• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DI KOTA METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DI KOTA METRO"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

DWI SUKAMTI

NPM. 13102704

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Jurusan: Ekonomi Syari’ah (Esy)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1438 H/2018 M

(2)

PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN

DI KOTA METRO

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Strata 1 (S1)

Oleh :

DWI SUKAMTI

NPM. 13102704

Pembimbing I : Dr. Tobibatussaadah, M.Ag Pembimbing II : Drs. Dri Santoso, M.H

Jurusan : Ekonomi Syariah (Esy)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

2018

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DI KOTA METRO

Oleh: DWI SUKAMTI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro. Dilihat dari jenisnya penelitian ini adalah penelitian lapangan. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap para pencari kerja (pengangguran) yang ada di kota Metro dan Dinas Tenaga Kerja dan Tranmigrasi Kota Metro serta dokumentasi yang berkaitan dengan kota Metro. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan metode berfikir induktif. Yaitu pengambilan kesimpulan dimulai dari pertanyaan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab tingginya angka pengangguran dikota metro yaitu: faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan proses mencari kerja (memilih pekerjaan) dan gaji yang tidak layak, pertumbuhan angkatan kerja yang setiap tahunnya meningkat sedangkan lapangan kerja terbat as, terbatas atau kurangnya dana yang tersedia dalam menciptakan lapangan kerja, luas wilayah Kota Metro yang sangat kecil, sedikitnya investor yang berinvestasi di Kota Metro, dan terjadinya urbanisasi yang menambah angka pengangguran di Kota Metro.

(6)
(7)

HALAMAN MOTTO

تْغَرَف

ْب َصنٱَف

اَذِإَف

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS: AL Insirah Ayat 7)

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Orang tua (almahrum ) ayah (Parji) dan ibu (Sarwiji) yang sangat kucintai yang senantiasa memberi dukungan dan doa yang tak kenal lelah sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kakak tercinta (Sulis Tiani) dan adik-adikku tersayang (Tri Gianto Prasetio dan Agus Jatmiko) serta sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat. 3. Almamaterku tercinta Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, bersyukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik hidayah dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Jurusan Syariah IAIN Metro guna memperoleh gelar SE.

Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis megucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Jurai Siwo Metro

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum. 3. Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Ibu Rina

El Maza, S.H.I., M.S.I

4. Dr. Hj. Tobibatussaadah, M.Ag. dan Drs. Dri Santoso, MH. selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberikan motivasi.

5. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu dan dukungannya di dalam penyelesaian pendidikan

6. Pihak Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro, yang telah menyediakan waktu dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Kritik dan saran demi perbaikan skripsi sangat diharapkan dan akan diterima dengan lapang dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Metro, Desember 2017 Peneliti,

Dwi sukamti NPM.13102704

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... xii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan dan Manfaat penelitian... 7

D. Penelitian Relevan ... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ... 11

A. Teori Angkatan Kerja ... 11

1. Definisi Angkatan Kerja ... 11

2. Hubungan Penduduk Dan Angkatan Kerja ... 12

3. Diagram Ketenaga Kerjaan ... 13

B. Teori pengangguran ... 11

1. Pengertian Pengangguran ... 11

2. Jenis-jenis Pengangguran ... 12

C. Faktor-faktor Penyebab Pengangguran ... 22

D. Dampak Pengangguran ... 25

E. Kebijakan Pemerintah Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja ... 26

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Dan Sifat Penelitian ... 31

(11)

C. Teknik Pengumpulan Data ... 33

D. Teknik Analisa Data ... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 34

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

1. Profil Kota Metro ... 37

2. Keadaan Geografis Kota Metro ... 40

3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Kota Metro ... 42

B. Gambaran Umum faktor-faktor Penyebab TingginyaAngka Pengangguran Di Kota Metro ... 43

1. wawancara Dengan Pengangguran ... 43

2. wawancara Dengan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro ... 47

C. Analisis ... 53

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi 2. Surat Keputusan (SK) Bimbingan 3. Surat Izin Pra Survei

4. Surat Izin Risearch 5. Surat Tugas

6. Surat Balasan Risearch 7. Outline

8. Alat Pengumpul Data 9. Nota Dinas

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebababkan kenaikan pendapatan rill per kapita penduduk suatu Negara dalam jangka waktu yang panjang disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat baik dilihat dari aspek ekonomi dan sosial1. Salah

satu sasaran pembangunan adalah untuk menciptakan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya agar angkatan kerja yang ada dapat terserap dalam kegiatan ekonomi.

Secara potensial Indonesia mempunyai kemampuan sumber daya manusianya tetapi dihadapkan dengan berbagai kendala dibidang ketenaga kerjaan , seperti perkembangan jumlah angkatan kerja yang pesat tetapi tidak diikuti dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Kendala lain yaitu penawaran tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan atau klasifikasi yang dituntut oleh pasar tenaga kerja, sehingga menambah angka pengangguran.

Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Jumlah penduduk tahun 2016 memperlihatkan bahwa

1Michel P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: PT

(14)

penduduk Indonesia berjumlah 189.096.722 juta jiwa.2 Otomatis jumlah angkatan kerja di Indonesia akan meningkat karna jumlah angkatan kerja ini berhubungan positif dengan banyaknya jumlah tenaga kerja. Di provinsi lampung jumlah penduduk pada tahun 2015 sudah mencapai 8.117.268 yang terdiri atas 4.162.434 jiwa penduduk laki-laki dan 3.954.831 jiwa penduduk perempuan dan jumlah angkatan kerja sebanyak 3.832.108 jiwa dari

5.841.965 jiwa penduduk.3 Kota metro yang berlebelkan kota pendidikan

merupakan salah satu kota di provinsi lampung dengan jumlah penduduk setiap tahunnya mengalami peningkatan. Jumlah penduduk kota metro pada tahun 2016 berjumlah 160. 729 jiwa yang terdiri atas 80.300 jiwa penduduk

laki-laki dan 80.429 jiwa penduduk perempuan.4

Membahas masalah ketenagakerjaan tidak akan terlepas dari masalah penduduk, karna subjek dan obyek masalah ketenaga kerjaan adalah manusia sebagai setiap jiwa penduduk. Penduduk menurut UUD 1945 adalah warga Negara Indonesia dan asing yang bertempat tinggal di indonsia. Penduduk Indonesia begitu banyak merupakan potensi tenaga kerja. Menurut suyono menyebutnya dengan istilah “pembangunan berwawasan kependudukan” artinya dalam proses pembangunan diarahkan bagaimana menjadikan penduduk sebagai pelaku pembangunan, produsen

sekaligus pasar yang potensial.5

2

www.SurveiAngkatanKerjaNasional.go.id (SAKERNAS),2016

3

www.Lampung.bps.go.id lampung data dalam angka 2016

4

www.Metrokota.bps.go.id

5Bachrawi Sanusi, Pengantar Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: PT Asdi

