawasan melekat. Pengendalian biaya dapat dilakukan melalui anggaran dan diserahkan kepada masing-masing individu yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap tanggung jawab individu dibatasi pada biaya yang dapat dikendalikan oleh tiap manajer secara individu.
Pada akhirnya setiap unit atau individu akan menyusun suatu pertanggungjawaban biaya dalam bentuk laporan biaya yang berisikan anggaran biaya dan realisasi biaya. Perusahaan akan membuat suatu desain pertanggungjawaban biaya tersebut yang berlaku untuk semua unit atau bagian atau individu yang disebut sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting
system).
Biasanya anggaran biaya yang telah disusun sebelumnya disebut biaya standar atau biaya ditentukan di muka. Biasanya yang sudah direalisasikan pada periode berjalan disebut biaya sesungguhnya (actual cost). Bila biaya aktual lebih besar dari biaya standar berarti terjadi pemborosan biaya (inefisiensi). Tetapi bila biaya aktual lebih kecil dari biaya standar, berarti terjadi penghematan atau biaya manajer naik. Yang dikejar oleh setiap manajer (individu) adalah mengusahakan agar diperoleh efisiensi biaya. Dalam teori, yang dapat dilakukan manajer adalah mengidentifikasi dari biaya aktifitas yang berbeda dibandingkan biaya dari departemen dan produk yang berbeda.
Dalam setting produksi yang kompleks, seringkali sejumlah kecil dari total aktivitas
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 22-30 | 25 yang sesungguhnya memberikan nilai terhadap
output final. Manajer harus dapat membedakan kegiatan yang menambah nilai (added value
activity) dengan kegiatan yang tidak dapat
menambah nilai (non added value activity). Bila manajer sudah dapat memahami kedua hal tersebut, maka waktu untuk mengefisiensikan biaya manajer akan memusatkan perhatian untuk meminimalisir atau mengabaikan kegiatan yang tidak menambah nilai.
Misalnya kegiatan yang tidak menambah nilai : 1. Biaya memindahkan bahan baku
2. Biaya penyimpanan barang jadi 3. Biaya pemerikasaan barang jadi
4. Biaya mengerjakan kembali barang jadi yang rusak
5. Dan lain-lain
Misalnya kegiatan yang menambah nilai adalah
6. Proses produksi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi
7. Biaya pengadaan bahan baku 8. Biaya pengadaan tenaga kerja 9. Biaya pengadaan pabrik 10. Dan lain – lain
Kegiatan ini merupakan kegiatan utama yang tidak dapat diabaikan tetapi diawasi sepenuhnya supaya beraktivitas sesuai dengan sistem, prosedur, metode dan teknik yang sudah digariskan oleh perusahaan.
Konsep dan Perilaku Biaya
Dalam pengertian bisnis bahwa konsep biaya merupakan pedoman untuk mengolong-golongkan biaya sesuai dengan tujuan. Bila penggolongan biaya ditujukan untuk pengawasan biaya, maka biaya dapat digolongkan berdasarkan sifat biaya yaitu : a. Biaya berubah (variable cost) atau biaya
yang dapat dikendalikan
b. Biaya tetap (fixed cost) atau biaya yang tidak dapat dikendalikan
c. Biaya semi berubah dan semi tetap (variable and fixed semi cost)
Tetapi dalam praktek bisnis, sifat biaya hanya dua yaitu biaya berubah dan biaya tetap.
Dilihat dari perilaku biaya, biaya pun dapat dibagi dua, yaitu biaya berubah dan biaya tetap atau dengan perkataan lain biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan. Untuk menentukan jenis biaya ini sebahagian berdasarkan kebijaksanaan dari manajer atau pimpinan perusahaan. Tetapi ada beberapa pedoman yang dapat diikuti, kapan suatu biaya digolongkan bersifat tetap dan digolongkan bersifat variabel yaitu :
Bila jumlah biaya tersebut dapat dipengaruhi oleh jumlah produk, waktu, tenaga, mutu produk, tingkat kesulitan memproduksi atau memperoleh dan lain – lain, maka biaya tersebut digolongkan sebagai biaya variabel. Tetapi kalau jumlah biaya tersebut tidak bergantung kepada jumlah produk, tenaga, waktu, dan mutu produk dan tidak berubah jumlahnya maka biaya tersebut digolongkan sebagai biaya tetap.
