• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERDASARKAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERDASARKAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII"

Copied!
434
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS PADA MODEL PBL DENGAN

PENDEKATAN SAINTIFIK BERDASARKAN

GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

Mamluatul Mufida 4101411076

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. “Man Jadda Wajada - Man Shobaru Zhafira - Man Yazro Yashud”

2. Jika tidak bisa menjadi pensil untuk menulis kebahagiaan orang lain, maka jadilah penghapus untuk menghapus kesedihan orang lain.

3. Jangan menjelaskan dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu. Biarkanlah kehendak-Nya dan waktu yang akan menunjukkan kebenaran yang hakiki.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua Orangtua saya, Abah Nawawi dan Mamah Umi Kulsum. Kedua kakak saya, Kak Najih dan Mbak Isna. Eyang tercinta saya, Eyang Dartuti, keluarga besar Koenasir dan keluarga besar Ismail yang senantiasa memberikan do’a dan motivasi dalam hidup saya. 2. Sahabat-sahabatku Wakhid Fitri A., Linda Wijaya,

Deddy Irawan, Ika Rizki A., dan Intan Alifiani yang telah membantu serta memberikan do’a dan motivasi. 3. Teman-teman PWRI, Kost Larissa, Pendidikan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis pada Model PBL dengan Pendekatan Saintifik Berdasarkan Gaya Belajar Siswa Kelas VIII”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada.

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang; 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Negeri Semarang;

3. Drs. Arief Agoestanto, M.Si., Ketua Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang; 4. Dr. Mulyono, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahandan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi; 5. Drs. Supriyono, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahandan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi; 6. Bambang Eko Susilo, S.Pd., M.Pd., Dosen Penguji yang telah memberikan

penilaian dan masukan kepada penulisdalam penulisan skripsi;

7. Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si., validator Instrumen Angket Gaya Belajar

Siswa yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran bagi penulis; 8. Drs. Wuryanto, M.Si., Dosen Wali yang telah memberikan arahan dan

(6)

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam menyusun skripsi;

10. Dra. Umi Kulsum, M.Pd., Kepala SMP Negeri 1 Trangkil, Kabupaten Pati yang telah memberikan izin penelitian;

11. Ibu Yuni Saadah, S.Pd., Guru matematika kelas VIII beserta guru-guru SMP Negeri 1 Trangkil, Kabupaten Pati yang telah memberikan izin, bantuan, dan dukungan selama penelitian;

12. Bapak dan Ibu serta keluargaku tercinta atas doa, dukungan, dan pengorbanannya hingga penulis bisa menyelesaikan studi ini;

13. seluruh sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan motivasinya;

14. seluruh mahasiswa matematika serta teman-teman seperjuangan yang telah

memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis; dan

15. semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebut satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca demi kebaikan di masa yang akan datang.

Semarang, 16 September 2015

(7)

ABSTRAK

Mufida, M. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis pada Model PBL dengan Pendekatan Saintifik Berdasarkan Gaya Belajar Siswa Kelas VIII.

Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Mulyono, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Drs. Supriyono, M.Si.

Kata kunci: gaya belajar,kemampuan komunikasi matematis, pendekatan saintifik, Problem Based Learning (PBL).

Kemampuan komunikasi matematis siswa adalah aspek yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi kemampuan komunikasi matematis siswa SMP kelas VIIIpada pembelajaran matematikapada model PBL dengan pendekatan saintifik.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 9 siswa kelas VIII ASMP Negeri 1 Trangkil, Kabupaten Pati yang berasal dari gaya belajarvisual, auditorial, dan kinestetik.Teknikpengumpulan datayang digunakan adalah tes, wawancara, dan dokumentasi. Tes penggolongan gaya belajaruntuk mengklasifikasikangaya belajar masing-masing siswa. Tes komunikasi matematis dan wawancara dianalisis untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasimatematis siswa berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis (IDK) yakni (1) kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan (IDK1); (2) kemampuan menggambarkan ide-ide matematis secara visual (IDK2); (3) kemampuan memahami dan menginterpretasikan ide-ide matematis secara tulisan (IDK3); (4) kemampuan mengevaluasi ide-ide matematis secara tulisan (IDK4); dan (5) kemampuan dalam mengunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi (IDK5).

Hasil penelitian menunjukkan (1) subjek dengan gaya belajar visual

memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik pada IDK4 dan sangat baik pada IDK1, IDK2, IDK3, dan IDK5; (2) subjek dengan gaya belajar

auditorial memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik pada IDK1 dan IDK4 serta sangat baik pada IDK2, IDK3, dan IDK5; dan (3) subjek dengan gaya belajar kinestetik memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik pada IDK1, IDK3, IDK4, dan IDK5 serta sangat baik pada IDK2.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Penegasan Istilah ... 9

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Landasan Teori... 12

2.1.1. Belajar ... 12

2.1.1.1 Teori Belajar Piaget ... 13

2.1.1.2 Teori Belajar Vygotsky ... 15

2.1.1.3 Teori Belajar Bruner ... 16

2.1.2. Gaya Belajar ... 17

2.1.2.1 Karakteristik Berdasarkan Gaya Belajar ... 18

2.1.2.1.1 Gaya Belajar Visual ... 18

2.1.2.1.2 Gaya Belajar Auditorial ... 19

(9)

2.1.3. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 26

2.1.4. Model Problem Based Learning (PBL)... 29

2.1.5. Pendekatan Saintifik ... 35

2.1.6. Model PBL dengan Pendekatan Saintifik ... 41

2.1.7. Materi Bangun Ruang Sisi Datar ... 42

2.2. Kerangka Berpikir ... 48

2.3. Penelitian yang Relevan ... 52

3 METODE PENELITIAN ... 54

3.1. Jenis Penelitian... 54

3.2. Situasi Sosial Penelitian ... 55

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 55

3.2.2. Subjek Penelitian ... 55

3.3. Data dan Sumber Data Penelitian ... 59

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.4.1. Tes Tertulis... 60

3.4.2. Wawancara ... 60

3.4.3. Dokumentasi ... 61

3.5. Instrumen Penelitian ... 62

3.5.1. Instrumen Penggolongan Gaya Belajar ... 62

3.5.2. Instrumen Lembar Tes kemampuan Komuniasi Matematis .... 65

3.5.3. Instrumen Pedoman Wawancara ... 66

3.6. Analisis Instrumen Penelitian ... 67

3.6.1. Validitas ... 67

3.6.2. Reliabilitas ... 68

3.6.3. Daya Pembeda Soal... 69

3.6.4. Tingkat Kesukaran ... 70

3.7. Uji Keabsahan Data ... 71

3.8. Teknik Analisis Data... 74

3.8.1. Reduksi Data ... 74

(10)