(15)

Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun senantiasa mengalami pertumbuhan. Hal ini cenderung mengakibatkan pertumbuhan angkatan

kerja.6 Jadi pertumbuhan penduduk sangat mempengaruhi jumlah angkatan

kerja. Menurut UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.7

Sementara yang dimaksud bekerja adalah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, dengan lama bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu. Dengan bekerja orang akan memperoleh uang untuk membiayai kebutuhan hidupnya bersama keluarganya. Di Indonesia setiap warga masyarakat bebas untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal itu diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi, “tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”8

. Artinya, bahwa setiap warga memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan dan memperoleh upah untuk mencukupi kebutuhan hidup layak tanpa membedakan jenis kelamin, ras, agama, dan aliran politik sesuia dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan. Permasalahan yang dihadapi dengan bertambahnya angkatan kerja adalah bertambahnya pengangguran karna tidak didukung dengan kesempatan kerja yang ada. Kesempatan kerja

6Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Persepektif Pembangunan,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003). h. 55

7

Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan

8Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 tentang hak dan kewajiban sebagai

(16)

adalah keadaan yang menggambarkan ketersediaan lapangan kerja untuk para pencari kerja atau dapat pula dikatakan ketersediaan lapangan kerja untuk yang memerlukan pekerjaan. Faktanya pertumbuhan lulusan sekolah, mulai dari tingkat SMA hingga yang bergelar master setiap tahun bertambah banyak sehingga menjadikan pencari kerja semakin meningkat pula. Di sisi lain, daya serap tenaga kerja di dunia usaha tidak sebanding lurus dengan pertumbuhan tenaga kerja setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran yang di sebabkan karna kurangnya

kesempatan kerja yang ada.9

Pertumbuhan angkatan kerja yang masih tinggi serta keterbatasan tenaga kerja akan menyebabkan naiknya tingkat pengangguran. Tingkat

pengangguran terbuka diukur sebagai persentase jumlah

pengangguran/pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Secara konsisten, pertumbuhan angkatan kerja masih selalu lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Jumlah penduduk yang terlalu besar tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja akan menyebabkan sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak memperoleh pekerjaan. Permasalahan dibidang kependudukan hampir dipastikan menimbulkan masalah ketenaga kerjaan, khususnya bagaimana menyediakan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang terus bertambah. Secara spesifik pengangguran terbuka dalam Sakernas terdiri atas:

a. Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan

9Eka Jaka S, Meraih Peluang Kerja 30 Langkah Praktis Dan Efektif Yang Harus

(17)

b. Mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha

c. Mereka yang tidak bekerja,dan tidak mencari pekerjaan, dan merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan

d. Mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karna sudah

diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja.10

Salah satu masalah yang dihadapi Metro dewasa ini adalah masalah pengangguran. Tingkat pengangguran di Kota Metro masih cukup tinggi. Penganguran di Kota Metro didominasi oleh pengangguran usia muda. Jumlah lulusan SMA/SMK dan lulusan kuliah setiap tahunnya bertambah banyak, namun jumlah lapangan kerja sangat sedikit dan tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja yang ada. Selain itu keahlian atau kemampuan lulusan smk/sma atau bahkan yang lulusan perguruan tinggi seringkali tidak sesuia dengan permintaan pasar tenaga kerja menjadikan seseorang mengaggur memilih pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran di kota Metro.

Berikut ini kondisi ketenagakerjaan Kota Metro.

Tabel 1.1 Kondisi Ketenagakerjaan Kota Metro Tahun 2006-2015

Tahu n Pendudu k Angkata n Kerja Bekerja Dan kesempata n kerja Menganggura n Tingkat Penganggura n 2006 135.070 50.666 35.896 14.770 29,16%

10 Badan Pusat Statistik, Data Strategis BPS, (Jakarta: CV Nasional Indah,2010),

(18)

2007 137.944 50.664 36.086 14.578 28,77% 2008 140.344 65.344 57.489 7.846 12,04% 2009 142.988 63.096 56.125 6.971 11,04% 2010 145.741 71.172 62.301 8.871 12,47% 2011 147.050 71.777 61.844 9.933 13,84% 2012 149.361 69.474 61.583 7.891 11,35% 2013 153.517 68.583 65.529 3.054 4,45% 2014 155.992 69.868 66.914 2.954 4,22% 2015 158.435 71.239 67.590 3.649 5,51%

Sumber: BPS Kota Metro, Tahun 2006-2015

Berdasarkan tabel di atas tingkat pengangguran di metro paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 29,16% dan tingkat pengangguran rendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 4,22%. Pada tahun 2015 tingkat pengangguran di kota Metro mengalami kenaikan lagi sebesar 5,51%.

Penulis melakukan wawancara untuk dengan salah satu pegawai di Badan Pusat Statistik Kota Metro bapak Ade Fitriansyah. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa data pengangguran kota Metro pada tahun 2016 tidak ada dikarenakan tidak adanya anggaran untuk melakukan survei dan penelitian. Untuk tahun 2016 bisa jadi tingkat

(19)

pengangguran mengalami kenaikan lagi atau bahkan mengalami

penurunan.11

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penyebab Tingginya Angka Pengangguran di Kota Metro”?

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka pertanyaan penelitian yang peneliti ajukan di dalam penelitian ini adalah: 1. Apa faktor-faktor penyebab tingginya angka pengangguran di Kota

Metro?

2. Mengapa angka pengagguran di Kota Metro cukup tinggi? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai di dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro.

2. Manfaat

Ada pun manfaat yang ingin diperoleh di dalam penelitian ini adalah: a. Manfaat teoritis

Menambah keilmuan penulis dalam bidang ilmu ekonomi Islam dan menambah kasanah pustaka pada IAIN Metro dalam bidang ilmu Ekonomi Islam

11 Wawancara dengan Ade Fitriansyah (pegawai BPS Kota Metro) pada tanggal 2 Juni

(20)

b. Manfaat praktis

Bagi pemerintah dan lembaga lainnya sebagai masukan dalam memecahkan masalah pengangguran yang ada di kota Metro

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan memuat uraian sistematis mengenai hasil penelitian terdahulu (Period Researd) tentang persoalan yang akan dikaji dalam sekripsi. Penulis mengemukakan dengan tegas bahwa masalah yang akan di bahas belum pernah diteliti sebelumnya. Untuk itu perlu tinjauan kritis terhadap hasil kajian terdahulu perlu dilakukan dalam bagian ini.

Berdasarkan kutipan tersebut diatas maka judul skripsi analisis terhadap penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro, penulis mengatakan bahwa belum ada yang pernah menulis judul tersebut. Sekripsi ini murni hasil pemikiran penulis kecuali pengertian-pengertian lain secara teoritis banyak yang penulis adopsi dari pemikiran ahli yang telah penulis jadikan sandaran atau referensi dalam penulisan sekripsi tersebut disertai dengan data yang mendukung.

