• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menciptakan Masyarakat Berakhlaq di Dala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menciptakan Masyarakat Berakhlaq di Dala"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Makalah ini membahas tentang bagimana cara menciptakan masyarakat berakhlaq di dalam era globalisasi. Makalah ini terbagi dalam beberapa subbab, yaitu Apa definisi dari ahlak? peran akhlak dalam pembentukan masyarakat yang bertaqwa, dampak globalisasi terhadap ahlak masyarakat, cara menciptakan masyarakat berakhlak dalam era globalisai, penerapan akhlak dan tantangan akhlak dalam kehidupan, dan upaya peningkatan kualitas akhlak . dimana dampak globalisasi saat ini sangat memengaruhi akha baik dalam masyarakat sehingga penerapan akhlak dalam kehidupan sangat. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya menjaga diri kita dalam terbentuknya kita sebagai manusia yang taqwa.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi sekarang ini, perilaku seorang muslim sangat rentan untuk terpengaruh dampak negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, sehingga kita sering melihat liberasi nilai yang terjadi di kalangan umat Islam. Peristiwa seperti ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang Islam, juga lingkungan yang tidak kondusif untuk mendidik seseorang tentang agamanya. Sehingga kesadaran beragama nyaris tak pernah muncul secara nyata dalam keseharian dan kehidupan sosial kita, sehingga akhlak masyarakat berkurang

Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.

Akhlak merupakan batu pondasi suatu kaum. Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan masyarakat menjadi masyarakat madani. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai makhluk Allah SWT, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola, karena sesungguhnya pada diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.

1.2 Tujuan

1. Pelaksanaan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. 2. Dapat melaksanakan akhlak-akhlak yang terpuji.

3. Mengetahui dan dapat menjaga diri dari tantangan-tantangan akhlak. 4. Dapat menerapkan upaya-upaya peningkatan akhlak.

(3)

1.3 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari ahlak?

2. Apa peran akhlak dalam pembentukan masyarakat yang bertaqwa? 3. Apa dampak globalisasi terhadap ahlak masyarakat?

(4)

BAB II ISI

2.1 Definisi Akhlak

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhlak merupakan bentuk jama’ dari kata khuluqun, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, budi pekerti atau tabiat. Dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 :

(كعننعإإوع ىىلععلع قمللخلمميظعع

Artinya : Dan sesungguhnya kamu ( ya Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Kata akhlak mengandung segi-segi persesuaian dengan khalqun atau ciptaan. Serta erat hubungannya dengan khalik dan makhluk.

Dari pengetian-pengertian diatas akhlak digambarkan secara substansial , sifat hati bisa baik dan juga bisa buruk yang tercermin dalam perilaku. Jika, sifat hatinya baik, maka yang akan muncul adalah akhlak yang baik (akhlakul karimah) dan sebaliknya jika sifat hatinya buruk maka yang keluar dalam perilaku adalah akhlak yang buruk (akhlakul madzmumah).

2.2 Peran Akhlak Dalam Masyarakat

(5)

wahyu Ilahi untuk menjadi teladan bagi orang yang beriman. Sesuai dengan surat al-qalam yang tertera di atas. Dan juga Sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam:

“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan kemulian akhlak.“ Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhari

Makarimul akhlak (akhlak yang mulia) jika menjadi sifat seseorang bermakna satu ungkapan yang mencakup sifat dan perbuatan luhur (terpuji) yang tampak dalam budi pekerti dan pergaulannya. Akhlak yang mulia ini adalah tonggak keutuhan dan kejayaan satu umat, sebagaimana disampaikan oleh seorang penyair yang bernama Ahmad Syauqiy dalam pernyataannya:

Umat itu tergantung akhlak yang tersisa padanya, jika akhlak tersebut lenyap maka lenyaplah mereka

Akhlak mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu masyarakat karena akhlak mulia adalah dasar ditegakkannya perintah Allah Ta’ala dalam jiwa manusia. Jika jiwa memiliki akhlak dan perilaku mulia maka tidak diragukan dia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan komitmen dengan manhaj agamanya.

Kedudukan akhlak yang tinggi ini telah dijelaskan Allah dalam ayat-ayat-Nya agar manusia dapat istiqamah di atas akhlak mulia tersebut. Allah berfirman: “....Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.“ (QS. Al Baqarah:187).

“Dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian ancaman, agar mereka bertaqwa.” (QS. Thaha:113)

(6)

“(Ialah) al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertaqwa.“ (QS. Az Zumaar :28)

Oleh karena itulah para Rasul senantiasa mengajak kaumnya untuk mewujudkan akhlak yang mulia .

Akhlak yang mulia memiliki kedudukan dan urgensi sangat penting dalam membangun masyarakat islam Adapun beberapa peranan akhlak yaitu:

 Akhlak yang mulia merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat.

 Akhlak yang mulia merupakan salah satu rukun dakwah para Rasul

 Akhlak yang mulia meliputi akhlak terhadap Allah dan makhluknya.

2.3 Dampak Globalisasi Terhadap Masyarakat Muslim

Hidup untuk dizaman sekarang ini, disadari atau tidak pasti akan tersentuh oleh modernisasi dan era globalisasi. Dimana suatu Zaman yang sesungguhnya biasa-biasa saja seakan-akan menjadi sesuatu yang langka, hebat, luar biasa dan mengagumkan serta menjanjikan dan penuh harapan, terutama oleh orang-orang Barat yang non Islam. seiring dengan itu, marilah kita umat Islam secara bersama-sama ikut ambil bagian dengan secara aktif, terutama dalam pembangunan mental spiritual, agar umat Islam tidak sekedar maju dalam segi fisik saja, namun juga kokoh mentalnya, tidak mudah terjebak dalam pemikiran yang merusak

Dalam abad teknologi ultra moderen sekarang ini, manusia telah diruntuhkan eksistensinya sampai ketingkat mesin akibat pengaruh globalisasi. Roh dan kemuliaan manusia telah diremehkan begitu rendah. Manusia adalah mesin yang dikendalikan oleh kepentingan financial untuk menuruti arus hidup yang materialistis dan sekuler. Martabat manusia berangsur-angsur telah dihancurkan dan kedudukannya benar-benar telah direndahkan. Globalisasi adalah merupakan gerakan yang telah dan sedang dilakukan oleh Negara-negara Barat Sekuler untuk secara sadar atau tidak, akan menggiring kita pada kehancuran peradaban.

(7)

kemaksiatan. Apa yang mereka suguhkan sangat berpengaruh terhadap pola piker umat Islam. Tak sedikit dari orang-orang Islam yang secara perlahan-lahan menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang semestinya untuk ibadah, berbalik menjadi malas ibadah dan lupa akan Tuhan yang telah memberikannya kehidupan. Akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi banyak manusia khususnya umat Islam yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan bukanlah sekedar ada, namun ada tujuan mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.

Saat ini, tak sedikit dari umat Islam yang lemah iman, karena telah salah kaprah dalam menyikapi isu globalisasi. Mereka seakan-akan kedatangan tamu istimewa, tamu pujaan hati yang telah lama diagung-agungkan. Sehingga dalam bayangan mereka, globalisasi adalah segala-galanya dan merupakan puncak dari modernisasi. Padahal ia sesungguhnya adalah tipu daya dari bangsa Barat belaka yang sengaja menjerat dan akan menjerumuskan umat Islam. Sesungguhnya globalisasi tidak jauh beda dengan imprialisme. Penyebaran globalisasi hampir selalu sejalan dengan penyebaran Neoliberalisme. Globalisasi bagi umat Islam tidak perlu diributkan, diterima ataupun ditolak, namun yang paling penting Dari semua adalah seberapa besar peran Islam dalam menata umat manusia menuju tatanan duniabaru yang lebih majudan beradab. Bagi kita semua, ada atau tidaknya istilah globalisasi tidak menjadi masalah, yang penting ajaran Islam sudah benar-benar diterima secara global, secara mendunia oleh segenap umat manusia, diterapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi, dalam berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(8)

2.4 Cara Menciptakan Masyarakat Berakhlak Mulia Dalam Era Globalisai

Dalam era globalisasi sekarang ini, perilaku seorang muslim sangat rentan untuk terpengaruh dampak negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, sehingga kita sering melihat liberasi nilai yang terjadi di kalangan umat Islam. Peristiwa seperti ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang Islam, juga lingkungan yang tidak kondusif untuk mendidik seseorang tentang agamanya. Sehingga kesadaran beragama nyaris tak pernah muncul secara nyata dalam keseharian dan kehidupan sosial kita. Padahal peranan agama dalam pengendalian sosial tidak diragukan lagi. Orang yang memahami dan mengamalkan ajaran agamanya dengan baik maka manusia tersebut akan menjadi manusia sejati yang berakhlak mulia. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan akhlak manusia, agarnantinya dapat membentuk suatu masyarakat yang berakhlak walaupun didalam derasnya modernisasi dan globalisasi