3.8.3. Penarikan Kesimpulan ... 75

3.9 Tahap-tahap Penelitian ... 76

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

4.1. Hasil Penelitian ... 78

4.1.1 Hasil Penentuan Subjek Penelitian... 79

4.1.1.1 Penggolongan Gaya Belajar ... 79

4.1.1.2 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis (TKKM) ... 82

4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran ... 85

4.1.3 Proses Pengumpulan Data ... 87

4.1.4 Analisis Data ... 88

4.1.4.1 Subjek Gaya Belajar untuk Tiap Butir Soal ... 88

4.1.4.1.1 Subjek Gaya Belajar Visual ... 88

4.1.4.1.2 Subjek Gaya Belajar Auditorial ... 143

4.1.4.1.3 Subjek Gaya Belajar Kinestetik ... 199

4.1.4.2 Subjek Gaya Belajar untuk Tiap Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ... 250

4.1.4.2.1 Subjek Gaya Belajar untuk Indikator IDK1 ... 250

4.1.4.2.1.1 Subjek Gaya Belajar Visual ... 250

4.1.4.2.1.2 Subjek Gaya Belajar Auditorial ... 252

4.1.4.2.1.3 Subjek Gaya Belajar Kinestetik ... 253

4.1.4.2.2 Subjek Gaya Belajar untuk Indikator IDK2 ... 255

4.1.4.2.2.1 Subjek Gaya Belajar Visual ... 255

4.1.4.2.2.2 Subjek Gaya Belajar Auditorial ... 257

4.1.4.2.2.3 Subjek Gaya Belajar Kinestetik ... 258

4.1.4.2.3 Subjek Gaya Belajar untuk Indikator IDK3 ... 260

4.1.4.2.3.1 Subjek Gaya Belajar Visual ... 260

4.1.4.2.3.2 Subjek Gaya Belajar Auditorial ... 261

4.1.4.2.3.3 Subjek Gaya Belajar Kinestetik ... 263

4.1.4.2.4 Subjek Gaya Belajar untuk Indikator IDK4 ... 264

(11)

4.1.4.2.4.2 Subjek Gaya Belajar Auditorial ... 266

4.1.4.2.4.3 Subjek Gaya Belajar Kinestetik ... 267

4.1.4.2.5 Subjek Gaya Belajar untuk Indikator IDK5 ... 269

4.1.4.2.5.1 Subjek Gaya Belajar Visual ... 269

4.1.4.2.5.2 Subjek Gaya Belajar Auditorial ... 270

4.1.4.2.5.3 Subjek Gaya Belajar Kinestetik ... 272

4.2 Pembahasan... 273

4.2.4 Gaya Belajar Visual ... 275

4.2.5 Gaya Belajar Auditorial ... 276

4.2.6 Gaya Belajar Kinestetik ... 278

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 280

5 PENUTUP ... 282

5.1. Simpulan ... 282

5.2. Saran ... 287

DAFTAR PUSTAKA ... 289

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget ... 14

2.2. Sintaks Model PBL ... 32

2.3. Model PBL dengan Pendekatan Saintifik ... 41

3.1 Nama-nama Validator Instrumen Penggolongan Gaya Belajar ... 64

3.2 Nama-nama Validator Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 65

3.3 Nama-nama Validator Instrumen Pedoman Wawancara ... 67

3.4 Kriteria Daya Pembeda ... 70

3.5 Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 71

3.6 Teknik Pemeriksaan... 72

4.1 Hasil Penggolongan Gaya Belajar Siswa Kelas VIII A ... 80

4.2 Data Akumulasi Gaya Belajar Kelas VIII A SMP Negeri 1 Trangkil ... 81

4.3 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Gaya Belajar Visual ... 84

4.4 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Gaya Belajar Auditorial . 84 4.5 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Gaya Belajar Kinestetik . 84 4.6 Jadwal Pembelajaran dengan Materi Bangun Ruang Sisi Datar Prisma ... 86

4.7 RekapHasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ... 86

4.8 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Visual untuk Indikator IDK1 ... 251

4.9 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Auditorial untuk Indikator IDK1 ... 252

4.10 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Kinestetik untuk Indikator IDK1 ... 254

4.11 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Visual untuk Indikator IDK2 ... 255

4.12 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Auditorial untuk Indikator IDK2 ... 257

(13)

4.14 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Visual

untuk Indikator IDK3 ... 260 4.15 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Auditorial

untuk Indikator IDK3 ... 261 4.16 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Kinestetik

untuk Indikator IDK3 ... 263 4.17 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Visual

untuk Indikator IDK4 ... 264 4.18 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Auditorial

untuk Indikator IDK4 ... 266 4.19 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Kinestetik

untuk Indikator IDK4 ... 267 4.20 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Visual

untuk Indikator IDK5 ... 269 4.21 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Auditorial

untuk Indikator IDK5 ... 270 4.22 Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaGaya Belajar Kinestetik

untuk Indikator IDK5 ... 272 4.23 Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Gaya Belajar

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Prisma Tegak ... 43

2.2 Prisma Condong ... 43

2.3 Prisma Tegak Segitiga ... 43

2.4 Prisma Tegak Segilima ... 43

2.5 Prisma Tegak Segienam ... 44

2.6 Diagonal Bidang Prisma Tegak Segienam ... 45

2.7 Bidang Diagonal Prisma Tegak Segienam ... 45

2.8 Prisma ABC.DEF ... 45

2.9 Jaring-jaring Prisma Segitiga ... 46

2.10 Luas PrismaABC.DEF ... 47

2.11 Volum Prisma ... 47

2.12 Kerangka Berpikir ... 51

3.1 Subjek Penelitian ... 59

3.2 Alur Penelitian ... 76

4.1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V1 ... 89

4.2 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V2 ... 93

4.3 Gambar yang Dibuat Subjek V2 saat Wawancara ... 96

4.4 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V3 ... 98

4.5 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V1 ... 101

4.6 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V2 ... 104

4.7 Gambar yang Dibuat Subjek V2 saat Wawancara ... 107

4.8 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V3 ... 109

4.9 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V1 ... 112

4.10 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V2 ... 116

4.11 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V3 ... 121

4.12 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V1 ... 124

(15)

