• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 108 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 108 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 108 TAHUN 2014

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014, perlu disusun Pedoman Teknis Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Pedoman Teknis Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014 dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3854);

3. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik;

4. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 6 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Statistik Dasar;

(2)

5. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pusat Statistik di Daerah;

6. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG PEDOMAN TEKNIS SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014.

Pasal 1

Pedoman Teknis Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014 merupakan acuan dan panduan pelaksanaan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014 di seluruh Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Provinsi, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota.

Pasal 2

Pedoman Teknis Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014 sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik ini.

Pasal 3

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 April 2014

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

(3)

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 108 TAHUN 2014

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITI 2014

BAB I PENDAHULUAN

Pola distribusi perdagangan menggambarkan rantai distribusi suatu barang mulai dari produsen hingga konsumen. Rantai ini mempunyai peran penting dalam perekonomian masyarakat, karena selain merupakan penghubung antara produsen dengan konsumen jugadapat memberikan nilai tambah pada pelakunya. Rantai distribusi yang baik mampu menggerakkan suatu barang dari produsen ke konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya dan mampu memberikan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Pola distribusi barang kebutuhan masyarakat saat ini diduga masih bermasalah. Hal ini terlihat dari melambungnya harga barang kebutuhan masyarakat, serta kelangkaan barang tersebut di beberapa daerah. Selain itu, rasa kepuasan yang belum merata antara produsen, lembaga-lembaga usaha perdagangan (dalam tata niaga) dan konsumen juga menjadi masalah dalam distribusi barang.

Untuk mengetahui dimana letak permasalahannya dipandang perlu untuk dilakukan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi. Pada tahun 2014 Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengadakan Survei Pola Distribusi (Survei Poldis) Perdagangan Beberapa Komoditi. Kegiatan ini sangat penting dilakukan karena hasilnya bisa digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran pola distribusi perdagangan dalam negeri dan dapat dibangun sistem pola distribusi perdagangan yang lebih baik. Selain itu, dapat diperoleh margin perdagangan dan pengangkutan dari komoditi yang diteliti.

Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014 dilaksanakan di seluruh provinsi, mencakup ibukota provinsi,beberapa kota SBH (70 kabupaten/kota). Secara keseluruhan survei ini mencakup 133

(4)

kabupaten/kota terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 100 kabupaten/kota potensi komoditi terpilih.

Hasil Survei Poldis Perdagangan 2014 di 33 provinsi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data tentang pola distribusi perdagangan untuk komoditi-komoditi terpilih dan sekaligus dapat digunakan sebagai masukan untuk penyempurnaan Survei Pola Distribusi Perdagangan pada masa yang akan datang.

Buku Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota dalam kegiatan Survei Poldis Perdagangan 2014 merupakan pedoman bagi Kepala BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota untuk melakukan pengawasan dengan benar sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dipertanggungjawabkan.

1. Landasan Hukum

Landasan hukum pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan 2014 adalah: a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik;

c. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik; d. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik.

2. Tujuan

Survei PoldisPerdagangan 2014 di 33 provinsimempunyai tujuan, yaitu: a. Mendapatkan Pola Penjualan Produksi;

b. Mendapatkan Pola Distribusi Perdagangan; c. Mendapatkan Peta Wilayah Penjualan Produksi; d. Mendapatkan Peta Wilayah Distribusi Perdagangan;

e. Memperoleh data tentang margin perdagangan dan pengangkutan mulai tingkat pedagang besar sampai dengan pedagang eceran.

1) Cakupan Komoditi

Penentuan komoditi dalam survei ini adalah komoditi strategis, yaitu komoditi-komoditi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Komoditi yang dalam Survei Biaya Hidup paling banyak dikonsumsi masyarakat.

