• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU ALTRUISTIK TOKOH YUMO DALAM FILM THE FLOWERS OF WAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU ALTRUISTIK TOKOH YUMO DALAM FILM THE FLOWERS OF WAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU ALTRUISTIK TOKOH YUMO

DALAM FILM THE FLOWERS OF WAR

Novi Lukita, Oktaviani, Cendrawaty Tjong

Universitas Bina Nusantara, JL. Kemanggisan Ilir III No.45,Palmerah, Jakarta Barat, (+6221) 532 7630, N_vi_yenZ@yahoo.com; moki_pig@yahoo.com; cencen_zzz@yahoo.com

ABSTRACT

The Flowers of War is a film by Zhang Yimou that tells a story about Nanjing in 1937, a group of girl students took refuge in the church, then came a group of female entertainers who also want to take refuge in the church. Two groups from different backgrounds end up helping each other. The Figure that the authors take is Yumo, because Yumo is a figure that best describe altruistik behavior that the author want to discuss about. Altruistik behavior is individual action to help others without any direct benefit to the helper, individual who do altruistik will put aside their own interests above the interests of others especially in an emergency. This study aims to determine the altruistik behaviour of Yumo in the film The Flowers of War. Then the research method that the author used is the method of literature and descriptive-analytical methods. From the result of the analysis, it can be concluded that Yumo figures in film shows a strong altruistik behavior in her.

Keywords : The Flowers of War, Zhang Yimou, Altruistik Behaviour, Yumo

ABSTRAK

Film The Flowers of War adalah sebuah film karya Zhang Yimou yang berkisah tentang Nanjing pada tahun 1937, sekelompok siswi berlindung di dalam gereja, kemudian datang sekelompok wanita penghibur yang juga ingin berlindung di dalam gereja. Dua kelompok yang berlatar belakang berbeda akhirnya saling membantu satu sama lain. Tokoh yang penulis ambil adalah Yumo, karena Yumo merupakan tokoh yang paling menggambarkan perilaku altruistik yang ingin penulis bahas. Perilaku altruistik adalah tindakan individu untuk menolong orang lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi si penolong, individu yang melakukan altruistik akan menyampingkan kepentingan mereka diatas kepentingan orang lain terlebih dalam keadaan darurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku altruistik pada tokoh Yumo dalam film The Flowers of War. Metode penelitian yang digunakan antara lain adalah metode kepustakaan dan metode deskriptif analisis. Dari hasil analisis penulis, dapat disimpulkan bahwa tokoh Yumo dalam film memperlihatkan perilaku altruistik yang kuat dalam dirinya.

(2)

PENDAHULUAN

Film merupakan sebuah seni pertunjukan, seni visual dan seni pendengaran, dan juga merupakan media hiburan dan rekreasi. Melalui film, produser menyampaikan perasaan dan pemikirannya kepada masyarakat. Film juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya. Isi dan tema film menembus dan mencerminkan pandangan produser terhadap dunia, nilai, juga mencerminkan pemahaman terhadap hidup dan emosi produser.

The Flowers of War adalah film perang hasil karya Zhang Yimou pada tahun 2011. Isi film yang

merupakan adaptasi dari buku novel karya Yan Geling dengan judul serupa. Zhang Yimou berkata sebelum olimpiade Beijing ia melihat buku novel karya Yan Geling ini, kemudian membeli hak ciptanya. Film ini memiliki kisah perspektif yang unik, di ambil dari sudut pandang 13 orang pelacur legendaris Nanjing, mengekspresikan sebuah tema penebusan, mencerminkan tentang kemanusiaan yang mulia.

Menceritakan kisah tentang Nanjing pada tahun 1937, di sebuah gereja, seorang Amerika yang demi menolong lalu menyamar sebagai pastor, sekelompok siswi yang bersembunyi dalam gereja, 14 orang pelacur yang melarikan diri dari perang dan prajurit yang mati-matian bertempur, bersama-sama menghadapi kisah pembantaian Nanjing. Film ini tidak hanya membawa perasaan tragis bagi penulis, tetapi juga membawa rasa kagum, mengagumi keberanian Yumo sebagai Pelacur, juga merasakan secara mendalam bahwa hidup itu sangat kecil, hubungan antar manusia itu sangat ajaib, dan juga menyadari bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri serta menyadari kebahagiaan mereka tergantung pada orang lain. Tidak peduli di sudut dunia manapun, pelacur selalu dipandang rendah, manusia rendahan. Meskipun ada yang menjadi pelacur karena pengalaman pahit, tetapi masyarakat sudah terbiasa menganggap mereka sebagai kumpulan orang tidak berguna, oleh karena itu kepribadian mereka tidak dianggap penting oleh masyarakat. Yumo demi menyelamatkan anak-anak rela mengorbankan dirinya, karakter moral yang mulia seperti ini membuat penulis memiliki pandangan yang berbeda terhadap pelacur, dan ingin meneliti perilaku altruistik Yumo secara mendalam.

Penulis juga telah membaca beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan film The

Flowers of War. Qiu Yanyan dan Guo Weiping dari Zhengzhou Technical College meneliti mengenai :

Review Penyiksaan Terhadap Kemanusian dalam Film The Flowers of War . Mereka menyebutkan bahwa level tertinggi film adalah kemanusiaan yang murni. Film The Flowers of War menggunakan visual dan bahasa dualistik yang intensif untuk meningkatkan struktur naratif. “Baik” dan “jahat” dualistik yang menyelimuti keseluruhan film, sehingga kita merasakan kekejaman perang dan membawa orang bergidik pada saat yang sama, sangat terasa cerita memantulkan kemanusiaan yang mendalam, dan pada akhirnya masyarakat, keseluruhan sejarah selesai di bawah penyiksaan terhadap kemanusiaan. Kemudian Xu Chunling dari Universitas Henan Jurnalisme dan Komunikasi meneliti : Citra Perempuan dalam Film The Flowers of War. Dia membahas perubahan hubungan dan emosional antara anak-anak dan para pelacur, citra anak-anak dan para pelacur di tengah perang begitu kuat, berkembang dengan baik, mereproduksi dan membuat citra yang unik terhadap sekelompok wanita. Dengan ketegangan dramatis yang kuat dan kekuatan emosional membuat kita menemukan sisi lain dari perang.

