• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Sampah Tempat Pelelangan Ikan, Bandara dan Pasar di Kecamatan Sedati dan Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengolahan Sampah Tempat Pelelangan Ikan, Bandara dan Pasar di Kecamatan Sedati dan Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Jumlah volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di Kabupaten Sidoarjo meningkat. Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo tahun 2013 sumber sampah berasal dari pasar yaitu 7%, fasilitas umum sebesar 7,2% dan sektor industri sebesar 12,5% dan komposisi sampah organik di Kabupaten Sidoarjo sebesar 65%. Metode yang digunakan adalah SNI 19-3964-1994, yaitu dengan load-count-analysis dimana jumlah masing-masing volume sampah yang masuk ke TPS dihitung dengan mencatat volume, berat dan jenis angkut sampah. Berdasarkan hasil pengukuran timbulan sampah dari TPI sebesar 6,978 kg/hari, Pasar Baru Betro sebesar 914,17 kg/hari dengan 86,09% sampah dijadikan kompos. Pasar Baru Wadungasri sebesar 1772,62 kg/hari dengan 86,33% dapat dijadikan kompos dan Bandara Internasional Juanda sebesar 2225,315 kg/hari dengan 35,7% dapat dijadikan kompos. Biaya investasi dan biaya operasional yang dibutuhkan untuk pengolahan di Pasar Baru Betro sebesar Rp 235.120.000,00 dan Rp 22.832.500,00 per bulan sedangkan untuk Pasar Baru Wadungasri sebesar Rp 253.120.000,00 dan Rp 14.751.700,00 per bulan.

Kata Kunci— analisis finansial, komposisi, sampah, Sidoarjo, timbulan

I. PENDAHULUAN

ERTAMBAHAN jumlah penduduk membawa dampak terhadap volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Produksi sampah berbanding lurus dengan perkembangan dan pertambahan jumlah penduduk [1]. Kebanyakan negara berkembang, pengelolaan sampah dilakukan oleh pemerintah setempat. Namun, sumber daya manusia dan kemampuan keuangan daerah yang rendah dalam banyak kasus pemerintah hanya mampu menyediakan layanan terbatas [2]. Sumber sampah Kabupaten Sidoarjo berasal dari permukiman sebesar 68%, pasar 7%, pertokoan, hotel dan rumah makan 2%, fasilitas umum 7,2%, sapuan jalan 0,2%, saluran 3,1%, dan industri sebesar 12,5% [3].

Perkembangan Kabupaten Sidoarjo yang cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal pada kawasan permukiman. Kabupaten Sidoarjo memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.053.467 jiwa dengan luas wilayah sebesar 714,2425 km2. Kecamatan Sedati memiliki luas wilayah 79,26 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 98.658 jiwa [4]. Timbulan sampah di Kecamatan Sedati sebesar 211,649 m3/hari. Sumber utama sampah di Kecamatan Sedati berasal dari rumah tangga, pasar dan fasilitas umum. Belum adanya TPS untuk sampah pasar dan sampah rumah tangga. Kebiasaan warga adalah membakar

sampahnya atau membuang langsung sampah ke sungai. Sedangkan sebagian sampah rumah tangga dibuang ke TPA dan ada pula yang dibakar oleh pihak desa.

Pemanfaatan sampah organik yag dapat dilakukan dengan mengolah sampah organik menjadi kompos. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerobik atau anaerobik [5]. Selain itu sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi biogas. Sampah sisa makanan memiliki potensi untuk menjadi sumber energi terbarukan, yaitu biogas. Limbah sisa makanan dan aktifitas dapur dalam jumlah yang cukup dikumpulkan, dilakukan perlakuan seperti penghalusan dan homogenisasi, lalu tahap memasukkan substrat beserta ekstrak rumen sapi sebagai sumber bakteri anaerob kedalam batch reactor dengan penambahan air sebagai variasi [6]. Pemanfaatan sampah organik dapat dilakukan dengan mengolah sampah organik menjadi RDF dalam bentuk briket char / arang melalui proses pirolisis dan kemudian dipadatakan sehingga menjadi briket [7]. Keuntungan dari penggunaan RDF adalah pembakaran dari RDF mengurangi efek rumah kaca yang merupakan penyebab utama pemanasan global [8].

Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah studi untuk mengetahui jumlah timbulan dan komposisi sampah tempat pelelanga ikan, bandara dan pasar yang dihasilkan. Kemudian dapat diprakirakan potensi dari sampah tersebut, berkaitan dengan pengolahan sampah yang akan dianalisis dengan aspek finansial. Apabila sampah dioleh dengan teknologi yang tepat, maka persentase sampah yang dibakar, dibuang ke sungai maupun yang dibuang ke TPA akan menurun.

II. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis timbulan dan komposisi sampah serta pengolahan sampah yang dapat digunakan terdiri dari 3 tahapan, yaitu sebagai berikut.

A. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, menentukan ide, wilayah studi penelitian dan keperluan yang dibutuhkan saat sampling. Wilayah studi penelitian di Kecamatan Sedati dan Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo. Peralatan sampling dibutuhkan untuk mengukur jumlah timbulan, komposisi dan densitas sampah.

Pengolahan Sampah Tempat Pelelangan Ikan,

Bandara dan Pasar di Kecamatan Sedati dan

Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo

Nabella Rizki Andriani [1], Susi Agustina Wilujeng, S.T, M.T[2] Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: nabella1402@gmail.com [1], wilujeng_susi@yahoo.com [2]

(2)

B. TahapPengumpulan Data

Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi literatur, penelitian terdahulu maupun dari instansi pemerintah. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut.

1. Data kependudukan 2. Peta wilayah studi

3. Data mengenai lokasi, kapasitas dan jumlah TPS Data primer adalah data yang didapatkan lagsung dari lapangan melalui penelitian dan pengamatan. Data primer yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut.

1. Timbulan sampah

Pengkuran dan perhitungan contoh timbulan sampah mengacu pada SNI 19-3964-1995 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Sampel Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Satuan yang digunakan dalam melakukan pengukuran timbulan sampah adalah volume basah (m3/hari) dan berat basah (kg/hari). Pengambilan data timbulan di pasar dan bandara dilakukan di TPS, sedangkan untuk tempat pelelangan ikan di sumber langsung.

2. Komposisi sampah

Pengukuran dan perhitungan contoh komposisi sampah mengacu pada SNI 19-3964-1995 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Sampel Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Sampah yang telah terkumpul pada kotak densitas 500 L kemudian dipilah berdasarkan komponen komposisi sampah dan kemudian ditimbang beratnya. Pengambilan data komposisi di pasar dan bandara dilakukan di TPS, sedangkan untuk tempat pelelangan ikan di sumber langsung.Perhitungan komposisi sampah menggunakan rumus sebagai berikut.

Dimana:

KP = komponen sampah (%) T = berat sampah total (kg) P = berat setiap jenis sampah (kg) 3. Densitas sampah

Densitas sampah adalah berat sampah tiap volume sampah. Pengukuran dilakukan dengan memasukan sampah pada kotak densitas 40 L dan 500 L. Kemudian kotak densitas dihentakkan sebanyak 3 kali dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm. Kotak densitas 40 L digunakan untuk mengukur densitas tiap komponen komposisi, sedangkan kotak densitas 500 L digunakan untuk mengukur densitas sampah total. Perhtungan densitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ρ (kg/m3 ) = Dimana:

m = berat sampah yang masuk ke dalam kotak densitas (kg).

v = volume sampah setelah dihentakkan 3 kali (m3). v = La x t

Dimana:

La = luas alas kotak densitas (m2). t = tinggi sampah (m)

C. Analisis Data

Analisis data dan pembahasan dituliskan secara deskriptif untuk menjelaskan hasil penelitian berdasarkan parameter dan variabel penelitian. Jumlah timbulan dan komposisi sampah tempat pelelangan ikan, bandara dan pasar akan dibahas secara mendalam pada tahap ini. Metode analisis data menggunakan tabulasi dan grafik yang menggambarkan jumlah timbulan dan komposisi sampah. Tidak hanya membahas timbulan dan komposisi sampah, namun dilakukan juga analisis tentang flow chart pengelolaan sampah TPI, bandara dan pasar. Berikut tahapan analisis yang akan dilakukan.

1. Perhitungan timbulan sampah. 2. Perhitungan densitas sampah. 3. Perhitungan komposisi sampah.

4. Potensi pengolahan sampah organik menjadi kompos yang ditinjau dari aspek finasial.

III. HASILDANPEMBAHASAN

A. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Pengambilan contoh timbulan dan komposisi sampah dilakukan di tempat pengasapan ikan pari yang berada di sekitar TPI. TPI berada pada Desa Gisik Cemandi. Proses pembuatan pengasapan ikan pari adalah membersihkan ikan yang datang kemudian mengambil jeroan dan daging ikan dipotong sesuai ukuran dan ditusukkan ke bambu untuk diasapkan. Bahan baku yang digunakan dari pengasapan ikan pari sebesar 60kg – 80kg tergantung ikan yang datang. Jumlah kios yang berada di TPI sebanyak 25 kios, namun dari seluruh kios yang ada hanya 1 kios yang menghasilkan sampah. Kios-kios yang lain hanya menjual ikan tanpa melakukan pembersihan atau pemotongan ikan. Sampah yang dihasilkan pengasapan ikan pari adalah jeroan ikan dan sisa arang yang telah digunakan. Didapatkan berat masing-masing komposisi sampah di TPI yang ditabulasi pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1

Berat, Densitas dan Persentase Sampah di TPI No Komponen Sampah Rata-rata Berat (kg) densitas (kg/m3) Persentase (%) 1 Jeroan 3,062 804,45 43,4% 2 Arang 3,916 573,64 56,6%

Dari Tabel 1 diketahui bahwa persentase sampah jeroan sebesar 43,4% dan sisa arang sebesar 56,6%. Didapatkan jumlah timbulan sampah di TPI sebesar 6,978 kg/hari. Sampah jeroan biasanya langsung dibuang ke laut atau dijual jika jeroannya bagus untuk dimanfaatkan sebagai pakan lele atau ternak. Sisa arang dijual dengan harga sebesar Rp 15.000,- per karungnya dan dibutuhkan waktu 2 hari untuk mengumpulkannya.

B. Pasar Baru Betro

Pasar Baru Betro terletak di Desa Betro, Kecamatan Sedati. Luas pasar sebesar 1.752,28 m2. Pengelolaan sampah di Pasar Baru Betro dikelola oleh Desa Betro. Sampah yang berada di pasar kemudian dibawa ke Desa Kwangsan untuk dibakar. Pengangkutan menggunakan mobil pick-up.

(3)

Didapatkan jumlah timbulan sampah Pasar Baru Betro sebesar 914,17 kg/hari yang didapatkan dari densitas rata-rata sampah total dikalikan dengan volume mobil pengangkut sampah. Sehingga didapatkan laju timbulan sampah dari jumlah timbulan sampah dibagi dengan luas pasar. Maka didapatkan laju timbulan sampah yaitu 0,522 kg/m2/hari. Dari data timbulan sampah diketahui berat sampah rata-rata dan persentase komposisi sampah yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Persentase Komposisi Sampah Pasar Baru Betro

No Komponen Sampah Berat

(kg/hari) Persentase

1

Sampah organik yang mudah terurai

Sisa sayuran 13,938 68,10% Sisa makanan 1,699 8,66% Sisa Jagung 0,723 3,27% Sisa buah (kulit, biji, buah busuk) 1,488 6,45% Kulit telur 0,191 0,89% Sampah kebun (tandan pisang,

daun pisang) 0,000 0,00% Sampah ikan 0,543 2,59% Sampah ayam 0,056 0,29% Parutan kelapa 0,000 0,00% 2 Kertas

Kardus, HVS dan koran 0,389 2,0% Majalah 0,000 0,0%

3

Kayu

Ranting 0,000 0,0% Batang 0,034 0,2% Sabut dan batok kelapa 0,300 1,2% Serpihan kayu 0,213 1,1% Besek 0,429 2,2%

4 Kain 0,007 0,0%

5 Karet dan kulit 0,013 0,1%

6 Plastik 0,565 2,7% 7 Lain-lain B3 0,000 0,0% Kaca 0,049 0,2% Logam 0,010 0,05% Elektronik 0,000 0,0% Tanah Liat 0,000 0,0% Total 20,64 100,0%

Dari Tabel 2 diketahui bahwa persentase sampah organik yang mudah terurai pada Pasar Baru Betro yaitu 90,25%. Direncanakan untuk mengolah sisa sayuran, sisa makan, sisa buah, sampah kebun, sampah ikan, sampah ayam dan parutan kelapa akan dilakukan pengolahan dengan membuat kompos.

C. Pasar Baru Wadungasri

Pasar Baru Wadungasri terletak di Desa Gedongan, Kecamatan Waru. Luas pasar sebesar 3.614 m2 [9]. Pengelolaan sampah di Pasar Baru Wadungasri dikelola oleh Dinas Pasar Kabupaten Sidoarjo. Sampah yang berada di pasar kemudian dibawa ke TPA dengan menggunakan

dump truck yang bervolume 8 m3. Para pedagang

membuang langsung ke TPS maupun menggunakan gerobak

0,4 m3 yang diangkut oleh petugas. Didapatkan jumlah timbulan sampah Pasar Baru Betro sebesar 1772,62 kg/hari yang didapatkan dari densitas rata-rata sampah total dikalikan dengan volume mobil pengangkut sampah. Sehingga didapatkan laju timbulan sampah dari jumlah timbulan sampah dibagi dengan luas pasar. Maka didapatkan laju timbulan sampah yaitu 0,49 kg/m2/hari. Dari data timbulan sampah diketahui berat sampah rata-rata dan persentase komposisi sampah yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Persentase Komposisi Sampah Pasar Baru Wadungasri

No Komponen Sampah Berat

(kg/hari) Persentase

1

Sampah organik yang mudah terurai

Sisa sayuran 54,790 53,4% Sisa makanan 5,868 5,7% Sisa Jagung 2,476 2,4% Sisa buah (kulit, biji, buah busuk) 17,576 17,3% Kulit telur 0,000 0,0% Sampah kebun (tandan pisang,

daun pisang) 3,225 3,1% Sampah ikan 5,564 5,4% Sampah ayam 0,273 0,3% Parutan kelapa 1,059 1,0% 2 Kertas

Kardus, HVS dan koran 1,393 1,4% Majalah 0,545 0,5%

3

Kayu

Ranting 0,000 0,0% Batang 0,000 0,0% Sabut dan batok kelapa 3,565 3,5% Serpihan kayu 0,000 0,0% Besek 1,644 1,6%

4 Kain 0,000 0,0%

5 Karet dan kulit 0,000 0,0%

6 Plastik 4,348 4,2% 7 Lain-lain B3 0,000 0,0% Kaca 0,000 0,0% Logam 0,000 0,0% Elektronik 0,000 0,0% Tanah Liat 0,000 0,0% Total 102,324 100,0%

Dari Tabel 3 diketahui bahwa persentase sampah organik yang mudah terurai pada Pasar Baru Wadung yaitu 88,8%. Direncanakan untuk mengolah sisa sayuran, sisa makan, sisa buah, sampah kebun, sampah ikan, sampah ayam dan parutan kelapa akan dilakukan pengolahan dengan membuat kompos.

D. Bandara Internasional Juanda

Sampah berasal dari seluruh aktivitas yang berada di Terminal 1 dan Terminal 2/. Aktivitas di bandara meliputi restoran, pengunjung, kargo dan penerbangan. Pengangkutan sampah menuju TPS menggunakan 2 truk dengan volume bak yang sama, yaitu 5,75 m3. Sampah yang masuk ke dalam TPS dan kemudian dipilah oleh petugas dengan memisahkan sampah basah dan sampah kering.

(4)

Apabila sampah yang masuk tidak dapat dibuang ke kontainer, maka sampah yang basah dibakar di lahan belakang TPS. Sampah kering dipilah untuk dibakar menggunakan insinerator. Pembakaran dilakukan setiap hari sekali dengan menggunakan insinerator secara bergantian. Sedangkan sampah basah yang masuk kontainer dibuang di TPA Jabon menggunakan truk arm roll . Total luas dari terminal 1 dan terminal 2 sebesar 129.900 m2.

Jumlah total timbulan sampah setiap harinya sebesar 2225,315 kg/hari yang didapatkan dari densitas rata-rata sampah total dikalikan dengan volume mobil pengangkut sampah. Sehingga didapatkan laju timbulan sampah dari jumlah timbulan sampah dibagi dengan luas bandara. Maka didapatkan laju timbulan sampah yaitu 0,017 kg/m2/hari. Dari data timbulan sampah diketahui berat sampah rata-rata dan persentase komposisi sampah yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Persentase Komposisi Sampah Bandara

Jenis Sampah Berat (kg/hari) Persentase (%)

Sampah organik yang mudah terurai

Sisa makanan 28,947 35,7% Sampah kebun/taman 0,000 0,0% Kertas Koran 0,472 0,6% HVS/duplek 2,655 3,9% Majalah 1,643 2,3% Tetra pack 2,328 2,6% others 14,357 18,0% Karton 9,413 12,8% Plastik HDPE - Kantong plastik 0,503 0,6% - Non kantong plastik 1,274 1,5% LDPE 0,488 0,6% PET 13,210 15,8% PS sterofoam 0,563 0,8% Karung 0,000 0,0% others 0,967 1,3% Logam Besi 0,000 0,0% Non besi (alumunium) 0,259 0,3% Kabel (tembaga) 0,000 0,0% Kaca Botol kaca 0,026 0,0% Kaca lain 0,000 0,0% Kain 2,033 2,9% Karet 0,000 0,0% Kayu 0,024 0,1% Diapers Popok 0,000 0,0% Non popok (pembalut) 0,279 0,3%

B3 0,000 0,0%

Lainnya 0,005 0,0%

Total 79,447 100%

Dari Tabel 4 diketahui bahwa persentase sampah organik yang mudah terurai pada Bandara Internasional Juanda yaitu 35,7%. Direncanakan untuk mengolah sisa makanan akan dilakukan pengolahan dengan membuat kompos. Sedangkan persentase terbesar kedua adalah plastik (PET) misalnya botol air mineral, botol soda, gelas plastik coffee shop

sebesar 15,8% dan biasanya sampah tersebut dijual oleh petugas TPS. Sedangkan sampah-sampah seperti kain, diapers dan stereofoam biasanya dibuang ke TPA karena tidak bisa dibakar menggunakan insinerator.

E. Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembuatan kompos dan pemanfaatan sampah yang dapat didaur ulang. Sistem kompos yang digunakan adalah sistem open windrow dengan lama proses komposting selama 30 hari. Direncanakan masing-masing lokasi terdapat pengolahan sampah. Pada pengolahan kompos untuk Pasar Baru Betro yang dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan didaur ulang sebesar 629,63 kg/hari atau 1,84 m3/hari dan 21,79 kg/hari atau 0,79 m3/hari. Sedangkan untuk Pasar Baru Wadungasri yang dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan daur ulang sebesar 1224,25 kg/hari atau 8,32 m3/hari dan 54,10 kg/hari atau 0,80 m3/hari. Dari data timbulan sampah dan volume sampah dapat dianalisi luas lahan untuk pengolahan sampah menjai kompos yang ditabulasi pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Pada pengolahan sampah di bandara hanya dilakukan dengan membuat kompos. Komposisi yang digunakan adalah sisa makanan saja. Volume sampah sisa makanan sebesar 2,5 m3/hari. Direncanakan sistem pengomposan secara anaerob, karena sampah yang digunakan menimbulkan bau oleh karena itu harus ditutup. Sampah yang telah dicacah kemudian dimasukkan ke dalam bak sampah tertutup. Bak yang dibutuhkan 5 unit selama proses pengomposan 30 hari. Perhitungan luas lahan yang dibutuhkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013. Maka, dimensi area pematangan untuk masing-masing bak yaitu, pxlxt = 10 m x 7 m x 1,5 m.

Tabel 5

Luas Lahan TPST Pasar Baru Betro

No Penggunaan Lahan Luas (m2)

1 Penerimaan 22 2 Pemilahan 9 3 Gudang penyimpanan sampah

kering 21 4 Pengomposan 96,9 5 Pengayakan dan Pengemasan 13 6 Fasilitas lainnya 45,5

Total 207,4

Tabel 6

Luas Lahan TPST Pasar Baru Wadungasri

No Penggunaan Lahan Luas (m2)

1 Penerimaan 28 2 Pemilahan 9 3 Gudang penyimpanan sampah

kering 21 4 Pengomposan 358,6 5 Pengayakan dan Pengemasan 20 6 Fasilitas lainnya 45,5

Total 482,1

Luas lahan total untuk membangun TPST Pasar Baru Betro sebesar 207,4 m2 jika dibulatkan sebesar 300 m2. Sedangkan untuk TPST Pasar Baru Wadungasri dibutuhkan

(5)

482,1 m2 jika dibulatkan sebesar 800 m2.

F. Analisis Finansial

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan dalam melakukan pengolahan sampah dengan kompos. Biaya pembuatan produk atau harga dari produk dihitung dari harga bahan baku yang digunakan dan biaya jasa dari proses pembuatan.

Analisis finansial meliputi biaya investasi dan biaya operasional pembangunan TPST. Biaya investasi merupakan modal awal yang dikeluarkan dalam suatu pengerjaan kegiatan. Biaya operasional terdiri dari biaya yang harus dikelurakan setiap hari dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dan biaya tetap yang dikeluarkan pada setiap tahunnya. Nilai keuntungan diperoleh dari harga jual dikurangi dengan biaya produksi. Umur pakai peralatan utama selama 5 tahun sedangkan umur pakai peralatan selama 2 tahun. Harga jual kompos direncanakan sebesar Rp 500/kg. Harga tersebut merupakan harga kompos yang belum dikemas dengan rapi. Pembangun TPST rencana akan dibangun pada lahan kosong di sekitar Pasar Baru Betro dan Pasar Baru Wadungasri.

Dari hasil analisis didapatkan biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun TPST Pasar Baru Betro sebesar Rp 250.610.000, sedangkan untuk TPST Pasar Baru Wadungasri sebesar Rp 280.610.000. Sedangkan untuk biaya operasi yang dibutuhkan TPST Pasar Baru Betro sebesar Rp 22.832.500 per-bulan. Sedangkan TPST Pasar Baru Wadungasri sebesar Rp 23.168.300 per-bulan.

IV. KESIMPULAN

1. Jumlah timbulan sampah di TPI, pasar dan bandara di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo yaitu :

a. Timbulan sampah di TPI adalah 6,978 kg/hari dengan komposisi sampah sebesar 43% merupakan bahan organik yang merupakan jeroan dan sisanya adalah sisa arang.

b. Timbulan sampah di Pasar Baru Betro adalah 914,17 kg/hari dengan komposisi sampah sebesar 86,09% dapat dikomposkan.

c. Timbulan sampah di Pasar Baru Wadung Asri adalah 1772,62 kg/hari dengan komposisi sampah sebesar 86,33% dapat dikomposkan. d. Timbulan sampah di Bandara Internasional

Juanda adalah 2225, 315 kg/hari dengan komposisi sampah sebesar 35,7% dapat dikomposkan.

2. Berdasarkan analisis biaya, biaya investasi yang dibutuhkan untuk membuat pengolahan kompos di Pasar Baru Betro mencapai Rp 250.160.000,00 sedangkan biaya operasional Rp 22.832.500/bulan. Pasar Baru Wadungasri sebesar Rp 280.160.000,00 dengan biaya operasi Rp 23.168.300,00/bulan.

DAFTARPUSTAKA

[1] Setiadi, A. 2010. Perilaku Pro-Lingkungan Pada Permukiman Studi Kasus Pengelolaan Sampah di Kampung Sukunan – Yogyakarta. Laporan Tugas Akhir. Jurusan Arsitektur Universiras

Atma Jaya Yogyakarta

[2] Phillippe, F., Culot, M. 2009. Household Solid Waste Generation

and Characteristic in Cape Haitian City, Republic of Haiti.

Resource, Conversation and Recycling, Vol. 54, hal. 73-78.

[3] Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo. 2013. Materi

Pengelolaan Sampah DKP Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo.

[4] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo. 2013. Kecamatan Sedati

Dalam Angka Tahun 2013. Kabupaten Sidoarjo.

[5] Crawford, J, H. 2003. Composting of Agricultural Waste. in

Biotechnology Applications and Research, Paul N, Cheremisinoff

and R. P.Ouellette (ed). hal. 6877.

[6] Wardana, I W., Junaidi., Soeroso, F R., dan Akbar, P S. 2012.

Sampah untuk Energi: Kelayakan Pemanfaatan Limbah Organik dari Kantin di Lingkungan UNDIP Bagi Produksi Energi dengan Menggunakan Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga. Jurnal

Presipitasi, Vol.9, No.2.

[7] Himawanto, D A., Dhewangga, R.D.P., Indarto., Saptoadi, H., dan Rohmat, T A. 2010. Pengolahan Sampah Kota Terseleksi Menjadi

Refused Derived Fuel Sebagai Bahan Bakar Padat Alternatif.

Jurnal Teknik Industri, Vol.11, No.2, hal. 127-133.

[8] Firman, T. Alif., Widiyanto, A. Wahyu., Pratama, Barri. 2009.

Pemanfaatan Refuse Derived (RDF) sebagai Raw Material Penganti Batu Bara Pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal 23-24. Universitas Diponegoro. Semarang.

[9] Sidoarjo. Dinas Pasar Kabupaten Sidoarjo. Data Pasar Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Pada sampel sedimen pada pengambilan pertama dan kedua ditemukan adanya logam Pb rata-ratanya yaitu 15,61 mg/kg berat kering dan12,47 mg/kg berat kering, ditemukan juga adanya

Metode pengambilan dan pengukuran timbulan sampah, volume sampah, komposisi sampah dan densitas sampah dilakukan selama 8 hari (rumah tangga) dan 3 hari (sentra

Metode pengambilan dan pengukuran timbulan sampah, volume sampah, komposisi sampah dan densitas sampah dilakukan selama 8 hari (rumah tangga) dan 3 hari (sentra

Sehingga muncullah gagasan yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik sampah berupa timbulan dan komposisi sampah yang dihasilkan di pasar Loa Kulu, memberikan rancangan

Mengidentifikasi potensi daur ulang sampah yang dapat dikelola dalam unit TPST dengan berdasarkan pada volume timbulan, komposisi dan karakteristik sampah di Kawasan

• Perlu dilakukan penelitian yang lebih detail mengenai sampah organik yang dihasilkan sentra ikan dan industri tempe untuk diolah menjadi biogas, agar memenuhi syarat dari

Analisis potensi pengolahan yang tepat untuk sampah pasar dan sentra makanan di Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo ditinjau dari aspek finansial dipilih Aerobic

Jumlah mobil pick-up pengangkut sampah dan alat pengolahan sampah yang digunakan di Desa Penarungan pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2024, yaitu: a.. Kebutuhan mobil