(5)

b. Komoditi yang dalam pembentukan inflasi cukup berperan.

c. Komoditi yang dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) mempunyai kontribusi cukup besar.

d. Komoditi yang memiliki dampak cukup besar terhadap kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan 4 kriteria di atas, maka dipilih 4 komoditi dengan jenis/kualitas komoditi seperti pada tabel berikut:

Tabel 1.1. Jenis Komoditi Terpilih

Komoditi Jenis Komoditi

(1) (2)

1. Minyak Goreng 2. Tepung Terigu

3. Garam 1. Garam Bata 2. Garam Halus 4. Susu Bubuk

2) Cakupan Wilayah

Cakupan wilayah survei meliputi 133 kabupaten/kota di 33 provinsi dengan jumlah sampel sebanyak 3.500 perusahaan/usaha perdagangan dan produsen. Untuk selengkapnya mengenai alokasi sampel menurut wilayah dapat dilihat pada lampiran 3.

3) Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan 2014 adalah: Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman Minggu III Maret 2014 Pengiriman dokumen dari BPS RI ke Provinsi Minggu IV April2014

Pelaksanaan Lapangan Minggu II Mei – Minggu II Juni2014 Pemeriksaan oleh Daerah Minggu II Mei – Minggu II Juni2014 Revisit oleh Daerah Minggu III Mei – Minggu II Juni 2014 Pengiriman dokumen dari Provinsi ke BPS RI Minggu I – IV Juni 2014

Pengolahan di BPS RI Minggu II Juni – Minggu IV Juli2014 Persiapan Penyusunan Laporan Minggu I –IV Agustus2014

Penyusunan Laporan Minggu I – II September 2014 Penggandaan Laporan Minggu III –IV September 2014

(6)

4) Dokumen (Kuesioner dan Buku Pedoman)

a. Jenis daftar dan kuesioner yang digunakan untuk pencacahan meliputi:

No Jenis Daftar/Kuesioner Kegunaan (1) (2) (3) 1. VPDP14-DSP.PEDAGANG VPDP14-DSP.PRODUSEN (Daftar Sampel Perusahaan)

Petunjuk bagi petugas untuk mengetahui nama dan alamat

perusahaan/usaha perdagangan dan produsen yang akan dicacah

2. VPDP-14.PEDAGANG Kuesioner untuk mencacah

perusahaan/usaha perdagangan 3. VPDP-14.PRODUSEN Kuesioner untuk mencacah

perusahaan/usaha industri pengolahan

b. Buku Pedoman yang digunakan meliputi:

No Buku Pedoman Kegunaan

(1) (2) (3)

1. Buku 1 Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota 2. Buku 2 Pedoman Pencacah

(7)

5) Arus Dokumen

BPS-RI BPS Provinsi BPS Kab/Kota Pencacah/Peme

riksa - VPDP14-DSP - VPDP-14.PEDAGANG - VPDP-14.PRODUSEN - Buku 1 - Buku 2 - Buku 3 - VPDP14-DSP - VPDP-14.PEDAGANG - VPDP-14.PRODUSEN - Buku 1 - Buku 2 - VPDP14-DSP - VPDP-14.PEDAGANG - VPDP-14.PRODUSEN - Buku 1 - Buku 2 - VPDP14-DSP - VPDP-14.PEDAGANG - VPDP-14.PRODUSEN - Buku 2 - VPDP-14.PEDAGANG - VPDP-14.PRODUSEN - VPDP14-DSP - VPDP-14.PEDAGANG - VPDP-14.PRODUSEN - VPDP14-DSP - VPDP-14.PEDAGANG - VPDP-14.PRODUSEN - VPDP14-DSP

(8)

BAB II

ORGANISASI LAPANGAN

A. Organisasi Lapangan

Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan serta seluruh kegiatan Survei Poldis Perdagangan 2014 dibentuk organisasi lapangan mulai dari tingkat pusat sampai dengan para pelaksana di lapangan. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang organisasi ini dapat dilihat pada bagan organisasi berikut ini:

Gambar 2.1. Organisasi Lapangan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014

B. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei

Tugas dan tanggung jawab organisasi lapangan Survei Poldis Perdagangan 2014 dari tingkat pusat sampai dengan para pelaksana di lapangan sebagai berikut: BPS-RI BPS PROVINSI PENGAWAS PENCACAH BPS KAB/KOTA A BPS KAB/KOTA A BPS KAB/KOTA A PENCACAH PENCACAH

(9)