4.14 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V3 ... 130

4.15 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V1 ... 133

4.16 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V2 ... 136

4.17 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V3 ... 140

4.18 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A1 ... 143

4.19 Gambar yang Dibuat Subjek A1 saat Wawancara ... 145

4.20 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A2 ... 147

4.21 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A3 ... 150

4.22 Gambar yang Dibuat Subjek A3 saat Wawancara ... 153

4.23 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A1 ... 155

4.24 Gambar yang Dibuat Subjek A1 saat Wawancara ... 157

4.25 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A2 ... 159

4.26 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A3 ... 163

4.27 Gambar yang Dibuat Subjek A3 saat Wawancara ... 165

4.28 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A1 ... 167

4.29 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A2 ... 171

4.30 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A3 ... 175

4.31 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A1 ... 179

4.32 Gambar yang Dibuat Subjek A1 saat Wawancara ... 181

4.33 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A2 ... 183

4.34 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A3 ... 186

4.35 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A1 ... 189

4.36 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A2 ... 192

4.37 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A3 ... 196

4.38 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K1 ... 200

4.39 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K2 ... 203

4.40 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K3 ... 206

4.41 Gambar yang Dibuat Subjek K3 saat Wawancara ... 209

4.42 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K1 ... 211

4.43 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K2 ... 215

(16)

4.45 HasilTes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K1 ... 220

4.46 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K2 ... 224

4.47 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K3 ... 227

4.48 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K1 ... 230

4.49 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K2 ... 233

4.50 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K3 ... 236

4.51 Gambar yang Dibuat Subjek K3 saat Wawancara ... 238

4.52 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K1 ... 240

4.53 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K2 ... 244

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Kelas VIIIH SMP Negeri 1 Trangkil ... 293

2. Daftar Nama Siswa Kelas VIII ASMP Negeri 1 Trangkil ... 295

3. Kisi-kisi Angket dan Angket Gaya Belajar Sebelum Revisi ... 297

4. Kisi-kisi Angket dan Angket Gaya Belajar Sesudah Revisi ... 313

5. Lembar Validasi Angket Gaya Belajar ... 330

6. Hasil Penggolongan Gaya Belajar Siswa Kelas VIII A... 339

7. Silabus ... 342

8. LembarValidasi Silabus ... 347

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 353

10. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 378

11. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 384

12. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 397

13. Kisi-kisi Kuis ... 428

14. Soal Kuis ... 437

15. Rubrik Penilaian Kuis ... 440

16. Lembar Penilaian Aktivitas Guru ... 451

17. Kisi-kisi Tes Uji Coba ... 460

18. Soal Tes Uji Coba ... 463

19. Rubrik Penilaian Tes Uji Coba ... 465

20. Hasil Uji Coba Kelas VIII H SMP Negeri 1 Trangkil ... 482

21. Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 495

22. Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis... 498

23. Jawaban Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 500

24. Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 519

25. Lembar Validasi Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 523

(18)

SMP Negeri 1 Trangkil ... 533

28. Hasil TesKemampuan Komunikasi Matematis Siswa Gaya Belajar Visual... 535

29. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Gaya Belajar Auditorial ... 537

30. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Gaya Belajar Kinestetik ... 538

31. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V1 ... 539

32. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V2 ... 542

33. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek V3 ... 545

34. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A1 ... 547

35. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A2 ... 550

36. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek A3 ... 553

37. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K1 ... 556

38. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K2 ... 559

39. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Subjek K3 ... 562

40. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 564

41. Lembar Validasi Pedoman Wawancara ... 567

42. Hasil Wawancara Subjek V1 ... 571

43. Hasil Wawancara Subjek V2 ... 575

44. Hasil Wawancara Subjek V3 ... 580

45. Hasil Wawancara Subjek A1 ... 584

46. Hasil Wawancara Subjek A2 ... 589

47. Hasil Wawancara Subjek A3 ... 594

48. Hasil Wawancara Subjek K1 ... 599

49. Hasil Wawancara Subjek K2 ... 604

50. Hasil Wawancara Subjek K3 ... 608

51. Surat-surat Penelitian ... 613

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Inti pokok pendidikan bagi siswa adalah belajar, menurut Syah (2007: 63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Itu berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Kemudian di dalam proses belajar akan menghasilkan perubahan dan peningkatan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk melaksanakan perubahan tingkah laku. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan proses perubahan dan peningkatan kemampuan kognitif terhambat terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi tingkat kecerdasan dan kemampuan awal siswa, sikap siswa, bakat, minat dan motivasi siswa terhadap suatu pelajaran, aktivitas dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, sarana prasarana pendukung, guru dan metode mengajar yang diberikan.

(20)

kecenderungan seseorang dalam menerima, menyerap dan memproses informasi. Setiap siswa memiliki kecenderungan cara belajar yang berbeda-beda, ada yang lebih senang belajar dengan melihat gambar-gambar, ada juga siswa yang lebih senang belajar dengan mendengarkan penjelasan dari orang lain atau berdiskusi, bahkan ada pula yang senang belajar dengan melakukan aktivitas menggerakkan anggota tubuh atau memanipulasi suatu objek dan praktik. Ketika guru mampu mengenali gaya belajar siswa, maka akan lebih mudah untuk mengarahkan siswa dalam belajar.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi serta mempunyai peran penting dalam pengembangan daya pikir siswa. Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi matematika disebutkan bahwa matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam KTSP (2006) sebagai berikut.

(21)

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan penjelasan di atas, disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah supaya siswa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Kemampuan tersebut yang diukur di dalam penelitian ini. Kemampuan komunikasi sangat dibutuhkan sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam proses pemecahan masalah. Selain pemecahan masalah dan pemahaman tentang matematik, komunikasi matematis perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya dan siswa dapat meng’explore’ ide-ide matematik (NCTM, 2000).

(22)

memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara aktif. Aktif di sini bermakna siswa yang aktif dalam melakukan investigasi dan eksplorasi terhadap konsep-konsep matematika sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang menarik, menyenangkan dan bermakna. Selain itu, siswa dapat melihat dan mengalami sendiri kegunaan matematika dalam kehidupan nyata, serta memberikan kesempatan pada siswa agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran, berkomunikasi dan lain-lain yang mengarah pada berpikir kritis dan kreatif.

(23)

tingkat propinsi dan peringkat 12477 untuk tingkat nasional pada nilai matematika ujian nasional.