Masalah yang hendak penulis teliti adalah bagaimana Yumo menunjukkan perilaku altruistik? apa ciri perilaku altruistik yang ditunjukkan Yumo? dan apa faktor pendorong yang mendorong Yumo menunjukkan perilaku altruistik ? Cakupan penelitian penulis adalah film karya Zhang Yimou pada tahun 2011 yang berjudul The Flowers of War dengan batasan penelitian Yumo. Tujuan penelitian penulis adalah ingin lebih dalam meneliti perilaku altruistik Yumo, dan berharap hasil penelitian dapat membuat pembaca lebih memahami pandangan terhadap pelacur serta berharap skripsi ini dapat memberikan referensi yang bermanfaat bagi pembaca.

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kepustakaan. Dalam penelitian ini, penulis menerapkan metode deskriptif analisis, yaitu dengan menginterpretasikan dan menggambarkan data dengan jelas , kemudian menerapkan teori-teori pada tindakan-tindakan yang terdapat pada adegan yang penulis pilih, untuk menarik kesimpulan. Penulis juga melakukan metode kepustakaan untuk mengumpulkan data-data untuk penelitian skripsi ini dengan membaca buku-buku, skripsi serta jurnal dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan konsep serta tema penelitian ini.

(3)

HASIL DAN BAHASAN

Pengenalan Singkat Film The Flowers of War

Pada saat Nanjing jatuh tahun 1937, hanya ada sebuah gereja yang belum diduduki, siswi sekolah gereja, pelacur tepi sungai Qinhuai, satu prajurit beserta prajurit yang terluka, dan juga John orang Amerika, berturut-turut masuk ke gereja, dalam ruangan yang relatif tertutup ini, bersama-sama mereka menghadapi bencana hidup dan mati, memunculkan berbagai macam perasaan yang luar biasa. Namun, gereja juga tidak selamanya adalah tanah yang suci, ketenangan sementara akhirnya dirusak – tentara Jepang menyerbu masuk dan menemukan anak-anak, kemudian Jepang juga memaksa anak-anak pergi ke pesta perayaan acara pertunjukan Jepang, siapa pun tahu ini akan menjadi sebuah kemungkinan tidak akan kembali. Anak-anak tidak mau dilecehkan tentara Jepang, mereka pun bersiap untuk bunuh diri bersama, namun berhasil diselamatkan oleh kepala pelacur, Yumo. Akhirnya, 13 orang yang biasanya dianggap sebagai pelacur yang direndahkan ini, mereka mengenakan jubah paduan suara, membawa pecahan kaca, menggantikan siswa gereja untuk pergi ke sebuah kematian yang tragis. Film The Flowers

of War menggunakan “kebaikan manusia melawan kejahatan manusia”, penonton akan tersentuh oleh

film karena disetiap hati nurani orang pasti terdapat lahan dan sudut kebaikan, sekali menabur benih pasti akan nada hasil yang berbuah”.

Penghargaan yang diraih film ini antara lain: Golden Globe Amerika ke 69 dinominasikan sebagai film berbahasa asing terbaik, Denver Film Critics Association Award ketiga untuk Best Foreign Film nominasi Bahasa, The Asian Film Awards ke-6, penghargaan pendatang baru (Ni Ni), nominasi

Hong Kong Film Awards ke 31, Shanghai Film Critics Award ke 21 untuk Aktris Terbaik (Ni Ni), Top

Ten Film, Amerika award ke 59 untuk film bahasa asing terbaik Reel Golden Award untuk editing music. Karakteristik Perilaku Altruistik Tokoh

Yumo dan kawan-kawan adalah “wanita sungai Qinhuai” yang terkenal di Nanjing. Hubungan mereka termasuk saat senang maupun susah selalu bersama-sama, oleh karena itu, tidak peduli di setiap tempat atau dalam situasi apapun tidak akan berpisah. Pada saat itu karena Nanjing diserbu oleh Jepang membuat para pelacur melarikan diri ke gereja sebelah barat, di sana selain anak-anak dan mereka masih ada satu orang barat yang bernama John. Pada keadaan saat itu, walaupun Jepang menyerang China dan menyerbu Nanjing, tapi mereka hanya melawan orang China, tidak akan main-main dengan orang barat. Oleh karena itu, orang yang tinggal dalam gereja mengira satu-satunya yang dapat membantu mereka untuk meninggalkan tempat ini hanya John seorang. Diantara para pelacur, hanya Yumo yang bisa berbahasa inggris, dia berinisiatif mewakili para pelacur meminta John untuk membantu mereka meninggalkan Nanjing. Menurut psikolog Fuad yang mengutip pendapat Cohen tentang karakteristik altruistik, tindakan Yumo termasuk perilaku yang “hasil untuk si penolong dan pelaku altruistik selalu baik”.

Selain para pelacur, disana juga masih ditinggal oleh sekelompok anak-anak. Awalnya para pelacur dan anak-anak saling mengabaikan satu sama lain. Anak-anak merasa para pelacur itu bukanlah orang yang baik, wanita yang kotor. Tetapi dalam situasi perang yang darurat, para pelacur dan anak-anak perlahan-lahan bergabung jadi saudara, saling membantu dan memahami. Karena beberapa alasan membuat tentara Jepang mengetahui keberadaan anak-anak, juga karena itu membuat anak-anak harus menghadiri acara Jepang dan secara bersamaan mengorbankan nyawa mereka.