Dalam dunia bisnis, semua aktivitas dapat diukur dengan satuan uang. Aktivitas itu merupakan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, material, dan lain – lain untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan bisnis adalah laba. Oleh sebab itu, setiap aktivitas harus diperhitungkan secara
benefit cost ratio (perbandingan keuntungan dan
pengorbanan). Laba yang didapat perusahaan merupakan aktivitas kepuasan pemilik melalui ROI.
Semakin tinggi ROI, semakin meningkatlah kinerja manajer perusahaan yang pada gilirannya pemilik senantiasa kemungkinan besar mempertahankan manajer dan bahkan menambah fasilitas yang sudah ada kepada pemimpin yang bersangkutan.
ROI dapat dihitung dengan rumus : ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑡𝑎 ROI =
𝐿.𝑂 𝐽.𝐻
Biaya dapat dibebankan ke objek biaya. Objek biaya dapat merupakan produk/jasa, pelanggan, departemen, proyek dan sebagainya. Dalam tulisan ini, objek biaya yang dimaksudkan adalah produk. Pembebanan biaya kepada objek biaya yaitu produk harus dilakukan secara cermat dan tepat dan dapat dihitung dengan akurat. Gunanya adalah
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 22-30 | 26
tidak
ya
menghasilkan informasi yang baik sehingga keputusan manajer dalam menentukan harga pokok produk persatuan akan lebih tepat. Pengukuran informasi biaya yang akurat adalah penelusuran biaya yang dibebankan ke objek biaya yang dibentuk.
Menurut Dr. Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti, penelusuran biaya ke objek biaya dapat dilakukan dengan dua kategori yaitu:
1. Penelusuran langsung, yaitu biaya mudah diobservasi secara fisik terhadap objek produk .
Misalnya : biaya bahan baku langsung 2. Penelusuran penggerak atau penelusuran
sebab akibat yaitu biaya tidak dapat diidentifikasikan secara nyata pada objek biaya produk tetapi dapat ditaksir jumlahnya atau biaya muncul karena ada penggeraknya.
Misalnya : penggeraknya adalah produk yang dihasilkan sehingga diperlukanlah energi listrik, peralatan pabrik, pemeliharaan pabrik, asuransi pabrik, supplies pabrik, dan lain – lain. Semuanya membutuhkan biaya tetapi sulit ditelusuri pada produk yang dihasilkan.
Penelusuran penggerak biaya dapat dibagi dua yaitu:
a. Penggerak sumber daya, misalnya : energi listrik.
b. Penggerak aktivitas misalnya : aktivitas pemeliharaan peralatan membutuhkan jam kerja pemeliharaan.
Kerangka berpikir pembebanan biaya ke objek biaya dengan model activity based
costing (ABC) dapat disajikan sebagai berikut :
Target Costing
Target costing tidaklah sama dengan
standard costing. Target costing lebih luas dari
standard costing. Tujuan utama target costing adalah untuk menetapkan harga jual, sedangkan tujuan utama standard costing adalah menentukan efisiensi biaya. Dalam dunia bisnis sekarang ini, manajemen lebih jauh memperhatikan target costing sebagai pengembangan metode berdasar traditioanl costing.
Dalam target price didalamnya sudah ada target costing dan target laba. Untuk mengejar dan mencapai targat laba yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan mempertimbangkan pengaruh eksternal perusahaan (pesaing luar), maka target costing harus ditekan sedapat mungkin tanpa mengurangi kulitas produk.
Target costing merupakan selisih target price dengan target laba. Target price sangat
ditentukan oleh pihak eksternal, sedangkan
target costing adalah yang dapat dikendalikan
manajemen internal, sedangkan target laba merupakan pemenuhan kebutuhan pemilik perusahaan. Jika disajikan model untuk target costing yang berorientasi kepada activity based
costing akan nampak sebagai berikut:
Sumber : Armanto Wijaksono, Akuntansi Biaya, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006
Sumber daya : Penelusuran : -langsung -penggerak Aktivitas : Penelusuran : -langsung -penggerak Objek biaya Market Share
Objektivitas Target price Functionality Product
Target profit
Target cost
Produk awal proses design
Target cost tercapai
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 22-30 | 27 Setelah product design Sebelum dan selama
product design Sedangkan menurut metode biaya traditional
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa standard costing menganut metode biaya tradisional dalam menentukan harga pokok produksi sedangkan target costing berorientasi kepada metode biaya aktivitas dan menentukan harga pokok produksi. Secara sederhana dapat disajikan sebagai perbandingan :
No Pendekatan Tradisional
No. Pendekatan Target Cost
1 Design Product 1 Set Sales
Prices
2 Compute Cost 2 Set Profit
3 Set Sales Price 3 Compute
target cost
4 Profit or Loss 4 Design
product
Pada pasar heterogen pengguna metode
target costing jauh lebih baik dibandingkan
dengan metode traditional costing. Di samping ada kebaikan masih ada kelemahan yang dapat dihadapi manajemen perusahaan dalam
menggunakan metode target costing, antara lain kemungkinan terjadinya konflik antar anggota kelompok yang saling terkait sehingga penyelenggaraan target costing sulit.