Kemampuan komunikasi matematis siswa dipengaruhi oeh beberapa hal, salah satu adalah penggunaan pendekatan pembelajaran. Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan belajar siswa (Syah, 2007: 133). Pendekatan saintifik (scientific approach) diyakini dapat mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa dalam pendekatan atau kerja yang memenuhi kriteria ilmiah yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.

Dalam pembelajaran guru juga bebas berkreativitas untuk mengolah kelas sebaik mungkin dengan menggunakan model-model pembelajaran salah satunya Problem Based Learning (PBL). Menurut Arends (2012: 396), “PBL helps students develop their thinking and

problem-solving skills, learn authentic adult roles, and become independent

learners”, artinya PBL membantu siswa mengembangkan pemikiran mereka

(24)

Hasil penelitian Fachrurozi (2011: 76-89) terhadap siswa kelas IV SD dari 13 sekolah di Kecamatan Makmur Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh mengungkapkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa daripada pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka model PBL dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis materi bangun ruang.

Pokok bahasan bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi yang diajarkan pada siswa kelas VIII. Namun kemampuan matematis siswa SMP N 1 Trangkil masih rendah, hal itu ditunjukkan oleh daya serap siswa pada ujian nasional tahun 2012/2013 pada materi bangun ruang terutama pada kemampuan memahami sifat dan unsur bangun ruang dan menggunakannya dalam pemecahan masalah yang hanya sebesar 48.46% untuk tingkat kota, 44.15% untuk tingkat propinsi dan 50.92% untuk tingkat nasional. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian terkait materi bangun ruang sisi datar. Dalam hal itu, peneliti ingin melakukan penelitian terhadap kemampuan matematis siswa terhadap materi luas dan volum bangun ruang sisi datar prisma. Berdasarkan uraian dan keadaan siswa SMP N 1 Trangkil tersebut, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul :

“Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis pada Model PBL

dengan Pendekatan Saintifik Berdasarkan Gaya Belajar Siswa Kelas

(25)

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana komunikasi matematis siswa SMP kelas VIII ditinjau dari gaya belajar visual pada penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik.

2. Bagaimana komunikasi matematis siswa SMP kelas VIII ditinjau dari gaya

belajar auditorial pada penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik.

3. Bagaimana komunikasi matematis siswa SMP kelas VIII ditinjau dari gaya

belajar kinestetik pada penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik.

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan.

1. Komunikasi matematis siswa SMP kelas VIII ditinjau dari gaya belajar

visual pada penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik.

2. Komunikasi matematis siswa SMP kelas VIII ditinjau dari gaya belajar

(26)

3. Komunikasi matematis siswa SMP kelas VIII ditinjau dari gaya belajar

kinestetik pada penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat melatih siswa untuk

melatih kemampuan komunikasi matematis berdasarkan gaya belajarnya.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

sebagai bahan pertimbangan untuk merancang model atau strategi pembelajaran yang dapat memaksimalkan kemampuan komunikasi matematis siswa sesuai dengan gaya belajar. Selain itu, dapat digunakan sebagai pedoman guru dalam menganalisis kelemahan dan kekuatan siswa dalam berkomunikasi secara matematis.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa berdasarkan gaya belajarnya sebagai pertimbangan guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

(27)

1.5

Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran makna yang berbeda terhadap judul dan memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca maka perlu dijelaskan batasan-batasan istilah sebagai berikut.

1.5.1 Analisis

Analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Jadi, maksud analisis dalam penelitian ini adalah penyelidikan terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII berdasarkan gaya belajar pada penerapan model Problem Based Learning

dengan pendekatan saintifik. 1.5.2 Gaya Belajar

Gaya belajar adalah sebuah pendekatan atau suatu cara yang cenderung dipilih dan digunakan oleh seseorang untuk memperoleh, menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.DePorter dan Hernacki (2008: 112) menyatakan bahwa seseorang dapat memiliki tiga jenis gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik, atau disingkat V-A-K.

1.5.3 Kemampuan Komunikasi Matematis

(28)

matematis pada pembelajaran matematika menurut NCTM dalam Fachrurozi (2011: 81) sebagai berikut.

(1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan dan mendemonstrasikan serta menggambarkannya secara visual. (2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi

ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainya.

(3) Kemampuan dalam mengunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. Kemampuan komunikasi matematis yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis pada aspek tertulis dengan indikator dari NCTM.

1.5.4 Model Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning merupakan model yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Schmidt (2007) yakni meliputi unsur-unsur sebagai berikut.

a. Siswa dikumpulkan dalam kelompok-kelompok kecil. b. Pemberian orientasi/petunjuk pada setiap kelompok.

(29)

d. Penyelesaian dilakukan dengan diskusi awal dengan kemampuan yang dimiliki setiap angota kelompok.

e. Guru berperan untuk memfasilitasi pembelajaran.

f. Guru sebagai fasilitator memberikan petunjuk seperti informasi

yang relevan, pertanyaan, dan lain-lain yang disajikan dengan suatu rancangan permasalahan.

g. Sumber untuk belajar mandiri dapat berupa buku, artikel, atau

media lainnya. 1.5.5 Pendekatan Saintifik

Pendekatan ilmiah atau yang lebih dikenal dengan pendekatan saintifik (scientific approach) merupakan ciri khas dari pelaksanaan kurikulum 2013. Berdasarkan Kemendikbud (2013) pembelajaran dengan pendekatan ilmiah adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep. 1.5.6 Materi Bangun Ruang Sisi Datar

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Belajar

Belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2007: 68). Sedangkan Rifa’i dan Anni (2011: 82) mengungkapkan bahwa belajar merupakan

proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Arends (2012: 17) menyatakan “Learning is a social and cultural in which

learners construct meaning that is influenced by the interaction of prior

knowledge and new learning events”. Artinyabahwa belajar adalah kegiatan

(31)

Dalam kegiatan belajar, tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu dalam belajar memiliki beberapa peranan penting (Rifa’i & Anni, 2011: 86), yaitu.

(1) Memberikan arah pada kegiatan siswa. Bagi guru, tujuan pendidikan

siswa akan mengarahkan pemilihan strategi dan jenis kegiatan yang tepat. Kemudian bagi siswa, tujuan itu mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang diharapkan dan mampu menggunakan waktu seefisien mungkin.

(2) Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian

pembinaan bagi siswa (remedial teaching). Guru akan mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa akan suatu materi.