Dalam upaya meningkatkan akhlak, H. Abdullah Firdaus bersama rekan-rekannya membahas upaya untuk meningkatkan akhlak dalam sebuah jurnal yang berjudul “Upaya Meningkatkan Akhlak dan Kepribadian melalui Pemahaman dan Pendidikan Agama”. Dalam jurnalnya disebutkan bahwa upaya yang penting dalam meningkatkan akhlak adalah dengan menanamkan nilai-nilai Islam sejak usia dini, sehingga mudah membangun dan membentuk karakter kepribadian seseorang. Selain itu juga diperlukan penyuluhan dan pendidikan agama, serta mengimplementasikan nilai-nilai Islam dengan memberikan contoh dari realitas yang ada.

Ibnu Maskawaih menyebutkan beberapa metode untuk mencapai akhlak yang baik, antara lain:

(9)

mengerjakan perbuatan yang baik yang didalamnya ada unsur melelahkan. B. Menjadikan pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya.

C. Interospeksi atau mawas diri. Metode ini mengandung pengertian kesadaran seseorang untuk berusaha mencari cacat /aib diri sendiri.

D. Melawan penyebab akhlak yang buruk dengan ilmu dan amal. Di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin diceritakan bahwa akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an. Oleh sebab itu salah satu upaya yang juga sangat penting dalam meningkatkan kualitas akhlak adalah dengan mempelajari al-Qur’an, memahami, dan mengamalkannya. Al-Qur’an adalah sumber ajaran agama Islam yang paling pokok, di dalamnya terdapat berbagai peraturan dan petunjuk bagi orang muslim dalam bertindak. Oleh karena itu, mempelajari al-Qur’an adalah hal yang sangat dianjurkan dalam upaya meningkatkan akhlak.

Peningkatan kualitas akhlak sangat diperlukan, maka kita sudah seharusnya berupaya untuk meningkatkan akhlak dengan memulainya dari diri kita sendiri. Kita dapat mencoba beberapa langkah di atas untuk meningkatkan akhlak kita. Kita juga bisa memulainya dengan menghilangkan atau menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam

Agar dapat bertahan dari pengaruh buruk globalisasi ini kita harus dapat menyaring hal yang baik dan hal yang buruk serta memperbaharui akhlakul karimah (akhlak baik) kita. Adapun cara atau metode untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas akhlak baik, adalah sebagai berikut:

Metode Uswah (Teladan)

(10)

orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.

Metode Ta’widiyah (pembiasaan)

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat” Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia. Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.

Metode Taat Syari’at

(11)

oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan perilaku positif seperti ketaatan pada agama dan norma-norma masyarakat, hidup tenang dan wajar, senang melakukan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan.

Metode Pengembangan Diri

Metode yang bercorak psiko-edukatif ini didasari oleh kesadaran atas kekuatan dan kelemahan diri yang kemudian melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat-sifat baik dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat buruk. Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan (conditioning) seperti pada “Metode Taat Syari’at” ditambah dengan upaya meneladani perbuatan dari pribadi-pribadi yang dikagumi. Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini secara konsisten akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat terpuji yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat. Metode ini sebenarnya mirip dengan metode pertama, hanya saja dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin dan intensif serta lebih personal sifatnya daripada metode pertama.

Metode spiritual

Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkat kan kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal (Kamil). Pelatihan disiplin diri ini menurut Al Ghazali dilakukan melalui dua jalan yakni mujaahadah dan al-riyaadhah. Al Mujaahadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk menghilangkan segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid, maksiat). Al-Riyaadhah adalah latihan mendekatkan diri pada Tuhan dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas ibadah.

(12)

2.5 Penerapan Akhlak Dan Tantangan Akhlak Dalam Kehidupan 2.5.1 Penerapan Akhlaq

Akhlaq mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di setiap pribadi manusia yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias karakter seluruh generasi di segenap masa. Berikut akan dijelaskan beberapa penerapan akhlaq mulia :

1. Akhlaq kepada Khalik (Pencipta)

Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat. Selain itu, kita juga harus beriman kepada Allah SWT semata, menyembah, beribadah, dan berdoa hanya kepada Allah SWT, mencintai, bersyukur, berdzikir, tawakal, dan takwa kepada Allah SWT, dan sebagainya.