Ada beberapa penulisan karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain yang judulnya menyerupai dengan judul yang telah penulis tulisakan tetapi sekalipun sekilas terlihat sama namun terdapat perbedaan terutama dalam penekanan inti penulisan karya ilmiah tersebut dan tentu subtansinya pun berbeda pula yaitu antara lain:

Skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Jawa Tengah, Tahun 1991-2011 oleh Vika Novi

(21)

Yanti, NIM B 300100044, Fakulitas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta 2014. Berdasarkan penelitian pada skripsi ini diketahui bahwa yang mempengaruhi tingkat pengangguran di jawa tengah

adalah pertumbuhan penduduk, inflasi, investasi, dan upah minimum.12

Skripsi dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Di Sumatra Barat Pasca Krisis Ekonomi Pada Tahun 2000-2010”, oleh Riswandi, Fakulitas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2011. Kesimpulan dari skripsi ini adalah factor penyebab pengangguran di Sumatra Barat pasca krisisi ekonomi disebabkan oleh pertumbuhan

ekonomi, pertumbuhan penduduk, dan investasi swasta.13

Skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Penganguran Di Jawa Tengah Tahun 1997-2010”, oleh Ronny Pitartono NIM C2B605147, Fakulitas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang 2012. Kesimpulan dari skripsi ini adalah tingkat pengangguran di Jawa Tengah

mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada tahun 1997-2010.14

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, dapat diketahui bahwa terdapat persamaan yaitu sama-sama membahas mengenai faktor-faktor

12

Vika Novi Yanti, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Pengangguran di Jawa Tengah Tahun 1991-2011, (Surakarta: Skripsi Fakulitas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), Diunduh Di Ip Portal Garuda Pada Tanggal 15 April 2017

13

Riswandi, Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Di Sumatra Barat

Pasca Krisis Ekonomi Pada Tahun 2000-2010, (Sumatra Barat: Skripsi Jurusan Ekonomi

Fakulitas Ekonomi Universitas Andalas Padang, 2011), Diunduh Di Ip Portal Garuda Pada Tanggal 15 April 2017

14

Roni pitartono, Analisis Tingkat Penganguran Di Jawa Tengah Tahun

1997-2010, (Semarang: Skripsi Fakulitas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2012), Diunduh Di

(22)

yang menyebabkan pengangguran. Sedangkan yang menjadi perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang peneliti akan lakukan, terletak pada segi lokasi, tahun penelitian dan objek yang akan peneliti teliti. Dalam penelitian yang akan di kaji oleh peneliti lebih ditekankan pada penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Angkatan Kerja 1. Definisi Angkatan Kerja

Sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja mempunyai pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan, tetapi secara aktif atau

pasif mencari suatu pekerjaan disebut tenaga kerja.15

Menurut Payaman, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun atau lebih yang bekerja, mencari pekerjaan, dan sedang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, maupun mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan. Menurut BPS, penduduk berumur 15 tahun ke atas terbagi sebagai angkatan kerja. Dikatakan tenaga kerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan

dan lamnya bekerja paling sedikit 1 jam.16

Sedangkan menurut UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun masyarakat.17

15Suroto, Strategi Pembangunan Dan Perencanaan Tenaga Kerja, (Yogyakarta: Gadjah

Mada Universitas Press, 1983) h. 12

16Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 107 17Ismawanto, Ekonomi Untuk Sma Dan Ma Kelas XI, (Jakarta: CV Gema Ilmu, 2009) h.

(24)

Berdasarkan ketiga definisi tersebut, menunjukkan bahwa tenaga kerja bermakna pada kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Hubungan Penduduk Dan Angkatan Kerja

Menurut Internasional Labour Organization (ILO) penduduk dikelompokkan kedalam 2 golongan, yaitu sebagai berikut:

a. Golongan produktif (tenaga kerja), merupakan penduduk usia produktif antara 15-64 tahun

b. Golongan non produktif (diluar usia kerja), merupakan penduduk tidak produktif, yaitu penduduk di bawah usia kerja (0-14 tahun) atau di atas usia 64 tahun18

Golongan produktif terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk angkatan kerja penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang memiliki dua syarat sebagai berikut:

1) Selama seminggu sebelum pencacahan atau sensus penduduk memiliki pekerjaan, baik bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karna suatu sebab, misalnya, sedang menuggu hasil panen dan pegawai yang sedang cuti.

2) Tidak memiliki pekerjaan, tetapi sedang memiliki pekerjaan

Jadi tidak semua penduduk usia 15 tahun ke atas termasuk angkatan kerja. Penduduk usia 15 tahun ke atas kelompok bukan angkatan kerja adalah orang-orang yang masih bersekolah, mengurus

18Bambang Widjajanta, Aristanti Widyaningsih, dan Heraeni Tanuatmodjo, Mengasah

(25)

rumah tangga, dan yang tidak sedang melakukan kegiatan kerjaa atau mencari kerja.

Penduduk yang tergolong mencari kerja yaitu:

1) Orang yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan

2) Orang-orang yang pernah bekerja, pada saat sensus penduduk sedang menganggur dan berusaha mendapatkan peerjaan

3) Orang yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapatkan

pekerjaan19

Jumlah penduduk nonproduktif dalam setiap 100 orang penduduk produktif disebut angka kebergantungan (dependency ratio). 3. Diagram Ketenagakerjaan

(26)

B. Teori Pengangguran

1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum memperoleh pekerjaan tersebut. Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak

tergolong sebagai pengangguran.20

Menurut kamus istilah ekonomi pengangguran adalah keadaan yang menggambarkan tidak ikut sertanya tenaga kerja yang sebetulnya

20

(27)

produktif dalam proses produksi karna jumlah pekerjaan lebih kecil

juka dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia21.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari pekerjaan

kategori orang yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masa kerjanya. Usia kerja biasanya adalah usia yang tidak dalam masa sek olah tetapi di atas usia anak-anak (relative di atas 6-18 tahun yaitu masa pendidikan dari SD

sampai SMU)22. Penganggurn atau menganggur umumnya dilakukan

dengan suka rela, baik karna memilih pekerjaan, menunggu pekerjaan yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karna alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan peusahaan, dan berbagai macam alasan lainnya.