(3) Sebagai bahan komunikasi. Guru dapat mengkomunikasikan tujuan

kegiatan kepada siswa, sehingga siswa dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran.

2.1.1.1TeoriBelajar Piaget

Menurut Piaget, sebagaimana dikutip oleh Rifa’i & Anni (2011:31),

(32)

anak untuk berpindah dari tahapan berpikir satu ke tahapan berpikir berikutnya.

[image:32.595.149.516.260.549.2]

Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget sebagaimana dikutip Arends (2012: 330) termuat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Pemahaman teori ini mendukung pembelajaran matematika dengan model PBL dimana siswa bekerja dan berdiskusi dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 orang dengan menyelesaikan permasalahan nyata untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dimaksudkan untuk mengkonstruk pengetahuan yang baru melalui pengalaman yang termodifikasi dalam permasalahan nyata. Dengan pengalaman dan latihan yang yang dialami,

Tahap Perkiraan

Usia Kemampuan-kemampuan Utama

Sensorimotor 0 – 2 tahun Terbentuknya “kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dan perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.

Pra-operasional

2 – 7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi. Operasional

konkret

7 – 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat-balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

Operasional 11 – 15 tahun/dewasa

(33)

diharapkan mampu membantu dalam upaya mengeksplorasi kemampuan komunikasi matematis siswa.

2.1.1.2Teori Belajar Vygotsky

Menurut Trianto (2010: 76), teori Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut Vygotsky sebagaimana dikutip oleh Yvon, Chaiguerova, Newnham (2013: 35) menyatakan bahwa guru sengaja membawa dan mengajarkan bekerja sama dengan siswa dengan lingkungan sosial dan keinginan siswa dan kesiapan untuk bertindak bersama-sama dengan guru. Kolaboratif antara guru dan siswa merupakan faktor pembangunan. Seperti interpretasi Vygotsky sangat dekat dengan pendekatan sosial budaya.

Menurut Vygotsky sebagaimana dikutip dalam Trianto (2010: 76), pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan (zone of proximal development). Hal tersebut dipertegas oleh Slavin sebagaimana dikutip dalam Trianto (2010: 76) mengenai zone of proximal development adalah perkembangan sedikit di atas perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.

(34)

tindakan guru dan rekan-rekan ditafsirkan sebagai suatu kegiatan berbagi yang memandu penemuan anak dari objek pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas, didapatkan bahwa kaitan model PBLdengan teori belajar Vygotsky adalah siswa dapat melakukan penemuan terbimbing melalui kerjasama dalam kelompok. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan siswa lain untuk menangani tugas-tugas yang diberikan.

2.1.1.3Teori Belajar Bruner

Jerome Bruner menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur (Suherman, 2003: 43).

(35)

2.1.2 Gaya Belajar

Gaya Belajar adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter dan Hernacki, 2008: 110). Dengan memperhatikan gaya belajar yang paling menonjol pada siswa, maka seorang guru diharapkan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran secara aktif, bijaksana, dan tepat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan suatu cara yang cenderung dipilih dan digunakan oleh seseorang untuk memperoleh, menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

Menurut DePorter dan Hernacki (2008: 112), seseorang dapat memiliki tiga jenis gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar

auditorial, dan gaya belajar kinestetik, atau disingkat V-A-K. Jenis gaya belajar ini juga diperkuat dengan diadakannya penelitian. Menurut sebuah penelitian eksekutif, khususnya di Amerika Serikat, yang dilakukan oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas St. John, di Jamaica, New York, dan para pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti, Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder sebagaimana yang dikutip oleh Zahroh dan Beni (2014: 73) telah mengidentifikasi tiga gaya belajar dan komunikasi yang berbeda, yakni:

(1) visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video;

(36)

(3) kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka “menangani”, bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri.

2.1.2.1Karakteristik Berdasarkan Gaya Belajar

Terdapat karakteristik yang menjadi petunjuk seseorang memiliki gaya belajar tertentu. Karakteristik gaya belajar yang cenderung ditunjukkan oleh seseorang menurut DePorter dan Hernacki (2008: 116) adalah sebagai berikut.

2.1.2.1.1 Gaya Belajar Visual

Karakteristik yang menjadi petunjuk seseorang cenderung memiliki gaya belajar visual adalah sebagai berikut.

(1) Rapi dan teratur.

(2) Berbicara dengan cepat.

(3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik. (4) Teliti terhadap detail.

(5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi. (6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam

pikiran mereka.

(7) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar. (8) Mengingat dengan asosiasi visual.

(9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan.

(10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika

ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya. (11) Pembaca cepat dan tekun.

(37)

(13) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.

(14) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat. (15) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

(16) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak. (17) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.

(18) Lebih suka seni daripada musik.

(19) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

memilih kata-kata.

(20) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

2.1.2.1.2 Gaya Belajar Auditorial

Karakteristik yang menjadi petunjuk seseorang cenderung memiliki gaya belajar auditorial adalah sebagai berikut.

(1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja. (2) Mudah terganggu oleh keributan.

(3) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.

(4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

(5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara.

(38)

(7) Berbicara dalam irama yang terpola. (8) Biasanya pembicara yang fasih. (9) Lebih suka musik daripada seni.

(10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

daripada yang dilihat.

(11) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

(12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.

(13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. (14) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.

2.1.2.1.3 Gaya Belajar Kinestetik

Karakteristik yang menjadi petunjuk seseorang cenderung memiliki gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut.

(1) Berbicara dengan perlahan. (2) Menanggapi perhatian fisik.

(3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka. (4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang.

(5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. (6) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar. (7) Belajar melalui memanipulasi dan praktik.

(39)

(9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. (10) Banyak menggunakan isyarat tubuh.

(11) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.

(12) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah

pernah berada di tempat itu.

(13) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

(14) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot-mereka

mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca. (15) Kemungkinan tulisannya jelek.

(16) Ingin melakukan segala sesuatu.

(17) Menyukai permainan yang menyibukkan.

Selain karakteristik yang dikemukakan oleh DePorter dan Hernacki, Colin Rose juga mengajukan karakteristik-karakteristik yang melengkapi gaya belajar V-A-K sebagai berikut.

1. Gaya Belajar Visual

Karakteristik yang menjadi petunjuk seseorang cenderung memiliki gaya belajar visual adalah sebagai berikut.