2. Akhlaq kepada Sesama

Akhlaq terhadap sesama dibedakan menjadi dua macam : a. Akhlaq kepada sesama muslim

Penerapan akhlaq kepada sesama muslim misalnya ketika kita ingin di hargai oleh orang lain, maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menyantuni yang fakir, menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita merasa tersinggung, dan sebagainya.

b. Akhlaq kepada sesama nonmuslim

(13)

pergaulan hidup. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka, menghargai ketika mereka melakukan upacara keagamaan, walaupun mereka hidup dalam minoritas, memberi bantuan bila mereka terkena musibah, dan sebagainya.

3. Akhlaq kepada Diri Sendiri

Untuk mempertahankan kehormatan, harga diri, dan meningkatkan harkat dan martabat dalam hidup ini, kita memerlukan akhlaq terhadap diri sendiri, antara lain:

a. Menjaga kehormatan dan harga diri, membersihkan diri lahir dan batin.

b. Memiliki dan memupuk sifat-sifat terpuji. c. Taat menjalankan ajaran agama.

d. Menjaga lisan, mata, telinga, dan tangan dari perbuatan tercela. e. Mencari rezeki yang halal.

f. Selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, beramal shaleh, meningkatkan iman dan takwa.

4. Akhlaq kepada Keluarga

Berikut akan diberikan beberapa contoh penerapan akhlaq mulia kepada keluarga :

a. Kepada orangtua : berbakti, menghormati, menyayangi dan mendoakan keduanya, tidak berkata kasar, tidak menyakiti hati dan fisik mereka, apabila mereka sudah sepuh, keduanya disantuni dan diberi nafkah.

b. Kepada istri atau suami : menjaga kedamaian, ketenangan, saling menghormati, saling menyayangi, bersikap jujur dan terbuka, tidak selingkuh dan saling curiga, dan sebagainya.

c. Kepada tetangga dan masyarakat : saling membantu, tenggang rasa, gortong royong, saling menghormati, saling meminta dan memberi, dan sebagainya.

(14)

5. Akhlaq kepada Lingkungan (Alam Semesta)

Hendaknya setiap manusia melakukan hal-hal berikut:

a. Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta bersyukur kepada Allah SWT.

b. Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi kemakmuran hidup manusia.

c. Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan flora dan fauna serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia.

d. Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau mengeksploitasi secara semena-mena, seperti penebangan hutan secara liar, penggalian tambang tanpa mempedulikan lingkungan, membuat polusi, dan sebagainya.

2.5.2 Tantangan Akhlak

Allah SWT SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah secara umum yaitu melaksanakan segala perintahnya dan manjauhkan segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkanNya untuk menjaga dan memlihara semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Namun sebagai manusia kadang kita lupa tugas kita berada di dunia itu apa sehingga kebanyakan tidak bisa mengontrol akhlaknya sendiri.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, tantangan akhlak juga semakin banyak, tak sedikit manusia menjadi lupa diri dan berada diluar garis batas ajaran agama. Sehingga kita butuh aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji untuk mengahadapi tantangan tersebut. Seperti kita tahu tantangan yang sering kita hadapi namun jarang kita sadari yaitu Kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, gaya hidup, dan orientasi hidup yang materialistis.

(15)

makhluk individual dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan itu ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidup adalah material. Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.

Nilai nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang semuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai Hamba Allah SWT dan anggota masyarakat.

Gaya hidup-pun menjadi tantangan agar lebih dapat mengontrol diri. Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya hidup hedonis atau foya-foya, dan kebarat-baratan. Seperti kita tahu selain tidak baik, Allah SWT sangat membenci segala sesuatu yang berlebihan. Gaya hidup ini cenderung hanya mementingkan kesenangan semata, menghambur-hamburkan materi dalam jumlah banyak secara sia-sia karena sebenarnya tidak ada keuntungan yang bisa didapat dari itu melainkan hanya kesenangan sesaat. Padahal kalau kita memiliki aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji, tidak seharusnya kita berlaku seperti itu melainkan lebih memilih untuk berbagi terhadap sesama karena akan lebih terasa manfaatnya.