Ilmuan Amerika Latane & Darley (2006: 380) dalam buku Psikologi Sosial yang menyebutkan bahwa perilaku menolong mungkin merupakan hasil dari proses pengambilan keputusan yang lebih compleks, keputusan ini dilakukan dari hasil renungan. Sama seperti Yumo, pada akhirnya sebelum memutuskan untuk menolong salah satu dari anak-anak, dia telah melewati renungan kemudian baru mengambil keputusan ini. Menurut psikolog Fuad yang mengutip pendapat Leeads tentang karakteristik altruistik, tindakan Yumo terhadap anak-anak termasuk perilaku yang “tindakan yang dilakukan bukan demi kepentingan sendiri”.

Pada saat para pelacur dan anak-anak sedang berlindung, tiba-tiba datang dua orang prajurit China, seorang prajurit kecil tidak sadarkan diri karena terluka parah. Awalnya para pelacur tidak menerima keberadaan prajurit, karena mereka mengira keberadaan prajurit dapat membawa masalah bagi mereka. Hanya Yumo yang bersedia membantu menghentikan luka prajurit kecil dan membiarkan prajurit kecil tetap tinggal di tempat mereka. Satu prajurit yang lain, setelah menempatkan prajurit kecil dengan baik , ia kemudian berjaga di luar gereja. Menurut psikolog Fuad yang mengutip pendapat Leeads tentang

(4)

karakteristik altruistik, tindakan Yumo terhadap prajurit kecil termasuk perilaku yang “tindakan bersifat sukarela”.

Tanpa memandang itu adalah teman-teman Yumo, anak-anak atau prajurit kecil, semuanya berada dalam ancaman yang kapan saja dapat meningkat dan dapat membawa korban ke tingkat yang lebih berbahaya. Karena Yumo mengerti situasi ini lalu memutuskan untuk campur tangan dan membantu para korban sepenuh hati. Situasi para korban sesuai dengan yang di katakan psikolog sosial, Shotland dan Huston (2006: 381).

Dibawah ini adalah proses pengambilan keputusan Yumo dalam membantu teman-teman Yumo, anak-anak, prajurit kecil :

Apakah ada orang yang membutuhkan bantuan? Ada.

Anak-anak, prajurit kecil, teman-temannya membutuhkan bantuan

Apakah saya memiliki tanggung jawab? Ada.

(Teman-teman) karena hanya Yumo yang dapa t berbicara bahasa Inggris

(Anak-anak) karena mereka masih kecil dan lemah

(Prajurit kecil) karena dia terluka

Apakah layak untuk memberi pertolongan? Layak.

(Teman-teman) karena mereka punya perasaan senasib seperjuangan

(Anak-anak) karena Yumo tidak ingin anak-anak ini bernasib sama dengannya

(Prajurit kecil) karena prajurit berkorban demi Nanjing

Apa yang harus saya lakukan?

(Teman-teman) menjadi penerjemah untuk

mereka

(Anak-anak) menggantikan posisi anak-anak ini ke acara pihak Jepang

(Prajurit kecil) setuju prajurit kecil tinggal bersama mereka

Berdasarkan tabel di atas, ketiga korban semuanya memerlukan bantuan Yumo. Korban pertama (teman-teman), karena tidak dapat berkomunikasi dengan John, ditambah John adalah satu-satunya yang dapat menolong mereka untuk meninggalkan Nanjing, oleh karena itu Yumo berinisiatif mewakili teman-teman meminta John membantu mereka meninggalkan Nanjing. Selain itu, dua teman-teman Yumo yaitu Xianglan dan Doukou, karena tidak tahu tingkat keparahan perang lalu buru-buru meninggalkan gereja dan kembali ke rumah bordil untuk mengambil senar kecapi dan anting mereka. Diantara teman-teman, Yumo satu-satunya yang sadar hilangnya Xianglan dan Doukou. Yumo yang khawatir hanya bisa meminta John pergi mencari kedua temannya. Situasi ini dapat membuktikan bahwa Yumo adalah orang yang suka memperhatikan orang sekitarnya, juga dapat dikatakan kondisi Yumo sesuai dengan ketentuan altruistik Myers yaitu “memperhatikan orang lain”.

John : Apa yang terjadi?

Yumo : Dou dan Lan diam-diam kabur ke luar.

John : Bagaimana bisa? Bagaimana mereka bisa kabur?

Yumo : Aku tidak tahu.

John : Kamu tahu kapan?

Yumo : Tidak tahu.

John : Mereka kemana?

Yumo : Mereke kembali ke rumah bordil untuk mencari senar kecapi

John : Kamu ingin aku mencari mereka?

Yumo : Ya!

John : Mo, aku tidak yakin…

Yumo : Tolong. Tolong. Tolong!

(01:17:44 – 01:18:30) Korban kedua (anak-anak) , ketika jendral Jepang datang ke gereja dan mengundang anak-anak untuk menyanyi di acara perayaan Jepang, Yumo dan teman-teman dengan jelas mengetahui mengapa Jepang ingin mengundang anak-anak ke acara perayaan Jepang, juga mengetahui apa yang akan terjadi apabila anak-anak pergi menghadiri acara perayaan Jepang. Yumo demi menolong salah satu anak-anak,

(5)

kemudian mengajukan ide yang berani kepada John. Ini adalah ide yang berasal dari tindakan sukarela, ia merasa satu-satunya yang dapat menolong salah satu anak adalah dengan cara menyamar saat ia pergi ke acara perayaan.

Yumo : Aku ada satu cara, mungkin aku dapat menolong satu dari mereka, tetapi aku membutuhkan bantuanmu.

John : Bagaimana?

Yumo : Pihak Jepang mengira Wenzi adalah siswi. Dia dapat menipu mereka, aku juga bisa. John : Jika aku menebak benar maksudmu, tidak. Aku tidak setuju.