Tabel 2.1. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014

No. Petugas Tugas dan Tanggung Jawab

(1) (2) (3) 1. 2. 3. 4. 5. 6. BPS-RI Tim VPDP14 BPS Provinsi BPS Kabupaten/ Kota Pengawas/Pemeriksa Pencacah

 Mengoordinasikan seluruh kegiatan baik di pusat maupun di daerah

 Bertanggung jawab terhadap hasil Survei Poldis Perdagangan 2014 tingkat Nasional

 Menyiapkan materi yang berkenaan dengan Survei Poldis Perdagangan 2014

 Mengoordinasikan seluruh kegiatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota

 Bertanggung jawab terhadap hasil Survei Poldis Perdagangan 2014 tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

 Mengoordinasikan seluruh kegiatan di Kabupaten/Kota

 Bertanggung jawab terhadap hasil Survei Poldis Perdagangan 2014 tingkat Kabupaten/Kota

 Mengoordinasikan seluruh kegiatan di Kabupaten/Kota/ Provinsi

 Bertanggung jawab terhadap hasil pencacahan Survei Poldis Perdagangan 2014

 Bertanggung jawab melakukan pencacahan Survei Poldis Perdagangan 2014

C. Petugas Pengawas/Pemeriksa (PMS)

1. Memahami isi buku pedoman PCS dan PMS Survei Poldis Perdagangan 2014.

(10)

jenis dokumen yang digunakan dan wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan.

3. Memberitahukan dan minta izin pihak pengelola/administrator di pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, jika responden berada di pusat perkantoran/pusat perbelanjaan.

4. Melakukan pengawasan lapangan secara rutin dan melaporkan kepada BPS Kabupaten/Kota/Provinsi apabila ada permasalahan yang perlu segera diselesaikan.

5. Mengikuti pertemuan petugas yang dikoordinir oleh BPS Kabupaten/Kota/Provinsi, kemudian membuat laporan tentang berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan dan cara mengatasinya ke BPS Kabupaten/Kota/Provinsi.

6. Mengisi laporan kemajuan pelaksanaan pencacahan secara berkala kepada BPS Kabupaten/Kota/Provinsi.

7. Melakukan pemeriksaan dokumen hasil pelaksanaan pencacahan dengan cermat dan teliti serta menyerahkan hasilnya kepada BPS Kabupaten/Kota/Provinsi.

8. Mengisi kode KBLI pada Blok II rincian 1 VPDP-14.PEDAGANG berdasarkan uraian kegiatan utama perusahaan/usaha.

9. Menepati jadwal pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan 2014.

D. Petugas Pencacah (PCS)

1. Memahami isi buku pedoman PCS Survei Poldis Perdagangan 2014.

2. Mengamati wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan dengan VPDP14-DSP. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lewat cacah atau ganda cacah.

3. Memberitahukan dan minta izin pihak pengelola atau administrator di pusat gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, atau aparat desa/lurah, RW dan RT sebelum melakukan pencacahanpada wilayah tersebut.

4. Melakukan pencacahan setiap perusahaan/usaha yang ada dalam VPDP14-DSP yang terdapat pada wilayah kerjanya.

5. Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai temuan/masalah di lapangan dan cara mengatasinya.

6. Melakukan pencacahan ulang responden yang bermasalah dengan disertai pengawas.

(11)

7. Melaporkan hasil pengecekan lapangan ke pengawas/pemeriksa atas keberadaan perusahaan yang tercatat dalam VPDP14-DSP, namun tidak ditemui di lapangan, atau perusahaan/usaha yang ditemui di lapangan, namun tidak memperdagangkan salah satu dari 4 jenis komoditi yang dicakup.

(12)
(13)

BAB III METODOLOGI

A. Ruang Lingkup

Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014 dilaksanakan di seluruh provinsi, mencakup ibukota provinsi, beberapa kota SBH (70 kabupaten/kota) dan kabupaten/kota potensi komoditi terpilih. Secara keseluruhan survei ini mencakup 133 kabupaten/kota terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 100 kabupaten/kota potensi komoditi terpilih.

Unit penelitian dalam survei ini adalah perusahaan perdagangan menengah, besar, dan kecil baik sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, eksportir, importir, maupun pengecer.