Orientasi hidup yang hanya mengejar nilai-nilai material saja tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan, bahkan hal ini juga dapat menimbulkan bencana yang hebat ketika hidup hanya berorientasi pada sesuatu yang merial (metrialistis) sehingga ada persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan agama lagi untuk mengendalikan semua perbuatannya, karena mereka menganggap agama tidak lagi dapat memecahkan persoalan hidup.

(16)

segala bentuk dosa kecil yang jarang kita sadari, aqidah juga dapat membuat kita selalu berbuat baik terhadap pencipta dan sesama. Disamping aqidah yang kuat, akhlak yang terpuji akan menyelamatkan manusia dari segala macam perbuatan dan tindakan yang bisa menjerumuskan manusia dalam kesesatan.

Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak sehingga kita tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.

2.6 Upaya Peningkatan Kualitas Akhlak

2.6.1 Penjagaan Diri Alasan harus menjaga diri

1. Upaya penjagaan seorang muslim terhadap dirinya tidak lain adalah upaya melindunginya dari siksa Allah SWT ta’ala dan neraka-Nya.

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6)

2. Jika ia tidak menjaga diri sendiri, ia kehilangan waktu-waktu ketaatan dan moment-moment kebaikan.

3. Hisab kelak bersifat individual

“Dan setiap mereka datang kepada Allah SWT pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri” (QS. Maryam : 95)

4. Penjagaan diri lebih mampu mengadakan perubahan

Seseorang lebih tau akan dirinya sendiri, maka upaya penjagaan diri merupakan hal yang bagus dan sekaligus menimbulkan perubahan pada diri seseorang tersebut.

Cara-cara penjagaan diri 1. Musahabah diri

(17)

ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget dengan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr : 18)

2. Taubat dari segala dosa

3. Mencari ilmu dan memperluas wawasan

Seseorang dapat menjaga dirinya dengan mencari ilmu agama. Dengan ilmu agama ia akan tahu perbuatan apa saja yang seharusnya ia lakukan dan yang seharusnya tidak ia lakukan sebagai seorang muslim. 4. Mengerjakan amalan-amalan iman

Antara lain :

a. Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin b. Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah

c. Peduli dengan ibadah dzikir seperti membaca al-qu’ran dan berdzikir Dengan mengerjakan amalan-amalan iman insya Allah SWT seseorang dapat mengingat Allah SWT dalam hari-harinya sehingga ia akan menjaga perbuatannya.

5. Bergaul dengan orang-orang shaleh

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pribadi seseorang. Maka untuk menjaga akhlak, kita harus bergaul dengan orang-orang shaleh. Tidak hanya kita yang terjaga tetapi kita juga dapat saling mengingatkan satu sama lainnnya.

6. Berdoa kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh

Dengan berdoa secara sungguh-sungguh kepada Allah SWT, insya Allah SWT kita dapat terhindar dari perbuatan yang tidak bermanfaat.

2.6.2 Penjagaan Sesama Muslim

(18)

dapat meningkatkan kesadaran akan akhlak di lingkungan kita. Salah satu cara dari penjagaan muslim adalah dengan cara dakwah.

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWTsesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.

Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

Makna etimologis Dakwah dapat dilihat dari kata dakwah dalam Al-Quran yang memiliki banyak arti, antra lain :

 Menyampaikan dan menjelaskan (lihat QS Fushilat:24, Yusuf : 108)

 Berdo’a dan berharap (lihat QS Al-A’raf : 55)

 Mengajak dan mengundang (lihat QS Yusuf : 33)

Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".

Para ulama dan pemikir muslim memberi makna dakwah secara terminologis dengan definisi yang variatif seperti :

1. Ibnu Taimiyah : "Dakwah ke jalan Allah SWT adalah dakwah untuk beriman kepada Allah SWT dan kepada apa yang dibawa nabi Muhammad SAW, yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam (Lihat Al Fatawa al-Kubro 15/158, cet 1, Mathobi’al-Riyadh)

(19)

3. Rauf Syalabi : "Dakwah Islam adalah gerakan revitalisasi sistem Illahi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi terakhir" (Ad-Dakwah al Islamiyah Fi 'Ahdiha al-Makky, Manahijuha wa Ghoyatuha, hal : 32)

4. Abu Bakar Dzikri : "Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam untuk mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka faham tentang agamanya dan tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama (ad-Dakwah ila al-Islam,

hal:8 Maktabah Darul Arubah Mesir).