(01:39:00-01:40:00) Karakteristik altruistik Yumo juga sesuai dengan karakteristik altruistik yang diajukan Myers (2012:30), yaitu Yumo sangat peduli dengan keselamatan anak-anak dan demi berani mengorbankan dirinya sendiri demi anak-anak. Selain itu, dari mode altruistik Yumo juga diketahui Yumo merasa ia bertanggung jawab membantu anak-anak karena mereka masih kecil, semuanya adalah gadis yang lemah. Pada saat tentara Jepang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam gereja, Yumo dan teman-temannya bersembunyi di ruang bawah tanah, saat itu Yumo membuka pintu ruang bawah tanah, berharap anak-anak dapat bersama-sama bersembunyi di bawah, tetapi Shu membawa anak-anak-anak-anak pergi ke lantai atas, karena dia tahu apabila mereka berlari masuk ke ruang bawah tanah, tentara Jepang nantinya akan tahu tempat itu, tidak ada manfaatnya bagi semua orang. Yumo sangat terharu. Pada saat anak-anak butuh bantuan, Yumo tidak memperhitungkan keuntungannya sendiri dan secara sadar dan sukarela mengusulkan untuk menyelamatkan anak-anak.

Beberapa karakteristik altruistik Yumo ini menular ke teman-temannya. Anak-anak tahu bahwa mereka harus pergi ke acara perayaan Jepang, ini adalah takdir yang sebagaimana inginnya juga tidak dapat terhindar, oleh karena itu mereka semua berdiskusi bahwa lebih baik bunuh diri. Dan juga jangan biarkan orang Jepang merusak tubuh mereka. Ketika Yumo dan teman-teman mengetahui masalah ini kemudian segera mencari cara untuk menghentikan pikiran mereka untuk bunuh diri, bahkan mengikuti Yumo dalam mengusulkan janji untuk menggantikan mereka pergi ke acara perayaan Jepang.

Yumo : Adik kecil, kamu jangan berbuat onar lagi! Nanjing sudah begitu banyak orang yang mati, dewa neraka bahkan tidak sempat menerima. Kalian lagi meramaikan suasana apa? Shu, dengarkan aku, aku ada satu ide. Aku pergi menggantikanmu, kamu suruh mereka turun dulu. Besok aku pergi menggantikanmu. Dengar tidak? Aku pergi menggantikanmu.

Kakak satu : Besok aku juga pergi menggantikan kalian.

Kakak dua : Benar ada kami. Tidak takut Jepang, mau bunuh mau penggal ada kakak yang menghalangnya.

Kakak tiga : Kakak pergi menggantikan kalian. Kalian tenang saja ada kami.

Kakak empat : Betul, tidak akan membiarkan kalian disakiti. Kalian sudah dengar, kami pergi menggantikan kalian!

Kakak lima : Adik kecil jangan melakukan hal bodoh lagi, cepat turun.

(01:42:37 – 01:43:12) Sebenarnya teman-teman Yumo hanya menasihati anak-anak untuk jangan berbuat hal yang bodoh, tidak serius ingin menggantikan mereka pergi ke acara perayaan : “kami hanya ingin membujuk mereka”. (01:43:40) Hanya Yumo yang benar-benar ingin menggantikan anak-anak untuk pergi ke acara perayaan Jepang, tetapi karakteristik altruistik Yumo mempengaruhi teman-temannya, semuanya memutuskan untuk menolong anak-anak, menempatkan kepentingan anak-anak diatas kepentingan mereka sendiri.

Korban ketiga (prajurit), saat itu demi melarikan diri, buru-buru masuk ke gereja dan langsung masuk ke kamar para pelacur, karena merasa takut para pelacur lalu menolak dan ingin mengusir dua orang prajurit tersebut, salah satu prajurit tidak mempedulikan para pelacur dan menolong prajurit kecil yang terluka. Yumo dalam keadaan yang kacau dapat dengan tenang dalam menghadapi prajurit tersebut, setelah melihat keadaan prajurit kecil, Yumo lalu membantu seorang prajurit dewasa. Mentalitas Yumo yang seperti ini termasuk mentalitas sukarela. Mentalitasnya yang suka membantu orang lain membuat pelacur yang lain juga akhirnya menerima prajurit kecil tinggal di tempat mereka.

Menurut tiga peristiwa diatas dapat diketahui, Yumo adalah seorang yang perhatian terhadap orang lain, mementingkan persahabatan, tahu balas budi, berinisiatif dan wanita yang secara sukarela mengorbankan dirinya. Ia sadar pada saat itu korban adalah bagian dari situasi yang krisis, membutuhkan bantuan orang lain, sehingga ia mengulurkan tangan untuk membantu tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.

(6)

Faktor Pendorong Perilaku Altruistik Yumo

Penulis menemukan bahwa perilaku altruistik Yumo dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri dan faktor situasi.

1. Faktor Diri

(1) Rasa Simpati atau Empati

(Batson, 2010: 359) Keinginan kita membantu orang pada saat yang bersamaan mendapat pengaruh pertimbangan egois atau tidak egois. Karena orang tidak beruntung dan menderita dapat mendorong kita untuk memberikan bantuan. Batson berpendapat bahwa khususnya saat kita punya hubungan dengan orang tertentu, kita pun dapat tumbuh rasa empati. (Hoffman, 2010: 360) berpendapat pada saat empati tumbuh dalam diri kita, maka kita tidak akan memikirkan penderitaan kita, tetapi lebih memperhatikan penderitaan korban.

Kakak satu : Kita mau mereka turun dulu, baru berkata demikian.

Kakak dua : Bagaimanapun juga, tetap tidak boleh menipu orang.

Yumo : …. Bagaimana kalian membiarkan hal seperti ini dihadapi oleh anak-anak itu? Kalau pun mereka kembali dengan selamat, masih bisakah mereka hidup?

(01:43:40 – 01:44:30) Yumo sebenarnya juga pernah bersekolah di sekolah Gereja beberapa tahun, dia pernah menjadi yang paling bagus Inggrisnya di kelas. Semua orang menertawakannya, mengatakan dia seperti Ratu Inggris. Hidupnya seharusnya tidak seperti ini, dia sebenarnya bisa memiliki masa depan yang bagus tetapi dia memiliki kisah yang tidak beruntung. Pada saat berumur 13 tahun dia diperkosa oleh ayah tirinya. Saat sebesar anak-anak ini, Yumo telah dipaksa melayani pelanggan pertamanya.