Komoditi yang dicakup dalam survei ini adalah sebanyak 5 jenis, yaitu: minyak goreng, tepung terigu, garam bata, garam halus dan susu bubuk. Produsen komoditi yang diteliti didekati melalui industri skala besar dan sedang.

Usaha yang dicakup dalam survei ini mengalami penyesuaian kode KBLI, karena terjadi perubahan kode KBLI 2005 ke KBLI 2009. Secara lengkap, perusahaan yang dicakup berdasarkan pengelompokkan KBLI-nya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Cakupan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2014 Menurut Perubahan KBLI 2009

No Jenis Komoditi KBLI 2009

KBLI

2005 Uraian KBLI 2009

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Minyak Goreng 10423 15143 Industri minyak goreng kelapa

10432 15144 Industri minyak goreng kelapa sawit 46315 51220 Perdagangan besar minyak dan

lemak nabati

53220

54220

47111 52111

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di

(14)

47112 52112

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di

supermarket/minimarket (tradisional)

2 Tepung Terigu 10617 15321 Industri tepung terigu

46339 51220 Perdagangan besar makanan dan minuman lainnya

53220

54220

47111 52111

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di

supermarket/minimarket

47112 52112

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di

supermarket/minimarket (tradisional)

3 Garam 10774 15499 Industri pengolahan garam

46339 51220 Perdagangan besar makanan dan minuman lainnya

53220

54220

47111 52111

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di

supermarket/minimarket

47112 52112

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di

(15)

(tradisional)

4 Susu Bubuk 10520 15201 Industri pengolahan susu bubuk dan susu kental

46326 51220 Perdagangan besar susu dan produk susu

53220 54220

47111 52111

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di

supermarket/minimarket

47112 52112

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di

supermarket/minimarket (tradisional)

B. Kerangka Sampel

Kerangka sampel yang dibentuk ada dua, yaitu kerangka sampel pedagang dan kerangka sampel produsen. Untuk produsen, kerangka sampel berasal dari SE06-UMB kategori D (industri) dan direktori industri skala besar dan sedang. Sedangkan pembentukan kerangka sampel pedagang berasal dari berbagai macam sumber, yaitu dari:

1) SE06-UMB kategori G, yaitu perusahaan perdagangan menengah dan besar hasil Sensus Ekonomi 2006 Sensus Sampel. Tahapan penggunaan data SE06-UMB adalah:

a. Menentukan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, eksportir, importir, dan pengecer dilakukan pendekatan berdasarkan hasil SE06-UMB kategori G, yang bersumber dari kuesioner SE06-SE06-UMB Distribusi Blok II.2 Rincian 6 (menurut asal barang) dan Rincian 8 (menurut penjualan barang). Sedangkan untuk perusahaan SE06-UMB yang nonresponse, tidak dapat dilakukan penentuan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha.

(16)

Tabel 3.2. Matriks Penentuan Fungsi Kelembagaan*) dalam Perusahaan/Usaha Perdagangan UMB

No. Asal barang Penjualan Luar negeri Produse n Pedagan g lainnya Pemerin tah /swasta Rumah tangga/ peroran gan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Melalui Importir 1 1 1 8 2 Impor Sendiri 7 7 7 8 3 Produsen non pertanian 6 1 1 1 8 4 Distributor/penyal ur/agen 6 2 4 4 8 5 Supermarket/swala yan 6 4 8 8 8 6 Pedagang lainnya 6 4 8 8 8 *) Kode fungsi kelembagaan: 1. Distributor 2. Subdistributor 3. Agen 4. Subagen 5. Pedagang Grosir 6. Eksportir 7. Importir 8. Pengecer

2) Direktori perusahaan perdagangan dari asosiasi untuk perusahaan perdagangan.

3) Daftar nama perusahaan/usaha perdagangan eksportir.

4) Perusahaan perdagangan kecil hasil Sensus Ekonomi 2006 Sensus Sampel yaitu SE06-UMK kategori G dengan nilai omset >500 juta rupiah. 5) Sumber lain: berasal dari internet.