Penulis memahami definisi-definisi tersebut diatas secara utuh dan lengkap dengan menyimpulkan, bahwa "Dakwah Islam ialah menyampaikan Islam kepada umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk komitmen dengan Islam pada setiap kondisi dan dimana serta kapan saja, dengan metodologi dan sarana tertentu, untuk tujuan tertentu".

(20)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas mengenai menciptakan masyarakat berakhlak di era globalisasi, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa :

1. Akhlak digambarkan secara substansial , sifat hati bisa baik dan juga bisa buruk yang tercermin dalam perilaku. Jika, sifat hatinya baik, maka yang akan muncul adalah akhlak yang baik (akhlakul karimah) dan sebaliknya jika sifat hatinya buruk maka yang keluar dalam perilaku adalah akhlak yang buruk (akhlakul madzmumah).

2. Sebagai manusia kita harus memahami dan menerapkan beberapa akhlak, yakni Akhlak kepada pencipta, kepada sesama baik muslim maupun nonmuslim, diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.

3. Zaman yang semakin modern membuat manusia menjadi lupa diri dan sering berada diluar garis batas ajaran agamanya. Itulah dampak globalisasi, yang membuat masyarakat lupa dengan Allah SWT yang menciptakan mereka.

4. Manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak yang kokoh sebagai benteng sehingga tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.

5. Dan untuk menjaga akhlak, kiat harus sering mengingat Allah SWT dan bergaul dengan orang-orang shaleh agar pada saat kita lupa kita cepat disadarkan kembali untuk kembali ke jalan yang benar.

6. Akhlak mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu masyarakat karena akhlak mulia adalah dasar ditegakkannya perintah Allah Ta’ala dalam jiwa manusia. Jika jiwa memiliki akhlak dan perilaku mulia maka tidak diragukan dia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan komitmen dengan manhaj agamanya.

(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

 Kaelany. (2009). Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press. Pengertian Akhlaq, Macam-Macam Akhlaq Terpuji dan Penerapan Akhlaq dalam Kehidupan Sehari-hari.

 Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher. Hal 45-50

 Fadloli, Nurkudri Sri & C. Abdul. 2001. Pendidikan Agama Islam. Malang: UPT MKU Politeknik negeri malang

 Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan.Tarbiyah Dzatiyah. Jakarta: An-Nadwah, 2002.

 Rahmat Djanika, 1992:27

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaq-macam- macam-akhlaq-terpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari/ (Diakses Tanggal 14 September 2012 pukul 21.15)

http://www.voa- islam.com/muslimah/education/2011/10/27/16502/pendidikan-akhlak-yang-baik-warisan-terindah-bagi-anak-kita/

 Ciebad. “Akhlak dan metode peningkatan kualitas akhlak“ http://ciebad.wordpress.com/2011/06/19/akhlak-dan-metode-peningkatan-kualitas-akhlak/ (19 Juni 2011)

http://ajimmydj81.wordpress.com/2011/11/26/dampak-pengaruh-globalisasi-bagi-umat-islam/

 http://www.inpasonline.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=818:respon-umat-islam-terhadap-globalisasi&catid=70:opini&Itemid=104

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan pelaksanaan pempelajaran di sisi adalah pelaksanaan komponen-komponen pokok pembelajaran yang meliputi komponen tujuan pembelajaran, materi

'(0(0( Melalui %engamatan %eserta didik da%at Menjelaskan %erbedaan akuntansi  %erbankan syariah dengan akuntansi keuangan dengan benar dan rasa

belum berada pada tingkat optimum sehingga tidak rasional apabila produsen tidak menambah input pada daerah ini. karena koefisien bertanda positif. 2)

Tahapan eksplorasi yang dilakukan berdasarkan aspek pembentuk arsitektur, yaitu berawal dari form (bentuk) yang diambil dari segi visual Damar Kurung untuk

Target atau pencapaian kerja merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, oleh karenanya dalam mencapai target harus didukung oleh sumber daya yang baik.Target itu sendiri

Buku visual Pranatamangsa ini dirancang untuk menjembatani budaya adiluhung tersebut kepada generasi muda saat ini, agar generasi muda mengenal kalender tradisional

mendukung pengembangan teknologi dalam akti%itas operasional Amazon seperti& infrastruktur - dan ofware *evelopment  & memungkinkan setiap akti%itas operasional