“Ingat tidak? Sama seperti mereka, saya telah menghabiskan enam tahun di sekolah gereja, tetapi yang tidak sama adalah aku diperkosa ayah tiri saat berusia 13 tahun, saat sebesar mereka aku telah dipaksa untuk melayani pelanggan pertama. Aku tidak ingin mereka juga seperti ini. “ (01:40:00)

Yumo sudah pernah mengalami hidup yang kejam, hina dan tragis. Bagi Yumo itu adalah pengalaman yang selamanya menghancurkan hidup, harga diri, dan mimpinya, yang menyebabkannya mau tidak mau akhirnya menjalani pekerjaan sebagai pelacur. Dia benar-benar tidak ingin anak-anak ini bernasib sama dengannya. Dari perkataan Yumo kepada teman-temannya, ‘Bagaimana kalian membiarkan hal seperti ini dihadapi oleh anak-anak itu? Kalau pun mereka kembali dengan selamat, masih bisakah mereka hidup?’ kita dapat melihat rasa empati Yumo terhadap anak-anak ini, ketidakberuntungan anak-anak hingga menderita mendorong Yumo untuk memberikan bantuan.

Saat dua teman Yumo yaitu Xianglan dan Doukou kembali ke rumah bordil untuk mengambil senar kecapi dan anting mereka, Yumo sangat khawatir bahkan memarahi Meihua, menyalahkannya tidak menahan Xianglan dan Doukou, kita dapat melihat rasa simpati atau empati Yumo kepada teman-temannya. Walaupun Yumo tahu bahwa mereka berdua XXX, dia tetap masih berharap, terus menerus memohon kepada John untuk membantunya mencari kembali teman-temannya.

(2) Rasa Terima Kasih

Rasa terima kasih atau bersalah juga menjadi salah satu pendorong perilaku altruistik seseorang. Ketika seseorang mendapatkan bantuan dari orang lain dan tumbuh perasaan berterima kasih di hati, dia biasanya akan muncul motivasi ingin membalas budi dan membuat lebih banyak perilaku altruistik. Norms of resprocity juga menyebut bahwa kita seharusnya membantu mereka yang pernah membantu kita. Ditambah Masyarakat Cina memiliki moralitas ‘balas budi’. Membalas budi adalah salah nilai tradisional Cina dan juga teori serta mekanisme hidup.

Kakak satu : Aku hanya merasa tak pantas. Orang bahkan kamar mandi pun tidak boleh kita masuki, kita masih melindungi orang.

Yumo : Kamu jangan bicara soal pantas tak pantas lagi. Hari itu jika bukan anak-anak

itu menjauhi ruang bawah tanah, muka dan pantat mu tidak tahu sudah kemana.

(01:43:40 – 01:44:43) Dari percakapan dia atas kita dapat melihat dengan jelas rasa tahu balas budi Yumo. Ketika tentara Jepang menyerbu masuk ke gereja, Shu menyuruh teman-temannya untuk naik keatas, sehingga tentara Jepang ini tidak melihat Yumo bersembunyi dibawah. Seandainya Shu tidak berbuat demikian, mungkin para pelacur ini sudah tidak bernyawa. Ditambah lagi saat anak-anak ini tampil bernyanyi di depan komandan Jepang, kucing Wenzi tiba-tiba lari ke panggung. Hendak menangkap kucingnya, wenzi pun masuk ke panggung, ketahuan oleh Jepang. Dalam situasi yang berbahaya dan darurat, Shu berpura-pura memarahi Wenzi, dan segera meminta maaf kepada komandan Jepang dengan mengatakan bahwa

(7)

seragam Wenzi hilang, demi mempertunjukan penampilan terbaik mereka tidak mengizinkannya tampil. Tindakan Shu yang pernah menolong Yumo dan kawan-kawan menyebabkan Yumo berpikir layak pergi menggantikan mereka ke pesta perayaan Jepang, ini adalah sebuah balas budi.

(3) Mengubah Citra

(Thompson, Judd & Park, 2006 : 234) berpendapat bahwa karena adanya streotype, kita dapat mempunyai penilaian yang salah terhadap orang lain. Streotype terhadap seseorang atau kelompok biasanya karena adanya pandangan yang sudah biasa dan sering kali tidak berdasar.

Streotype orang-orang mengenai pelacur adalah tidak baik, mengatakan bahwa pelacur tidak memiliki perasaan. Anak-anak ini pada mulanya juga memiliki pandangan dan streotype yang sama, mereka hanyalah wanita penghibur yang egois, bahkan tidak bersedia berbagi menggunakan kamar mandi karena merasa pelacur itu kotor, seperti virus.

Pelacur satu : Kalian adalah orang, lantas kami ini apa? Adik satu : Kalian jelas lebih tahu kalian itu apa!

Pelacur dua : Orang merasa kita ini kotor, dasar barang busuk!

Adik satu : Kalianlah yang barang busuk

!

(40:30 – 40:50) Yumo menolong anak-anak ini tidak hanya karena adanya rasa empati tetapi juga karena ingin mengubah citra masyarakat terhadap pelacur. Pelacur sebagai pekerjaan yang kuno terbagi menjadi dua yaitu pelacur yang menampilkan seni dan kedua adalah pelacur yang menjual rona. Meski ada jenis pelacur yang hanya menjual seni tidak menjual badan, tetapi bagaimana pun juga masyarakat masih memandang rendah dan hina terhadap pekerjaan pelacur. Sebagai pelacur, mereka tidak lagi memiliki harga diri seperti yang dikatakan Yumo mengenai puisi zaman kuno yang menghujat mereka, “wanita penghibur tidak peduli terhadap kesusahan Negara, hanya tahu bernyanyi dan menari”. Masyarakat beranggapan kehadiran mereka merupakan penghinaan terhadap masyarakat, oleh karena itu ini juga mendorong ia berperilaku altruistik.