(40)

(2) Mengingat orang melalui penglihatan “tak pernah lupa wajah”. Mengingat kata-kata dengan melihat dan biasanya bagus dalam hal mengeja atau melafalkan tetapi perlu waktu lebih lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutian awalnya.

(3) Kalau memberi/menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar.

(4) Selera pakaian: bergaya. Penampilan penting. Warna pilihannya sesuai,

tertata atau terkoordinasi.

(5) Menyatakan emosi melalui ekspresi muka.

(6) Menggunakan kata dan ungkapan seperti: melihat, menonton, menggambarkan, sudut pandang, mencerahkan, perspektif, mengungkapkan, tampak bagiku, meneropong, terang-ibarat-kristal, fokus, cemerlang, bersemangat, pandangan dari atas, pendek akal, suka pamer.

(7) Aktivitas kreatif: menulis, menggambar, melukis, merancang (mendesain), melukis di udara.

(8) Menangani proyek-proyek dengan merencanakan sebelumnya, meneliti

“gambaran yang menyeluruh”-nya. Mengorganisasikan rencana

permainan dengan menghimpun daftarnya lebih dahulu. Berorientasi detail.

(9) Cenderung berbicara cepat tetapi mungkin cukup pendiam di dalam kelas.

(41)

(11) Saat diam suka melamun atau menatap ke angkasa. (12) Menjalankan bisnis atas dasar hubunganm antar wajah.

(13) Punya ingatan visual bagus. Ingat dimana meninggalkan sesuatu beberapa hari yang lalu.

(14) Merespon lebih bagus ketika anda perlihatkan sesuatu ketimbang cerita tentangnya.

2. Gaya Belajar Auditorial

Karakteristik yang menjadi petunjuk seseorang cenderung memiliki gaya belajar auditorial adalah sebagai berikut.

(1) Suka mendengar radio, musik, sandiwara drama atau lakon, debat. (anak-anak auditorial suka cerita yang dibacakan kepadanya dengan berbagai ekspresi).

(2) Ingat dengan baik nama orang. Bagus dalam mengingat fakta. Suka berbicara dan punya pembendaharaan kata yang luas.

(3) Menerima dan memberikan penjelasan arah dengan kata-kata (verbal)– “Ambil arah kiri dan berjalanlah kira-kira dua blok sebelum belok ke kanan”. Senang menerima instruksi secara verbal.

(4) Selera: yang penting label! Mengetahui siapa perancangnya dan dapat menjelaskan pilihan pakaiannya.

(5) Mengungkapkan emosi secara verbal melalui perubahan nada bicara atau vokal.

(42)

Anda katakan, seperti musik bagi telinga saya, ceritakan, dengarkan, pesan tersembunyi (tersirat), panggil, lantang dan jelas, omong kosong, alasan/nalar, lebih dari cukup, teguran, ungkapkan diri Anda, jaga lidah Anda, cara berbicara, memberi perhatian berkata benar, lidah kelu, tulikan telinga.

(7) Aktivitas kreatif: menyanyi, mendongeng (mengobrol apa saja), bermain musik, membuat cerita lucu, berdebat, berfilosofi.

(8) Menangani proyek-proyek dengan berpijak pada prosedur, memperdebatkan maalah, mengatasi solusi verbal.

(9) Berbicara dengan kecepatan sedang. Suka berbicara bahkan di dalam kelas.

(10) Berhubungan dengan orang lain lewat dialog, diskusi terbuka.

(11) Dalam keadaan diam suka bercakap-cakap dengan dirinya sendiri atau bersenandung.

(12) Suka menjalankan bisnis melalui telepon.

(13) Cenderung mengingat dengan baik dan menghafal kata-kata dan gagasan-gagasan yang pernah diucapkan.

(14) Merespon lebih baik tatkala mendengar informasi ketimbang membaca.

3. Gaya Belajar Kinestetik

Karakteristik yang menjadi petunjuk seseorang cenderung memiliki gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut.

(43)

(2) Ingat kejadian-kejadian; hal-hal yang terjadi.

(3) Memberikan dan menerima penjelasan arah dengan mengikuti jalan yang dimaksud–“Lebih mudah apabila Anda mengukuti saya saja”.

(4) Selera: Nyaman dan “rasa” bahan lebih penting daripada gaya. (5) Mengungkapkan emosi melalui bahasa tubuh–gerak/nada otot.

(6) Menggunakan kata dan ungkapan seperti: merasa, menyentuh, menangani, mulai dari awal, menaruh kartu di meja, meraba, memegang, memetik dawai, mendidihkan, bergandengn tangan, mengatasi, menahan, tajam laksana pisau.

(7) Aktivitas kreatif: kerajinan tangan, berkebun, menari, berolahraga. (8) Menangani proyek langkah demi langkah. Suka menggulung lengan

bajunya dan terlibat secara fisik. (9) Berbicara agak lambat.

(10) Berhubungan dengan orang lain lewat kontak fisik, mendekat/akrab,

menyentuh.

(11) Dalam keadaan diam selalu merasa gelisah; tiak bisa duduk tenang. (12) Suka melakukan urusan seraya mengerjakan sesuatu, suka

berjalan-jalan saat bermain golf.

(13) Ingat lebih baik menggunakan alat bantu belajar tiga dimensi.

(44)

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan karakteristik dari DePorter sebagai acuan utama dan karakteristik dari Colin Rose sebagai acuan pendukungnya.

2.1.3 Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi merupakan salah satu syarat penting yang membantu dalam proses penyusunan pikiran dalam menghubungkan antar gagasan, sehingga dapat dimengerti orang lain. Menurut Brenner (1998: 109) “Communication in mathematics means using the language and

symbols of mathematical conventions”. Artinya, komunikasi dalam

matematika berarti menggunakan bahasa dan konvensi matematika. Komunikasi matematis merupakan salah satu standar yang diterapkan oleh

national Coucil of Teachers of Mathematics (NCTM) bagi semua sekolah dan lembaga pendidikan yang mengajarkan matematika kepada siswanya. Berdasarkan standar kemampuan matematis yang diterapkan NCTM yaitu Kemampuan Penalaran dan Pembuktian (Reasoning and Proof), Kemampuan Komunikasi (Communication), Kemampuan Koneksi (Connection), Kemampuan Representasi (Representation), dan Kemampuan Pemecahan Masalah (Problem Solving) (NCTM, 2000).