Pada survei ini pencacahan perusahaan menggunakan pendekatan fungsi kelembagaan perusahaan dan komoditi yang diperdagangkan. Fungsi kelembagaan yang bersumber dari SE06-UMB merupakan proxy, sedangkan perusahaan dari sumber lain berdasarkan pengakuan responden.

(17)

Gambar 3.1. Pembentukan Kerangka Sampel Pedagang

Gambar 3.2. Pembentukan Kerangka Sampel Produsen

*) Unique = tidak ganda

Tidak Ya SE06-UMB.G Drop out perusahaan Perusahaan unique? Perusahaan Perdagangan dari Asosiasi Responden

eksportir SE06-UMK, omset > Sumber lainnya 500 jt 4 Komoditi terpilih Kerangka Sampel Pedagang Proxy fungsi kelembagaan perusahaan Gabung Ya Tidak SE06-UMB.D 4 Komoditi terpilih Drop out perusahaan Perusahaan unique? Kerangka Sampel Produsen Gabung Direktori Industri Skala Besar dan

Sedang

(18)

C. Jumlah Sampel

Banyaknya sampel perusahaan/usaha/pengusaha perdagangan menengah dan besar serta produsen secara keseluruhan sebanyak 3.500 perusahaan. Rincian banyaknya sampel untuk setiap provinsi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Kabupaten/Kota Studi dan Banyaknya Sampel per Provinsi

No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah

Sampel

(1) (2) (3) (4)

1 (11) Aceh (1110) Bireuen, (1118) Pidie Jaya,

(1171) Banda Aceh 50

2 (12) Sumatera Utara (1208) Asahan, (1212) Deli Serdang, (1219) Batu Bara, (1272) Tanjung Balai, (1273) Pematang Siantar, (1274) Tebing Tinggi, (1275) Medan, (1276) Binjai

125

3 (13) Sumatera Barat (1371) Padang, (1375) Bukittinggi 75 4 (14) Riau (1403) Indragiri Hilir, (1471) Pekanbaru,

(1473) Dumai 65

5 (15) Jambi (1502) Merangin, (1505) Muaro Jambi,

(1571) Jambi 45 6 (16) Sumatera Selatan (1607) Banyuasin, (1671) Palembang, (1674) Lubuklinggau 75 7 (17) Bengkulu (1771) Bengkulu 50

8 (18) Lampung (1871) Bandar Lampung, (1872) Metro 70 9 (19) Kep. Bangka

Belitung

(1902) Belitung, (1971) Pangkal Pinang

40 10 (21) Kep. Riau (2171) Batam, (2172) Tanjung Pinang 40 11 (31) DKI Jakarta (3171) Jakarta Selatan, (3172) Jakarta

Timur,

(3173) Jakarta Pusat, (3174) Jakarta Barat,

(3175) Jakarta Utara

500

(19)

No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Sampel

(1) (2) (3) (4)

Cianjur, (3205) Garut, (3209) Cirebon, (3211) Sumedang, (3212) Indramayu, (3215) Karawang, (3216) Bekasi, (3272) Sukabumi, (3273) Bandung,

(3275) Bekasi

13 (33) Jawa Tengah (3301) Cilacap, (3310) Klaten, (3313) Karanganyar, (3317) Rembang, (3318) Pati, (3321) Demak, (3329)

Brebes,(3374) Semarang

280

14 (34) DI Yogyakarta (3471) Yogyakarta 50

15 (35) Jawa Timur (3506) Kediri, (3514) Pasuruan, (3515) Sidoarjo, (3517) Jombang, (3523) Tuban, (3525) Gresik, (3526) Bangkalan, (3527) Sampang, (3528) Pamekasan, (3529) Sumenep, (3575) Pasuruan, (3578) Surabaya 450

16 (36) Banten (3601) Pandeglang, (3603) Tangerang, (3671) Tangerang, (3672) Cilegon, (3673) Serang

125

17 (51) Bali (5108) Buleleng, (5171) Denpasar 100 18 (52) Nusa Tenggara

Barat

(5202) Lombok Tengah, (5203) Lombok

Timur, (5206) Bima,(5271) Mataram 55 19 (53) Nusa Tenggara Timur (5311) Ende, (5318) Nagekeo,(5371) Kupang 40 20 (61) Kalimantan Barat

(6112) Kubu Raya, (6171) Pontianak

70 21 (62) Kalimantan Tengah (6202) Kotawaringin Timur,(6271) Palangkaraya 50 22 (63) Kalimantan Selatan (6309) Tabalong,(6371) Banjarmasin, (6372) Banjar Baru 65 23 (64) Kalimantan Timur (6471) Balikpapan, (6472) Samarinda, (6473) Tarakan 100

(20)

No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Sampel

(1) (2) (3) (4)

24 (71) Sulawesi Utara (7171) Manado, (7172) Bitung 65 25 (72) Sulawesi Tengah (7208) Parigi Moutong, (7271) Palu 45 26 (73) Sulawesi Selatan (7304) Jeneponto, (7306) Gowa, (7325)

Luwu Timur, (7371) Makassar, (7373) Palopo 120 27 (74) Sulawesi Tenggara (7471) Kendari, (7472) Bau-Bau 50 28 (75) Gorontalo (7502) Gorontalo, (7571) Gorontalo 40 29 (76) Sulawesi Barat (7603) Mamasa, (7604) Mamuju 50

30 (81) Maluku (8171) Ambon, (8172) Tual 35

31 (82) Maluku Utara (8271) Ternate, (8272) Tidore

Kepulauan 45

32 (91) Papua Barat (9105) Manokwari, (9171) Sorong 40 33 (94) Papua (9401) Merauke, (9471) Jayapura 40

Jumlah 3.500

*) yang dicetak bergaris bawah dan miring adalah ibukota provinsi

a. Alokasi Sampel Per Komoditi Menurut Kabupaten/Kota

Jumlah produsen dan perusahaan perdagangan berkategori pedagang besar dan eceran sudah dapat ditentukan dari hasil pembentukan kerangka sampel. Yang termasuk dalam kategori pedagang besar adalah fungsi kelembagaan perdagangan sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, eksportir dan importir. Sedangkan kategori pengecer adalah sisanya.

Alokasi sampel dilakukan dengan mempertimbangkan distribusi dari fungsikelembagaan dan jenis komoditi dalam satu provinsi. Sehingga secara umum semua komoditi bisa terwakili untuk semua fungsi kelembagaan.

Penentuan suatu perusahaan dicacah untuk komoditi tertentu, sudah dapat ditentukan pada awal penentuan sampel terpilih, baik untuk pedagang besar dan eceran yang menjual komoditi spesifik maupun yang memperdagangkan bermacam-macam komoditi yang akan dicacah. Oleh

(21)

karena itu, untuk menjaga agar sampel komoditi di pengecer tersebar secara proporsional, maka perlu dilakukan alokasi sampel untuk menentukan berapa jumlah perusahaan yang harus dicacah untuk suatu komoditi.Tahapan pengalokasian sampel menurut komoditi untuk pengecer adalah sebagai berikut:

 Dari kerangka sampel dialokasikan sampel perusahaan yang memperdagangkan komoditi tertentu.

 Kemudian di alokasikan menurut distribusi fungsi kelembagaan dalam satu provinsi.

b. Metode Pemilihan Sampel

Metode pemilihan sampel dilakukan dengan memperhatikan komoditi utama yang diperdagangkan berdasarkan 4 komoditi terpilih. Untuk perusahaan yang bersumber dari SE06-UMB, seluruhnya diambil sebagai perusahaan sampel, sedangkan sisanya dipilih secara sistematik pada setiap komoditi. Jika jumlah perusahaan/usaha dalam kerangka sampel tidak mencukupi, maka seluruh perusahaan/usaha akan dicacah.

Sedangkan sampel industri pengolahan dipilih dari kerangka sampel industri pengolahan secara systematic sampling.

c. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari perusahaan/usaha/pengusaha terpilih dilakukan melalui wawancara tatap muka antara pencacah dengan responden. Untuk perusahaan-perusahaan yang relatif besar, pengumpulan data mungkin lebih dari satu kali kunjungan.

(22)

 Jika pada saat pencacahan, perusahaan/usaha telah berubah dari pedagang ke produsen maka pengawas harus mencari perusahaan/usaha yang memperdagangkan komoditi dan fungsi kelembagaan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive.

 Jika pada saat pencacahan, perusahaan/usaha telah berubah dari produsen ke pedagang maka pengawas harus mencari perusahaan/usaha yang memproduksi komoditi yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive.

 Jika pada saat pencacahan, komoditi dengan yang diperdagangkan bukan merupakan komoditi seperti yang tercantum pada Daftar VPDP14-DSP.PEDAGANG, maka pengawas

a. Jika perusahaan/usaha merupakan pedagang besar, harus mencari perusahaan/usaha yang memperdagangkan komoditi dengan fungsi kelembagaan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive,

b. Jika Perusahaan/usaha merupakan pengecer, pengawas harus memeriksa terlebih dahulu keterwakilan komoditi dalam satu provinsi, bila sudah ada wakilnya maka cukup diganti komoditi sesuai dengan yang dijual oleh pedagang (harus termasuk dalam 5 komoditi). Jika belum ada keterwakilan komoditi dengan kualitas/merk/jenis seperti yang tercantum pada Daftar VPDP14-DSP.PEDAGANG dalam satu provinsi maka harus mencari perusahaan/usaha yang memperdagangkan komoditi dengan fungsi kelembagaan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive.

 Jika pada saat pencacahan, komoditi yang diproduksi bukan merupakan komoditi seperti yang tercantum pada Daftar VPDP14-DSP.PRODUSEN, maka pengawas harus mencari perusahaan/usaha yang memproduksi komoditi yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive.

 Nomor urut perusahaan untuk sampel pengganti dimulai dari 8000 untuk setiap kabupaten/kota.

Untuk Perusahaan/usaha yang terpilih sampel secara purposive nomor urutnya dimulai dari 9000 untuk setiap kabupaten/kota.

(23)

ALUR PENCACAHAN PEDAGANG Ya VPDP14-DSPU.PEDAGANG KETEMU? PEDAGANG? PENGAWAS MENGGANTI SECARA PURPOSIVE CACAH KOMODITI PEDAGANG BESAR? CACAH CACAH PENGAWAS MENGGANTI SECARA PURPOSIVE PENGAWAS MENGECEK KETERWAKILAN KOMODITI DALAM 1 PROVINSI SUDAH TERWAKILI?

DICACAH SESUAI KOMODITI DARI YANG PEDAGANG JUAL

PENGAWAS MENGANTI SECARA

PURPOSIVE Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

ALUR PENCACAHAN PRODUSEN

VPDP14-DSPU.PRODUSEN Ya KETEMU? PRODUSEN? PENGAWAS MENGGANTI SECARA PURPOSIVE KOMODITI SESUAI? Tidak Ya Ya Tidak Tidak CACAH

d. Daftar VPDP14-DSP.PEDAGANG dan VPDP14-DSP.PRODUSEN

Daftar VPDP14-DSP adalah daftar yang memuat nama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel untuk pedagang maupun produsen. Berdasarkan daftar ini, PCS mengunjungi dan melakukan pencacahan perusahaan/usaha yang menjadi beban tugasnya.

(24)

Keterangan rincian dan kolom Daftar VPDP14-DSP.PEDAGANG dan VPDP14-DSP.PRODUSEN adalah sebagai berikut:

Rincian Provinsi, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama provinsi.

Rincian Kabupaten/Kota, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan namakabupaten/kota.

Rincian Kecamatan, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama kecamatan

Kolom (1) : No, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut.

Kolom (2) : Nomor Urut Perusahaan, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel dalam suatu kabupaten/kota.

Kolom (3) : Nama Lengkap Perusahaan/Usaha, yang tercantum pada kolom ini adalah nama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel.

Kolom (4) : Alamat, yang tercantum pada kolom ini adalah alamat dari perusahaan/usaha yang tercantum pada kolom (3).

Kolom (5) : Kegiatan Utama, yang tercantum pada kolom ini adalah kegiatan utama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel.

Kolom (6) : KBLI - Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, merupakan KBLI dari kegiatan utama.

Kolom (7) : Jenis komoditi yang diperdagangkan/dihasilkan Kolom (8) : Fungsi kelembagaan yang diidentifikasi dari frame

Kolom (9) : Hasil pencacahan, kolom ini berisi kode kondisi hasil pencacahan perusahaan/usaha, yaitu:

1 = Ditemukan, dan jenis komoditi yang diperdagangkan/diproduksi sesuai dengan daftar DSP.PEDAGANG atau daftar VPDP14-DSP.PRODUSEN

2 = Ditemukan, namun jenis komoditi yang diperdagangkan/diproduksi tidak sesuai dengan daftar VPDP14-DSP.PEDAGANG atau daftar VPDP14-PRODUSEN

3 = Ditemukan, tetapi bukan sebagai pedagang (Untuk VPDP14-DSP.PEDAGANG) atau

Ditemukan, tetapi bukan sebagai produsen (Untuk VPDP14-DSP.PRODUSEN)

(25)

5 = Tutup

6 = Tidak Ditemukan 7 = Ganda/double

e. Penentuan nomor urut perusahaan pedagang

Nomor urut perusahaan dibangun per kabupaten berdasarkan tahapan sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil penentuan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha dari SE06-UMB-G, tentukan nomor urut perusahaan, dimulai dari fungsi kelembagaan perusahaan perdagangan sebagai distributor, setelah selesai memberi nomor urut seluruh perusahaan ”distributor”, kemudian dilanjutkan untuk subdistributor, agen, subagen, dan seterusnya sampai pengecer.

2) Untuk perusahaan yang bersumber dari selain SE06-UMB-G, nomor urut perusahaan merupakan kelanjutan dari nomor urut pengecer. Contoh :

Dari hasil pembentukan frame perusahaan perdagangan, dalam suatu kabupaten ada 129 perusahaan dari SE06-UMB, dan 79 perusahaan dari sumber lainnya. Pemberian nomor urut perusahaan seperti dibawah ini:

Sumber Fungsi kelembagaan perusahaan perdagangan Banyak perusahaa n Nomor urut SE06-UMB-G 1.Distributor 8 1  8 2. Subdistributor 13 9  21 3. Agen 20 22  41 4. Subagen 39 42  80 5. Pedagang Grosir 13 81  93 6. Eksportir 11 94  104 7. Importir 4 105  108 8. Pengecer 21 109  129 Sumber lain 79 130  337

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

Gambar

Tabel 1.1. Jenis Komoditi Terpilih   Komoditi  Jenis Komoditi
Gambar 2.1. Organisasi Lapangan Survei Pola Distribusi Perdagangan   Beberapa Komoditi 2014
Tabel 2.1. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei Pola Distribusi  Perdagangan Beberapa Komoditi 2014
Tabel 3.1. Cakupan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi  2014 Menurut Perubahan KBLI 2009
+4

Referensi

Dokumen terkait

Soal pilihan ganda dimana aspek yang diukur peningkatan prestasi belajar siswa dari hasil pretest dan posttest setelah diberi treatment dengan teknik

Hal ini membuktikan bahwa hubungan sosial budaya antara penduduk pendatang dengan penduduk asli di Desa Bagelen sudah mulai baik, penduduk di desa Bagelen tidak

1) Penyusunan rencana program kerja operasional kegiatan pelayanan perencanaan dan pengendalian pembangunan pertanian dan pertambangan. 2) Penyusunan rumusan kebijakan

Gastrulasi Mamalia juga dimulai dengan penebalan di bagian medio-posterior epiblas untuk menjadi daerah unsur primitif sebagai sarana untuk migrasi sel-sel bakal endoderm dan

Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan Media pembelajaran yang dibuat interaktif berbasis

Pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan perusahan yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain tersebut adalah

Kalimat pertama Buku Putih menyatakan bahwa “Peristiwa Gerakan 30 September yang dilaksanakan dan didalangi oleh Partai Komunis Indonesia atau yang lebih dikenal

Peserta yang lolos wajib mempersiapkan presentasi karya dalam bentuk power point (format ppt 2007-2010) dan juga alat penunjang lain (video, poster, atau media lain) yang