Metode biaya traditional.
Salah satu kegunaan laporan biaya adalah menyiapkan informasi yang sejelas – jelasnya tentang biaya kepada pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Laporan biaya ini terkaji dalam laporan keuangan. Dalam metode biaya traditional laporan biaya diukur dnegan menggunakan konsep biaya penuh (full
costing) atau konsep biaya berubah (variable costing).
Metode biaya traditional adalah pendorong berdasarkan unit atau volume ini digunakan untuk membebankan pendorong kegiatan berdasarkan unit untuk emmbebankan biaya pada objek. (Menurut Hansen & Mowen, Akuntansi Manajemen, 2009).
Dalam menentukan harga pokok produksi dengan metode biaya traditional dengan konsep full costing , seluruh unsur biaya produksi baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat variabel diperhitungkan dalam menentukan harga pokok produksi. Sedangkan bila manajemen perusahaan menggunakan metode biaya traditional dengan konsep
variable costing, unsur biaya produksi yang
bersifat variable yang diperhtungkan dalam menentukan harga pokok produksi.
Unsur biaya produksi yang bersifat tetap disajikan atau diperhitungkan sebagai biaya operasi perusahaan. Manajemen perusahaan menggunakan konsep full costing dalam menyusun harga pokok produksi pada waktu laporan keuangan ditujukan ke pihak eksternal.
Sedangkan bila manajemen perusahaan menyusun laporan keuangan konsep variable
costing pada waktu laporan tersebut ditujukan
pada pihak internal. Bukan berarti ada dua laporan keuangan dalam hal ini laporan biaya yang disusun manajemen dalam waktu yang sama.
Manfaat manajemen menyusun laporan biaya produksi dengan konsep variable
ya tidak
Market share
Objectiva Rencana Biaya
Rencana Laba Rencana Penjual Produksi Rencana penggerak tercapai selesai
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 22-30 | 28 costing adalah untuk dapat mengevaluasi kinerja
sendiri untuk mengetahui ada tidaknya penghematan biaya khususnya unsur – unsur biaya produksi yang bersifat varabel.
Metode biaya traditional umumnya hanya menggunakan satu tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka. Semua biaya
overhead pabrik digabungkan dalam satu
kelompok dan biaya tersebut dibebaskan kepada produk berdasarkan satu pemicu biaya
(cost driver) yang secara tidak langsung
berhubungan dengan volume produksi. Pemicu biaya yang sering digunakan dalam metode ini adalah unit produksi dan jam kerja lansung.
Metode biaya Aktivitas
Metode biaya aktivitas (Activity Based Costing) adalah sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (
non-volume-related-factor) (menurut : Curter and
Usry, Akuntansi Biaya, 2006).
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa ada kehati – hatian dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik ke objek biaya. Metode ini menggunakan lebih dari satu tarif yang biasanya telah terjadi pada masa yang lalu yang disebut tarif aktual dan disesuaikan pada periode yang berjalan. Jumlah biaya
overhead pabrik yang dialokasikan biasanya
mendasarkan tinggi rendahnya aktivitas. Semakin tinggi aktivitas, semakin tinggi semakin tinggi biaya overhead yang dialokasikan, tetapi semakin rendah aktivitas, semakin rendah biaya overhead pabrik yang dialokasikan.
Kalkulasi biaya berdasrkan aktivitas pada umumnya digunakan untuk perusahaan yang memiliki beberapa jenis produk, misalnya adalah perusahaan PT Coca Cola Botling Indonesia dan Frestea. Perusahaan semacam ini aktivitas biaya overhead pabrik dikonsumsi secra bersama - sama oleh berbagai macam produk. Oleh sebab itu biaya overhead pabrik harus ditelusuri berdasar aktivitas pabrik yang mengkonsumsi. Biasanya penulusuran biaya
dimulai dari riset pasar sampai dengan pelayanan purna jual.