Menurut Clark (2005: 2), “discourse communities are those in which

students feel to express their thinking, and take responsibility for listening,

paraphrasing, questioning, and interpreting one another’s ideas in whole

-class and small group discussion”. Artinya adalah kemampuan komunikasi

(45)

pesan-pesan dengan membaca, mendengarkan, bertanya, kemudian mengkomunikasikan letak masalah serta mempresentasikannya dalam pemecahan masalah yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan yang berisi sebagian materi matematika yang dipelajari.

Komunikasi matematis memiliki peranan penting dalam pembelajaran matematika (Clark, 2005). Hal itu dikarenakan komunikasi dapat berperan sebagai.

(1) Alat untuk mengeksploitasi ide matematika dan membantu kemampuan

siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika.

(2) Alat untuk mengukur pertumbuhan pemahamn dan merefleksikan pemahaman matematika pada siswa.

(3) Alat untuk mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika siswa.

(4) Alat untuk mengkonstruksikan pengetahuan matematika, pengembangan pemecahan masalah, peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan keterampilan sosial.

Indikator kemampuan peserta didik dalam komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut NCTM dalam Fachrurozi (2011: 81) sebagai berikut.

(46)

(5) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainya.

(6) Kemampuan dalam mengunakan istilah-istilah, notasi-notasi

matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

(47)

(1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan. (2) Kemampuan menggambarkan ide-ide matematis secara visual.

(3) Kemampuan memahami dan menginterpretasikan ide-ide matematis secara tulisan.

(4) Kemampuan mengevaluasi ide-ide matematis secara tulisan.

(5) Kemampuan dalam mengunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. Indikator tersebut digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan soal uraian berbasis problem solving pada tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII.

2.1.4 Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Bruner, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2014: 71), model pembelajaran berbasis masalah (PBL) memberikan arti penting belajar konsep dan belajar menggeneralisasi. Pembelajaran ini berorientasi pada kecakapan siswa memproses informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada cara-cara orang menangani stimulasi dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dan menggunakan lambang-lambang verbal dan non-verbal.

Menurut Utecht (2003: 4) “PBL helps students to take the knowledge

they have, and apply it in a meaningful way to problems that can occur in

(48)

hanya melibatkan siswa sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran tetapi mendorong mereka untuk memiliki peran aktif dengan melibatkan mereka secara bermakna dengan permasalahan dunia nyata Selain itu menurut Winter (2001), model PBL merupakan salah satu model yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan penilaian diri siswa. Daryanto (2014: 29) juga berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”,

bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan itu digunakan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran. Masalah tersebut diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkaitan dengan masalah yang harus dipecahkan.

(49)

Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Schmidt (2007: 93) yakni meliputi unsur-unsur sebagai berikut.

(1) Siswa dikumpulkan dalam kelompok-kelompok kecil. (2) Pemberian orientasi/petunjuk pada setiap kelompok.

(3) Tugas pembelajaran mereka adalah untuk menjelaskan penyelesaian masalah sesuai dengan materi pelajaran.

(4) Penyelesaian dilakukan dengan diskusi awal dengan kemampuan yang dimiliki setiap anggota kelompok.

(5) Guru berperan untuk memfasilitasi pembelajaran.

(6) Guru sebagai fasilitator memberikan petunjuk seperti informasi yang relevan, pertanyaan, dan lain-lain yang disajikan dengan suatu rancangan permasalahan.

(7) Sumber untuk belajar mandiri dapat berupa buku, artikel, atau media

lainnya.

Tujuan dari model PBL menurut Daryanto (2014: 30) adalah sebagai berikut.

(1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

(50)

Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan: (a) PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas; (b) PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialg dengan yang lain sehingga siswa secara bertahap dapat memiliki peran yang diamati tersebut; dan (c) PBL melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun temannya tentang fenomena itu.

(3) Belajar pengarahan sendiri (self directed learning). Pembelajaran

berbasis masalah berpusat pada siswa. Siswa harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, dibawah bimbingan guru.

Menurut Arends (2012: 411) model PBL memiliki 5 tahapan utama seperti tersaji pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Sintaks Model PBL

Fase Perilaku Guru

Fase 1: memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah-masalah.

Fase 2: mengorganisasikan siswa untuk meneliti

Guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.

Fase 3:membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.

Fase 4: mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan

(51)

Lanjutan Tabel 2.2 Sintaks Model PBL

Fase Perilaku Guru

exhibit artefak-artefak yang tepat, seperti

laporan, rekaman video, dan model-model, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Fase 5: menganalisis dan

mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

Akinoglu dan Ozkardes-Tandogan (2007: 73-74) menyatakan terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh model PBL di kelas. Kelebihan-kelebihan tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Kelas akan lebih terpusat pada siswa dibandingkan dengan guru.

(2) Model pembelajaran ini mengembangkan kontrol diri pada siswa. Hal ini mengajarkan pembuatan rencana yang prespektif dalam menghadapi realitas dan mengekspresikan emosi.

(3) Model ini memungkinkan siswa untuk melihat peristiwa secara multidimensional dan dengan prespektif yang lebih dalam.

(4) Membantu mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

(5) Mendorong siswa untuk belajar akan hal baru dan konsep saat memecahkan masalah.

(6) Mengembangkan tingkat sosialisasi dan keterampilan komunikasi siswa dengan memungkinkan mereka untuk belajar dan bekerja dalam tim. (7) Mengembangkan kemampuan pemikiran tingkat tinggi atau berpikir

(52)

(8) Model ini menyatukan antara teori dan praktek. Hal ini memungkinkan siswa untuk menggabungkan pengetahuan lama mereka dengan pengetahuan baru dan untuk mengembangkan keterampilan menilai mereka dalam lingkungan disiplin tertentu.

(9) Memotivasi belajar bagi guru dan siswa.

(10) Siswa memperoleh keterampilan manajemen waktu, fokus, pengumpulan data, penyusunan laporan dan evaluasi.

(11) Membuka jalan untuk belajar seumur hidup.

Selain itu terdapat beberapa faktor yang membatasi pelaksanaan pembelajaran dengan PBL di kelas yakni sebagai berikut.

(1) Kesulitan guru untuk mengubah gaya belajar.

(2) Kebutuhan waktu yang lebih lama oleh siswa untuk menyelesaikan

permasalahan.

(3) Kelompok atau individu mungkin dapat menyelesaikan pekerjaan

mereka lebih awal atau lebih lama.

(4) PBL memerlukan materi dan penelitian/ percobaan yang banyak.