2. Jenis-Jenis Pengangguran

Jenis-jenis pengangguran dapat dikelompokkan berdasarkan alasan atau penyebabnya dan berdasarkan ciri-cirinya:

a. Jenis pengangguran menurut alasan/penyebabnya 1). Pengangguran Friksional (Normal)

Pengangguran friksional merupakan perputaran normal tenaga kerja, seorang muda yang memasuki angkatan kerja

21

Ralona M, Kamus Istilah Ekonomi Populer, (Niaga Swadaya: Gorga Media, 2006), h. 244

22 Iskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

(28)

mencari pekerjaan. Orang meninggalkan pekerjaannya karna berbagai alasan. Beberapa orang keluar karena berbagai alasan. Beberapa orang keluar karena tidak puas dengan kondisi kerjaanya, ada juga yang keluar karena dipecat. Orang yang menganggur selama mencari pekerjaan dikatakan menganggur secara friksional. Pengangguran friksional akan tetap ada meskipun stuktur pekerjaan menurut ketrampilan, industri, jenis pekerjaan dan lokasinya tidak berubah.

2). Pengangguran Struktural

Penyesuaian struktur ekonomi dapat menyebabkan pengangguran. Jika pola permintaan berubah, maka permintaan tenaga kerja juga berubah. Selama terjadi penyesuaian tenaga kerja, terjadilah pengangguran struktural. Pengangguran struktural dapat didefinisikan sebagai pengangguran yang disebabkan karena tidak adanya titik temu antara struktur angkatan kerja berdasarkan ketrampilan, jenis pekerjaan, industri dan lokasi geografis.

Sebab-sebab alamiah pengangguran struktural

diantaranya adalah adanya pertumbuhan ekonomi, dengan adanya pertumbuhan maka kombinasi input yang dibutuhkan

akan berubah sesuia dengan permintaan barang jadi.23

Pengangguran struktural terjadi jika penyesuaian ini

23 Imamul Arifin dan Giana Hadi W, Membuka Cakrawala Ekonomi Untuk

Kelas XI Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Progam Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama), h. 19

(29)

berlangsung lambat sehingga pengangguran bertambah dibeberapa wilayah industri dan jenis pekerjaan tertentu dimana permintaan faktor-faktor produksi turun lebih cepat dari pada penawarannya. Pengangguran structural akan naik meskipun ada kenaikan kecepatan pada perubahan struktur pada perubahan struktur permintaan tenaga kerja atau ada penurunan kecepatan dimana tenaga kerja menyesuaikan dengan perubahan ini.

3). Pengangguran karena memilih pekerjaan

Terdapat pengangguran friksional yang sifatnya terpaksa. Tidak ada pekerjaan yang cocok dengan kemampuan dan keterampilan sesorang. Orang yang menganggur sadar bahwa pekerjaan itu ada, tetapi Ia masih mencari pilihan pekerjaan. Pengangguran friksional suka rela sering disebut dengan pengangguran karena memilih pekerjaan. Orang yang termasuk dalam pengangguran karna memilih pekerjaan adalah pengangguran suka rela karna mereka sebenarnya bisa

memperoleh pekerjaan, disisi lain mereka terpaksa

menganggur karna mereka belum memperoleh pekerjaan yang

tingkat gajinya sesuai dengan yang mereka harapkan.24

Para pekerja tidak memiliki cukup informasi tentang semua pekerjaan yang ada dan tingkat gajinya dan barangkali

24Richard G. Lipsey, dkk, Pengantar Makro, (Jakarta: PT Gelora

Aksara, 2006), h. 282

(30)

mereka hanya bisa memperoleh informasi itu dengan cara meneliti pasar. Dihadapkan dengan ketidak pastian ini, yang lebih mungkin adalah menolak tawaran pekerjaan yang pertama untuk membuktikan bahwa tawaran itu kurang memuaskan dan untuk melihat informasi pasar lebih jauh. Terlalu banyak memilih-milih pekerjaan, menolak pekerjaan yang satu dan mengharapkan yang lain yang lebih baik dan lebih cocok merupakan pemborosan ekonomis. Secara sosial memang diinginkan adanya pengangguran karna memilih pekerjaan untuk member waktu kepada orang yang

menganggur mencari pekerjaan yang tersedia agar

keterampilan mereka digunakan sebaik-baiknya. 4) pengangguran defisiensi permintaan

Pengangguran yang terjadi karna permintaan total tidak cukup untuk membeli output yang bisa diproduksi oleh tenaga kerja yang dipekerjakan penuh, hal ini disebut dengan

pengangguran defisiensi permintaan (devicient-demand

unemployment) pengangguran ini terjadi karna adanya senjang resesi. Sebagai akibatnya, pekerjaan yang tersedia lebih sedikit

dari pada orang-orang yang menganggur.25 Pengangguran

defisiensi-permintaan dapat diukur dengan menghitung jumlah orang yang sekarang bekerja dikurangi dengan jumlah orang

25

(31)

yang semestinya dipekerjakan pada tingkat pendapatan potensial. Jika pengangguran defisiensi-permintaan sama dengan nol berarti tersedia kesempatan kerja bagi sertiap orang yang menganggur

5) pengangguran Upah Real

Pengangguran yang disebabkan karna terlalu tingginya upah riel disebut pengagguran upah (riel wage unemployment) atau sering disebut juga pengangguran klasik. Istilah terahir disebut digunakan karna banyak ekonom, yang oleh Keynes dijuluki ekomom klasik, yakni bahwa pengangguran tahun 1930-an disebabkan oleh tingginya upah riel. Untuk mengatasi masalah pengangguran ini, disarankan menurunkan tingkat upah. Keynes berpendapat bahwa penggangguran ini disebabkan oleh terlalu kecilnya permintaan agraret dan

penyelesaian yang disarankan adalah meningkatkan

permintaan bukan memotong upah.

Sejauh ini, kita telah menggunakan istilah upah riel yang maksudnya adalah daya beli upah nominal. Daya beli ini diukur dengan cara mendeflasikan upah nominal dengan

indeks harga konsumen.26

b. Jenis penganguran berdasarkan berdasarkan ciri-cirinya: 1) Pengangguran Terbuka

26

(32)

Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu. Pengangguran terbuka dapat dapat pula wujud sebagai dari akibat kegiatan ekonomi yang menurun, dari teknologi yang mengurangi tenaga kerja, atau akibat dari kemunduran

perkembangan suatu industry.27

2) Pengangguran Terselubung

Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karna tidak memperoleh pekerjaan yang sesuia dengan bakat dan kemampuannya.

Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.

3) Pengangguran Bermusim

27Alam S, Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas XI, ( Yogyakarta: PT Gelora

(33)

Pengangguran ini terutama terdapat disektor pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa di atas para penyadap karet nelayan dan pesawah tidak melakukan

pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.

Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran

bermusim.28

4) Setengah Menganggur

Dinegara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota sangat pesat sebagai akibatnya tidak semua yang pindah kekota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Disamping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari dalam seminggu atau satu hingga 4jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah

28Sandono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali

(34)

mengganggur.29 Tingkat pengangguran yang tinggi kebanyakan terjadi dikalangan anak muda dan mereka yang telah lebih berpendidikan pada usia 15 sampai dengan 24 tahun.