Tujuan perhitungan dengan metode ini adalah untuk menentukan objek biaya secara akurat. Objek biaya yang akurat diperlukan untuk memenuhi keinginan internal perusahaan yaitu bila keputusan yang tepat dalam hal menetapkan harga penawaran dengan cara menghitung biaya produksi per unit. Perhitungan biaya produk per unit dapat dilakukan dengan cara : bahan langsung + biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead + biaya pemasaran + biaya administrasi dibagi unit yang diproduksi , atau jumlah biaya produk dibagi unit produk yang siap untuk dijual.
Setiap aktivitas adalah biaya dan biaya ini adalah sumber daya yang menjadi input. Berdasarkan boaya atas dasar aktivitas, ada empat kategori aktivitas suatu perusahaan yaitu: a. Aktivitas tingkat unit (unit-level)
Yaitu biaya yang meningkat saat satu unit produksi meningkat. Demikian juga sebaliknya , biasanya biaya ini dikategorikan sebagai biaya variable dan atau biaya langsung. Pemicu biaya unit produksi, dan lain - lain.
b. Aktivitas tingkat batch
Biaya tingkat batch adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan jual. Misalnya: biaya persiapan bahan baku, jam persiapan, pesanan produksi, dan lain - lain.
c. Aktivitas tingkat produk
Biaya tingkat produk (product level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda dihasilkan. Misalnya : biaya desain produk, biaya pengembangan produk, dan lain - lain. d. Aktivitas tingkat pabrik (fisilitas)
Biaya tingkat pabrik (plant-level-cost) biaya memelihara kapasitas di lokasi produksi. Misalnya L biaya sewa, biaya penyusutan, pajak, dan lain - lain.
Pemicu biaya : luas lantai.
Ilustrasi menetukan harga pokok prooduksi metode biaya traditional dengan metode biaya berdasarkan aktivitas.
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 22-30 | 29
Data Akuntansi
Keterangan Produk A Produk B Jumlah
Unit diproduksi Biaya bahan langsung Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik Biaya pemeliharaan mesin Biaya penanganan bahan diataspan batch Total
400 unit 200 unit 600 unit
Rp 1.200.000 Rp 300.000 Rp 1.500.000
400.000 100.000 500.000
Aktivitas Aktivitas Total biaya 8000 jam 2000 jam Rp 500.000
800 jam 400 jam 600.000
200 jam 100 jam 900.000
- - Rp 2.000.000
Dari data akuntansi diatas, tentukanlah harga pokok produksi dengan metode :
-Biaya berdasar traditional. -Biaya berdasar aktivitas. :
Merode biaya berdasar traditional
Pemicu biaya adalah jam mesin sehingga diperolehlah tarif biaya overhead pabrik adalah : Rp 2.000.000 : 10.000 jam = Rp 200. Oleh sebab itu : biaya overhead pabrik untuk : Produk A : 8.000 x Rp 200 = Rp 1.600.000 Produk B : 2000 x 200 = 400.000 Biaya pokok produksi per unit tiap produk adalah : Produk A =𝑅𝑝 1.200.000 + 400.000 + 1.600.000 400 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑅𝑝 8.000 Produk B =𝑅𝑝 300.000 + 𝑅𝑝 100.000 + 𝑅𝑝 400.000 200 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑅𝑝 4.000
Metode biaya berdasar aktivitas :
Pemicu biaya adalah aktivitas, sehingga tarif biaya overhead pabrik dapat dihitung berdasarkan aktivitas yaitu :
11. Pemeliharaan mesin : Rp 500.000 : 10.000 = Rp 50/jam mesin
12. Penangan bahan : Rp 600.000 : 1.200 = 500/jam penangan bahan
13. Persiapan batch : Rp 900.000 : 300 = 3.000/jam persiapan batch
Pembebanan biaya overhead pabrik : Biaya pemeliharaan mesin :
Produk A : 8.000 x Rp 50 = Rp 400.000 Produk B : 2.000 x Rp 50 = Rp 100.000
Biaya Penanganan Bahan :
Produk A: 800 x Rp 500 = Rp 400.000 Produk B : 400 x Rp 500= 200.000 Biaya Persiapan Batch :
Produk A : 200 x Rp 3.000 = Rp 600.000 Produk B : 100 x 3.000 = Rp 300.000 Jumlah biaya overhead pabrik berdasarkan aktivitas adalah : Produk A : Rp 400.000 + Rp 400.000 + Rp 600.000 = Rp 1.400.000 Produk B : Rp 100.000 + Rp 200.000 + Rp 300.000 = Rp 600.000