Yumo : Semua orang tahu sejak dulu mereka bilang kita apa? “wanita penghibur tidak peduli terhadap kesusahan negara ….

Meihua : Hanya tahu bernyanyi dan menari”.

Pelacur satu : Meihua tidak benar-benar bodoh, masih bisa menghafal puisi.

Meihua : Kakak Yumo mengajarkan saya dua kalimat ini.

Yumo : Puisi orang lain yang memarahi kita, tentu saja kita harus ingat. Saya ingin bilang, kita sekalian melakukan satu hal yang baik, mengubah hujatan kuno ini. (01:44:47 – 01:45:11)

(4) Usia

Usia korban juga menjadi salah satu alasan yang mendorong seseorang memberi bantuan. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda adalah nilai tradisional China sejak zaman kuno. Yumo yang secara sukarela mengusulkan ingin menolong anak-anak juga mencerminkan semangat menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Yumo beberapa kali menekankan “kecil” nya anak-anak. Ketika ia dan John berbicara pun menyebutkan saat ia seusia anak-anak telah dipaksa untuk melayani pria ; Yumo juga sering menyebut anak-anak sebagai “bayi perempuan”. Contohnya : “hari itu kalau buka para bayi perempuan yang mengalihkan para setan, …” ; “hal semacam ini kamu biarkan para bayi perempuan bagaimana hadapi?”

Dari percakapan Yumo dan John, penulis mengetahui bahwa Shu dan yang lainnya baru berusia 13 tahun, saat Yumo memberitahu John bahwa Shu menyukai John, John juga hanya tersenyum berkata : “dia hanyalah anak-anak”. Malam sebelum hari Yumo akan pergi ke acara perayaan untuk menggantikan anak-anak, Shu memberikan seragam yang baru kepada Yumo kemudian juga memanggilnya “kakak”. Bagi Yumo, usia Shu dan yang lainnya masih sangat kecil, mereka masih lugu, tidak bersalah dan tak berdaya untuk berurusan dengan Jepang, anak-anak ini membutuhkan perlindungan dan bantuan orang lain.

2. Faktor situasional (1) Situasi perang

The Flowers of War adalah film yang berlatar belakang pembantaian massal Nanjing pada tahun

1937. Setelah Tentara Jepang menyerang Nanjing, mereka dengan cepat menduduki banyak wilayah Nanjing yang pada saat itu adalah ibu kota China. Setelah melakukan pembantaian massal, Jepang juga menggunakan cara melempar mayat ke sungai, pembakaran mayat, penguburan massal dan cara lain. Menurut survei, jumlah total pembantaian Jepang lebih dari 300.000. Cara tentara Jepang membantai warga Nanjing luar biasa kejam, ada yang dipenggal, dibunuh, ditembak, dikubur hidup-hidup, dibakar,

(8)

dan lain-lain, dan juga lomba membunuh yang tidak manusiawi. Dibawah pisau penjajah Jepang, Nanjing, kota metropolis yang awalnya ramai dan damai, menjadi neraka yang mengerikan. Kekejaman Jepang di Nanjing, meninggalkan satu halaman yang paling gelap bagi sejarah peradaban dunia modern.

Perang selalu mendatangkan penderitaan bagi orang-orang, terutama wanita dan anak-anak. Di awal film kita dapat melihat mayat disetiap sudut kota Nanjing. Tentara Jepang membunuh dan membakar, ingin memperkosa setiap wanita. Seperti yang dikatakan oleh Wenzi : “Apa yang dilakukan Jepang sepanjang hari di Nanjing? Membunuh, bakar, memperkosa!” (01:36:09)

Anak-anak dan para pelacur ini juga adalah korban. Mereka tidak dapat meninggalkan Nanjing, mengira gereja di Nanjing sebagai tempat yang di lindungi oleh pihak barat, merupakan tempat yang aman, tetapi siapa yang menyangka tentara Jepang menyerbu masuk ke gereja, saat menemukan anak-anak yang masih perawan, tentara Jepang pun mencoba untuk melecehkan mereka. Di bawah kondisi perang melintasi batas perbedaan identitas, merasa senasib sepenanggungan. Dari yang tidak mau berhubungan satu sama lain perlahan menjadi saling perhatian dan membantu. Ini seperti salah satu faktor pendorong perilaku altruistik yang disebutkan oleh (Schmidt & Weiner, 2006: 384), orang akan termotivasi memberikan bantuan, bila kita berpendapat bahwa ketidakberuntungan korban diluar kendali korban. Perang selalu menyakitkan bagi semua orang, Yumo dan teman-teman tidak ingin mereka menderita. “Mereka mau bunuh, mau potong, ada kakak-kakak yang menghalang, kita tidak akan membiarkan anak-anak disakiti”, (01:42:37) Selain itu mereka juga ingin dapat melarikan diri bersama-sama dan mereka juga enggan meninggalkan anak-anak.

(2) Model Tokoh

Model tokoh juga menjadi salah satu faktor pendorong perilaku altruistik seseorang. Mencontoh perilaku menolong model juga bisa meningkatkan perilaku menolong orang lain. Perilaku altruistik Yumo juga mendapat inspirasi yang dalam dari model tokoh, contohnya peristiwa dua prajurit, pada saat prajurit dewasa ingin membiarkan prajurit kecil dapat meninggal dengan tenang serta memohon para pelacur untuk menjaga prajurit kecil baik-baik. Selain perilaku meonolong yang ditunjukkan oleh prajurit-model tokoh yang tersisa satu-satunya, ketulusan John menolong mereka juga menyentuh hatinya.

John pada awalnya tidak ingin menolong mereka untuk melarikan diri. Alasan dia ingin membantu mereka karena uang, tetapi karena mereka tidak memiliki uang maka dia pun tidak melakukan apa-apa. Saat Yumo memohon kepadanya untuk menyelamatkan dia dan teman-temannya, dia juga tidak ada reaksi bahkan melecehkan Yumo. Dia memandang rendah Yumo, dia melihat Yumo sebagai kelompok sosial yang tidak berguna.