C. Faktor-Faktor Penyebab Pengangguran

kaufman dan Hotchkiss, mengidentifikasikan penyebab

pengangguran yaitu proses mencari kerja, kekakuan upah, dan efesiensi upah, besarnya angkatan kerja tidak sebanding dengan kesempatan kerja, struktur lapangan kerja tidak seimbang, kebutuhan jumlah dan jenis tenaga kerja terdidik tidak seimbang, meningkatnya peran dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia, dan

penyediaa n dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.30

Proses mencari kerja , dalam proses ini terdapat hambatan dalam mencari kerja yaitu disebabkan karena adanya para pekerja yang ingin pindah ke pekerjaan lain, tidak sempurnanya informasi, yang diterima pencari kerja mengenai lapangan kerja yang tersedia, serta informasi yang tidak sempurna pada besarnya tingkat upah yang layak mereka terima.

Kekakuan upah, besarnya pengangguran yang terjadi dipengaruhi oleh jumlah upah yang tidak fleksibel dalam pasar tenaga kerja. Penurunan pada proses produksi dalam perekonomian akan mengakibatkan pergeseran atau penurunan besarnya upah yang ditetapkan.

Efesiensi upah, besarnya pengangguran juga dipengaruhi oleh efesiensi tingkat upah. Efesiensi yang terjadi pada upah tersebut terjadi

29 Ibid

30 Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia Tijauan Historis Teoritis Dan

(35)

karena semakin tinggi perusahaan membayar upah maka akan semakin keras usaha para pekerja untuk bekerja. Hal ini justru akan memberikan konsekuensi yang buruk jika perusahaan memilih membayar lebih pada tenaga kerja yang memiliki lebih tinggi maka akan terjadi pengangguran terpaksa akibat dari persaingan yang ketat dalam mendapatkan pekejaan yang diinginkan.

Besarnya angkatan kerja tidak sebanding dengan kesempatan kerja Ketidak seimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar dari kesempatan kerja yang ada. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi. munculnya angkatan kerja baru akan menimbukan persaingan yang ketat bagi para pencari kerja dan menyebabkan seseorang sulit mendapatkan pekerjaan.

Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga kerja terdidik tidak seimbang,hal ini terjadi apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

Meningkatnya peran dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan kerja di Indonesia, hal ini berdampak meningkatkan pengangguran.

(36)

Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang. Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan

sebaliknya.31 Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga

kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke Negara lainnya.

Selain faktor diatas terdapat faktor lain yang juga menyebabkan pengangguran yaitu:

a. Faktor pribadi

Dalam hal ini penyebab pengangguran dapat bisa disebabkan oleh kemalasan, cacat/udzur dan rendahnya pendidikan dan ketrampilan. Penjelasannya sebagai berikut:

1) Faktor kemalasan

Pengangguran yang berasal dari kemalasan individu sebenarnya sedikit. Namun dalam sistem matearialis dan politik sekuler, banyak yang mendorong masyarakat menjadi malas, seperti sistem penggajian yang tidak layak atau maraknya perjudian. Banyak orang yang miskin menjadi malas bekerja karena berharap kaya mendadak dengan jalan menang judi atau undian.

2) Faktor cacat/udzur

31

(37)

Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah „hukum rimba‟. Karena itu, tidak ada tempat bagi mereka yang cacat/uzur untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

3) Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan32

Saat ini sekitar 74% tenaga kerja Indonesia adalah mereka yang berpendidikan rendah, yaitu SD dan SMP. Dampak dari rendahnya pendidikan ini adalah rendahnya keterampilan yang mereka milki. Belum lagi sistem pendidikan Indonesia yang tidak fokus pada persoalan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan dan dunia kerja. Pada akhirnya mereka menjadi pengangguran intelek.

b. Faktor sosial dan ekonomi

1) Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan

Setiap tahun diperkiraan akan muncul pencari tenaga kerja baru yang jumlahnya semakin banyak, sedangkan yang bisa ditampung hanya dalam sektor formal saja. Sisanya di sektor informal atau menjadi pengangguran.

2) Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat

Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada

rakyat dan menimbulkan pengangguran baru, Menurut

Menakertrans, kenaikan BBM kemarin telah menambah

pengangguran sekitar 1 juta orang. Kebijakan Pemerintah yang

32https://tocke18.wordpress.com/2010/12/03/faktor-faktor-pengangguran/ di unduh pada

(38)

lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran. Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang sudah ada.

3) Pengembangan sektor ekonomi non-real

Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang sebagai komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan sistem ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya bahkan bisa mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.

Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat daripada sektor real ini mendorong inflasi dan penggelembungan harga aset sehingga menyebabkan turunnya produksi dan investasi di sektor real. Akibatnya, hal itu mendorong kebangkrutan perusahan dan PHK serta pengangguran.

4) Banyaknya tenaga kerja wanita33

Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini mengakibatkan persaingan pencari kerja antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi, dalam sistem kapitalis, untuk efesiensi biaya biasanya yang diutamakan adalah wanita karena mereka mudah diatur dan tidak

33Harlik, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Dan Pengangguran Di Kota

Jambi” dalam Jurnal Persepektif Pembiayaan Dan Pembangunan Daerah, (Jambi: Universitas Jambi), vol 1 no 2 oktober 2013, h. 113

(39)

banyak menuntut, termasuk dalam masalah gaji. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak laki-laki.

D. Dampak Pengangguran

Pengangguran akan menimbulkan berbagai akibat buruk kepada perekonomian dan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang lambat, yang diselang-selingi dengan kemunduran ekonomi akan menambah jumlah dan

persentasi pengangguran34. Keadaan kekurangan kesempatan kerja dan

kelesuan kegiatan produksi dan perdagangan akan lebih nyata kelihatan. Untuk tujuan analisis, akibat buruk dari pengangguran akan

dibedakan menjadi dua aspek yaitu sebagai berikut:35

1. Akibat buruk ke atas perekonomian

Setiap Negara akan berusaha agar tingkat kemakmuran masyarakat dapat dimaksimalkan dan perekonomian selalu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tangguh. Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai tujuan tersebut. Berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat

memaksimumkan tingkat kemakmuran

34Sandono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2002), h.296

35Muhdar, “Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, Dan Kemiskinan Di Indonesia:

Masalah Dan Solusi” dalam Jurnal Al- Buhuts, (Gorontalo: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo), vol 11 no 1 Juni 2015, h. 47.

(40)

b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang

c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi 2. Akibat buruk ke atas individu dan masyarakat

Penganganguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh penganguran adalah:

a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencahariaan dan pendapatan

b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan

c. Pengangguran menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik36

E. Kebijakan Pemerintah Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

Pengangguran merupakan salah satu dari sekian macam masalah ketenagakerjaan dan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat. Menurut Keynes pengangguran tidak bisa dihapuskan, tetapi hanya bisa dikurangi. Pengurangangan angka pengangguran dapat dilakukan dengan cara memperluas kesempatan kerja dan menurunkan jumlah angkatan kerja.

pemerintah terus bergegas menciptakan lapangan kerja lewat

program strategis, diantaranya:

1. Mendorong pembangunan infrastruktur

36

(41)

Melalui berbagai proyek pekerjaan umum, seperti pembuatan saluran air, pembuatan jembatan, dan perbaikan jalan.

2. Menumbuhkan investasi

Caranya dengan memperbaiki iklim investasi lewat penyerderhanaan perizinan dan penyediaan sarana investasi melalui:

a. penyederhanaan regulasi dan proses perizinan investasi pusat dan daerah

b. pengembangan layanan perizinan terpadu c. percepatan penyelesaian masalah investasi

d. pengembangan infrastruktur pendukung kawasan strategis

e. peningkatan kemudahan berusaha melalui berbagai paket kebijakan ekonomi

3. mendorong pendidikan vokasional

Pemerintah mempersiapkan tenaga kerja dengan keahlian

tertentu melalui pendidikan vokasional. Sasarannya menciptakan 1,1 juta tenaga kerja sesuai permintaan industri. Langkah ini bersifat strategis, lantaran investor membutuhkan tenaga terampil yang siap

kerja untuk menjalankan industrinya.37

Adapun penurunan angkatan kerja dapat dilakukan melalui progam keluarga berencana (KB) dan wajib belajar Sembilan tahun. Selain hal tersebut usaha untuk memperluas kesempatan kerja dapat pula dilakukan dengan melaksanakan kegiatankegiatan sebagai berikut:

a. Pemberdayaan angkatan kerja dengan cara mengirimkan angkatan kerja dari daerah yang kelebihan angkatan kerja ke daerah yang kekurangan atau Negara yang membutuhkan tenaga kerja

b. Pengembangan usaha sektor informal dan usaha kecil

37

http://presidenri.go.id/program-prioritas-2/upaya-nyata-pemerintah-membuka-lapangan-kerja.html

(42)

c. Pembinaan generasi muda yang masuk angkatan kerja, seperti pemberian kursus keterampilan, pembinaan home industri atau pembinaan kewirausahaa n. Upaya ini diharapkan agar mereka tidak tergantung kepada lowongan kerja yang dibuka perusahaan lain.

d. Mengadakan progam transmigrasi, dengan upaya ini persebaran dan perluasan kesempatan kerja dapat di tingkatkan

e. Mendorong badan usaha-badan usaha untuk proaktif mengadakan kerja sama dengan lembaga pendidikan atau sekolah

f. Mendirikan tempat latihan kerja, seperti balai latihan kerja (blk) g. Mendorong lembaga-lembaga pendidikan, mulai pendidikan dasar

sampai pendidikan tinggi untuk mengefektifkan program life skills.

Artinya, pelaksanaan pendidikan dengan berorientasi pada

keterampilan, kecakapan, dan keahlian hidup yang berpokok pangkal pada lingkungkungan masyarakat sekitar sekolah, sehingga dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang mempunyai kopetensi atau kemampuan dalam menghadapi setiap tantangan.

h. Mengefektifkan pemberian informasi ketenaga kerjaan melalui

lembaga-lembaga yang terkait.38

Selain kebijakan-kebijakan di atas peningkatan peran pemerintah daerah juga harus dilakukan terutama dalam bentuk investasi, konsumsi, dan tabungan daerah. Implikasi pertama adalah meningkatkan peran pemerintah daerah selaku pemegang saham pengendali, pemasok dana terbesar, dan pemilik proyek-proyek besar di daerah. Peningkatan peran pemerintah daerah tersebut dimungkinkan karna penerimaan daerah akan meningkat bersamaan debgan meningkatnya jumlah dan ragam sumber-sumber-sumber pendapatan asli daerah (PDA) serta porsi bagi hasil pusat daerah yang lebih baik. Peningkatan peran pemda disebabkan oleh semakin semakin luasnya wewenang pemda untuk menggunakan dana yang diterimanya serta dimungkinkan daerah melakukan pinjaman, baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri, dengan persetujuan

38Kardiman, Ending Mulyadi Dan Achmad Kusriadi, Ekonomi Dunia

(43)

pemerintah pusat. Perubahan ini akan menciptakan peluang-peluang baru bagi perbankkan di daerah untuk memperoleh dana dan menyalurkannya ke sektor produksi.

Implikasi ke adalah dengan meningkatkan investasi swasta di daerah karena daerah diberikan kewenangan untuk menentukan kebijakan investasi, industri, dan perdagangan di daerah masing-masing. Melalui kebijakan tersebut pemerintah daerah akan berusaha menciptakan lingkungan usaha yang kondusif dengan maksud untuk menciptakan lapangan kerja baru dan menambah pendapatan masyarakat.

Implikasi ke tiga, sekaligus dampak positif dari implikasi yang pertama dank ke dua adalah meningkatnya konsumsi dan tabungan masyarakat yang di picu oleh meningkatnya pendapatan masyarakat di daerah.39

Keberhasilan dalam mewujudkan berbagai implikasi positif tersebut tentunya sangat bergantung pada kemampuan daerah untuk mewujudkannya. Peningkatan birokrasi pemerintah daerah diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam menciptakan lapangan kerja dan menyediakan pendidikan yang murah dan berkualitas.

39 Burhanudin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri, (Jakarta: PT Gramedia

(44)
(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan sifat penelitian 1. Jenis penelitian

Dilihat dari jenisnya penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) penelitian ini disebut juga penelitian kancah, “yakni suatu penelitian kancah kehidupan atau lapangan kehidupan masyarakat yang bertujuan menghimpun data atau informasi tentang masalah tertentu

mengenai kehidupan masyarakat yang menjadi obyek penelitian.40

Penelitian yang peneliti lakukan ini yaitu analisis terhadap penyebab tingginya angka pengangguran (studi kasus di kota metro). 2. Sifat penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan setting tertentu yang ada di dalam kehidupan riil (alamiah) dengan tujuan agar dapat menghasilkan temuan yang benar-benar bermanfaat memerlukan perhatian yang serius di dalam berbagai hal yang dipandang perlu. Penelitian kualitatif didasarkan pada deskripsi yang jelas dan detail, karena menjawab pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana. Oleh karena itu, penyajian atas temuan sangatlah beragam, rinci dan komperhensif sesuai dengan fenomena yang terjadi pada saat penelitian.

40Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana

(46)

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

mengungkapkan fenomena secara holistic dengan cara

mendeskripsikannya melalui bahasa non-numerik di dalam konteks dan paradigm alamiah.

B. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling penting dalam penelitian. Kesalahan dalam menggunakan dan memahami sumber data, maka data

yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan.41

1. Sumber Data Utama (primer)

Sumber data primer adalah sumber data utama yang dapat memberikan informasi, fakta dan gambaran peristiwa yang diinginkan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sumber data utama itu

adalah kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai.42

Adapun sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari para petinggi yang ada di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro ,dan Badan Pusat Statistik Kota Metro, Bursa Kerja yang ada Dikota Metro dan masyarakat pengangguran yang penulis jadikan sampel dalam penelitian.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua setelah sumber data primer. Sumber data sekunder merupakan informasi yang diperoleh

41Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung: Alfabeta, 2015), h.69 42Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers), h.

(47)

dari sumber lain yang tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut.43

Dalam hal ini penulis membaca dan mengkaji buku-buku atau referensi perundang-undangan, majalah, tabloid, internet, Koran dan lain-lain yang ada relevansinya dengan judul yang sedang penulis teliti. C. TeknikPengumpulan Data

Dalam rangka mengum pulkan data-data yang ingin diperoleh maka penulis menggunakan beberapa alat yaitu sebagai berikut:

1. Interview

Interview adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi

(interviewee)”44

Bentuk interview atau wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara terpimpin dimana dalam prosesnya seorang peneliti berusaha mengadaan Tanya jawab dengan berpedoman padapokok-pokok pertanyaan yang sudah di tentukan, hal ini penulis lakukan dalam rangka menghindari keadaan kehabisan pertannyaan, sedangkan yang penulis wawancarai adalah petinggi yang ada di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro, Bursa Kerja yang ada di Kota Metro

43

Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h. 113

44Muhamad Teguh, metodologi penelitian ekonomi teori dan aplikasi, (Jakarta:

(48)

dan masyarakat pengagguran yang yang penulis jadikan sampel dalam penelitian.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu: ”mencari data mengenai hal-hal atau fariabel berupa catatan, buku, agenda, surat kabar, atau lainnya”45. Metode ini

penulis gunakan dalam memperoleh data tentang peristiwa

pengangguran yang terjadi di Kota Metro dan data-data yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada

orang lain.46 Proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan diinterpretasikan disebut analisis data.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan metode berfikir induktif. Yaitu pengambilan kesimpulan dimulai dari pertanyaan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan

45Sutrisno Hadi, Metode Reasech Jilid I, (Yogyakarta: UGM, 1993), h. 63 46

(49)

yang bersifat umum. Proses berfikir induktif dimulai dari fakta atau data khusus berdasarkan pengamatan di lapangan. Data dan fakta hasil pengamatan lapangan disusun, diolah, dikaji kemudian ditarik maknanya

dalam bentuk pernyataan atau kesimpulan yang bersifat umum47. Di dalam

penerapannya, teknik ini digunakan untuk menganalisis data tentang fakta konkrit mengenai penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro.

47

Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), h. 7.

(50)

BAB I V HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Kota Metro

Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo, yang diperuntukkan untuk menampung para kolonis. Kedatangan kolonis pertama pada hari sabtu 4 april 1936 dan ditempatkan/ditampung pada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Letak bedeng-bedeng tersebut saat ini adalah disamping kantor PLN atau dibelakang Masjid Taqwa Metro.

Menurut beberapa cerita jalan dari Trimurjo ke Metro dirintis atas perintah dari penjajah belanda. Karena banyaknya tanah rawanya, di atas jalan itu diletakkan kayu-kayu bulat agar dapat dilalui gerobak dan kendaraan milik orang belanda. Ahirnya jalan sekitar kota Metro dapat dijangkau dalam waktu singkat. Setelah jalan tembus dibuka, kemajuan

kolonis di bedeng 15 begitu cepat. 48

Tiga hari setelah kedatangan kolonis tepatnya hari selasa 7 april 1936, para kolonis memperoleh bagian perkarangan. Setelah itu mulailah para kolonis menebang pohon-pohon besar untuk dibangun sebagai tempat tinggal, dan lahan pertanian. Desa Trimurjo berkembang dengan

48

(51)

pesat, penduduk kolonis pun semakin bertambah, hubungan/transportasi secara beransur-ansur terbuka, Kegiatan perekonomian mulai tumbuh dan berkembang.

Pemerintahan Hindia Belanda menyiapkan daerah baru secara terencana, peruntukkan perumahan perkantoran, lapangan, pasar, lahan pertanian, dan penggunaan lahan untuk keperluan lainnya telah tertata dengan baik. Sehingga pada perkembangannya sangat mempengaruhi keselarasan dan keindahan Kota Metro hingga saat ini.

Tentang asal nama Metro itu sendiri ada dua cerita. Pertama, diambil dari bahasa Belanda, yaitu Centrum yang berarti pusat. Kedua, kota metro diberikan oleh para kolonis dari jawa. Pada waktu itu orang-orang jawa yang ditempatkan di bedeng 15 merasa senasip sepenanggungan, memiliki bahasa yang sama. Jadi semua orang menanggung susah senang bersama-sama. Dari perasaan itulah mereka semua menyebutkan tempat itu sebagai Mitro, yang berarti rekan.

Lama-kelamaan pengucapannya berubah menjadi metro.49

Wilayah Metro sebelum menjadi kota administrasi merupakan suatu wilayah kecamatan yakni kecamatan Metro Raya dengan 6 (enam) kelurahan dan 11 (sebelas) desa. Adapun 6 (enam) kelurahan tersebut, antara lain:

a. Kelurahan Metro b. Kelurahan Mulyojati

49 Bapeda, Selayang Pandang Kota Metro Tahun 2011,( BAPEDA Kota Metro:2011), h.

(52)

c. Kelurahan Tejosari d. Kelurahan Yosodadi e. Kelurahan Hadimulyo f. Kelurahan Ganjar Agung

Sedangkan sebelas desa tersebut anatara lain: a. Desa Karang Rejo

b. Desa Banjarsari c. Desa Purwosari d. Desa Margorejo e. Desa Rejomulyo f. Desa Sumbersari g. Desa Kibang h. Desa Margototo i. Desa Margajaya j. Desa Sumber Agung k. Desa Purbosembodo

Kemudian wilayah administrasi pemerintahan kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan yang terdiri dari 22 kecamatan kelurahan sebagai berikut:50

a. Metro Pusat b. Metro Utara c. Metro Selatan

50 Bapeda, Selayang Pandang Kota Metro Tahun 2011,( BAPEDA Kota Metro:2011), h.

(53)

d. Metro Timur e. Metro Barat

2. Keadaan Geografis Kota Metro

Secara geografis letak Kota Metro tidak berada jauh dari Kota Bandar Lampung, Kota Metro merupakan wilayah yang dibatasi oleh Punggur di sebelah Utara, Pekalongan di sebelah Timur, Metro Kibang di sebelah Selatan, serta Trimurjo di sebelah Barat. Kota Metro secara geografis terdapat pada bagian tengah Provinsi lampung yang berjarak ±45 km dari Kota Bandar Lampung (Ibukota Provinsi Lampung). Secara geografis terletak pada ………. Lintang Selatan dan ………… bujur timur. Luas wilayah administrasi Kota Metro 68,74 km.

Kedudukan Kota Metro ditengah-tengah Provinsi Lampung telah menjadi penghubung ke berbagai daerah lain dan sekitarnya, baik melalui jalur jalan, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Disamping itu, Kota Metro memiliki daya tarik bagi penduduk diluar daerah, baik dari Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur maupun Lampung Selatan untuk melakukan berbagai aktivitas khususnya untuk memperoleh pelayanan

pendidikan, kesehatan serta jasa perkotaan lainnya.51

Letak Kota Metro yang strategis menjadikan Kota Metro sebagai kota penghubung bagi daerah disekitarnya, sehingga banyak masyarakat pendatang dari daerah sekitar yang memilih menetap di Kota Metro

51

Bapeda, Selayang Pandang Kota Metro Tahun 2011,( BAPEDA Kota Metro:2011), h. 8

(54)

TABEL 1.1

LUAS WILAYAH ADMINISTRASI KOTA METRO TAHUN 2000

No kecamatan Kelurahan Luas

Wilayah (km)

%terhadap luas total

1 Metro pusat 1. Metro

2. Imopuro 3. Hadimulyo timur 4. Hadimulyo barat 5. Yosomulyo 2,28 1,19 3,37 1,50 3,37 3,32 1,73 4,90 2,18 4,90 Sub Total 11,71 17,04

2 Metro Utara 1. Banjarsari

2. Purwosari 3. Purwoasri 4. Karangrejo 5,75 2,25 3,62 7,72 8,36 3,71 5,27 11,23 Sub Total 9,64 17,04

3 Metro Selatan 1. Rejomulyo

2. Margorejo 3. Margodadi 4. Sumbersari Bantul 4,75 2,46 2,87 4,25 6,91 3,58 4,18 6,18 Sub Total 14,33 20,85

4 Metro Timur 1. Iring Mulyo

2. Yosodadi 3. Yosorejo 4. Tejosari 5. Tejo Agung 1,89 3,36 1,22 3,76 1,55 3,22 4,89 1,77 5,47 2,25 Sub Total 11,78 17,14

5 Metro Barat 1. Mulyojati

2. Mulyoasri 3. Ganjar Agung 4. Ganjarsari 2,95 3,03 2,88 2,42 4,29 4,41 4,19 3,52 Sub Total 11,28 16,41

Luas Total Wilayah Kota Metro 68,74 100,00

(55)

3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Kota Metro

Penduduk yang ada di Kota metro hidup makmur dari berbagai sumber mata pencaharian, diantaranya dalam sektor pertanian, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor perburuan dan perikanan, sektor perdagangan, sektor transportasi, dan komunikasi, serta sector pemerintahan.

Selanjutnya dalam Selayang Pandang Kota Metro yang diterbitkan oleh BAPPEDA Kota Metro Tahun 2011 memaparkan tentang mata pencaharian Penduduk Kota Metro sebagai berikut:

“mata pencaharian penduduk Kota Metro didominasi oleh sektor industri (7,93%), kontruksi dan transportasi, perdagangan dan komunikas (masing-masing 7,27%), lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan (2,31%), listrik, gas dan air minum (0,12%) dan

terahir pertambangan dan penggalian (0,09%).52

B. Gambaran Umum Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Angka Pengangguran Di Kota Metro

Gambaran umum faktor-faktor penyebab tingginya angka

pengangguran di Kota Metro, penulis deskripsikan berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu: “teknik pengambilan sumber data dengan

52

Bapeda, Selayang Pandang Kota Metro Tahun 2011,( BAPEDA Kota Metro:2011), h. 8

(56)

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut

dianggab paling tahu tentang apa yang kita harapkan”53

Untuk lebih memudahkan penulis dalam mendeskripsikan faktor-faktor penyebab tingginya angka pengangguran di kota Metro, maka pembahasan pada bagian ini penulis uraikan berdasarkan faktor proses mencari kerja, kekakuan upah dan rendahnya pendidikan dan keterampilan.

Berdasarkan faktor di atas, maka penulis melakukan wawancara dengan responden yang selanjutnya dideskripsikan sebagai berikut:

1. Wawancara pada para pencari kerja (pengangguran)

a. Proses Mencari Kerja

Berdasarkan wawancara dengan Mahendra Dwi Gusnawan (23 tahun lulusan S1), diketahui bahwa alasan ia menganggur karena ingin pindah ke pekerjaan lain dengan alasan gajinya dirasa kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya dan ia menginginkan pekerjaan dengan gaji yang lebih besar. Beliau sudah menganggur selama 3 bulan. Menurut penuturannya ia menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Mahendra selama ini tidak pernah mengikuti pelatihan kerja yang diberikan oleh Dinas

Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro.54

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wendi Nugroho (24 tahun, Lulusan S1), beliau menuturkan alasannya menganggur adalah sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Ia sudah berusaha

53Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet ke-6 h.55 54Wawancara dengan Mahendra Dwi Gusnawan (pengangguran, 30 tahun) tanggal 15

(57)

mencari pekerjaan namun selama 2 tahun ini beliau menganggur. Ia menginginkan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang ia miliki. Beliau juga belum pernah mengikuti pelatihan apapun dari Dinas Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro55

Berdasarkan hasil wawancara dengan Jafar Sidiq (24 tahun, lulusan S1), beliau menuturkan penyebabnya menganggur adalah karena sulit mencari pekerjaan. Ia sudah menganggur selama 1 bulan dan menginginkan pekerjaan di kantoran. Selain itu, beliau juga menuturkan belum pernah mengikuti pelatihan apapun dari Dinas

Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Metro.56

b. Kekakuan Upah

Berdasarkan hasil wawancara dengan Rio Ardianto (25 tahun, lulusan SMK) beliau menuturkan bahwa penyebab ia mengganggur adalah karena gaji yang kurang layak. Ia sudah berusaha mencari pekerjaan namun selama 1 bulan ini beliau menganggur. Beliau juga belum pernah mengikuti pelatihan apapun dari Dinas Tenaga Kerja

Dan Transmigrasi Kota Metro.57

c. Rendahnya Pendidikan Dan Keterampilan

Untuk mengetahui faktor di atas sebagai penyebab pengangguran penulis melakukan wawancara dengan Basri Mustofa (25 tahun lulusan SMP). Beliau mengatakan bahwa penyebab ia menganggur adalah karena sulit mendapatkan pekerjaan hal tersebut menurutnya

55

Wawancara dengan Wendi Nugroho (pengangguran, 25 tahun) tanggal 19 agustus 2017

56

Wawancara dengan Jafar Sidiq (pengangguran, 24 tahun) tanggal 23 agustus 2017

Gambar

Tabel 1.1 Kondisi Ketenagakerjaan Kota Metro Tahun 2006-2015

Referensi

Dokumen terkait