Harga pokok produksi per unit : Produk A =𝑅𝑝 1.200.000 + 𝑅𝑝 400.000 + 𝑅𝑝 1.400.000 400 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑅𝑝 7.500 Produk B =𝑅𝑝 300.000 + 𝑅𝑝 100.000 + 𝑅𝑝 600.000 200 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑅𝑝 5.000
Bila disajikan dalam tabel rekapitulasi dapatlah dilihat sebagai berikut :
Metode Tarif produk/unit
A B
Biaya traditional Rp 8.000 Rp 4.000 Biaya Aktivitas 7.500 5.000 Sumber : Olahan penulis
Perbedaan tarif BOP disebabkan oleh perhitungan tarif. Tarif biaya tradisional dikenal tarif tunggal karena pemicu biaya hanya satu yaitu jam kerja mesin. Tarif biaya aktivitas dikenal dengan tarif ganda karena pemicu biaya terdiri dari berbagai aktivitas sehingga tarif BOP tergantung kepada banyaknya jenis aktivitas.
Kesimpulan :
1. Metode perhitungan biaya traditional
menggunakan pengukuran biaya yang berkaitan dengan volume atau tingkat unit
MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 3, Nomor 2 , Mei-Agustus 2013 : 22-30 | 30 saja, maka sistem ini disebut juga dengan
metode berdasarkan unit (unit cost system) sedangkan metode biaya berdasar aktivitas menggunakan pengukuran biaya yang berkaitan berbagai aktivitas sehingga metode ini disebut juga dnegan metode berdasarkan berbagai aktivitas.
2. Metode perhitungan biaya traditional
menggunakan satu dasar alokasi atau satu tarif alokasi biaya overhead pabrik, sedangkan metode biaya aktivitas menggunakan lebih dari satu tarif untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dalam menentukan harga pokok produksi. 3. Metode perhitungan biaya traditional
menggunakan hanya satu pemicu biaya dalam menentukan tarif, sedangkan metode biaya aktivitas menggunakan lebih dari satu pemicu biaya dalam menentukan tarif biaya
overhead pabrik.
4. Metode biaya traditional perhitungan biaya satu tahap , sedangkan metode biaya aktivitas perhitungan biaya terdiri dari 2 tahap atau lebih.
5. Perhitungan biaya dengan metode aktivitas lebih akurat dalam menentukan harga pokok produksi dibandingkan dengan metode perhitungan biaya traditional,karena
perhitumgan tarif biaya overhead pabrik selalu didasarkan atas jenis aktivitas. 6. Metode biaya berdasarkan aktivitas
mengharuskan manajer membuat perubahan radikal dalam cara berpikir mengenai biaya. Disini dituntut kepiawaian seorang manajer dalam membuat sutau keputusan. Pada awalnya sulit , tetapi untuk berikutnya sangat membantu perusahaan dalam menganalisis biaya.
Daftar Pustaka
Curter and Usry, Cost Accounting, Buku I, Edisi 13, Salemba Empat, Jakarta , 2006.
Garrison, Noreen dan Brawer, Managerial Accounting, Edisi 11, Buku I, Salemba Empat , Jakarta, 2006.
Hansen dan Mowen, Akuntansi Managerial, Buku II, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Hariadi, Bambang, Akuntansi Manajemen: Suatu Sudut Pandang, BPEE, Yogyakarta, 2002.
Marindrani, Krisna, Armita, Akuntansi Manajemen, Edisi I, Penerbit Graha Ilmu, Semarang, 2006.
Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi ke 5, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009. Prawironegoro, Darsono dan Purwanti, Ati,
Akuntansi Manajemen, Edisi 3. Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, 2009.
Simamora, Henry, Akuntansi Manajemen, Edisi I, Salemba Empat, Jakarta, 2000. Sony, Yuwono, Sukarno, Edi dan
Ichsan,Muchammad, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced
Scorecard : Menuju Organisasi yang
Berfokus pada Strategi; PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. Witjaksono, Armanto, Akuntansi, Penerbit
Graha Ilmu, Edisi Pertama, Yogyakarta, 2006.