(5) PBL tidak dapat diterapkan pada semua materi atau proses

pembelajaran. Hal tersebut karena akan tidak bermanfaat untuk diterapkan pada kelas dengan kondisi siswa yang tidak sepenuhnya dapat memahami makna permasalahan yang disajiankan.

(53)

2.1.5 Pendekatan Saintifik

Pendekatan pembelajaran adalahsuatu bentuk pola aktivitas yang merupakan dasar pijakan guru mengorganisir kegiatan belajar mengajar. Menurut Syah (2007: 155) pendekatan pembelajaran dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

Matematika sebagai materi eksak tentu memiliki proses ilmiah di dalam pembelajarannya. Jadi dalam pembelajarannya pendekatan yang digunakan akan lebih efektif jika mengandung esensi pendekatan ilmiah. Secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui observasi dan eksperimen, kemudian memformalisasikan dan menguji hipotesis.

(54)

Pendekatan ilmiah atau yang lebih dikenal dengan pendekatan saintifik (scientific approach) merupakan ciri khas dari pelaksanaan kurikulum 2013. Menurut Kemendikbud (2013) pembelajaran dengan pendekatan ilmiah adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung informasi searah dari guru.

Sebagaimana disampaikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan saintifik. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

(55)

(3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

(4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

(5) Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

(6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

(7) Tujuan pembelajaram dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi

menarik sistem penyajiannya.

Daryanto (2014: 53) juga berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut.

(1) Berpusat pada siswa.

(2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep,

hukum atau prinsip.

(3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

(56)

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik menurut Daryanto (2014: 54) adalah sebagai berikut.

(1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

(2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah seara sistematik.

(3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar

itu merupakan suatu kebutuhan.

(4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

(5) Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

(6) Untuk mengembangkan karakter siswa.

Kemudian Daryanto (2014: 58) juga mengemukakan prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan Saintifik sebagai berikut.

(1) Pembelajaran berpusat pada siswa.

(2) Pembelajaran membentuk stident self concept.

(3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

(4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

(5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.

(57)

Permendikbud No. 81 A tahun 2013 menjelaskan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri dari lima pengalaman belajar pokok, yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

(1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, siswa diberikan kesempatan untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan : melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Siswa diberikan fasilitas oleh guru untuk dapat melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

(2) Menanya

(58)

(3) Mengumpulkan informasi

Tindak lanjut dari kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak memperhatikan fenomena atau objek yang diteliti, atau melakukan eksperimen.

(4) Mengasosiasi

Setelah melakukan kegiatan mengumpulkan informasi maka akan didapatkan informasi-informasi yang akan diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang telah ditemukan.

(5) Mengkomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritankan apa yang telah ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil penemuan tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.

(59)

pendekatan saintifik maka hal tersebut dapat melatih salah satu kemampuan yang dimiliki siswa yaitu kemampuan komunikasi baik secara tertulis melalui suatu penyelesaian soal problem solving maupun secara lisan melalui presentasi kepada antarsiswa atau guru serta wawancara.

2.1.6 Model PBL dengan Pendekatan Saintifik

[image:59.595.144.513.365.726.2]

Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran menggunkan model PBL dengan pendekatan saintifik. Tahapan pembelajaran menggunakan model PBL dengan pendekatan saintifik disajikan dengan Tabel 2.3 sebagai berikut.

Tabel 2.3 Model PBL dengan Pendekatan Saintifik

No. Tahap-tahap Deskripsi Kegiatan

1 Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa melalui

mengamati dan menanya

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, membangun sikap positif terhadap pelajaran terssebut, serta menjelaskan apa saja yang harus dilakukan siswa dan guru. Dalam hal ini, siswa

mengamati penjelasan dan

masalah terkait materi yang dipelajari dan siswa terdorong untuk menanya hal yang berkaitan dengan masalah tersebut.

2 Mengorganisasikan siswa untuk meneliti melalui

mengamati

(60)

Lanjutan Tabel 2.3 Model PBL dengan Pendekatan Saintifik

No. Tahap-tahap Deskripsi Kegiatan

Siswa secara berkelompok

mengamati LKS yang diberikan guru dengan cara melihat, membaca, mencermati dan menyimak.

3 Membantu investigasi mandiri dan kelompok melalui mengumpulkan informasi dan mengasosiasi

Guru mendorong siswa untuk mendapat informasi yang tepat, melakukan eksperimen dari kegiatan mengumpulkan informasi dari masalah yang diberikan dan mendorong siswa untuk mencari penjelasan serta solusi masalah dalam kegiatan

mengasosiasi yang dilakukan

oleh siswa. 4 Mengembangkan dan

memepresentasikan artefak

dan exhibit melalui

mengkomunikasikan

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak atau hasil karya dari solusi pemecahan masalah yang telah ditemukan. Hasil karya tersebut disampaikan melalui kegiatan

mengkomunikasikan di hadapan kelompok-kelompok lain.

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan pembelajaran terkait materi yang telah disampaikan melalui

mengkomunikasikan hasil

pemahaman mereka terkait

2.1.7 Materi Bangun Ruang Sisi Datar

(61)

2.1.7.1Definisi Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar, serta beberapa bidang yang saling berpotongan menurut garis sejajar (Heruman, 2008:110). Hal tersebut sesuai definisi prisma menurut Kusni (2009), prisma adalah benda yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar dan beberapa bidang lain yang potong memotong menurut garis-garis sejajar. 2.1.7.2Macam-macam Prisma

[image:61.595.180.505.444.517.2]

Berdasarkan rusuk tegaknya, prisma dibedakan menjadi dua, yaitu prisma tegak dan prisma condong. Prisma tegak adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tegak lurus pada bidang atas dan bidang alas. Sedangkan prisma condong adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada biang atas dan bidang alas.

Gambar 2.1 Prisma Tegak Gambar 2.2 Prisma Condong Berdasarkan bentuk alasnya, terdapat prisma segitiga, prisma segiempat, prisma segilima, dan seterusnya. Jika alasnya berupa segi-n

beraturan maka disebut prisma segi-n beraturan.

(62)

Gambar 2.5

Prisma Tegak Segienam

Gambar

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tabel 2.3 Model PBL dengan Pendekatan Saintifik
Gambar 2.1 Prisma Tegak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan Inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ” Peningkatan

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, nikmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Kemampuan

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Alhamdulillahirobbil ’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Deskripsi Kemampuan

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Deskripsi Kemampuan

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karuni-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “