• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI URBANISASI DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI EPI TAMALASARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI URBANISASI DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI EPI TAMALASARI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

EPI TAMALASARI

105711118316

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

URBANISASI DI KOTA MAKASSAR

Oleh

EPI TAMALASARI

NIM 105711118316

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi

pada Program Studi Strata Satu (S1) Ekonomi Pembangunan

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)

iii

mendukung dan memberikan motivasi sehingga penulis bisa sampai ke titik

ini serta penulis juga berterima kasih kepada Dosen pembimbing I ibu Hj.

Naidah

S.E..M.Si

dan

Dosen

pembimbing

II

Bapak

A.Nur

Achsanuddin.UA.SE..M.Si atas bimbingan dan arahannya sehingga penulis

bisa menyelesaikan skripsi ini

MOTTO HIDUP

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakal penulisan skrpdi yang berjudul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi urbanisasi di kota makassar’’

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Eknomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Arifin dan Ibu Rahmadan yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dari doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah merekaa berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat,kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

(8)

viii

Billahi fii Sabili Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar, November 2020

(9)

ix

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Hj. Naidah, SE.,M.Si dan Pembimbing II A Nur Achsanuddin UA, SE., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Urbanisasi di Kota Makassar. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang diolah adalah data sekunder dari Upah Minimum, Kesempatan Kerja dan Urbanisasi di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Upah Minimum dan Kesempatan Kerja berpengaruh Signifikasi terhadap Urbanisasi di Kota Makassar hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari probabilitas (0.009 < 0.05). Secara parsial Upah Minimum berpengaruh signifikan terhadap Urbanisasi di Kota Makassar, dibuktikan oleh nilai signifikasi lebih kecil dari nilai probabilitas signifikasi (0.033 < 0.05) dan secara parsial Kesempatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Urbanisasi di Kota Makassar, dibuktikan oleh nilai signifikasi lebih kecil dari nilai probabilitas signifikasi (0.022 < 0.05).

(10)

x

University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Supervisor I Hj. Naidah, SE., M.Si and Advisor II A Nur Achsanuddin UA, SE., M.Si.

This study aims to determine the factors that influence urbanization in the city of Makassar. The type of research used in this research is quantitative research. The data processed is secondary data from Minimum Wage, Job Opportunities and Urbanization in Makassar City. The results showed that simultaneously Minimum Wage and Employment Opportunities have a Significant effect on Urbanization in Makassar City, this is evidenced by the significance value is smaller than the probability (0.009 < 0.05). Partially Minimum Wage has a significant effect on Urbanization in Makassar City, as evidenced by the significance value being smaller than the significance probability value (0.033 < 0.05) and partially Employment Opportunities have a significant effect on Urbanization in Makassar City, as evidenced by the significance value being smaller than the significance probability value. (0.022 < 0.05).

(11)

xi

SAMPUL ...

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vi

ABSTRACT ... vii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 9 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Tinjauan Teori ... 11

B. Tinjaun Empiris ... 20

C. Kerangka Konsep ... 23

D. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

(12)

xii

E. Metode Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Gambaran Umum kota Makassar... 32

B. Penyajian Deskripsi Data ... 36

C. Hasil Analisis Data ... 42

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

BAB V PENUTUP ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

(13)

xiii

Tabel 1.1 Perkembangan Urbanisasi, upah minimum,dan kesempatan kerja

Tabel 2.1 Tinjauan empiris ... 20

Tabel 4.1 Luas Makassar berdasarkan Luas Kecamatan di Kota Makassar tahun 2020. ... 34

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015-2019 ... 35

Tabel 4.3 Kepadatan Penduduk Menurut Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2019 ... 36

Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk dan Migrasi Masuk di Kota Makassar tahun 2011-2019 ... 38

Tabel 4.5 Upah Minimum di Kota Makassar tahun 2011-2019 ... 40

Tabel 4.6 Kesempatan Kerja Kota Makassar Tahun 2011-2019... 42

Tabel 4.7 Uji Normalitas ... 43

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ... 45

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ... 46

Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 48

Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi ... 49

Tabel 4.12 Hasil Uji Simultan ... 50

(14)

xiv

Gambar 2.1 ... Kerangka Konsep...23

Gambar 4.1 ... Peta Kota Makassar...33

Gambar 4.2 ... Hasil Uji Normalitas...44

(15)

1

A. Latar Belakang

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial ke masyarakatan. jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa di dukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan kerja,fasilitas umum,aparat penegak hukum,perumahan,penyediaan pangan,dan lain sebagainya tentu masalah yang harus dii carikan jalan keluarnya.

Urbanisasi biasanya juga terjadi pada waktu setelah hari raya Idul Fitri. Contohnya memiliki saudara atau kerabat yang berasal dari desa atau kampung atau kota kecil berbondong-bondong pergi ke kota besar dan berniat tinggal cukup lama di kota? Nah inilah yang seringkali kita dengar ketika ada berita tentang arus balik selepas Idul Fitri. Biasanya setelah orang-orang yang mudik kembali lagi ke kota, ia akan dibersamai sanak saudara yang ingin mencari kerja. Sanak saudara yang biasa ikut adalah mereka yang baru lulus sekolah kelas XII. Pada masa-masa itu banyak dari anak-anak yang baru lulus akan membuat banyak surat lamaran pekerjaan atau sekedar ikut membantu saudara di kota. Selain anak- anak yang baru lulus sekolah, urbanisasi juga bisa terjadi setiap hari. Ketika mahasiswa banyak yang baru lulus mereka akan melamar pekerjaan di perusahaan besar yang biasanya ada di kota. Ketika sudah ada pengumuman diterima maka saat itu juga penduduk kota

(16)

akan bertambah. Dan hal ini bisa berlaku untuk lebih dari satu orang. Jadi, kita bisa membayangkan betapa banyaknya penduduk kota dan betapa cepatnya pertumbuhan penduduk itu terjadi.

Yang disebut dengan urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap dalam kurun waktu tertentu. Urbanisasi menurut ilmu kependudukan sedikit berbeda, yakni presentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Sementara menurut ilmu kependudukan, perpindahan penduduk dari desa ke kota ini hanya salah satu hal yang mempengaruhi terjadinya urbanisasi itu sendiri. Namun dari kedua definisi di atas kita lebih mengenal urbanisasi sebagai definisi yang pertama, yakni perpindahan penduduk dari desa ke kota.

Terdapat faktor yang menyebabkan terjadinya urbanisasi yang meliputi faktor penarik dan pendorong. Faktor penarik merupakan kondisi yang menyebabkan seseorang tertarik untuk pindah ke kawasan perkotaan karena terdapat daya tarik yang ditawarkan. Faktor pendorong terdiri atas fasilitas kesehatan yang memadai, standar hidup yang tinggi, standar pendidikan yang tinggi, fasilitas rekreasi, kesempatan kerja, keamanan kehidupan dan properti yang lebih baik dan lingkungan sosial yang lebih baik. Sedangkan faktor pendorong merupakan faktor yang menyebab seseorang pindah ke kawasan perkotaan karena kondisi perdesaan yang sudah tidak mendukung. Faktor pendorong meliputi kemiskinan, standar hidup yang rendah, keamanan hidup yang rendah, minim fasilitas transportasi dan komunikasi, kurangnya lapangan pekerjaan, minim fasilitas kesehatan, kualitas pendidikan yang rendah.

Seiring dengan kemajuan zaman membuat pola pikir dari masyarakat mengalami banyak perubahan. Terlena dengan kemajuan yang sangat pesat

(17)

pada kota-kota besar mengakibatkan banyak yang memilih untuk mengadu nasib dan mencoba peruntungannya untuk hidup pada kota besar tersebut. urbanisasi adalah sebuah perpindahan populasi dari wilayah pedesaan menuju ke kota dan mengakibatkan berkurangnya jumlah penduduk yang berada di desa.

Selain itu maraknya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi magnet bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Karena tidak ada pengendalian, Masalah ini yang dihadapi negara Indonesia saat ini yaitu pertumbuhan konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan kecepatan yang sebanding dengan perkembangan industrialisasi. Masalah ini akhirnya menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih (Sadono Sukirno,2011:10).

Kondisi perkotaan yang semakin tidak terkendali akibat adanya urbanisasi yang berlebih, telah menimbulkan berbagai masalah baru seperti meningkatnya kriminalitas akibat kemiskinan, pengangguran besar-besaran, bertambahnya pemukiman kumuh, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, urbanisasi akan dlihat sebagai faktor penentu bagai sebuah kota dapat berkembang baik secara fisik, maupun secara sosial. Dengan begitu, bentuk atau pengertian dari urbanisasi itu dapat dilihat dengan lebih jelas juga akibat dampak yang ditimbulkannya terhadap kehidupan di kota. Pengertian urbanisasi ini pun berbeda-beda, sesuai dengan interpretasi setiap orang yang berbeda-beda. Ir. Triatno Yudo Harjoko (2010) pengertian urbanisasi diartikan sebagai suatu proses perubahan masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang non-urban menjadi urban. Secara spasial, hal ini dikatakan

(18)

sebagai suatu proses diferensiasi dan spesialisasi pemanfaatan ruang dimana lokasi tertentu menerima bagian pemukim dan fasilitas yang tidak proporsional. Urbanisasi dipicu adanya perbedaan pertumbuhan atau ketidak merataan fasilitas-fasilitas dari pembangunan, khususnya antara daerah pedesaan dan perkotaan. Akibatnya, wilayah perkotaan menjadi magnet menarik bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan. Dengan demikian, urbanisasi sejatinya merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk atau masyarakat. Banyak studi memperlihatkan bahwa tingkat konsentrasi penduduk di kota-kota besar di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Studi yang dilakukan oleh Warner Ruts tahun 1987 menunjukkan bahwa jumlah kota-kota kecil (<100 ribu penduduk) sangat besar dibandingkan dengan kota menengah (500 ribu sampai 1 juta penduduk). Kondisi ini mengakibatkan perpindahan penduduk menuju kota besar cenderung tidak terkendali.

Secara geografis Indonesia memiliki kesempatan yang memacu pertumbuhan ekonomi secara lebih cepat. Hal tersebut didukung dengan jumlah penduduk yang besar dan tersebar di wilayah Indonesia yang luas. Penduduk berperan sebagai sumber daya manusia yang potensial yaitu sebagai tenaga kerja dan konsumen. Besarnya jumlah penduduk dapat dijadikan modal dalam pembangunan ekonomi. Namun kendala yang dihadapi adalah penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduknya masih rendah, sehingga pembangunan ekonomi tidak seperti yang diharapkan. Mobilitas penduduk desa menuju kawasan perkotaan dipicu karena kota memiliki daya tarik seperti tersedianya berbagai fasilitas pendidikan, heterogenitas lapangan pekerjaan, hiburan dan berbagai fasilitas lainnya.

(19)

Sementara itu, kawasan pedesaan yang cenderung homogen dengan ditandai sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, dan minim fasilitas penunjang.

Disamping itu, akan timbul integrasi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi, baik nasional maupun daerah. Ditinjau dari aspek idiologi, redistribusi penduduk berfungsi untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Dari aspek politik, hal ini merupakan alat penunjang pembauran etnik, mempersempit kesenjangan kelas maupun wilayah, serta dapat meningkatkan hubungan antarkelompok (Aris Agusta,2013:2).

Seperti halnya dengan Kota Makassar yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, dimana Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia memiliki luas areal 175,79 km2 dengan penduduk pada tahun 2015 sebanyak 1.449.401 jiwa. Kota Makassar berhasil menjadi magnet bagi masyarakat yang ingin melakukan urbanisasi dikarenakan berbagai aspek yang jadi tujuan pelaku urbanisasi tersebut, seperti halnya pembangunan ekonomi di kota Makassar terus mengalami perkembangan. Kota Makassar pun tidak lepas dari proses pembangunan ekonomi yang terus berlanjut dan ditingkatkan dari tahun ke tahun, dan kita ketahui bahwa Kota Makassar juga merupakan ibu kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki jumlah kepadatan penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

Kota Makassar dengan penduduk yang terus bertambah dapat dikatakan sebagai kota metropolitan yang kapan saja berlaku baik dan sewaktu-waktu bisa menjadi musuh bagi pelaku urbanisasi. Mengapa demikian, karena kita ketahui kota Makassar dari pandangan mata memiliki daya tarik sendiri bagi masyarakat masyarakat yang berasal dari desa maupun luar

(20)

daerah kota Makassar. Industri yang menjanjikan, peluang kerja (kesempatan kerja) sangat menggiurkan bagi siapa saja yang tergoda untuk mencicipi kehidupan di kota Makassar sebagai tenaga kerja yang berhasil.

Hal inilah yang demikian menjadi persoalan dan masalah yang penting untuk di atasi oleh pemerintah daerah agar mengantisipasi dan membatasi masyarakat yang melakukan urbanisasi dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan. Sehingga menyebabkan berbagai dampak bagi masyarakat maupun terhadap kota tujuan urbanisasi tersebut. Jumlah lahan yang semakin sedikit menyebabkan banyaknya kawasan-kawasan permukiman kumuh bagi masyarakat yang terpaksa ingin memiliki tempat tinggal di Kota Makassar, bahkan banyak yang kita jumpai di kota Makassar oleh penduduk yang merupakan penduduk urbanisasi.

Kota Makassar pun tidak lepas dari proses pembangunan ekonomi yang terus berlanjut dan ditingkatkan dari tahun ke tahun, dan kita ketahui bahwa Kota Makassar juga merupakan ibu kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki jumlah kepadatan penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenkan sulitnya mencegah arus ekonomi yang semakin berkembang dan mengalami pertumbuhan yang bisa dikatakan baik. Yang menyebabkan penduduk balik dari desa menuju kota maupun secara permanen berlomba untuk mendapatakan kehidupan yang layak di kota Makassar yaitu arus penduduku urbanisasi.

Hasil pembangunan secara nyata tercermin dalam pendapatan masyarakat,peningkatan jumlah angkatan kerja dan pembangunan secara fisik yang semuanyamerupakan hasil nyata dari seluruh upaya dari pembangunan. Mengingat sektorpembangunan saling terkait satu dengan yang lain, maka

(21)

kelemahan dalam suatu sektor akan membatasi efisiensi dan efektifitas sektor yang lainnya. Hal tersebut pada gilirannya dapat menyebabkan rendahnya efisiensi dan efektifitas secara keseluruhan.

Adapun dua faktor yang mempengaruhi adanya urbanisasi yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi yang dimaksud di antaranya adalah berupa Upah Minimum dan Tingkat Kesempatan Kerja di Makassar.

Tabel 1.1

Perkembangan Urbanisasi, Upah Minimum, dan Kesempatan Kerja No Tahun Urbanisasi (migrasi masuk) Upah Minimum Kabupaten Kesempatan Kerja (jumlah tenaga kerja

terserap) 1 2011 22.188 1.100.000 54.105 2 2012 2.052 1.200.000 502.308 3 2013 14.859 1.440.000 513.428 4 2014 32.859 1.800.000 534.428 5 2015 57.000 2.000.000 521.854

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulsel, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pencatatan Sipil dan Kependudukan Makassar (data diolah) tahun 2017.

Seperti yang digambarkan dalam tabel 1.1 di atas yang menggambarkan tentang perkembangan urbanisasi dihitung dari jumlah migrasi masuk di kota Makassar, perkembangan upah minimum di kota Makassar, dan perkembangan kesempatan kerja di kota Makassar dihitung dari jumlah tenaga kerja yang terserap dikota Makassar.

(22)

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa penduduk migrasi masuk kota Makassardari tahun 2011 mengalami fluktuasi jumlah penduduk migrasi ke tahun 2012, namun pada tahun 2013 mengalami peningkatan secara terus menerus hingga tahun 2015. Dimana ini menandakan bahwa kota Makassar merupakan kota daya tarik tersendiribagi masyarakat untuk melakukan urbanisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kenaikan penduduk masuk di kota Makassar terus terjadi tiap tahun dan terus bertambah seperti yang terlihat pada tahun 2015 mengalami lonjakan pertumbuhan penduduk urbanisasi. Hal ini dikarenakan faktor-faktor keinginan hidup yang layak dari berbagai masyarakat desa menuju kota Makassar.

Begitupun dengan perkembangan upah yang menjadi tolak ukur bagi masyarakat yang ingin melakukan urbanisasi atau migrasi dengan tujuan mendapatkan gaji yang lebih tinggi dari pada gaji dari derah asal, Namun keadaan dilihat dilapangan tidak sesuai dengan yang diterima oleh penduduk urban ketika mereka memutuskan untuk melakukan perpindahan dari desa ke kota, maka harus siap menerima konsekuensi. Terutama mengenai permintaan tenaga kerja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pelaku usaha maupun instansi-instansi dan industri yang bergerak di kota Makassar. Kesempatan kerja masih menjadi masalah yang utama bagi pembangunan ekonomi.

Hal ini dikarenakan ketimpangan antara kesempatan kerja dengan jumlah penduduk yang ada. Dengan pembangunan yang ada belum bisa menyerap tenagakerja dengan jumlah yang banyak menyebabkan angka pengangguran meningkat daritahun ketahun. Usaha peningkatan kesempatan kerja memang sangat diperlukan, mengingat penduduk pedesaan masih

(23)

menggantungkan pendapatan dari sektor pertanian, maka seharusnya sektor pertanian bisa dikembangkan dan diserap pada sektor selain pertanian.

Adapun faktor non-ekonomi lainnya, yaitu karena ingin melanjutkan pendidikan. Karena pendidikan di kota bisa dikatakan lebih berkualitas dan baik dibandingkan di desa-desa atau kabupaten yang jauh dari kata modern seperti di kota Makassar. Faktor non-ekonomi lainnya, yaitu perkawinan antara penduduk desa dengan penduduk yang bermukim di kota, serta terjadinya arus sosial-politik yang terjadi di suatu daerah ke kota.

Hal inilah yang paling mendasari terjadinya urbanisasi di Kota Makassar. Dilihat dari berbagai fenomena maupun fakta yang terjadi di kota Makassar beberapa tahun mengenai urbanisasi yang dilakukan oleh berbagai masyarakat di suatu daerah ke daerah lain maka penulis ingin melihat kondisi perkembangan urbanisasi serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Maka peneliti akan meneliti tentang studi : “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Urbanisasi di Kota MakassarTahun 2011-2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis membuat perumusan masalah yaitu :

1. Apakah Upah Minimum berpengaruh terhadap Urbanisasi di kota Makassar tahun 2011-2019 ?

2. Apakah Kesempatan Kerja berpengaruh terhadap Urbanisasi di kota Makassar tahun 2011-2019 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah Upah minimum berpengaruh terhadap urbanisasi di Kota Makassar tahun 2011-2019.

(24)

2. Untuk mengetahui apakah Kesempatan kerja berpengaruh terhadap urbanisasi di Kota Makassar tahun 2011-2019.

D. Manfaat Penelitian

Dengan harapan tujuan penelitian tercapai, maka selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

a. Sebagai informasi ilmiah dan wawasan Ilmu Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya urbanisasi di kota Makassar.

b. Sebagai bahan studi, perbandingan dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademis dan peneliti dalam melakukan penelitian.

c. Sebagai masukan bagi pemerintah maupun pengambil kebijakan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya urbanisasi dari desa ke kota di kota Makassar.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori a. Urbanisasi

Menurut Shogo kayono dalam Abbas (2012) memberikan pengertian urbanisasi sebagai perpindahan dan pemusatan penduduk secara nyata yang memberi dampak dalam hubungannya dengan masyarakat baru yang dilatar belakangi oleh faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya. Sementara Keban dalam Abbas (2012) berpendapat bahwa urbanisasi jangan hanya dalam konteks demografi saja karena urbanisasi mengandung pengertian yang multidimensional. Urbanisasi dari pendekatan demografis berarti sebagai suatu proses peningkatan konsentrasi penduduk diperkotaan sehingga proporsi penduduk yang tinggal menjadi meningkat yang biasanya secara sederhana konsentrasi tersebut diukur dari proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan, kecepatan perubahan proporsi tersebut, dan perubahan jumlah pusat-pusat kota.

Kelemahan wilayah pedesaan akan terus menciptakan kesenjangan desa kota dan proses kemiskinan selanjutnya akan mengalir ke kota dengan migrasi akibat push factor karena makin langkahnya sumber kehidupan di desa. Proses urbanisasi melalui arus migrasi tersebut menempatkan kota-kota besar dalam proses selektif sosio spasial yang menciptakan kemiskinan kota, kesenjangan yang rawan terhadap kelompok yang dikategorikan sebagai sektor informal dan pseudo urbanisasi (urbanisasi semu).

(26)

Perpindahan itu sendiri dikategorikan menjadi dua macam yaitu (i) Perpindahan dengan tujuan menetap, dan (ii) Perpindahan yang bersifat sementara.

Niat untuk pindah dari desa ke kota biasanya karena pengaruh kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain lainnya.

Adapun faktor pendorong terjadinya urbanisasi, yaitu:

a) Makin berkurangnnya sumber–sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang–barang tertentu yang bahan bakunya makin sulit diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan pertanian (yang bersumber dari alam),

b) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal, sebagai contoh dapat kita lihat tanah untuk pertanian di wilayah pedesaan yang semakin sempit, dapat kita lihat banyaknya daerah pertanian yang diambil alih dan dibangun pemukiman masyarakat.

c) Adanya tekanan-tekanan, seperti politik, agama dan suku sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asalnya.

d) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.

e) Bencana alam, seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.

Secara umum, Urbanisasi (Urbanizition) Bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari perluasan daerah kota. Definisi urban berbeda-beda antara suatu negara dengan negara lainnya tetapi biasanya pengertiannya berhubungan dengan kota-kota atau

(27)

daerah-daerah pemukiman lain yang padat. Klasifikasi yang dipergunakan untuk menentukan daerah kota biasanya dipengaruhi oleh indikator mengenai penduduk,indikator mengenai kegiatan ekonomi indikator jumlah fasilitas urban atau status administrasi suatu pemusatan penduduk.

Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah merupakan suatu proses perubahan dari desa ke kota yang meliputi wilayah/daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh aspek- aspek fisik atau morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi masyarakatnya (Sri Moertiningsih dan Omas Bulan, 2015: 148).

b. Upah Minimum (Upah Minimum Kota)

a) Teori Upah

Menurut teori ekonomi, upah dapat diartikan sebagai pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja buruh atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh para pengusaha dan jumlah keseluruhan yang ditetapkansebagai pengganti jasayang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu (Sadono Sukimo, 2013).

Definisi lain dari upah yaitu sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja kasar yang pekerja-pekerjaannya selalu berpindah-pindah, seperti misalnya pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu, dan buruh kasar. b) Upah minimum

Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya (UU no.13

(28)

Tahun 2003). Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda. Maka disebut Upah Minimum Propinsi, Sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 8/1981 upah minimum dapat diterapkan secara minimum regional, sektorl regional maupun subsektoral, meskipun saat ini baru upah minimum regional yang dimiliki oleh setiap daerah.

Kebijakan upah minumum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di bebarapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi . Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahan untuk mempertahankan produktivitas pekerja.

Upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan agar sampai pada tingkat pendapatan “living wage”, yang berarti orang bahwa orang yang bekerja akan mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya. Upah minimum dapat mencegah pekerja dari eksplorasi tenaga kerja terutama yang lowskilled. Upah minimum dapat pekerjan dari eksploritas tenaga kerja dan mengurangi konsekuensi pengangguran seperti yang diperkirakan teori ekonomi konverisional.

c) UMK (Upah Minumum Kota)

Upah Minimum Kota (UMK) adalah upah bulanan terendah bagi pekerja atau buruh yang bekerja 0 (nol) tahun sampai dengan 1 (satu) tahun dan waktu kerja 7 (tujuh) jam sehari, atau 40 (empat puluhb) jam seminggu bagi sistem waktu kerja 6 (enam) hari kerja dalam seminggu

(29)

atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu bagi sistem 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

UMK adalah Upah Minumum Kota/Kabupaten yaitu upah minimum yang berlaku do sebuah wilayah kota/kabupaten. Berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 disebutkan bahwa upah minimum hanya ditunjukkan bagi pekerja dengan masa kerja 0 (nol) sampai dengan 1 (satu) tahun. Definisi tersebut terdapat dua unsur penting dari upah minimum (Sumarsono, 2013) :

1) Upah permulaan adalah upah terendah yang harus diterima oleh buruh pada waktu pertama kali dia diterima bekerja.

2) Jumlah upah minimum haruslah dapat memenuhi kebutuhan hidup buruh secara minimal yaitu kebutuhan untuk sandang, pangan, dan keperluan rumah tangga.

c. Kesempatan Kerja

a. Definisi Kesempatan Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi yang lain seperti tanah, modal, dan lain-lain. Maka manusia merupakan penggerak bagi seluruh faktor-faktor produksi tersebut. Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dengan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang mengandung arti adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja.

(30)

Ketenaga kerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi Nasional dan khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Dengan menciptakan dengan menerapkan berbagai program pembangunan dalam sektor ekonomi dan sektor ketenagakerjaan pada kelompok penduduk yang tergolong miskin sehingga kelompok tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan yang sekaligus akan meningkatkan kesejahteraannya.

Kesempatan kerja atau permintaan kerja tenaga kerja merupakan banyaknya orang yang bekerja pada berbagai sektor perekonomian, baik sektor pertanian, industri maupun jasa. Permintaan tenaga kerja merupakan permintan turunan (dervied demand), artinya permintaan tenaga kerja oleh suatu perusahaan tergantung pada permintaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, Bellante dan Jackson (Astuti Kartika, 2015:36).

Dimensi masalah ketenaga kerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang keja serta rendahnya produktivtas namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Masalah pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh terbatasanya permintaan tenaga kerja, yang selalunya semakin diciutkan oleh faktor-faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran,

(31)

meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada giliranya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyediaan lapangan kerja.

b. Jenis-Jenis Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja dapat menjadi suatu partisipasi seseorang dalam artian memikul beban pembangunan maupun dalam menerima kembali hasil dari pembangunan tersebut. Kesempatam kerja dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam diantaranya sebagai berikut ini:

1) Kesempatan kerja permanen

Merupakan kesempatan kerja yang memungkinkan orang yang bekerja secara terus menerus sampai pensiun atau sampai tidak lagi mampu untuk bekerja, misalnya seperti seseorang yang bekerja di instansi pemertintahan atau di instansi swasta yang dimana memiliki jaminan sosial hingga tua.

2) Kesempatan kerja temporer

Merupakan kesempatan kerja yang memungkinkan orang yang bekerja dalam waktu yang singkat, lalu mengnganggur dan mencari pekerjaan yang baru lagi.

c. Informasi yang perlu diperhatikan untuk para pencari pekerjaan

Adapun beberapa informasi yang perlu di perhatikan oleh para pencari kerja, diantaranya kriteria-kriteria yang diperlukan untuk bisa mendapatkan pekerjaan pada suatu perusahaan:

1) Jenis usaha dan gambaran dari perusahaan serta dari mana lowongan kerja itu ada. Perusahaan itu tersebut melakukan jenis usaha apa, bagi

(32)

para pencari kerja harus memperhatikan gambaran kegiatan atau perusahaan yang dicarinya.

2) Apakah cocok dengan pendidikan atau latar belakang para pencari kerja, Pekerjaan yang dicari usahakan harus sesuai dengan pendidikan, kemampuan atau latar belakang para pencari kerja karena pekerjaan ya ng cocok dapat berpengaruh pada produktivitas kerja. 3) Lingkungan kerja, Para pekerja harus mencari lingkungan kerja yang

sesuai dengan pendidikan, keperibadian, dan sikap yang dimana nantinya akan berpengaruh pada produktivitas kerja.

4) Tingkatan gaji atau upah kerja, gaji ataua upah kerja harus sesuai dengan pengorbanan yang sudah diberikan para pekerja, Standar gaji atau upah minimum harus sesuai karena berkaitan dengan kelangsungan hidup para pekerja.

5) Masa depan perusahaan, Masa depan perusahaan juga harus diperhatikan oleh para pencari kerja, karena prospek masa depan perusahaan sangat penting untuk para pekerja nantinya. Para pekerja bukan hanya untuk jangka pendek tapi untuk jangka panjang.

6) Keuntungan lainnya, Dan yang tidak kalah pentingnya, para pencari pekrjaan harus memperhatikan keuntungan lain yang didapatkan dari perusahaan tersebut misalnya seperti bonus, asuransi dan lain-lainnya.

d. Hubungan Antara Variabel

a) Hubungan Upah Minimum dengan Urbanisasi

Upah merupakan pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja buruh atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan para pengusaha

(33)

dalam jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu.

Sedangkan variabel yang diteliti oleh peneliti disini adalah Upah minimum adalah standar di suatu daerah atau kota, dimana yang dimaksud Upah Minimum adalah standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya (UU No.13 tahun 2003), Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap provinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Provinsi.

Dari kota Makassar yang mengalami pertumbuhan ekonomi stabil dengan dilihatnya perkembangan pdrb dari tahun ke tahun berikutnya, dapat dikatakan bahwa jika tarif Upah Minimum meningkat maka akan menyebabkan tingkat urbanisasi meningkat. Ini dikarenakan pelaku urban berfikir bahwa dengan adanya tarif Upah minimum di kota tujun mereka, maka mereka akan lebih aman bekerja karena upah dari hasil kerja mereka terjamin dan sudah dipastikan akan mendapatkan sesuai tarif yang sudah diberlakukan oleh Pemerintah daerah itu sendiri.

b) Hubungan Kesempatan Kerja dengan Urbanisasi

Kesempatan kerja merupakan peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Seperti dalam ekonomi neoklasik bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan betambah bila tingkat upah bertambah.

(34)

Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau disebut pula pekerja. Kesempatan kerja termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk migran suatu daerah aidia (2011).

Dengan adanya informasi peluang kerja atau kesempatan kerja maka ini akan mampu menarik para pelaku tenaga kerja baik itu yang masih mencari pekerjaan maupun yang sudah memiliki pekerjaan. Dengan begitu pelaku urban akan terus menerus berdatangan dari daerah antar provinsi maupun kabupaten ke Kota Makassar guna memperbaiki taraf hidup mereka.

B. Tinjauan Empiris

Tabel 2.1 Tinjauan Empiris

No Nama Judul Metode

Penelitian Hasil 1 Luciana Sari. 2013 Faktor-faktor yang mempengaruhi urbanisas dikota makassar Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif. Urbanisasi Hasil penelitian menunjukkan (1)upah minimum memiliki pengaruh signifikan

(35)

terhadap

urbanisasi di kota Makassar

dengan nilai t pobabilitas 0.019 lebih kecil dari 0,05. (2)kesempatan kerja (tenaga kerja terserap) memiliki pengaruh negatif terhadap urbanisasi di kota Makassar dengan nilai t probabilitas 0.136 lebih besar dari 0,05, dan ketiga variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel

(36)

dependen dengan nilai f probabilitas 0.015. 2 Surya Dewi. 2013 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Migran Melakukan Mobilitas Non Permanen Ke Kota Denpasar Metode penelitian ini menggunakan data primer dengan alat analisis binary logistik regression. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan upah secara persial berpengaruh positif terhadap keputusan minat melakukan mobilitas ke Kota Denpasar 3 Handriawan, Budi. 2011 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penduduk Melakukan Mobilitas Non Permanen Menjadi Tenaga Metode penelitian ini menggunakan analisis deskriptif Hasil dari penelitian ini secara deskriptif presentase menunjukkan bahwa secara parsial faktor pendorong dari

(37)

Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia (Studi Kasuss TKI Yang Pulang Desa Tanjungsari Kecamatan Jankenan Kabupaten Pati) daerah asal berpengaruh signifikan terhadap Mobilitas Non Permanen menjadi TKI ke Malaysia 22,20%, dan faktor penarik dari daerah tujuan berpengaruh signifikan terhadap Mobilitas Non Permanen menjadi TKI ke Malaysia dengan Kontribusi sebesar 30,50%. 4 Aris Agusta. 2013 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Metode penelitan menggunakan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Faktor yang

(38)

Penduduk Ke Desa Kota Bangun Kabupaten Kutai Karta Negara. analisis data kualitatif. mempengaruhi Mobilitas Penduduk ke Desa Kota Bangun Dua Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Katanegara, adalah faktor ekonomi.

(39)

5 Astuti Kartika. 2015 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Migran Masuk Risen (kasus 4 provinsi di sulawesi). Metode penelitian ini menggunakan analisis kualitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upah/UMP, kesempatan kerja, investasi dan pengeluaran pemerintah pada tahun 2000-2005, berpengaruh positif hanya pada Provinsi Sulawesi Selatan. Namun pada Tahun 2005-2010 Upah/UMP, Kesempatan Kerja dan Investasi menujukkan pengaruh positif pada 4 provinsi.

(40)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Bagian di atas menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi urbanisasi di kota Makassar. Variabel faktor-faktor disini yaitu : Upah Minimum Kota, Kesempatan Kerja.

D. Hipotesis

1. Diduga bahwa Upah Minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap Urbanisasi di Kota Makassar.

2. Diduga bahwa Kesempatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Urbanisasi di Kota Makassar.

Menurut (Shogo Kayono Abbas,2012) Urbanisasi (Y)

1. Proses Alami dan Migrasi 2. Kondisi Ekonomi

3. Fasilitas Sosial Ekonomi Dan Urbanisasi

4. Aksesibilitasi Menuju Fasilitas Dasar

5. Perkembangan Infrastruktur

6. Industri dan Kebijakan Pemerintah

Menurut (Sadono Sukimo, 2013) Upah Minimum (X1)

1. Indeks Harga Konsumen 2. Kebutuhan Hidup layak (KHL)

Menurut (Astuti Kartika, 2015)

Kesempatan Kerja (X2)

1. Rasio Ketergantungan

2. Tingkat partisipasi Angkatan Kerja

3. Tingkat Pengangguran Terbuka 4. Tingkat Produktivitas Tenaga

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, Merupakan data sekunder yang terdiri dari data yang diperoleh dari data instan atau lembaga yang bersangkutan.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasih penelitian

Lokasih penelitian dilakukan pada kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar, Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jln. St. Alauddin No.295 dan Kantor badan pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan yaitu bulan April 2021 sampai bulan Mei 2021

C. Definis Operasional Variabel

1. Urbanisasi (Y) adalah banyaknya jumlah penduduk urban masuk dan dilihat dari jumlah penduduk migrasi masuk di Kota tahun 2011-2019,

2. Upah minimum (X1) disini yang dimaksud adalah Upah Minimum Kota atau

Kabupaten yang ditetapkan dan diberlakukan berdasarkan Undang-Undang tentang Upah Minimum di Makassar tahun 2011-2019,

3. Kesempatan Kerja (X2) disini adalah jumlah penduduk yang bekerja di kota

Makassar tahun 2011-2019.

D. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh penelitian secara

(42)

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Bisa didapatkan melalui data arsip, atau badan pusat statistik. Dalam penelitian ini data yang diteliti yaitu berupa data tentang Upah Minimum yang berlaku di Kota Makassar, dan jumlah tenaga kerja yang disebabkan adanya Kesempatan kerja di kota Makassar ketiga variabel tersebut merupakan variabel X sedangkan variabel Y yaitu Urbanisasi.

Sumber Data diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar dan Sulawesi Selatan. Disamping itu, data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti, jurnal dan buku bacaan lainnya.

E. Metode Analisi Data

Metode untuk menganalis data dalam penelitian ini akan menggunakan analisi regresi linier dengan model semilog (log-lin). Dimana model tersebut digunakan untuk menganalisa perubahan relatif variabel dependen yang disebabkan oleh perubahan absolut dari variabel indenpenden dan model ini disebut juga dengan model pertumbuhan. Untuk menguji bisa atau tidak regresi tersebut digunakan dan untuk utnuk menguji hipotesis yang dilakukan pengujian statistik, sebagai berikut :

Y = a + β1 X1 + β2 X2 +e

Keterangan : Y = Urbanisasi α = Konstanta

(43)

X2 = Kesempatan Kerja

β1 = Koefisien regresi Upah Minimum

β2 = Koefisien regresi Kesempatan Kerja

e = error term 1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persayaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisisi regresi liner, Uji asumsi klasik terbagi menjadi empat yaitu: a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terkait dan variabel bebas keduannya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengatuhi normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun dengan melihat secara

Normal Probability Plot. Normalitas data dapat dilihat dari penyebab data

(titik) pada sumbu diagonal pada grafik Normal Probability Plot atau dengan melihat histogram dari residulnya.

1) Jika signifikasi > 0,05 maka data penelitian ini normal 2) Jika signifikasi <0,05 maka data penelitian ini tidak normal b. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model yang baik seharusnya tidak terjadinya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas.

Torelance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak

(44)

sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cotuff yang umum dipakai adalah

tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Adanya

multikolinearitas ditandai dengan:

1) Jika nikai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka terbebas dari multikolenieritas.

2) Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10, terjadi masalah pada multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 sebelumnya.Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Cara yang digunakan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi pada penelitian ini yaitu menggunakan uji runs test. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji runs test, yaitu :

1) Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) < dari 0,05 maka terdapat gejala autokorelasi.

2) Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > dari 0,05 maka tidak terdapat gejala autokorelasi.

d. Uji Heteroksedastistias

Uji ini betujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homoksedastistas atau tidak terjadi heteroksedastisitas dalam penelitian ini melakukan dengan analisi grafik.

(45)

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan jawaban semntara dari rumusan masalah dalam penelitian, dimana rumusan masalah dalam penelitian yang ada di bab 1 telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dalam penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif untuk melihat pengaruh dari variabe, pdrb, umk (upah minimum kota), dan kesempatan kerja terhadap meningkatnya jumlah urbanisasi di kota makassar dari tahun 2011-2019. Uji hipotesis terbagi menjadi tiga:

a) Analisis Koreksi (R)

Analisis koreksi merupakan analisis yang bertujuan untuk mengukur kuat atau derajat hubungan antar dua variabel. Fungsi utama analisis koreksi adalah untuk menentukan seberapa erat hubungan antara dua variabel.

b) Uji R2 ( koefisien determinasi)

Nilai 𝑅2 menunjukkan besarnya variabel-variabel independen

dalam mempengaruhi variabel dependen. Nilai 𝑅2 berkisar antara 0 dan 1

(≤𝑅2≤1). Semakin besar nilai 𝑅2, maka semakin besar variabel dependen

yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Sifat dari koefisien determinasi adalah:

1) merupakan besaran yang non negatif. 2) Batasnya adalah (0≤ 𝑅2≤1)

Apabila 𝑅2bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen. Semakin besar nilai 𝑅2 maka semakin tepat regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi. c) Uji Parsial (uji t)

(46)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhaadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi variabel dependen secara nyata. Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.

H0 : bi = b Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independden ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruhi secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

t – hitung =

(

𝒃𝟏−𝒃

𝑺𝒃𝟏

)

Keterangan:

b1 = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpanan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 : β = 0 H0 dierima (t*< t-tabel ) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

(47)

Ha : β = 0 Ha diterima (t*> t-tabel) artinya variabel independden secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

d) Uji simultan (uji F)

Uji F ini biasa digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika nilai signifikan < 0,05 atau variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, artinya perubahan yang terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR

1. Keadaan Geografis dan Iklim

Secara Geografis, Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pullau Sulawesi yang dahulu di sebut Ujung Pandang, terletak antara 119˚24’17’38’’ Bujur Timur dan 5˚8’6’19’’ Lintang Selatan yang berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah selatan kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2˚ (datar) dan kemiringan lahan 3-15˚ (bergelombang). Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26, ˚C sampai dengan˚C.

Kota makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai “Waterfront City’ yang didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan sungai pampang) yang kesemuanya bermuara ke dalam kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang. Batas administrasi Kota Makassar adalah:

a. Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Maros. b. Wilayah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maros. c. Wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

(49)

d. Wilayah sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Gambar 4.1 Peta Kota Makassar

Secara administrasi Kota makassar di bagi Menjadi 15 Kecamatan dengan 153 kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tallo, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya.

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian seperti di bawah ini :

a. Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai. b. Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan

Antang Kecamatan Panakukang.

Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala, Panakukang, dan Rappocini.

(50)

Tabel 4.1

Luas Makassar berdasarkan Luas Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2020

No

Kecamatan Luas (km2) Presentase

1 Rappocini 9.23 5.25 2 Makassar 2.25 1.43 3 Mariso 1.82 1.04 4 Mamajang 1.25 1.28 5 Tamalate 20.21 11.50 6 Ujung Pandang 2.63 1.50 7 Wajo 1.99 1.13 8 Bontoala 2.10 1.19 9 Ujung Tanah 5.94 3.38 10 Tallo 5.83 3.32 11 Panakkukang 17.05 9.70 12 Manggala 24.14 13.72 13 Biringkanaya 48.22 27.43 14 Tamalanresa 31.84 18.12 Jumlah 175.84 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, Makassar dalam angka 2020

2. Penduduk

Jumlah penduduk di setiap Kecamatan di Kota Makassar setiap tahunnya berbeda-beda dan bertambah, hal ini bersamaan dengan laju pertumbuhan yang setiap tahunnya berbeda-beda. Kota Makassar merupakan salah satu kota di Sulawesi Selatan dengan pertumbuhan penduduk paling

(51)

pesat. Pada tahun 2015 jumlah penduduk Kota Makassar dengan jumlah 1,449,401 jiwa. Lalu pada tahun 2019 mengalami peningkatan dengan jumlah 1,526,677 jiwa. Sementara itu jumlah penduduk tertinggi di Kota Makassar pada tahun 2019 adalah kecamatan Biringkanaya dengan jumlah 220,456 jiwa. Dan jumlah penduduk yang terendah adalah kecamatan Kep. Sangkarrang 14,531 jiwa. Jumlah penduduk menurut Kota Makassar di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019 No. Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019 1 Mariso 58.815 59.292 59.721 60.130 60.499 2 Mamajang 60.779 61.007 61.186 61.338 61.452 3 Tamalate 190.694 194.493 198.210 201.908 205.541 4 Rappocini 162.539 164.563 166.480 168.345 170.121 5 Makassar 84.396 84.758 85.052 85.311 85.515 6 Ujung Pandang 28.278 28.497 28.696 28.883 29.054 7 Wajo 30.722 30.933 31.121 31.297 31.453 8 Bontoala 56.243 56.536 56.784 57.009 57.197 9 Ujung Tanah 48.882 49.223 49.528 35.354 35.534 10 Kep. Sangkarrang ... ... ... 14.458 14.531 11 Tallo 138.598 139.167 139.624 140.023 140.330 12 Panakkukang 146.968 147.783 148.482 149.121 149.664

(52)

Sumber : BPS Kota Makassar Dalam Angka Tahun 2020

Pada tahun 2019 kepadatan penduduk terbanyak di Kota Makassar adalah Kecamatan Makassar dengan jumlah sebesar 33.935/ km2, hal tersebut

dapat terjadi karena Kecamatan Makassar merupakan daerah yang terpadat di Kota Makassar yang terletak di tengah pusat Kota Makassar. Tingkat kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Kecamatan Tamalanrea dengan jumlah sebesar 3.638/ km2, untuk gambara lebih jelasnya kepadatan

penduduk dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3

Kepadatan Penduduk Menurut Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019 No Kecamatan Presentase Penduduk Kepadatan Penduduk (km2) 1 Mariso 3,96 33.241 2 Mamajang 4,03 27.312 3 Tamalate 13,46 10.170 4 Rappocini 11,14 18.431 5 Makassar 5,60 33.935 6 Ujung Pandang 1,90 11.047 7 Wajo 2,06 15.806 8 Bontoala 3,75 27.237 13 Manggala 135.049 138.659 142.252 145.873 149.487 14 Biringkanaya 196.612 202.520 208.436 214.432 220.456 15 Tamalanrea 110.826 112.170 113.439 114.672 115.843 Kota Makassar 1.449.401 1.469.601 1.489.011 1.508.154 1.526.677

(53)

9 Ujung Tanah 2,33 8.076 10 Kep. Sangkarrang 0,95 9.436 11 Tallo 9,19 24.070 12 Panakkukang 9,80 8.778 13 Manggala 9,79 6.193 14 Biringkanaya 14,44 4.572 15 Tamalanrea 7,59 3.638

Sumber : BPS Kota Makassar Dalam Angka tahun 2020 B. Penyajian Deskripsi Data

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang di peroleh selama penelitian, maka dari itu dalam penelitian kali ini dapat di gambarkan bahwa gambaran tentang perkem bangan variabel-variabel yang di gunakan dalam peneitian ini adalah Urbanisasi sebagai variabel dependen sedangkan Upah Minimum dan Kesempatan Kerja sebagai variabel independen. Variabel keseluruhan akan di uji bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas terdapat hubungan positif terhadap variabel terikat. Berikut di bawah ini akan di bahas perkembangan variabel-variabel penelitian, baik itu variabel independen maupun variabel dependen dalam penelitian ini.

1. Perkembangan jumlah penduduk Urbanisasi di Kota Makassar

Di kota Makassar Urbanisasi merupakan bukan hal yang baru terjadi, melainkan hal ini sudah menjadi kejadian rutin tiap tahunnya terjadi. Di mana dengan adanya jumah urbanisasi yang terus menerus mengalami kenaikan yang akan menyebabkan jumlah penduduk di Kota Makassar terus mengalami pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Jika pemerintah tidak bisa menbatasi guna mencegah terjadinya kepadatan penduduk di kota Makassar

(54)

yang kita ketahui sudah semakin meningkat. Maka kesenjangan sosial akan terus terjadi, kriminalitas karena desakan ekonomi yang terus meningkat, serta lahan di kota Makassar semakin sempit akan menyebabkan bencana alam terjad.

Dari tabel di bawah bisa dilihat bahwa penduduk kota Makassar dari tahun 2011 sampai 2019 terus mengalami pertumbuhan dengan jumlah penduduk baik laki-laki maupun perempuan, dimana ini menandakan bahwa kota Makassar merupakan kota daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk melakukan urbanisasi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Berikut ini merupakan data jumlah total penduduk baik lokal maupun penduduk urbanisasi yang memasuki wilayah kota Makassar.

Tabel 4.4

Perkembangan Jumlah Penduduk dan Migrasi Masuk di Kota Makassar tahun 2011-2019 Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%) Migrasi Masuk Pertumbuhan (%) 2011 1.450.169 7,4 22.188 9,0 2012 1.504.926 7,7 1.878 0,8 2013 1.546.136 7,9 16.134 6,6 2014 1.583.683 8,1 35.711 14,5 2015 1.449.401 7,4 53.828 21,0 2016 1.469.601 7,6 30284 12,4 2017 1.489.011 7,4 38502 4,7 2018 1.508.154 7,5 44636 6,5 2019 1.526.677 7,7 45559 2,8

(55)

Sumber : BPS Kota Makassar dan Dinas Pencatatan Sipil dan Kependudukan Makassar tahun 2021

Pertumbuhan ekenomi di kota Makassar yang menjadi salah satu faktor tujuan pelaku urban tidak asing lagi bagi mereka, hanya ingin mendapatkan kehidupan yang layak serta kesejahteraan kelangsungan hidup para pelaku urbanisasi rela melakukan perpindahan dari desa ke kota. Dengan begitu masyarakat masyarakat yang melakukan urbanisasi dengan segera akan mencari pekerjaan sesuai dengan kemamppuan (skill) yang dimilikinya, namun kebanyakan pekerjaan yang diinginkan tidak sesuai dengan harapan pelaku urbanisasi tersebut.

Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2011 jumlah penduduk di Kota Makassar sebesar 1.450.169 jiwa. sedangkan migrasi masuk di Kota Makassar sebesar 22.188 jiwa. Pada tahun 2012 sampai pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 1.583.683 jiwa, namun mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 1.449.401 jiwa. Sedangkan Migrasi Masuk pada tahun 2012 sampai tahu 2015 mengalami kenaikan sebesar 53.828 jiwa ,namun mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 30.824 jiwa, dan terjadi kenaikan pada tahun 2017 sampai pada tahun 2019 sebesar 45.559 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2016 sampai pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 1. 526.67 jiwa.

2. Perkembangan Upah Minimum Kota

Upah minimun standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya (UU No. 13 Tahun 2003). Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap provinsi yang berbeda-beda maka disebut Upah

(56)

Minimum Provinsi. Sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 8/1981 upah minimum dapat di tetapkan secara minimum regional, sektoral regional maupun subsektoral, meskipun saat ini baru upah minimu regional yang di miliki setiap daerah.

Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di bebarapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi . Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahan untuk mempertahankan produktivitas pekerja.

Upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan agar sampai pada tingkat pendapatan “living wage”, yang berarti orang bahwa orang yang bekerja akan mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya. Upah minimum dapat mencegah pekerja dari eksplorasi tenaga kerja terutama yang

low skilled. Upah minimum dapat meningkatkan produktifitas tenaga kerja dan

mengurangi konsekuensi pengangguran seperti yang diperkirakan teori ekonomi konverisional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.5

Upah Minimum Kota di Makassar Tahun 2011-2019

Tahun Upah Minimun (rupiah)

2011 1.100.000

2012 1.200.000

2013 1.440.000

2014 1,800.000

(57)

2016 2.250.000

2017 2.435.625

2018 2.667.766

2019 2.860.382

Sumber: Kantor Dinas Tenaga Kerja kota Makassar Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas di gambarkan bahwa pada tahun 2011, jumlah Upah Minimun sebesar 1.100.000 rupiah. Dan mengalami peningkatan setiap tahunnya sampai pada tahun 2019 dengan jumlah sebesar 2.860.382 rupiah. Hal ini menandakan bahwa Kota Makassar cukup mengalami perkembangan roda perekonomian dari tiap tahunnya. Hal ini yang menjadi pemacuh bertambahnya jumlah penduduk pendatang di Kota Makassar, yaitu adanya tarif upah yang cukup layak bagi tenaga kerja maupun buruh yang bekerja di Kota Makassar.

Hal ini menjadi pemacuh bertambanhnya jumlah penduduk pendatang di Kota Makassar, yaitu dengan adanya tarif upah yang cukup layak bagi tenaga kerja maupun buruh yang bekerja di kota Makassar. Masalah yang perlu diperhatikan bahwa pemerintah Kota Makassar sudah mengambil kebijakan dalam menangani adanya pertumbuhan penduduk di Kota Makassar yang sebagian besarnya adalah penduduk Urbanisasi.

3. Perkembangan Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja yaitu suatu keadaan yang mencerminkan sampai jumlah berapa dari total angkatan kerja yang dapat diserap dapat ikut serta aktif dalam suatu kegiatan perekonomian suatu negara. Dengan kata lain kesempatan kerja adalah jumlah yang bekerja atau telah mendapatkan pekerjaan, Maka jumlah penduduk yang bekerja biasanya dipandang sebagai

(58)

jumlah Kesempatan Kerja bukanlah lapangan pekerjaan yang masih terbuka, walaupun komponen yang terakhir ini akan menambah Kesempatan Kerja yang ada di waktu yang akan datang.

Kesempatan Kerja masih menjadi masalah yang utama bagi pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan ketimpangan antara kesempatan kerja dengan jumlah penduduk yang ada. Dengan pembangunan yang ada belum bisa menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang banyak menyebabkan angka pengangguran meningkat dari tahun ketahun. Usaha peningkatan kesempatan kerja memang sangat di perlukan, mengingat penduduk pedesaan masih menggantungkan pendapatan dari sektor pada sektor selain pertanian.

Kebutuhan tenaga kerja nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan atau lembaga menerima tenaga kerja pada tingkat upah, posisi, dan syarat kerja tertentu. Data Kesempatan Kerja secara nyata sulit di peroleh, maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui banyaknya lapangan kerja yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja. Berikut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.6

Kesempatan Kerja Kota Makassar Tahun 2011-2019

Tahun Tenaga Kerja Terserap

(jiwa)

2011 541.050

2012 502.308

(59)

2014 534.428 2015 521.854 2016 526.187 2017 530.926 2018 532.901 2019 524.857

Sumber : Kantor Dinas Tenaga Kerja Tahun 2021

Tabel di atas menggambarkan keadaan tenaga kerja di Kota Makassar yang terserap atau sudah bekerja di wilayah Kota Makassar. Pada tahun 2011, jumlah tenaga kerja yang terserap sebesar 541.0505 jiwa, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 502.308 jiwa. Pada tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 534.428 jiwa, lalu pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 521.854 jiwa. Pada tahun 2016 sampai tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 532.901 jiwa, namun pada tahun 2019 mengalami penurunan dengan jumlah sebesar 524.857 jiwa.

C. Hasil Analisis data

Dalam penelitian ini adapun teknik yang di gunakan dalam menganalisis data variabel-variabel yang mempengaruhi urbanisasi di Kota Makassar yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS 22. Dalam penelititan ini yang menjadi variabel terikatnya adalah Urbanisasi di Kota Makassar, sedangkan yang menjadi variabel bebasnya adalah Upah Minimun dan Kesempatan Kerja . sebelum dilakukan analisis regresi linear berganda, maka dilakukan uji asumsi klasi sebagai berikut :

(60)

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah salah satu syarat yang harus dilakukan dalam menggunakan analisis liniear berganda. Berikut cara yang digunakan sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terkait dan variabel bebas keduannya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengatuhi normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun dengan melihat secara Normal Probability

Plot. Normalitas data dapat dilihat dari penyebab data (titik) pada sumbu

diagonal pada grafik Normal Probability Plot atau dengan melihat histogram dari residulnya.

1) Jika nilai signifikasi > 0,05 maka data penelitian ini normal 2) Jika nilai signifikasi < 0,05 maka data penelitian ini normal

Tabel 4.7 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 9

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .46817694 Most Extreme Differences Absolute .298

(61)

Negative -.127

Test Statistic .298

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance

Sumber : Output SPSS 22, olah data sekunder 2021

Berdasarkan pada tabel 4.7 hasil uji normalitas diketahui nilia siginifikasi 0,200 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai berdistribusi normal.

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas

Sumber : Output SPSS 22 data sekunder diolah 2021

Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pola berdistribusi normal, dikarenakan data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat disimpukan bahwa data berdistribusi normal.

Gambar

Tabel 2.1  Tinjauan Empiris
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Gambar 4.1 Peta Kota Makassar
Tabel  di  atas  menggambarkan  keadaan  tenaga  kerja  di  Kota  Makassar  yang terserap atau sudah bekerja di wilayah Kota Makassar
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Fortifikasi tepung jali dilakukan dengan menambahkan konsentrat protein kedelai ke dalam tepung jali kemudian melakukan fermentasi dengan Lactobacillus plantarum

Karakter vegetatif, generatif, tebal daging, PTT, jumlah buah, produksi per pohon dan persentase buah cacat pada populasi setengah dialel lima tetua pepaya mempunyai ragam non

Apakah Perangkat Desa telah diangkat oleh Kepala Desa dan telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa3. Apakah ada kekayaan desa berupa tanah yang hak kepemilikannya

Dari uraian-uraian yang dikemukakan di atas telah berhasil disusun suatu metode evaluasi penuaan komponen-komponen mekanik reactor riset, yang meliputi : identifikasi komponen,

Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis

Peneliti dan kolaborator melakukan observasi dan interpretasi siklusII, adapun pelaksanaan siklus II yakni: (1) peneliti mengamati proses pembelajaran melempar bola

Dari beberapa peneliti tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang performance test dalam produksi pompa seperti head pada pompa, kapasitas pompa,

Keputusan Kepala Daerah mengenai pengangkatan anggota Dewan Pengawas disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri