• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM

DENGAN SISTEM TPST

(TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

I Gusti Ayu Nyoman Sugianti dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP

Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email:ayu_its@yahoo.com

ABSTRAK

Sistem pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih yang selama ini berjalan sampah masih dibuang ke jurang-jurang atau lahan kosong. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji sistem pengelolaan sampah berbasis reduksi dan daur ulang ditinjau dari aspek teknis, finansial, dan aspek kelembagaan.

Metode yang digunakan adalah pengamatan lapangan, wawancara dan kuesioner terhadap lembaga yang menangani pengelolaan sampah. Aspek Teknis mengkaji sarana dan prasarana TPST yang dibutuhkan berdasarkan timbulan, komposisi sampah dan potensi ekonomi sampah di Kawasan Pura Besakih. Aspek finansial untuk kelayakan ekonomi dikaji dengan parameter nilai NPV serta rasio B/C dari pengembangan TPST.

Aspek kelembagaan dengan menggunakan metode analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan timbulan sampah di Kawasan Pura Besakih pada hari biasa 5,06 m3/hari dan pada saat piodalan 46,71 m3/hari. Analisis mass balance menunjukkan 63,3 % dari volume timbulan sampah adalah sampah basah yang berpotensi dijadikan kompos. Total potensi ekonomi sampah mencapai Rp. 71,689,000,- per tahun. Biaya investasi yang diperlukan untuk penyediaan sarana dan prasarana pada unit TPST sebesar Rp. 582,356,000,- . Biaya operasional setiap tahunnya untuk administrasi, bahan dan upah sebesar Rp. 66,007,000,-.

Analisis kelayakan ekonomi pengembangan TPST di Kawasan Pura Besakih menunjukkan nilai NPV = 10,53 dengan rasio B/C = 1,03. Artinya pengembangan TPST dari segi ekonomi layak untuk dilaksanakan apabila biaya investasi diperoleh dari subsidi pemerintah, dan operasional memanfaatkan pendapatan dari penjualan daur ulang sampah. Struktur kelembagaan yang diusulkan untuk mengelola TPST melibatkan DPU Propinsi, DLHKP, Camat Rendang dan Kepala Desa Besakih sebagai unsur koordinator serta monitoring dan evaluasi. Sedangkan didalam lingkup kelembagaan yang berbentuk UPTPST terdiri dari pengawas, mandor, petugas pemilah dan petugas komposting

Kata kunci: aspek teknis, finansial, dan aspek kelembagaan, komposisi sampah, kawasan pura besakih, pengolahan sampah terpadu

PENDAHULUAN

Pura Besakih yang terletak di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem adalah Pura terbesar dan salah satu daerah tujuan wisata utama di Propinsi Bali. Rata – rata timbulan sampah pada hari biasa 5,06 m3/hari dan pada saat piodalan 46,71 m3/hari. Aktivitas keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Kawasan Pura

(2)

Besakih menghasilkan 79,13 % sampah basah dan 80 % dari volume timbulan sampah basah berpotensi untuk dapat diolah kembali menjadi kompos. Selain sampah basah, sampah kering seperti plastik, kaleng, kertas dapat dipilah untuk dijual kembali sebagai bahan daur ulang sehingga dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA.

Menurut Wibowo dan Djajawinata (2007) Tempat pengelolaan sampah yang dilengkapi dengan sarana pengomposan dan pemanfaatan sampah menjadi bahan baku daur ulang sehingga hanya residu sampah saja yang dibuang ke TPA disebut sebagai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu atau disingkat TPST.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1). Mengidentifikasi potensi daur ulang sampah yang dapat dikelola dalam unit TPST dengan berdasarkan pada volume timbulan, komposisi dan karakteristik sampah di Kawasan Pura Besakih.

(2). Merancang sarana dan prasarana pengolahan sampah yang dibutuhkan dalam unit TPST sesuai dengan volume, komposisi dan potensi daur ulang sampah di Kawasan Pura Besakih. (3). Menganalisis kelayakan ekonomi pengembangan TPST di Kawasan Pura Besakih dengan berdasarkan pada kebutuhan biaya investasi dan biaya operasional serta perkiraan penerimaan dari daur ulang sampah. (4). Menilai kelembagaan pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih dan merancang struktur kelembagaan yang lebih sesuai.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan serta melakukan wawancara dan kuesioner terhadap lembaga yang menangani sampah untuk memperoleh data primer maupun sekunder.

Pengumpulan Data Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam mengkaji masalah pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih meliputi: (1). Data timbulan sampah menurut SNI 19-3964- 1995, diukur selama 7 hari berturut-turut. (2). Data densitas/berat jenis sampah lepas menurut SNI 19-3964-1995, diukur dengan menggunakan kotak berkapasitas 0,04 liter.

(3). Komposisi timbulan sampah menurut SNI 19-3964-1995, diukur dengan metoda perempatan untuk mendapatkan sampel seberat 100 kg, kemudian dipilah berdasarkan jenisnya. Pengukuran dilakukan 2 kali sehari selama 7 hari berturut-turut. (4). Data kadar air menurut Tchobanoglous, Theisen and Vigil (1993), diukur melalui pengujian sampel di laboratorium dengan metode Gravimetri. Pengujian dilakukan terhadap 3 sampel. (5). Kandungan C dan N pada sampah

Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan adalah meliputi data kondisi fisik wilayah study, kependudukan, data keuangan, serta data kelembagaan dinas pengelola sampah

Analisis Data dan Evaluasi Aspek Teknis

Analisis aspek teknis meliputi analisis potensi daur ulang sampah yang dihitung berdasarkan volume timbulan, komposisi dan densitas sampah lepas yang akan dikelola sebagai dasar didalam merancang sarana dan prasarana yang diperlukan dalam unit TPST (Tchobanoglous, Theisen and Vigil, 1993). Menurut Pace, Miller dan Farrell- Poe (1995), sampah basah yang berpotensi untuk diolah menjadi sampah basah

(3)

diproses dengan menggunakan metode open windrows karena lebih sederhana dan murah.

Aspek Finansial

Analisis kelayakan ekonomi pengembangan TPST dilakukan dengan parameter nilai NPV dan rasio B/C (Siregar, Samadhi, 1987), yang dihitung berdasarkan pada analisis kebutuhan biaya investasi dan operasional pengembangan unit TPST di Kawasan Pura Besakih serta perkiraan rencana pendapatan dari daur ulang sampah.

Aspek Kelembagaan

Analisis kelembagaan dilakukan dengan metode analsis SWOT (Rangkuti, 1997), sehingga dapat diusulkan struktur kelembagaan yang lebih sesuai untuk melaksanakan pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih.

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Fisik

Timbulan, Komposisi, dan Potensi Daur Ulang Sampah

Data hasil penelitian terhadap volume timbulan sampah yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas di Kawasan Pura Besakih diambil selama 9 hari berturut-turut pada hari biasa dan 1 hari pada saat piodalan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00

1/1/1900 1/2/1900

1/3/1900 1/4/1900

1/5/1900 1/6/1900

1/7/1900 1/8/1900

1/9/1900 1/10/1900 Tanggal Penelitian

Volume Timbulan (m3/hari)

Gambar 1. Diagram timbulan sampah pada hari biasa dan saat piodalan

Diagram batang dengan warna merah pada Gambar 1 menunjukkan angka volume timbulan sampah pada hari piodalan yaitu 46,71 m3. Pada hari biasa diperoleh rata-rata volume timbulan sampah per harinya mencapai 5,06 m3. Volume timbulan sampah tertirnggi berdasarkan hasil penelitian hari ditunjukkan oleh diagram batang warna kuning. Timbulan sampah tertinggi tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 26 September 2007 yaitu pada saat purnamaning ke dasa (Purnama ke sepuluh).

Sedangkan densitas sampah lepas berdasarkan hasil pengukuran adalah 137,5 kg/m3. Rata-rata komposisi sampah dari 14 kali pengukuran yang dilakukan selama 7 hari berturut-turut pada hari biasa diperoleh komposisi: sampah basah 79,13 %. Sampah plastik 9,89 %, sampah kertas 5,75 %, sampah foam, kayu, kaleng, kaca, aluminium, karet dan kain 4,23 %, residu 1 %. Sedangkan pada saat piodalan, sampah basah 79,19%, sampah plastik 10,98 %, sampah kertas 6,79 % , 0,9 % merupakan sampah foam, kaca, kaleng, karet dan kain. Sisanya berupa sampah lain-lain atau residu

(4)

sebanyak 2,14 %. Sedangkan kadar air, kadar C dan N sampah berdasarkan hasil uji laboratorium Teknik Lingkungan ITS Surabaya terhadap 3 sampel sampah didapatkan rata-rata: kadar air 71,43 %, kadar karbon (C organik) 50,77%, kadar nitrogen 2,94 %.

Potensi daur ulang sampah atau Recovery Factor timbulan sampah di Kawasan Pura Besakih berdasarkan hasil pengukuran diperoleh rata-rata potensi daur ulang sampah basah sebesar 80 %. Sedangkan untuk sampah plastik rata-rata hanya 25 % dari volume timbulan sampah, kertas 26 %, kayu dan kaleng 100 %, logam hanya 65 % dan karet sebesar 25 %.

Mass Balance

Dari data timbulan dan komposisi sampah pada hari biasa diperoleh perkiraan jumlah sampah basah yang akan diolah menjadi kompos sebesar 63,3 % dari total volume timbulan sampah atau sekitar 440,43 kg/hari. Sedangkan untuk sampah kering yang berpotensi untuk didaur ulang sekitar 40,71 kg/hari atau 5,92% dari timbulan sampah setiap harinya. Sisanya sebesar 211,58 kg/hari sampah basah dan kering atau 30,78 % dari volume timbulan sampah adalah merupakan residu yang harus dibuang ke TPA.

695,75 100%

550,54 79,13% 145,21 20,87%

440,43 63,30% 110,11 15,83% Plastik 51,62 75% Plastik 17,21 25%

Kertas 29,60 74% Kertas 10,40 26%

Foam 10,44 100% Kayu 7,06 100%

CO2 Kaca 2,73 100% Kaleng 4,97 100%

NH3 Logam 0,61 35% Logam 1,13 65%

Lindi Karet 1,30 75% Karet 0,43 25%

Kain 0,75 100% Total 41,20 5,92%

Lain-lain 6,96 100%

Total 104,01 14,95%

214,12 30,78%

Dibuang ke TPA

Sampah kering (Kg/hari) Sampah masuk

TPST (kg/hari )

Bhn kompos (kg/hari)

Kompos (Kg/hari) (50% dr bhn baku)

220,21

Sampah basah (kg/hari)

dijual ke bandar lapak Daur Ulang (kg/hari) Residu( Kg/hari)

Residu (kg/hari)

Gambar 2. Mass Balance pada unit TPST Kawasan Pura Besakih pada hari biasa Perencanaan TPST

Berdasarkan analisis tersebut diatas, secara garis besar dapat digambarkan proses pengelolaan sampah yang dilakukan pada unit TPST Kawasan Pura Besakih.

Volume Sampah yang masuk 5,06 m3 /hari akan diolah adalah sebesar 1,998 m3 /hari.

Terdiri dari 1,527 m3/hari sampah basah yang diolah menjadi kompos. Sampah kering sebesar 0,470 m3 /hari yang disimpan digudang sebelum dijual pada bandar atau lapak.

Sedangkan residu sampah basah dan sampah kering yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi dibuang ke TPA. Dengan melihat karakteristik sampah yang akan dikelola, dapat direncanakan alur proses pengolahan sampah mulai dari timbulan sampai sampah daur ulang tersebut dikemas dan disimpan dalam gudang.

(5)

Aspek Finansial

Berdasarkan hasil wawancara dan survey sekunder yang dilakukan kepada instansi terkait, dapat diidentifikasikan sumber pembiayaan pengelolaan sampah yang selama ini berjalan di Kawasan Pura Besakih.

1. APBD Provinsi Bali melalui Dinas PU Propinsi Bali yang disalurkan kepada Lembaga TPP Besakih sebesar Rp. 72.000.000,-/tahun untuk upah/gaji 20 tenaga kebersihan

2. APBD Kabupaten Karangasem melalui Dinas LHKP sebesar Rp. 199.440.000,- per tahun untuk upah/gaji 1 orang mandor dan 28 tenaga kebersihan.

Pengumpulan

Pengangkutan

Pencatatan

Pemilahan

Proses Komposting Pengemasan

Penyimpanan

Pengemasan

Penyimpanan

Timbulan Sampah

Sampah Basah

Bahan Kompos Residu

Lindi

Residu

Sampah kering

Bahan daur TPS

Unit TPST

TPA

Bak Penampung Lindi

Gudang kompos Bangunan Komposting

Gudang sampah kering Bangunan Pemilah

Gambar 3. Diagram alur proses pengolahan sampah pada TPST Kawasan Pura Besakih.

Analisis finansial meliputi analisis terhadap biaya investasi, operasional serta rencana pendapatan dari daur ulang sampah dengan hasil sebagai berikut :

Biaya investasi konstruksi dan perencanaan Rp. 556.750.000,-

Biaya investasi peralatan Rp. 25.606.000,-

Biaya gaji/upah tenaga kerja Rp. 49.800.000,-

Biaya operasional Rp. 16.207.000,-

Perkiraan rencana pendapatan Rp. 71.689.000,-

(6)

Dengan mengacu kepada kebutuhan biaya investasi, operasional dan rencana pendapatan dari daur ulang sampah dapat dilakukan analisis kelayakan ekonomi pengembangan TPST :

Tanpa subsidi pemerintah

Nilai NPV = (98,18) < 0 (tidak layak) Nilai rasio B/C = 0,71 < 1 (tidak layak)

Biaya Investasi sarana dan prasarana dengan dana dari subsidi pemerintah Nilai NPV = 10,53 > 0 (layak)

Nilai rasio B/C = 1,03 >1 (layak)

Gambar 4. Denah unit TPST di Kawasan Pura Besakih.

Aspek Kelembagaan

Jumlah tenaga kebersihan yang bertugas di Kawasan Pura Besakih dibawah koordinasi Dinas LHKP Kabupaten Karangasem berjumlah 29 orang. Sedangkan tenaga kebersihan dibawah lembaga TPP Besakih, brjumlah 20 orang. Pembagian jam kerja mnasing-masing kelompok diatas yang terbagi dalam 2 kelompok waktu yaitu jam 07.00 – 12.00 dan jam 12.00 – 16.00 tidak mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kebersihan pada saat piodalan.

Kantor, Gdg. Peralatan

& toilet

Tempat Pemilahan &

Gdg. Sampah kering

Tempat Komposting, ruang maturasi &

Gdg. kompos

Garasi Truk

(7)

Dalam laporan ini diusulkan seluruh tenaga kebersihan baik yang berada dibawah DLHKP maupun TPP Besakih, sebanyak 48 orang, berada dibawah naungan satu lembaga sehingga tidak terjadi kesenjangan tanggung jawab area kerja maupun upah.

Jam kerja khusus pada saat piodalan diusulkan supaya dibagi kedalam 4 shift kerja sehingga pelayanan kebersihan dapat dilaksanakan selama 24 jam. Masing-masing kelompok kerja melaksanakan tugas selama 6 jam setiap harinya.

Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal dalam analisis SWOT menghasilkan usulan struktur organisasi yang lebih sesuai untuk melaksanakan operasional pengelolaan sampah di Kawasan Pura Besakih dengan sistem TPST.

DLHKP KAB.

KARANGASEM

KEPALA DINAS

BIDANG KEBERSIHAN KASI PENGANGKUTAN

& PENGOLAHAN SAMPAH

UPT TPST PENGAWAS

MANDOR KEBERSIHAN

PETUGAS PEMILAH SAMPAH & PEMBUANG

RESIDU

PETUGAS PEMBUAT DAN PENGEMAS

KOMPOS

Tenaga Kebersihan bertugas membersihkan kawasan Pura Besakih dan mengangkut sampah ke UPTPST

BANTUAN PEMPROP BALI

CAMAT RENDANG DAN PERBEKEL

BESAKIH

Gambar 5. Rencana susunan kelembagaan unit pengelola sampah Kawasan Pura Besakih Keterangan :

Menunjukkan garis koordinasi, pelaporan, monitoring dan evaluasi Menunjukkan garis koordinasi

KESIMPULAN

1. Hari biasa dari 5,06 m3timbulan sampah setiap harinya 1,53 m3sampah basah dapat diolah menjadi kompos dan 0,47 m3 sampah kering dapat dijual sebagai bahan daur ulang. Sedangkan pada saat piodalan dari 46,71 m3timbulan sampah setiap harinya, 3,2 m3 sampah basah dapat diolah menjadi kompos dan 4,08 m3 sampah kering dapat dijual sebagai bahan daur ulang.

2. Sarana yang dibutuhkan pada unit TPST untuk mengelola sampah sesuai dengan potensi sampah tersebut yang terdiri dari: bangunan pemilah, gudang sampah

(8)

kering, bangunan komposting, gudang kompos, kantor, serta sarana pendukung lainnya.

3. Analisis finansial dari pengembangan unit TPST di Kawasan Pura Besakih menunjukkan : biaya investasi perencanaan dan konstruksi Rp. 556.750.000, biaya investasi peralatan Rp. 25.606.000, biaya operasional Rp. 66.007.000, rencana pendapatan daur ulang sampah Rp. 71.689.000. Sedangkan analisis NPV = 10,53 dan analisis rasio B/C = 1,03. Artinya pengembangan TPST di Kawasan Pura Besakih layak dikembangkan apabila biaya investasi perencanaan, konstruksi dan peralatan memperoleh subsidi dari pemerintah. Sedangkan dana operasional TPST menggunakan penerimaan dari daur ulang sampah.

4. Struktur kelembagaan yang diusulkan untuk mengelola TPST di Kawasan Pura Besakih adalah UPT TPST (Unit Pelaksana Tugas Tempat Pengolahan Sampah Terpadu). UPT TPST dipimpin oleh seorang pengawas yang membawahi mandor penyapuan dan pengummpulan sampah, petugas pemilah dan petugas komposting.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional, 1995, Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, SNI 19-3964-1995, LPMB, Bandung.

Pace, M.C.; Miller, B.E; Farrell-Poe, K.L., 1995, The Composting Process, Utah State University,http://extention.usu.edu, 4 Oktober 2007

Rangkuti, F., 1997, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Siregar, A.B.; Samadhi, TMA.A., 1987, Manajemen, Institut Teknologi Bandung

Tchobanoglous, G.Theisen and Vigil, 1993, Integrated Solid waste Management, Mc.

Graw Hill – inc. Kogakusha, Japan.

Wibowo, A; Djajawinata, D.T., 2007, Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu, http://www.kkppi.go.id, 4 Oktober 2007

Gambar

Gambar 1. Diagram timbulan sampah pada hari biasa dan saat piodalan
Gambar 2. Mass Balance pada  unit TPST Kawasan Pura Besakih pada hari biasa Perencanaan TPST
Gambar 3. Diagram alur proses pengolahan sampah pada TPST Kawasan Pura Besakih.
Gambar 4. Denah unit TPST di Kawasan Pura Besakih.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penelitian ini adalah mendapatkan data timbulan, komposisi, berat jenis, karakteristik dan potensi daur ulang sampah domestik Kabupaten Tanah Datar,

Tujuan penelitian ini adalah menentukan timbulan, komposisi dan potensi daur ulang sampah PT Semen Padang dengan jumlah sampel dan metode sampling

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihak TPST mengupayakan agar sampah yang baru tiba di TPST segera dipilah dan diselesaikan dalam waktu satu hari dengan

a) Reduksi. Mereduksi timbulan sampah berarti mengurangi semaksimal mungkin kegiatan yang akan menghasilkan banyak sampah, seperti mengurangi barang yang dikemas

Proyeksi timbulan sampah pada tahun 2027 akan digunakan untuk menghitung potensi daur ulang sampah rumah tangga Kecamatan Sangkapura serta untuk mengetahui berapa

Data timbulan, komposisi, dan karakteristik fisika sampah rumah tangga diperoleh dari penelitian yang dilakukan Ria Annisa Dalimunthe (2018) tentang Studi Karakteristik Sampah

Tinggi rendahnya nilai tambah dipengaruhi oleh penggunaan biaya produksi, harga jual dan volume produksi (Baihaqi dkk., 2014). Nilai tambah sampah anorganik dari TPST

Nama : Kholik Abdul Azis Muhri NIM : 07201045 Resume Jurnal Judul : Pengolahan Sampah Berbasis Energi Terbarukan dan Penerapan Sampah Daur Ulang Pada Material Bangunan di TPST