Kemudian karena dorongan situasi yang mendesak, John perlahan dapat menerima Yumo. Juga karena situasi mendesak John pun menyamar menjadi pastor, dan berusaha menyelamatkan para pelacur dan anak-anak. John sebenarnya dapat dengan mudah meninggalkan mereka, meninggalkan Nanjing. Ketika John dan George pergi keluar untuk mencari dua pelacur yang menyelinap keluar, mereka bertemu dengan seorang teman Jon, Terry. Sebagai seorang Amerika, John juga dapat meninggalkan Nanjing karena pihak Jepang tidak ingin mengganggu orang barat, tetapi John masih menolak niat baik temannya, ia memilih untuk tinggal membantu anak-anak dan para pelacur.

John : Saya harus membantu George, saya harus membantu anak-anak, saya harus membantu beberapa wanita, mereka adalah pelacur. Saya harus bantu.

Terry : Saya sekarang sudah mau pergi.

John : Kamu sekarang sudah mau meninggalkan Nanjing?

Terry : Kamu mau pergi tidak? Sekarang ada sebuah kapal, saya pergi sekarang. Cepat pergi dengan saya! Ini sadalah kesempatan terakhir.

John : Saya harus menemukan mereka, saya tidak dapat pergi.

(01:20:46 - 01:22:00) Tujuan utama kedatangan John ke Nanjing adalah untuk mengubur pastor Ingleman. Dia sama sekali tidak ada hubungannya dan tidak punya tanggung jawab atas anak-anak , Yumo dan kawan-kawan. Tetapi pada akhirnya dia menyamar menjadi pastor, memperbaiki truk dan lainnya. Ini semua membekas di hati Yumo dan kawan-kawan, membuat mereka tersentuh. Keberadaan John dan tindakannya tidak hanya memberikan perasaan aman tetapi juga memberi contoh yang baik dan kemudian mendorong perilaku altruistik Yumo.

(9)

Tokoh Mencerminkan Nilai-nilai Tradisional Cina

Setelah menganalisa mode, ciri, faktor pendorong perilaku altruistik Yumo, penulis menyadari sebagai wanita dengan kedudukan rendah, Yumo justru menunjukkan moral karakter yang mulia. Perilaku altruistik yang dia tunjukkan adalah cerminan dari nilai-nilai tradisional Cina.

(1) Mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan masyarakat

Perilaku altruitik Yumo menunjukan nilai tradisional Cina, mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan masyarakat. Yumo demi menolong diri sendiri serta teman-temannya membuat sebuah perjanjian dengan John. Jika John dapat membawa mereka keluar dari Nanjing, dia bersedia menyerahkan dirinya sendiri untuk John. “Jika kamu membantu kami, aku akan membalasmu dengan cara yang tak

tertandingi. Mereka juga.”(31:50). Terakhir dia juga bersedia pergi menggantikan anak-anak ke pesta

Jepang, lebih mementingkan kepentingan anak-anak tersebut dari pada kepentingannya sendiri.

(2) Mengabdi kepada negara

Sebagai pelacur, Yumo tidak mungkin mengangkat senjata, dia juga tahu bahwa dia hanyalah seorang wanita yang lemah. Dalam film menunjukkan dalam situasi yang kacau, tidak ada seorang pun yang merasa perlu melindunginya. Dia dipandang sebagai barang busuk oleh masyarakat, wanita yang tidak bersih, wanita yang layak mati. Meski masyarakat tidak memberi dia rasa bahagia, hanya memberi rasa sakit dan benci, tapi dia tetap dengan caranya sendiri menolong tentara, melindungi anak-anak, menunjukkan perilaku cinta negara. Dia setuju menjaga prajurit kecil yang terluka, menggunakan nyawanya sendiri untuk melindungi anak-anak.

Saat Yumo berganti pakaian dan menyamar menjadi anak-anak, dia menyisipkan pecahan kaca dalam pakaiannya. Padahal sebagai seorang pelacur, melayani laki-laki jelas merupakan pekerjaan sehari-harinya, tetapi dia tidak bersedia melayani nafsu tentara Jepang. Tindakan ini menunjukkan kebenciannya terhadap Jepang, tidak bersedia melayani musuh, juga merupakan sebuah tindakan pemberontakan terhadap Jepang. Ini merupakan tindakan cinta terhadap negara yang ditunjukkannya sebagai seorang pelacur.

(3) Tahu membalas budi

Yumo menasehati teman-temannya agar tidak lupa bahwa anak-anak pernah menolong mereka. Jika bukan karena Shu menyuruh teman-temannya kabur ke atas, tentara Jepang tentu sudah mengetahui keberadaan mereka, tidak tahu apa yang akan mereka hadapi, karena itu pada saat Wenzi menunjukkan ketidaksediaannya menggantikan anak-anak pergi ke pesta Jepang, dia mengingatkan kembali bahwa menjadi orang harus tahu balas budi. Ini merupakan cerminan nilai-nilai tradisional Cina.

(4) Keberanian

Mencius percaya bahwa manusia harus memiliki karakter “keberanian”. Dia membagi “keberanian” menjadi tiga macam: dengan kekuatan darah yang berani, dengan tekad keberanian emosional, berani dan percaya diri, mematuhi ketegasan keyakinan akan moral “berani”. (Zhang Dainian & Fang Keli, 2004 : 219)

Berani merupakan cerminan moral karakter mulia yang ditunjukkan Yumo saat menolong anak-anak. Dia bersedia mengorbankan dirinya sendiri, tidak seperti teman-teman lainnya yang berkata “hanya untuk membujuk anak-anak saja”. Yumo mengatakan dan melakukan, meski dia juga takut, tetapi pada akhirnya dia menepati janjinya.

SIMPULAN DAN SARAN

Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tidak dapat hidup seorang diri, selalu membutuhkan bantuan orang lain. Setiap orang sebenarnya memiliki perilaku altruistik, tetapi tidak semua orang dapat menunjukkan perilaku altruistik yang sebenarnya.

Karakteristik perilaku altruistik yang ditunjukkan Yumo adalah perhatian terhadap orang lain, setia kawan, tahu balas budi, perbuatan yang dilakukan adalah sukarela dan rela berkorban. Ia menyadari bahwa pada saat itu korban berada dalam situasi darurat dan bahaya, membutuhkan bantuan orang lain, oleh karena itu tanpa memikirkan dampak ia memberi pertolongan.

Orang yang benar-benar memiliki perilaku altruistik tidak akan lagi memikirkan apakah orang tersebut layak tidak layak mendapat bantuan, karena perilaku altruistik adalah sebuah perilaku yang tidak mengharapkan balasan apa pun. Yumo dalam film The Flowers of War menunjukkan perilaku altruistik yang sebenarnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan banyak ahli, perilakunya sesuai dengan karakteristik perilaku altruistik, seperti memperhatikan orang lain, sukarela menolong anak-anak, teman-temannya, dan prajurit kecil, tidak egois serta tidak mengharapkan balasan imbalan apa pun.

Perilaku altruistik Yumo mendapat beberapa faktor pendorong, seperti faktor dari diri dan faktor situasional. Perilaku altruistik Yumo juga merupakan cerminan dari nilai-nilai tradisional Cina.

(10)

REFERENSI

[1] 对于妓女的个人看法 [Z]•http://bbs.news.163.com/bbs/shishi/42972353.html [2] 蒋达,王歆睿,傅丽,周仁来•内隐利他行为的实验研究[J]•心理科学, 2008,31(1):79 - 82 [3] 卡伦达菲,伊斯特伍德,阿特沃特•心理学改变生活[M]•北京:世界图书出版公司北京公司,2006 [4] 刘文,杨丽珠•社会抑制性与父母教养方式对幼儿利他行为的影响[J]•心理发展与教育,2004, (1):6-11 [5] 迈尔斯•社会心理学 [M]•北京 :人民邮电出版社 , 2010 [6] 邱艳艳,郭伟平•评电影《金陵十三钗》的人性拷问[J]•电影文学,2012,(15) [7] 人物 [Z] •http://baike.baidu.com/view/3706.htm [8] 王恺•中国历史常识 [M] • 北京:高等教育出版社 , 2008 [9] 徐春玲•论电影《金陵十三钗》中的女性形象[J]• 电影文学,2012,(20) [10] 张岱年, 方克立•中国文化概论 [M]•北京 :北京师范大学出饭 ,2004 [11]张 旭 昆 • 试 析 利 他 行 为 的 不 同 类 型 及 其 原 因 [J]• 浙 江 大 学 学 报 ( 人 文 社 会 科 学 版),2005,35.(4):13-21 [12] 张艺谋.(导演)•2011•《金陵十三钗》[电影]•中国: 北京新画面影业公司. [13] 郑也夫•利他行为的根源 [J]•首都师范大学学报(社会科学版), 2009.(4) :41-51

[14] Baron, Robert A., Branscombe, Nyla R., & Byrne, Don. (2008). Social Psycology. Boston: Pearson International Edition

[15] Blecker, Steven J., Olson, James M., & Wiggins, Elizabeth C. (2006). Social Psycology Alive. USA: Thomson Wadsworth

[16] Hogg, Michael A., & Vaughan, Graham M. (2008). Social Psycology. England: Pearson Education Limited

[17] Rachlin, Howard. Alturism and Selfishness. Behavioral and Brain Sciences,(2002) 25, 239–296 [18] Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2006). Social Psychology. New Jersey : Pearson

Education

[19] Hunaini. (2012). The Relationship Between Emotional Intelligence With the Altruistik behavior SMAN 1 Bangil (Thesis). Faculty of Psychology. State Islamic University (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang

RIWAYAT PENULIS

Novi Lukita lahir di Pontianak pada tanggal 20 April 1991, dan Oktaviani lahir di Pekanbaru pada tanggal 10 Oktober 1991. Penulis menamatkan program pendidikan S1 jurusan Sastra Cina di Universitas Bina Nusantara pada tahun 2013. Cendrawaty Tjong lahir di Jakarta pada tanggal 4 mei 1978. Pada tahun 2008 lulus dari Universitas Xiamen, dan mendapat gelar Master dalam bidang sastra dan seni. Penulis sekarang mengajar di Universitas Bina Nusantara sebagai dosen S1.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaporan Insiden adalah pelaporan atas kejadian yang dapat berupa kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian tidak cidera (KTC), kejadian nyaris cedera (KNC) dan

Penghapusan barang inventaris barang merupakan suatu sistem yang terdiri dari manusia, peralatan dan prosedur yang memadukan antara kerja mesin (komputer) dan admin

Penelitian ini terdiri dari lima tahap, yaitu (a) karakterisasi olein sawit kasar dan adsorben yang akan digunakan pada proses adsorpsi, (b) penentuan kondisi

Dari beberapa langkah-langkah di atas baik yang berkaitan dengan pengembangan wilayah pesisir maupun mitigasi bencana di wilayah pesisir khususnya Kabupaten Indramayu dan Kabupaten

dan sumber daya lainnya untuk bekerja kearah tujuan bersama. Manajemen bisnis; konsep, teori dan aplikasi.. Menurut Handoko Pengorganisasian adalah ialah penentuan sumber daya dan

Metode pembanding perusahaan tercatat di Bursa Efek digunakan dalam penilaian ini karena walaupun di pasar saham perusahaan terbuka tidak diperoleh informasi

Dalam pertemuannya, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Gellwynn Jusuf menyampaikan informasi kepada Gubernur Provinsi Jawa Tengah

(Persero) Angkasa Pura 1 harus memperhatikan kewajiban- kewajibannya sesuai yang telah diatur dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan