• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN ANDRE MUHAMMAD IMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN ANDRE MUHAMMAD IMAN"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN. TUGAS AKHIR. ANDRE MUHAMMAD IMAN 140407055 Pembimbing Pertama Ir. Netti Herlina, M.T.. Pembimbing Kedua Isra’ Suryati, S.T., M.Si.. PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018. Universitas Sumatera Utara.

(2) Universitas Sumatera Utara.

(3) KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhana Wata’ala karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan tema “Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kecamatan Medan Johor” ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan mengantarkan kepada kebaikan. Tuga akhir ini disusun dengan maksud sebagai kewajiban akhir seorang mahasiswa dalam studinya. Atas terselasaikannya penyusanan tugas akhir ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Orang tua penulis Bapak Ir. Herry Suharto dan Ibu Tita Kartikasari serta keluarga yang senantiasa memberikan do’a, dukungan, motivasi dan kasih sayang yang ikhlas; 2. Ibu Ir. Netti Herlina, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara serta Dosen Pembimbing I; 3. Ibu Isra’ Suryati, S.T, M.Si selaku Koordinator Tugas Akhir serta Dosen Pembimbing II; 4. Ibu Ir. Lies Setyowati, M.T. dan Bapak Muhammad Faisal S.T., M.T. sebagai Dosen Pembanding/Penguji. 5. Bapak dan Ibu pegawai Badan Penelelitian dan Pengembangan Kota Medan, Badan Perencanaan Daerah Kota Medan, Dinas Kebersihan Kota Medan, Kecamatan Medan Johor; 6. Ibu Gesti dan Ibu Pono selaku pegawai Program Studi Teknik Lingkungan; 7. Teman-teman seperjuangan Teknik Lingkungan Stambuk 2014, Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL), Abang dan kakak Stambuk, dan seluruh Adik Stambuk. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuan dan perhatian dari semua pihak mendapat rahmat dari Allah SWT. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pengerjaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memebrikan manfaat bagi penulis dan pembaca Medan, 3 Oktober 2018 Penulis. Universitas Sumatera Utara.

(4) ABSTRAK Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang dihuni oleh 133.577 jiwa. Setiap harinya Kecamatan Medan Johor menghasilkan sampah sebanyak 25.246,053 Kg (25,24 Ton). Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mendorong penanganan sampah sejak dari sumber dengan mengembangkan pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Salah satunya dengan membuat fasilitas pengolahan sampah yaitu Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Perancangan ini bertujuan untuk merancang TPST di Kecamatan Medan Johor. Perancangan yang dilakukan mengacu pada ketentuan yang terkandung di dalam PermenPU No. 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan dan Petunjuk Teknis Tempat Pengolahan Sampah berbasis 3R oleh Dirjen Cipta Karya Tahun 2017. Hasil dari perancangan yang dilakukan ialah TPST Kecamatan Medan Johor melayani 100% wilayah Kecamatan Medan Johor dengan kapasitas pengolahan 248 m3/hari atau 30 Ton/hari. Serta memiliki luas lahan 4500 m2 dengan luas bangunan 2403 m2. Proses pengolahan pada TPST Kecamatan Medan Johor mempunyai 6 rangkaian proses yaitu penerimaan sampah, pemilahan sampah, pendaur ulangan sampah organik, pendaur ulangan sampah anorganik, penyimpanan sementara limbah B3, dan penampungan residu. Penerimaan sampah dapat melaui kendaraan angkut dan bank sampah. Pemilahan sampah dilakukan oleh tenaga pemilah dibantu dengan belt conveyor. Pendaur ulangan sampah organik dilakukan dengan melakukan pengomposan. Pendaur ulangan sampah anorganik dapat dilakukan dengan pencacahan, pencucian, penekanan, penggunaan sebagai kerajinan tangan. Limbah B3 disimpan sementara berdasarkan ketentuan yang berlaku. Residu ditampung untuk dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan TPST ialah Rp. 3.408.623.680,00. Kata kunci: Pengolahan Sampah, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu, TPST. Universitas Sumatera Utara. iii.

(5) ABSTRACT District of Medan Johor is one of the districts in Medan City which is inhabited by 133.577 people. Every day Medan Johor District produces 25.246,053 Kg of waste (25,24 tons). Undang-undang No. 18 of 2008 concerning Waste Management encourages waste handling from the source by developing processing in the form of changing the characteristics, composition, and amount of waste. One of them is by making waste processing facilities, namely Integrated Waste Processing Sites (TPST). This design aims to design TPST in the District of Medan Johor. The design carried out refers to the provisions contained in PermenPU No. 03 of 2013 concerning Implementation of Solid Waste Facilities and Infrastructure and Technical Guidelines for 3R-based Waste Processing Sites by Dirjen Cipta Karya in 2017. The result of the design carried out is TPST Medan Johor District serves 100% of the Medan Johor District area with a processing capacity of 248 m3/day or 30 Ton/day. And has a land area of 4500 m2 with a building area of 2403 m2. The processing at the TPST in Medan Johor District which has 6 processes namely receipt of waste, waste segregation, recycling of organic waste, recycling of inorganic waste, temporary storage of B3 waste, and residue storage. Waste receipts can be carried through transport vehicles and garbage banks. Waste segregation is carried out by sorting personnel assisted with conveyor belts. Organic waste recycling is done by composting. Inorganic waste recycling can be done by enumeration, washing, emphasis, use as handicrafts. B3 waste is stored temporarily based on the applicable provisions. The residue is collected for disposal to the Final Processing Site (TPA). The budget needed for the construction of TPST is Rp. 3.408.623.680,00. Keywords: Integrated Waste Processing Sites, TPST, Waste Processing.. Universitas Sumatera Utara. iv.

(6) DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................................................i ABSTRAK ........................................................................................................................................... iii ABSTRACT ..........................................................................................................................................iv DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... viii DAFTAR TABEL..................................................................................................................................ix DAFTAR PERSAMAAN....................................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................................................xi DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN. I-1. 1.1 Latar Belakang. I-1. 1.2 Rumusan Masalah. I-11. 1.3 Tujuan Perancangan. I-11. 1.4 Ruang Lingkup. I-11. 1.5 Manfaat Perancangan. I-11. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. II-1. 2.1 Pengelolaan Sampah. II-1. 2.2 Timbulan dan Komposisi Sampah. II-4. 2.3 Pengolahan Sampah. II-3. 2.4 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). II-6. 2.4.1 Komponen TPST. II-6. 2.4.2 Pemilahan Sampah pada TPST. II-7. 2.4.3 Pengolahan Sampah Secara Biologi pada TPST. II-9. 2.4.4 Pengolahan Sampah Secara Kimia Termal pada TPST. II-12. 2.4.5 Lokasi TPST. II-12. 2.5 Neraca Massa. II-14. 2.6 Peran Serta Masyarakat. II-15. 2.7 Proyeksi Penduduk. II-15. 2.8 Rencana Anggaran Biaya. II-17. BAB III METODE PERANCANGAN. III-1. 3.1 Lokasi Perancangan. III-1. v Universitas Sumatera Utara.

(7) 3.2 Langkah-Langkah Perancangan. III-3. 3.3 Perizinan. III-5. 3.4 Studi Litelatur. III-5. 3.5 Pengumpulan Data. III-5. 3.5.1 Data Primer. III-5. 3.5.2 Data Sekunder. III-7. 3.6 Perancangan TPST Kecamatan Medan Johor. III-7. 3.6.1 Pemilihan Lokasi. III-7. 3.6.2 Perhitungan Neraca Massa. III-9. 3.6.3 Penentuan Proses Pengolahan Sampah. III-10. 3.6.4 Perhitungan Kebutuhan Ruang. III-12. 3.6.5 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya. III-13. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN RANCANGAN 4.1 Proyeksi Penduduk Kecamatan Medan Johor. IV-1. 4.2 Perhitungan Neraca Massa Sampah Kecamatan Medan Johor. IV-2. 4.3 Analisis Deskriptif Kuesioner. IV-4. 4.4 Penentuan Lokasi TPST Kecamatan Medan Johor. IV-6. 4.5 Penentuan Proses Pengolahan. IV-8. 4.5.1 Penerimaan Sampah. IV-8. 4.5.2 Pemilahan Sampah. IV-8. 4.5.3 Pendaur Ulangan Sampah Organik. IV-10. 4.5.4 Pendaur Ulangan Sampah Anorganik. IV-11. 4.5.5 Pengelolaan Limbah B3. IV-13. 4.5.6 Alur Proses Pengolahan. IV-13. 4.6 Perhitungan Dimensi Pengolahan. IV-20. 4.6.1 Ruang Penerimaan. IV-20. 4.6.2 Ruang Pemilahan. IV-23. 4.6.3 Ruang Daur Ulang Sampah Organik. IV-28. 4.6.4 Ruang Daur Ulang Sampah Anorganik. IV-32. 4.6.5 Pengelolaan Limbah B3. IV-33. 4.6.6 Ruang Pengumpulan Sampah Residu. IV-33. 4.7 Alternatif Pengolahan Sampah di Kecamatan Medan Johor. IV-38. 4.6 Pengolahan Limbah Cair TPST Kecamatan Medan Johor. IV-40. BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA RANCANGAN 5.1 Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP). V-1 vi Universitas Sumatera Utara.

(8) 5.2 Perhitungan Volume Pekerjaan. V-4. 5.3 Rencana Anggaran Biaya. V-6. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. VI-1. 6.2 Saran. VI-1. vii Universitas Sumatera Utara.

(9) DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Skema teknik operasional pengelolaan sampah. II-2. Gambar 2.2. Alur Pemilahan Sampah Secara Mekanis Pada TPST. II-8. Gambar 2.3. Alur Kerja Pengomposan Menggunakan Sistem Aerator Bambu. II-9. Gambar 2.4. Alur Kerja Pengomposan Menggunakan Sistem Bata Berongga. II-10. Gambar 2.5. Alur Kerja Pengomposan Menggunakan Teknik Takakura Susun. II-11. Gambar 2.6. Komposter Drum. II-12. Gambar 2.7. Diagram Neraca Massa. II-15. Gambar 2.8. Struktur Analisis Harga Satuan Pekerjaan. II-19. Gambar 3.1. Peta Lokasi Kecamatan Medan Johor. III-1. Gambar 3.2. Flowchart Perancangan TPST Kecamatan Medan Johor. III-4. Gambar 4.1 Diagaram Hasil Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Kecamatan Medan Johor dalam Mengolah Sampah. IV-4. Gambar 4.2 Diagram Hasil Analisis Ketertarikan Masyarakat Kecamatan Medan Johor terhadap Produk Daur Ulang Sampah. IV-5. Gambar 4.3 Keadaan Rencana Lokasi TPST Kecamatan Medan Johor. IV-6. Gambar 4.4 Peta Rencana Lokasi TPST Kecamatan Medan Johor. IV-7. Gambar 4.5 Jenis-Jenis Plastik. IV-10. Gambar 4.6 Metode Aerator Bambu. IV-11. Gambar 4.7 Produk Kerajinan Tangan dari Sampah. IV-12. Gambar 4.8 Alur Umum Proses Pengolahan pada TPST Kecamatan Medan Johor. IV-15. Gambar 4.9 Denah TPST Kecamatan Medan Johor. IV-16. Gambar 4.10 Alur Denah Proses Pengolahan TPST Kecamatan Medan Johor. IV-17. Gambar 4.11 Tampak Depan dan Belakan TPST Kecamatan Medan Johor. IV-18. Gambar 4.12 Tampak Samping Kiri dan Kanan TPST Kecamatan Medan Johor. IV-19. Gambar 4.13 Denah Ruang Penerimaan TPST Kecamatan Medan Johor. IV-22. Gambar 4.14 TSPT Supiturang Kota Malang. IV-23. Gambar 4.15 Denah Ruang Pemilahan dan Penyimpanan Sampah yang telah Terpilah TPST Kecamatan Medan Johor. IV-27. Gambar 4.16 Denah Ruang Pengomposan TPST Kecamatan Medan Johor. IV-31. Gambar 4.17 Denah Ruang Ulang Sampah Anorganik TPST Kecamatan Medan Johor. IV-35. Gambar 4.18 Denah Ruang Penyimpanan Limbah B3 TPST Kecamatan Medan Johor. IV-36. Gambar 4.19 Denah Ruang Pengumpulan Residu TPST Kecamatan Medan Johor. IV-37. Gambar 4.20 Keranjang Takakura. IV-38. Gambar 4.21. Rekomendasi Pengolahan Air Limbah pada TPST Kecamatan Medan Johor. IV-40. viii Universitas Sumatera Utara.

(10) DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Penelitian dan Perancangan Serupa yang Pernah Dilakukan. I-3. Tabel 2.1 Pedoman Interpretasi koefisien kolerasi. II-17. Tabel 3.1 Komposisi Sampah Kecamatan Medan Johor. III-2. Tabel 3.2 Karakteristik Fisika Sampah Kecamatan Medan Johor. III-2. Tabel 3.3 Klasifikasi Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk. III-6. Tabel 3.4 Sebaran Responden Kuesioner. III-6. Tabel 3.5 Data Sekunder yang Dibutuhkan dalam Perancangan. III-7. Tabel 3.6 Bobot Variabel Pemilihan Lokasi TPST. III-7. Tabel 3.7 Indikator Pemilihan Lokasi TPST. III-7. Tabel 4.1 Proyeksi Penduduk Kecamatan Medan Johor. IV-1. Tabel 4.2 Hasil Korelasi Beberapa Metode Proyeksi. IV-1. Tabel 4.3 Rincian Sampah yang Diolah Pada TPST Kecamatan Medan Johor. IV-3. Tabel 4.4 Jenis-Jenis Plastik. IV-9. Tabel 5.1 Lingkup Pekerjaan yang Dilakukan dalam Perancangan TPST Kecamatan Medan Johor V-1 Tabel 5.2 Contoh Analisis Harga Satuan Pekerjaan TPST Kecamatan Medan Johor. V-2. Tabel 5.3 Hasil Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) TPST Kecamatan Medan Johor. V-3. Tabel 5.4 Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan TPST Kecamatan Medan Johor. V-4. Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Volume Pekerjaan TPST Kecamatan Medan Johor. V-5. Tabel 5.6 Rencana Anggaran Biaya Rancangan TPST Kecamatan Medan Johor. V-7. Tabel 5.7 Perbandingan Biaya Investasi Berbagai Proses Pengolahan Sampah. V-9. ix Universitas Sumatera Utara.

(11) DAFTAR PERSAMAAN Persamaan 2.1. Persamaan Umum Neraca Massa. II-14. Persamaan 2.2. Persamaan Umum Neraca Massa Tanpa Akumulasi. II-14. Persamaan 2.3. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Aritmatik. II-16. Persamaan 2.4. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Aritmatik. II-16. Persamaan 2.5. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Geometrik. II-16. Persamaan 2.6. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square. II-16. Persamaan 2.7. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square. II-16. Persamaan 2.8. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square. II-17. Persamaan 2.9. Persamaan Perhitungan Koefisien Kolerasi. II-17. Persamaan 2.10. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya. II-17. Persamaan 3.1. Perhitungan Jumlah Responden (Jiwa). III-6. Persamaan 3.2. Perhitungan Jumlah Responden (KK). III-6. Persamaan 3.3. Persamaan Perhitungan Nilai Variabel Lokasi TPST. III-9. Persamaan 3.4. Persamaan Perhitungan Nilai Total Lokasi TPST. III-9. Persamaan 3.5. Persamaan Neraca Massa Untuk Sebuah TPST. III-10. Persamaan 3.6. Volume sampah yang akan diolah di TPST. III-10. Persamaan 3.7. Jumlah Unit Pengolahan yang Dibutuhkan untuk Sebuah Proses Pengolahan. III-12. Persamaan 3.8. Penentuan total kebutuhan ruang untuk proses pengolahan. III-12. x Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner yang Digunakan dan Hasil Rekapitulasi Kuesioner. LI-1. Lampiran 2 Perhitungan Proyeksi Penduduk Kecamatan Medan Johor Menggunakan Beberapa Metode Proyeksi Beserta Perhitungan Koefisien Koorelasi. LII-1. Lampiran 3 Perhitungan Variabel Pemilahan Lokasi TPST Kecamatan Medan Johor. LIII-1. Lampiran 4 Detail Rinci Ruang Pemilahan dan Peyimpanan Sampah yang Telah Terpilah. LIV-1. Lampiran 5 Analisis Harga Satuan Pekerjaan TPST Kecamatan Medan Johor Lampiran 6 Perhitungan Volume Pekerjaan TPST Kecamatan Medan Johor. LV-1 LVI-1. xi Universitas Sumatera Utara.

(13) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan penduduk dan perubahan pola konsumsi di masyarakat membawa dampak besar terhadap peningkatan volume timbulan sampah. Volume timbulan sampah terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perubahan kualitas dan dinamika kegiatan masyarakat. Timbulan sampah yang semakin besar akan mengurangi ruang dan menganggu aktivitas manusia sehingga menurunkan kualitas hidup manusia karena permasalahan timbulan sampah (Aripin, 2017). Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan sampah diantaranya ialah masalah estetika karena adanya sampah yang berserakan, sumber penyakit karena merupakan sarangnya vektor penyakit, pencemaran lingkungan akibat dari terbentuknya air lindi dan gas pencemar, bencana salah satunya banjir akibat terhambatnya saluran air. Permasalahan tersebut terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi sampah dengan kemampuan dalam pengelolaanya. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengelolaan sampah yang baik dan tepat agar masalah sampah dapat terselesaikan (Damanhuri, 2008). Andalan utama sebuah kota di Indonesia dalam menyelesaikan masalah sampahnya adalah dengan menerapkan paradigma ‘kumpul-angkut-buang’. Sampah dikumpulkan dan diangkut oleh petugas untuk akhirnya dilakukan landfilling pada sebuah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Hal ini membuat TPA menjadi kebutuhan dasar dalam pengelolaan sampah sebuah kota, sehingga keberadaanya sangat diperlukan (Artiani, 2015). Semakin berkembangnya suatu daerah membuat kebutuhan lahan sebagai penunjang aktivitas manusia semakin tinggi. Hal tersebut berakibat sulitnya mendapatkan lahan TPA terutama di daerah perkotaan karena terbatasnya lahan yang tersedia diperlukan (Artiani, 2015). Selain permasalahan tersebut, pengelola kota cenderung kurang memberi perhatian serius terhadap TPA sehingga muncul berbagai permasalahan TPA seperti kebakaran di lokasi TPA, pencemaran air dan udara, longsor dan lain-lain. Bencana longsornya TPA Leuwigajah pada tanggal 21 Februari 2005 patut dijadikan sebagai petaka persampahan nasional, karena mengakibatkan lebih dari 140 orang meninggal dunia tertimbun oleh longsoran sampah (Sahwan, 2010).. Universitas Sumatera Utara.

(14) Saat ini dengan disahkannya Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di TPA sudah tidak diperkenankan lagi. Sampah terlebih dahulu harus diproses sebelum dikembalikan ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Undang-Undang tersebut mendorong penanganan sampah sejak dari sumber dengan mengembangkan pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Salah satunya dengan membuat fasilitas pengolahan sampah yaitu Tempat Pengolahan Sampah Terpadu. Menurut PermenPU No. 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Konsep utama pengolahan sampah pada TPST adalah untuk mengurangi kuantitas dan/atau memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah secara lebih lanjut di TPA. TPST diharapkan berperan dalam menjamin kebutuhan lahan yang semakin kritis untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan. Dengan demikian peran dan fungsi TPST sangat penting dalam upaya pengelolaan sampah terkini. Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 16,96 km2. Kecamatan Medan Johor mempunyai enam kelurahan di dalamnya antara lain yaitu: Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan Gedung Johor, Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning, Kelurahan Pangkalan Masyhur. Kecamatan Medan Johor dihuni oleh 133577 jiwa terdiri dari 65.968 jiwa laki-laki serta 67.609 jiwa perempuan (BPS, 2017). Menurut Lubis (2018) rata-rata timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan pada Kecamatan Medan Johor yaitu 0,189 Kg/orang/hari atau 1,563 l/orang/hari dengan komposisi sampah yaitu organik 71%, plastik 14%, kertas 7%, lain-lain 8%. Dengan angka tersebut maka setiap harinya Kecamatan Medan Johor menghasilkan sampah sebanyak 25.246,053 Kg (25,24 Ton). Oleh karena itu diperlukan sebuah bentuk pengolahan sampah yang sesuai untuk Kecamatan Medan Johor berdasarkan komposisi dan karakteristik sampahnya. Menimbang keseluruhan hal diatas, penulis tertarik untuk merancang sebuah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kecamatan Medan Johor. Penelitian dan perancangan serupa yang pernah dilakukan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.. I-2 Universitas Sumatera Utara.

(15) Tabel 1.1 Penelitian dan Perancangan Serupa yang Pernah Dilakukan No.. 1. Nama Peneliti. Devi Hernawati. Tahun. 2013. Judul Peneltian. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle) (Studi Pada Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di Desa Mulyoagung Kecamatan Dau Kabupaten Malang). Tujuan. Mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pembangunan TPST dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang ada di Desa Mulyoagung.. Metode. Hasil. Metode Kualitatif: kondisi obyek alamiah, instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif. 1. Partisipasi masyarakat Desa Mulyoagung sangat besar dalam perencanaan pembangunan TPST, pelaksanaan pembangunan TPST dan memelihara dan memanfaatkan hasil pembangunan TPST. 2. Partsipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis 3R, dalam skala indivu kurang. Masyarakat mewadahi sampahnya tanpa ada pemilahan. Dalam skala kelompok, partisipasi masyarakat sangat baik. Masyarakat yang peduli lingkungan tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat tanpa mendapatkan imbalan atau gaji. 3. Pemerintah harus selalu melibatkan masyarakat dalam pembangungan desa sehingga pembangunan akan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan masyarakat.. I-3 Universitas Sumatera Utara.

(16) No.. 2. 3. Nama Peneliti. Gita Puspita Artiani. Rifcha Rahmi. Tahun. 2015. 2015. Judul Peneltian. Konservasi Lingkungan Melalui Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Berbasis Komunitas. Hubungan Partisipasi Masyarakat dengan Keberfungsian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Saeman Padangsari, Kota Semarang. Tujuan. Metode. Merencanakan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) untuk mereduksi sampah dengan fasilitas pembuatan kompos dan pengemasan barang lapak yang masih dapat didaur ulang serta instalasi mini pembangkit tenaga listrik tenaga biomassa dilingkungan STT-PLN Jakarta sebagai salah satu cara konservasi lingkungan.. 1. Timbulan dan komposisi sampah diukur dengan teknik pengambilan sampel (SNI 19-3964-1994) 2. Rancangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dibuat berdasarkan hasil analisis timbulan dan komposisi sampah, luas lahan, dan topografi lokasi TPST .. Menganalisa aspek partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang berujung pada keberfungsian TPST di TPST Saeman, Padangsari, Kota Semarang.. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik observasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan crossectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).. Hasil 1. Timbulan sampah total yang dihasilkan STT-PLN dan lingkungan sekitarnya yaitu sebesar 53 m3/hari. 2. Komposisi sampah organik sebesar 41,5 m3/hari dan sampah anorganik sebesar 11,5 m3/hari. 3. Dilakukan perancangan bangunan untuk bangunan komposter sesuai dengan jumlah sampah organik yang dihasilkan STT-PLN Jakarta dan lingkungan sekitarnya. 4. Anggaran biaya yang dibutuhkan dalam pembangunannya adalah sebesar Rp. 165.013.836 1. Ada hubungan partisipasi masyarakat dalam pemilahan dari sumber, dalam pengolahan sampah menggunakan konsep 3R, dalam membayar iuran, dan dalam peranan aktif sosialisasi pengelolaan sampah lingkungan dengan keberfungsian TPST Saeman, Padangsari, Semarang. 2. Tidak ada hubungan partisipasi masyarakat dalam mematuhi aturan pembuangan sampah yang. I-4 Universitas Sumatera Utara.

(17) No.. Nama Peneliti. Tahun. Judul Peneltian. 4. Annisa Dwi Apsari. 2016. Perubahan Sosial Masyarakat Desa Mulyoagung Akibat Pembangungan Berwawasan Lingkungan Melalui Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). 5. Suning. 2016. Kebijakan Keberlanjutan Pengolahan Persampahan. Tujuan. Metode. Menganalisis perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sekitar TPST Desa Mulyoagung akibat pembangunan berwawasan lingkungan melalui TPST. 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik wawancara yang dilakukan berupa Focus Group Discussion (FGD). Observasi yang dilakukan adalah meliputi pengamatan mengenai kegiatan di TPST, interaksi yang terjadi antara TPST dengan warga Desa Mulyoagung serta perubahan sosial yang diakibatkan oleh TPST terhadap warga Desa Mulyoagung. 2. Analisis data, meliputi reduksi data, pemaparan data sampai pada penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian. Membangun sinergisitas dan memperkuat peran bersama. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap pendekatan. Tahap I. Hasil telah ditetapkan, dan dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan keberfungsian TPST Saeman, Padangsari, Semarang. 1. Pengolahan sampah di TPST memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi yaitu dalam hasil pengolahan sampah organik, serta masyarakat sekitar TPST yang sebelumnya tidak bekerja, kini beralih menjadi pekerja di TPST tersebut dengan gaji yang stabil dan mampu mencukupi kebutuhannya. 2. Adanya keterlibatan masyarakat dalam pengolahan sampah merupakan wujud upaya pemberdayaan masyarakat lewat potensi kemampuan yang mereka miliki. 3. TPST menimbulkan dampak negatif berupa konflik antara pihak TPST dengan warga sekitar karena udara tercemar oleh bau sampah yang tidak sedap dan banyaknya lalat yang bersumber dari tempat pengolahan sampah 1. Kebijakan pengolahan persampahan di Kabupaten. I-5 Universitas Sumatera Utara.

(18) No.. Nama Peneliti. Tahun. Judul Peneltian. Tujuan. Metode. Hasil. Sidoarjo Berbasis TPST. antara pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan Desa/Kelurahan, sehingga terjadi efektifitas penanganan persampahan secara tuntas dan menyeluruh. menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi eksisting pola pengelolaan persampahan di Kabupaten Sidoarjo secara umum. Tahap II menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode FGD bertujuan untuk mendapatkan suatu model skenario kebijakan yang dapat dikembangkan dalam rangka menuju pengelolaan persampahan berkelanjutan di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mengoptimalkan TPST.. Sidoarjo akan lebih efektif dan berkelanjutan dengan menerapkan kegiatan pengolahan sampah berbasis TPST. 2. TPST yang sudah terbangun belum difungsikan secara optimal, prasarana & sarana masih belum lengkap, bangunan TPST belum memenuhi standart SNI, belum bersinergi antar dinas, swasta dan masyarakat sehingga kegiatan TPST di masing-masing desa belum menunjukkan keberlanjutannya 3. Masyarakat menganggap seluruh proses pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab dan pekerjaan DKP, sehingga tingkat partisipasi masyarakat untuk pemilahan sampah dari sumbernya masih rendah dan tergantung pada pemerintah.. I-6 Universitas Sumatera Utara.

(19) No.. 6. Nama Peneliti. Dian Kasih. Tahun. 2017. Judul Peneltian. Studi Perancangan dan Pemanfaatan TPS 3R untuk Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus: Kecamatan Medan Denai). Tujuan. Merencanakan Tipikal TPS 3R untuk kawasan pemukiman di Kecamatan Medan Denai. Metode. 1. Timbulan dan komposisi sampah diukur berdasarakan pengamatan langsung / observasi dengan teknik pengambilan sampel (SNI 193964-1994) 2. Rancangan Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R) dibuat berdasarkan hasil analisis timbulan dan komposisi sampah.. Hasil 1. Proyeksi Timbulan sampah Kecamatan Medan Denai pada tahun 2026 adalah sebanyak 41.593,7 kg/hari. 2. Komposisi sampah rumah tangga di Kecamatan Denai terdiri dari sisa makanan 65,38%, plastik 12,78%, Kertas 9,73%, kain/tekstil 3,67%, logam 2,76%, kaca/gelas 2,07%, karet dan kulit 0,81%, styrofoam 0,80%. 3. Kebutuhan lahan tipikal TPS3R yang direncanakan adalah seluas 1.488,24 m2, dengan ukuran 46,80 m x 31,80 m. 4. Biaya yang dibutuhkan untuk membangun TPS 3R ialah sebesar Rp. 598.960.540 dan biaya operasional setiap bulannya diperkirakan sebesar Rp. 104.000.000. I-7 Universitas Sumatera Utara.

(20) No.. 7. Nama Peneliti. Muh. MasykurAns ar. Tahun. 2017. Judul Peneltian. Desain Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Terintegrasi Bank Sampah Pada Kelurahan Kassi-Kassi, Kecamatan Rappoicini, Kota Makassar. Tujuan. Mencari timbulan dan komposisi sampah rumah tangga pada Kelurahan Kassi-Kassi sebagai dasar usulan desain Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) terintegrasi Bank Sampah pada kawasan tersebut.. Metode. Hasil. 1. Timbulan dan komposisi sampah diukur berdasarakan pengamatan langsung / observasi dengan teknik pengambilan sampel (SNI 19-3964-1994) 2. Rancangan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) dibuat berdasarkan hasil analisis timbulan dan komposisi sampah.. 1. Jumlah timbulan sampah saat ini mencapai 0,38 kg/orang/hari. 2. Komposisi sampah rumah tangga di Kelurahan KassiKassi terdiri dari 75,26% organik yang berasal dari sisa makanan dan sampah kebun, 9,66% plastik, 7,62% kertas, 1,48% tekstil, 1,02% adsorbent (pamper dan pembalut), 0,09% logam, 0,34% kaca, 0,81% kayu, 0,29% limbah B3, 0,38% karet, 0,03% limbah elektronik, 0,46% styrofoam, dan 2,56% lainnya. 3. Tempat Pengolahan Sampah 3R terintegrasi bank sampah didesain dengan kapasitas 6,927 ton/hari atau 65,62 m3/hari. 4. Total luas minimum desain unit pengolahan sampah mencapai 296 m2 yang terdiri dari area bank sampah, area pencacahan, area pengomposan, area pengayakan, area penyimpanan, kantor, gudang, kamar mandi, balai serbaguna dan lahan berkebun.. I-8 Universitas Sumatera Utara.

(21) No.. 8. Nama Peneliti. Samsul Aripin. Tahun. 2017. Judul Peneltian. Perancangan Detail Peningkatan Kinerja TPST 3R Bojongbata Kecamatan Pemalang dengan Material Recovery Facility (MRF). Tujuan. Melakukan perancangan ulang TPST 3R Bojongbata menjadi Material Recovery Facility (MRF) untuk meningkatkan kinerja TPST. Metode. Hasil. 1. Data pola operasi pembuangan, kondisi operasional sarana dan prasarana, kegiatan pemulungan dikumpulkan dengan metode observasi dan interview. 2. Perencanaan yang dilakukan meliputi perencanaan luas lahan, peralatan yang digunakan, sarana dan prasarana, dan jumlah kebutuhan tenaga kerja.. 1. Peningkatan dalam pengolahan sampahnya sebesar 1.317% dari 40 m3/hari menjadi 527,064 m3/hari dan wilayah pelayanan sebesar 2.000% dari sebelumnya hanya satu desa menjadi 20 desa. 2. Volume sampah pada tahun perencanaan (2025) adalah 658,82 m3/hari 3. Perencanaan Plant MRF meliputi perencanaan ruang penerimaan, ruang pemilihan, ruang pengomposan, ruang pengemasan dan pengayakan, serta gudang dengan luas lahan seluruhnya adalah 2.269 m2. 4. Total biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan adalah Plant MRF Bojongbata Rp 1.878.603.740,00.. I-9 Universitas Sumatera Utara.

(22) No.. 9. Nama Peneliti. Elina Wirda Ningsih Lubis. Tahun. 2018. Judul Peneltian. Tujuan. Analisis Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah Rumah Tangga di Kota Medan Wilayah I (Studi Kasus: Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Tembung). 1. Menghitung rata-rata timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan di Kecamatan Medan tembung dan Kecamatan Medan Johor. 2. Menghitung komposisi sampah rumah tangga yang dihasilkan di Kecamatan Medan tembung dan Kecamatan Medan Johor. 3. Menganalisis karakteristik fisika sampah rumah tangga yang dihasilkan di Kecamatan Medan tembung dan Kecamatan Medan Johor.. Metode. Timbulan dan komposisi sampah diukur berdasarakan pengamatan langsung / observasi dengan teknik pengambilan sampel (SNI 19-3964-1994). Hasil 1. Rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan adalah:Kecamatan Medan Tembung 0,155 Kg/orang/hari Kecamatan Medan Johor 0,189 Kg/orang/hari 2. Komposisi Sampah yang dihasilkan adalah: Kecamatan Medan Tembung: organik 47%, plastik 24%, kertas 16%, kain 2%, logam 1%, dan lain-lain 10%. Kecamatan Medan Johor: Organik 71%, Plastik 14%, Kertas 7% dan lain-lain 8%.. I-10 Universitas Sumatera Utara.

(23) 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari tugas akhir berupa perancangan ini adalah: 1. Bagaimana kondisi pengelolaan sampah di Kecamatan Medan Johor? 2. Bagaimana rancangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kecamatan Medan Johor? 1.3 Tujuan Perancangan Adapun tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kecamatan Medan Johor. 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup yang menjadi batasan dari perancangan ini ialah sebagai berikut: 1. Perancangan dilakukan di Kecamatan Medan Johor Kota Medan. 2. Rancangan TPST yang meliputi penentuan lokasi, perhitungan neraca massa sampah masuk dan sampah keluar, penentuan peralatan pengolahan, perhitungan dimensi utama satuan proses dan satuan operasi, penentuan kebutuhan ruang. 3. Perancangan mencakup gambar desain dan rencana anggaran biaya (RAB). 1.5 Manfaat Perancangan Perancangan ini diharapkan dapat mencapai manfaat berupa: 1. Dapat dipakai oleh instansi terkait sebagai pertimbangan dalam merancang Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) pada Kecamatan Medan Johor. 2. Menjadi acuan untuk perancangan TPST selanjutnya.. I-11 Universitas Sumatera Utara.

(24) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah Permasalahan sampah menjadi salah satu masalah lingkungan yang perlu segera dikelola. Hal ini disebabkan karena gaya hidup manusia yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Industri, masyarakat, dan pemerintah mencari sarana terbaik untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan membuang jumlah sampah yang terus bertambah (Tchobanoglous, 2002). Saat ini, pengelolaan sampah tidak hanya sekedar membuang sampah pada tempatnya tetapi bagaimana mengurangi timbulan sampah yang dihasilkan sehingga mereduksi jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA). Pengelolaan sampah pada masyarakat modern membutuhkan keterlibatan beragam teknologi dan disiplin ilmu terkait dengan bagaimana mengontrol timbulan (generation), pengumpulan (collection), pemindahan (transfer), pengangkutan (transportation), pemerosesan (processing), pembuangan akhir (final disposal) sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut. Pendekatannya tidak lagi sesederhana menghadapi masyarakat non-industri, seperti di pedesaan. Seluruh proses tersebut hendaknya diselesaikan dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan hidup, namun secara estetika dan juga secara ekonomi dapat diterima. Skema teknik operasional pengelolaan sampah dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Damanhuri, 2008). Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 2 (dua) kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu: a. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan terjadinya sampah, guna-ulang dan daur-ulang. b. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari: 1. Pemilahan: dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. 2. Pengumpulan: dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. 3. Pengangkutan: dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. 4. Pengolahan: dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.. Universitas Sumatera Utara.

(25) 5. Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Timbulan Sampah. Penanganan Sampah: Pemisahan-PewadahanProses di sumber. Pengumpulan. Pemisahan– Pemrosesan – dan Transformasi Sampah. Pemindahan dan Pengangkutan. Pemrosesan Akhir (Disposal). Gambar 2.1 Skema Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Sumber: Damanhuri, 2008. Keberhasilan pengelolaan, bukan hanya tergantung aspek teknis semata, tetapi mencakup juga aspek non teknis, seperti bagaimana mengatur sistem agar dapat berfungsi, bagaimana lembaga atau organisasi yang sebaiknya mengelola, bagaimana membiayai sistem tersebut dan yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana melibatkan masyarakat penghasil sampah dalam aktivitas penanganan sampah. Untuk menjalankan sistem tersebut, harus melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti perencanaan kota, geografi, ekonomi, kesehatan masyarakat, sosiologi, demografi, komunikasi, konservasi, dan ilmu bahan. Sebelum UU18/2008 dikeluarkan, kebijakan pengelolaan sampah perkotaan (yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum) di Indonesia memposisikan bahwa pengelolaan sampah perkotaan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari 5 komponen sub sistem, yaitu: 1. Peraturan / hukum 2. Kelembagaan dan organisasi 3. Teknik operasional 4. Pembiayaan 5. Peran serta masyarakat II-2. Universitas Sumatera Utara.

(26) Namun bila diperhatikan, konsep ini sebetulnya berlaku tidak hanya untuk pendekatan pemecahan masalah persampahan, tetapi untuk sektor lain yang umumnya terkait dengan pelayanan masyarakat. Oleh karenanya kelima komponen tsb lebih tepat disebut sebagai aspekaspek penting yang mempengaruhi manajemen persampahan (Damanhuri, 2008). 2.2 Timbulan dan Komposisi Sampah Menurut Damanhuri (2008), Timbulan sampah adalah banyaknya sampah dalam satuan berat atau satuan volume. Kota-kota di Indonesia umumnya menggunakan satuan volume. Sedangkan komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Perancangan sistem pengelolaan sampah suatu daerah memerlukan data-data dasar seperti timbulan sampah, komposisi sampah dan karakteristik sampah. Data tersebut sangat diperlukan dalam menyeleksi jenis atau tipe peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, desain sistem pengolahan persampahan, fasilitas pengolahan sampah (TPST), dan desain TPA. Penentuan timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam volume dan berat (Ruslinda, 2012). Banyaknya timbulan sampah di dalam suatu kota dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Damanhuri, 2008): a. Reduksi di sumber sampah, sangat mempengaruhi jumlah timbulan sampah di suatu kota. Adanya peningkatan reduksi timbulan sampah pada sumber sampah akan menurunkan laju timbulan sampah secara signifikan. Beberapa aktivitas yang ternasuk dalam reduksi sampah seperti: 1. mengurangi bungkus/packaging - produk lebih tahan lama (dapat digunakan lagi) 2. mengganti bahan sekali pakai (popok, tempat makanan, piring dll.) 3. sesedikit mungkin menggunakan bahan-bahan/sumber daya alam 4. tingkatkan bahan yang dapat direcycle atau reused b. Recycling, bagian dari upaya mereduksi jumlah sampah. Merupakan metoda yang dapat merubah sampah mempunyai nilai ekonomis. c. Kebiasaan masyarakat mempengaruhi penanganan sampah mulai dari sumber sampah. Jika masyarakat mempunyai kebiasaan mengelola sampah dengan baik maka laju timbulan sampah di suatu kota dapat ditekan atau diturunkan. d. Peraturan, terkait dengan kebijakan pemerintah misalkan peraturan untuk mengurangi penggunaan kemasan yang tidak ramah lingkungan. e. Kondisi fisik dan geografi (musim, iklim, dataran tinggi). II-3. Universitas Sumatera Utara.

(27) 2.3 Pengolahan Sampah Menurut UU No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, Pengolahan sampah didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk sampah dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan energi). Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa: pengomposan, recycling/daur ulang, pembakaran (insinerasi), dan lain-lain. Menurut Nawasis (2012) pengolahan secara umum merupakan proses transformasi sampah baik secara fisik, kimia maupun biologi. Masing-masing definisi dari proses transformasi tersebut adalah: 1. Transformasi fisik. Perubahan sampah secara fisik melalui beberapa cara yaitu (Nawasis, 2012): a. Pemisahan komponen sampah: Dilakukan secara manual atau mekanis, sampah yang bersifat heterogen dipisahkan menjadi komponen-komponennya, sehingga bersifat lebih homogen. Langkah ini dilakukan untuk keperluan daur ulang. Demikian pula sampah yang bersifat berbahaya dan beracun (misalnya sampah laboratorium berupa sisa-sisa zat kimia) sedapat mungkin dipisahkan dari jenis sampah lainnya, untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan khusus. b. Mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau kompaksi (Nawasis, 2012): Dilakukan dengan tekanan/kompaksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menekan kebutuhan ruang sehingga mempermudah penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan. Reduksi volume juga bermanfaat untuk mengurangi biaya pengangkutan dan pembuangan. Jenis sampah yang membutuhkan reduksi volume antara lain: kertas, karton, plastik, kaleng. c. Mereduksi ukuran dari sampah dengan proses pencacahan. Tujuan hampir sama dengan proses kompaksi dan juga bertujuan memperluas permukaan kontak dari komponen sampah. 2. Transformasi Kimia. Perubahan bentuk sampah secara kimiawi dengan menggunakan prinsip proses pembakaran atau insenerasi. Proses pembakaran sampah dapat didefinisikan sebagai pengubahan bentuk sampah padat menjadi fasa gas, cair, dan produk padat yang terkonversi, dengan pelepasan energi panas. Proses pembakaran sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan komposisi sampah yaitu (Nawasis, 2012):. II-4. Universitas Sumatera Utara.

(28) a. Nilai kalor dari sampah, dimana semakin tinggi nilai kalor sampah maka akan semakin mudah proses pembakaran berlangsung. Persyaratan nilai kalor adalah 4500 kJ/kg sampah agar dapat terbakar. b. Kadar air sampah, semakin kecil dari kadar air maka proses pembakaran akan berlangsung lebih mudah. c. Ukuran partikel, semakin luas permukaan kontak dari partikel sampah maka semakin mudah sampah terbakar. Jenis pembakaran dapat dibedakan atas (Nawasis, 2012): a. Pembakaran stoikhiometrik, yaitu pembakaran yang dilakukan dengan suplai udara/oksigen yang sesuai dengan kebutuhan untuk pembakaran sempurna. b. Pembakaran dengan udara berlebih, yaitu pembakaran yang dilakukan dengan suplai udara yang melebihi kebutuhan untuk berlangsungnya pembakaran sempurna. c. Gasifikasi, yaitu proses pembakaran parsial pada kondisi substoikhiometrik, di mana produknya adalah gas-gas CO, H2, dan hidrokarbon. d. Pirolisis, yaitu proses pembakaran tanpa suplai udara. 3. Transformasi Biologi Perubahan bentuk sampah dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk mendekomposisi sampah menjadi bahan stabil yaitu kompos. Teknik biotransformasi yang umum dikenal adalah: a. Komposting secara aerobik (produk berupa kompos). b. Penguraian secara anaerobik (produk berupa gas metana, CO2 dan gas-gas lain, humus atau lumpur). Humus/lumpur/kompos yang dihasilkan sebaiknya distabilisasi terlebih dahulu secara aerobik sebelum digunakan sebagai kondisioner tanah. Berdasarkan metoda pengolahan dan tanggung jawab pengelolaan maka skala pengolahan dapat dibedakan atas beberapa skala yaitu (Nawasis, 2012): 1. Skala individu; yaitu pengolahan yang dilakukan oleh penghasil sampah secara langsung di sumbernya (rumah tangga/kantor). Contoh pengolahan pada skala individu ini adalah pemilahan sampah atau komposting skala individu. 2. Skala kawasan; yaitu pengolahan yang dilakukan untuk melayani suatu lingkungan/ kawasan (perumahan, perkantoran, pasar, dll). Lokasi pengolahan skala kawasan dilakukan di TPST. Proses yang dilakukan pada TPST umumnya berupa : pemilahan, pencacahan sampah. II-5. Universitas Sumatera Utara.

(29) organik, pengomposan, penyaringan kompos, pengepakan kompos, dan pencacahan plastik untuk daur ulang. 2.4. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Menurut PermenPU No 03 Tahun 2013 Tentang Penyelengaraan Sarana dan Prasarana Persampahan, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) didefinisikan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pemisahan dan pengelohan sampah secara terpusat. Kegiatan pokok di TPST adalah: 1. Pengolahan lebih lanjut sampah yang telah dipilah di sumbernya 2. Pemisahan dan pengolahan langsung komponen sampah kota 3. Peningkatan mutu profuk recovery/recycling Sehingga. fungsi. TPST. adalah. sebagai. tempat. berlangsungnya. pemisahan,. pencucian/pembersihan, pengemasan, dan pengiriman produk daur ulang sampah. Hal tersebut menjadikan peran TPST sangat penting dalam pengelolaan persampahan. Jika peran dan fungsi TPST bisa berjalan optimal, maka beban TPA selama ini yang hampir menjadi satu-satunya tempat penanganan sampah bisa menjadi lebih ringan, karena adanya timbulan sampah yang diolah di TPST (Sahwan, 2010). 2.4.1 Komponen TPST TPST sebagai tempat daur ulang sampah, memerlukan fasilitas berdasarkan komponen sampah yang masuk dan yang akan dikelola. Secara umum dibedakan atas (PermenPU03/2013): 1. Fasilitas pre-processing, merupakan tahap awal pemisahan sampah, mengetahui jenis sampah yang masuk, meliputi proses-proses sebagai berikut: a. Penimbangan, mengetahui jumlah sampah yang masuk. b. Penerimaan dan penyimpanan, menentukan area untuk mengantisipasi jika sampah yang terolah tidak secepat sampah yang datang ke lokasi. 2. Fasilitas pemilahan, bisa secara manual maupun mekanis. Secara manual akan membutuhkan area dan tenaga kerja untuk melakukan pemilahan dengan cepat, sedangkan secara mekanis akan mempermudah proses pemilahan dan menghemat waktu. 3. Fasilitas pengolahan sampah secara fisik, setelah dipilah sampah akan ditangani menurut jenis dan ukuran material tersebut. Peralatan yang digunakan antara lain : hammer mill dan shear shredder. 4. Fasilitas pengolahan yang lain seperti komposting, ataupun Refuse Derived Fuel (RDF).. II-6. Universitas Sumatera Utara.

(30) 2.4.2 Pemilahan Sampah pada TPST Menurut Artiani (2015) pemilahan berguna untuk mendapatkan sebanyak mungkin sampah yang bisa dimanfaatkan untuk proses lebih lanjut. Terdapat beberapa metode pemilahan yaitu: 1. Secara manual; dimana sampah dibongkar dan dipilah sepenuhnya dengan tenaga manusia. 2. Secara semi mekanis yaitu dengan bantuan ban berjalan yang dibantu oleh petugas pemilah; 3. Secara mekanis, sampah berjalan diatas conveyor selanjutnya akan mengalami beberapa tahapan proses yaitu: a. Pemisahan logam besi dengan menggunakan magnet b. Pemisahan sampah ringan dengan air separator c. Pemisahan organik dengan saringan putar (rotary screen) atau saringan getar. Alur pemilahan sampah secara mekanis dapat dilihat pada Gambar 2.2.. II-7. Universitas Sumatera Utara.

(31) Gambar 2.2 Alur Pemilahan Sampah Secara Mekanis Pada TPST Sumber: https://www.advanceddisposal.com/for-mother-earth/education-zone/ mrf-diagram.aspx (diakses: 1 Agustus 2018). II-8. Universitas Sumatera Utara.

(32) 2.4.3 Pengolahan Sampah Secara Biologi pada TPST Secara sederhana, pengertian pengomposan adalah proses penguraian materi organik yang kompleks oleh mikroorganisme (secara biologis) menjadi materi organik yang sederhana dan relatif stabil menyerupai humus, yang dikenal dengan kompos, dalam kondisi aerobik yang terkendali.Prosesnya dikendalikan dengan menjaga keseimbangan C/N ratio, kadar air, suhu, pH, konsentrasi oksigen dan lain-lain (Sahwan, 2010). Sahwan (2010) mengatakan teknologi pengomposan sudah berkembang, mulai dari sistem terbuka hingga sistem tertutup dengan menggunakan injeksi udara. Reaktor yang digunakan untuk sistem tertutup juga beragam, seperti reaktor dengan aliran vertikal, miring dan horizontal. Namun demikian, prinsip dasarnya adalah sama. Berdasarkan Petunjuk Teknis TPS 3R oleh Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Tahun 2017 terdapat beberapa teknologi pengomposan yang umum diterapkan antara lain: 1. Sistem Aerator Bambu Sistem aerator bambu dibuat dengan menimbun sampah organik di atas sebuah konstruksi segitiga bambu yang dipasangi bilah memanjang pada dua sisi segitiga itu, sehingga udara mengalir diantara rongga. Dengan demikian kebutuhan oksigen untuk komposting. Alur kerja pengomposan menggunakan sistem aerator bambu dapat disajikan pada Gambar 2.3.. Gambar 2.3 Alur Kerja Pengomposan Menggunakan Sistem Aerator Bambu Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2017. 2. Sistem Bata Berongga Teknik komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik di dalam struktur boks bata berongga. Bata berongga berfungsi mengalirkan udara didalam timbunan sampah tersebut melalui pipa-pipa berpori. Konstruksi ini mengalirkan udara pada kompos melalui: a. Lubang-lubang di dinding b. Pipa-pipa vertikal dalam tumpukan. II-9. Universitas Sumatera Utara.

(33) Sementara lubang antar pipa pada bagian dasar adalah sebagai saluran dari air dalam tumpukan sampah di dalam boks. Pengomposan menggunakan sistem bata berongga dapat dilihat pada Gambar 2.4.. Gambar 2.4 Alur Kerja Pengomposan Menggunakan Sistem Bata Berongga Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2017. 3. Teknik Takakura Susun Metode komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik kedalam keranjang berongga, (dapat terbuat dari plastik atau bambu). Ukuran keranjang takakura fleksibel. Bagian dasar keranjang berlubang sebagai cara untuk mengalirkan kelebihan air dari komposting. Alur kerja pengomposan menggunakan teknik takakura susun disajikan pada Gambar 2.5.. II-10. Universitas Sumatera Utara.

(34) Gambar 2.5 Alur Kerja Pengomposan Menggunakan Teknik Takakura Susun Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2017. 4. Komposter Drum Teknik komposter menggunakan drum adalah composting yang dilakukan secara tertutup untuk mendapatkan kompos dan pupuk cair yang berasal dari lindi kompos. Berikut ini alur penggunaan komposter: 1. Rajang/cincang sampah organik hingga ukuran kecil 1 sampai 2 cm. 2. Kemudian semprotkan cairan bioaktifator tepat mengenai sampahnya sambil diaduk agar tercampur merata. 3. Masukkan rajangan sampah-sampah organik tersebut ke dalam tong/ drum komposter. 4. Pengisian sampah pada komposter ini bisa setiap saat dan berulangulang dalam sehari. 5. Tutup komposter dengan rapat. Pada proses pertama kali, pupuk cair (lindi) yang keluar melalui kran plastik baru dapat dihasilkan setelah kurang lebih 2 minggu, kemudian setelah itu bisa diambil setiap hari. Lindi atau pupuk cair yang dihasilkan dari komposter dapat langsung dipergunakan caranya dengan menambah air biasa dengan perbandingan 1:5. Lindi dapat dipakai untuk semua jenis tanaman dan akan sangat efektif untuk menggemburkan tanah karena akan mengundang cacing. Komposter drum dapat dilihat pada Gambar 2.6.. II-11. Universitas Sumatera Utara.

(35) Gambar 2.6 Komposter Drum Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2017. 2.4.4 Pengolahan Sampah Secara Kimia Termal Pada TPST Proses pengolahan ini bertujuan untuk mereduksi volume sampah dan daya cemar sampah, dengan tingkat oksidasi yang lebih tinggi dibanding proses fisika dan proses biologi. Umumnya dilakukan dengan eskalasi temperatur, sehingga kandungan air pada sampah akan berkurang (menguap) dan akhirnya mengalami proses pembakaran. Berdasarkan tingkat oksidasinya, pengolahan secara termal terdiri dari (Nawasis, 2012): a. Proses pengeringan Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume dan daya cemar sampah melalui penguapan air yang terkandung dalam sampah. Umumnya diawali dengan proses pencacahan untuk meningkatkan kinerja penguapan, dengan temperatur kerja 105-120 oC dan waktu tinggal 1-2 jam. Proses ini akan menghasilkan sampah dengan volume yang tereduksi (hingga mencapai 20 % volume sebagai residu padat akhir). Sampah yang telah mengalami reduksi volume tersebut, juga akan mengalami reduksi kadar air dan peningkatan nilai kalor sampah, serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif berbentuk padat. Untuk penyeragaman bentuk dan ukuran, seringkali residu tersebut dibuat menjadi briket (Refuse Derived Fuel/RDF). b. Proses pirolisis Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume (hingga mencapai 30 % volume sebagai residu padat akhir) dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, tanpa kehadiran oksigen sebagai oksidator. Umumnya diawali dengan proses pencacahan untuk meningkatkan kinerja penguapan air dan senyawa volatil, II-12. Universitas Sumatera Utara.

(36) dengan temperatur kerja 200-550 oC dan waktu tinggal 0,5-2 jam. Sebagai suatu proses oksidasi parsial, proses ini akan menghasilkan senyawa yang memiliki nilai kalor dalam wujud padat/char, wujud cair/tar, dan wujud gas/syngas (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrogen, dan hidrokarbon ringan). c. Proses gasifikasi. Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume (hingga mencapai 20 % volume sebagai residu padat akhir) dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, dengan kehadiran oksigen terbatas (substoikiometrik) sebagai oksidator. Umumnya diawali dengan proses pencacahan untuk meningkatkan kinerja penguapan air dan senyawa volatil, dengan temperatur kerja 700-1.000 oC dan waktu tinggal 0,5-1 jam. Sebagai suatu proses oksidasi parsial (namun memiliki tingkat oksidasi lebih tinggi ketimbang proses pirolisis), maka proses ini akan menghasilkan senyawa berwujud gas yang memiliki nilai kalor/syngas (karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrogen). d. Proses insinerasi. Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume (hingga mencapai 10 % volume sebagai residu padat akhir) dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, dengan kehadiran oksigen berlebih (superstoikiometrik) sebagai oksidator. Umumnya diawali dengan proses pencacahan untuk meningkatkan kinerja penguapan air dan senyawa volatil, dengan temperatur kerja 700-1.200 oC dan waktu tinggal 0,5-1 jam. Sebagai suatu proses oksidasi yang relatif sempurna, maka akan dihasilkan gas yang tidak memiliki nilai kalor, berupa gas karbon dioksida, belerang di/tri oksida, nitrogen mono/dioksida, serta abu yang relatif bersifat stabil/ inert. e. Proses plasma gasifikasi. Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume (hingga mencapai 5 % volume sebagai residu padat akhir) sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, dengan kehadiran oksigen terbatas (substoikiometrik) sebagai oksidator, serta disempurnakan dengan tekanan udara tinggi (dimampatkan) dan tegangan listik/voltase tinggi. Proses ini akan menghasilkan plasma yang berwarna kebiruunguan. Umumnya diawali dengan proses pencacahan untuk meningkatkan kinerja penguapan air dan senyawa volatil, dengan temperatur kerja 2.000-14.000 oC dan waktu tinggal 0,5-1 jam. Sebagai suatu proses oksidasi parsial (namun memiliki tingkat oksidasi lebih tinggi ketimbang proses pirolisis, gasifikasi, dan insinerasi), maka proses ini akan menghasilkan senyawa berwujud gas yang memiliki nilai II-13. Universitas Sumatera Utara.

(37) kalor/syngas (karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrogen) dengan kemurnian sangat tinggi dan abu yang sangat stabil. 2.4.5 Lokasi TPST Lokasi TPST bisa di sumber sampah dan bisa pula di lokasi TPA, sehingga kapasitasnya dapat kecil, sedang dan bahkan besar, tergantung dari ketersediaan lahan di lokasi TPST dan jumlah timbulan sampah yang akan diolah. Lokasi sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk dan industri, dengan pertimbangan TPST akan mendapatkan daerah penyangga yang baik dan mampu melindungi fasilitas yang ada. Tetapi tidak menutup kemungkinan lokasi dekat dengan pemukiman atau industri, hanya saja dibutuhkan pengawasan terhadap pengoperasian TPST sehingga dapat diterima di lingkungan (Sahwan, 2010). 2.5 Neraca Massa Menurut Wuryanti (2016) neraca massa adalah suatu perhitungan yang tepat dari semua bahanbahan yang masuk, yang terakumulasi dan yang keluar dalam waktu tertentu. Pernyataan tersebut sesuai dengan hukum kekekalan massa yakni: massa tak dapat dijelmakan atau dimusnahkan. Diagram neraca massa dapat dilihat pada Gambar 2.7. Prinsip umum neraca massa adalah membuat sejumlah persamaan-persamaan yang saling tidak tergantung satu sama lain, dimana persamaan-persamaan tersebut jumlahnya sama dengan jumlah komposisi massa yang tidak diketahui. Persamaan neraca massa secara umum adalah (Wuryanti, 2016): Massa masuk = massa keluar + massa yang terakumulasi MA + MB + MC = MD + ME + Makumulasi. (2.1). Bila tidak ada massa yang terakumulasi, maka persamaan menjadi: Massa masuk = massa yang keluar MA + MB + MC = MD + ME. (2.2). II-14. Universitas Sumatera Utara.

(38) Gambar 2.7 Diagram Neraca Massa Sumber: Wuryanti, 2016. 2.6 Peran Serta Masyarakat Menurut Damanhuri (2008), tanpa adanya partisipasi masyarakat, semua program pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain menyangkut: 1. Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib dan teratur. 2. Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat. 3. Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini. Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan, yaitu di antaranya: 1. Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata. 2. Tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih rendah. 3. Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan pedoman pelaksanaan. 4. Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan penyuluhan dalam programnya. 5. Kehawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai dengan konsep pengelolaan yang ada. 2.7 Proyeksi Penduduk Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk berdasarkan perhitungan tertentu yang didasarkan pada asumsi komponen yang bekerja di dalamnya yang meliputi. II-15. Universitas Sumatera Utara.

(39) kelahiran, kematian, dan migrasi. Proyeksi memegang peranan penting dalam tujuannya sebagai sebuah sistem perencanaan di masa yang akan datang (Sukamdi, 2010). Terdapat beberapa cara perhitungan proyeksi penduduk secara matematis diantaranya yakni metode geometrik, metode aritmatik dan metode least square (Salmani, 2008): a. Metode Aritmatik Rumus yang digunakan dalam metode aritmatik adalah sebagai berikut: Pn = Po + Ka (Tn – To). (2.3). Ka = ( P2 – P1) / (T2 - T1). (2.4). Keterangan: Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po = Jumlah Penduduk pada tahun dasar Tn = Tahun ke-n To = Tahun dasar Ka = Konstanta Arithmatik P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir T1 = Tahun pertama yang diketahui T2 = Tahun terakhir yang dketahui b. Metode Geometrik Rumus yang digunakan dalam mengitung proyeksi penduduk menggunakan metode geometrik ialah: Pn = Po ( 1 + r )n. (2.5). Keterangan: Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po = Jumlah Penduduk pada tahun dasar r = Laju pertumbuhan penduduk c. Metode Least Square Berikut Rumus yang digunakan dalam metode least square: Y=a+b.X a=. (∑ Y . ∑ X 2 )- (∑ X . ∑ XY) (n . ∑ X 2 ) -( ∑ X)2. (2.6). (2.7). II-16. Universitas Sumatera Utara.

(40) b=. (n . ∑ X.Y)- (∑ X . ∑ Y) (n . ∑ X 2 ) -( ∑ X)2. (2.8). Keterangan: Y = Nilai variabel berdasarkan garis regresi X = Variabel independent a = konstanta b = koefisien arah regresi linier Perkiraan jumlah penduduk pada masa yang akan datang perlu dibuktikan kebenarannya. Satu cara yang dapat dijadikan dsar pemilihan metode yang tepat ialah metode korelasi. Metode korelasi melihat hubungan aktual dari data penduduk aktual dengan perhitungan proyeksi yang dilakukan. Koefisien kolerasi (r) menyatakan tingkat hubungan antara keduanya. Jika r mendekati nilai 1 (satu), maka hubungan terjadi merupakan hubungan yang sangat kuat atau mendekati kebenaran. Adapun rumus koefisien korelasi adalah sebagai berikut: rXY =. ∑ XY √(∑ X 2 )( ∑ Y 2 ). (2.9) Interprestasi koefisien korelasi dapat dilihat padat tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Pedoman Interprestasi koefisien korelasi Interval Koefisien. Tingkat Hubungan. 0,00 – 0,199. Sangat rendah. 0,20 – 0,399. Rendah. 0,40 – 0,599. Sedang. 0,60 – 0,799. Kuat. 0,80 – 1,000. Sangat Kuat. Sumber: Salmani, 2008. 2.8 Rencana Anggaran Biaya Menurut Lantang (2014), perencanaan biaya nyata/aktual adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan pada suatu bangunan atau proyek bedasarkan data-data yang sebenarnya. Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut: RAB = ∑(Volume x Harga Satuan Pekerjaan). (2.10). II-17. Universitas Sumatera Utara.

(41) Kegiatan perencanaan dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari gambar rencana dan spesifikasi. Bedasarkan gambar rencana, dapat diketahui kebutuhan material yang nantinya akan digunakan (Volume). Perhitungan dapat dilakukan secara teliti dan kemudian ditentukan harganya. Dalam melakukan kegiatan perencanaan, seseorang perencana harus memahami proses konstruksi secara menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat karena faktor tersebut dapat mempengaruhi biaya konstruksi (Lantang, 2014). Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda dimasing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. Sebagai contoh, misalnya harga bahan dan upah tenaga kerja di Manado berbeda dengan harga bahan dan upah tenaga kerja di Surabaya, Bandung, Jakarta, Balikpapan, dan Padang (Lantang, 2014). Permen PUPR Nomor 28 Tahun 2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum merupakan acuan yang digunakan sebagai dasar dalam menyusun perhitungan RAB untuk penanganan pekerjaan bidang pekerjaan umum. Peraturan tersebut berisi pedoman mengenai analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) yang digunakan untuk menghitung kebutuhan biaya tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk mendapatkan harga satuan atau satu jenis pekerjaan tertentu. Harga satuan pekerjaan terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Komponen biaya langsung terdiri atas upah, bahan dan alat, sedangkan komponen biaya tidak langsung terdiri atas biaya umum atau overhead dan keuntungan. Gambar 2.8 diperlihatkan struktur analisis harga satuan pekerjaan (HSP).. II-18. Universitas Sumatera Utara.

(42) Gambar 2.8 Struktur Analisis Harga Satuan Pekerjaan Sumber: Permen PUPR no 28 Tahun 2016. II-19. Universitas Sumatera Utara.

(43) BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Lokasi Perancangan Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 16,96 km2. Kecamatan Medan Johor mempunyai enam Kelurahan di dalamnya antara lain yaitu: Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan Gedung Johor, Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning, Kelurahan Pangkalan Masyhur. Kecamatan Medan Johor dihuni oleh 133.577 jiwa terdiri dari 65.968 jiwa laki-laki serta 67.609 jiwa perempuan (BPS, 2017). Secara geografis Kecamatan Medan Johor berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Polonia di sebelah utara, Kabupaten Deli Serdang di sebelah selatan, Kecamatan Medan Amplas di sebelah timur, dan Kecamatan Medan Tuntungan di sebelah barat. Peta lokasi Kecamatan Medan Johor dapat dilihat pada Gambar 3.1.. Gambar 3.1 Peta Lokasi Kecamatan Medan Johor Sumber: Google Maps. Rata-rata timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan pada Kecamatan Medan Johor yaitu 0,189 Kg/orang/hari atau 1,563 l/orang/hari dengan komposisi sampah yaitu organik 71%, plastik 14%, kertas 7%, lain-lain 8%. Rincian komposisi sampah dapat dilihat pada Tabel 3.1. Karakteristik fisika sampah dapat dilihat pada Tabel 3.2 (Lubis, 2018).. Universitas Sumatera Utara.

(44) Tabel 3.1 Komposisi Sampah Kecamatan Medan Johor Jumlah (%). Komposisi Majalah. 0.17. Koran. 0.85. Kertas. Buku. 0.65. Kertas kemasan. 3.53. Kardus. 1.36. Plastik. Organik. 6.56. PETE (1). 1.05. HDPE (2). 0.82. PVC (3). 0. LDPE (4). 14.08. 11.97. PP (5). 0.17. PS (6). 0. Other (7). 0.07. Sisa makanan. 70.73. Sampah pekarangan. 70.73. 0. Dedaunan. 0. Kulit. 0. Kayu. LWTR. Kain. 0.33. Karet. 0 0.33 0. Kaca. Semua jenis dan warna. 0.28. 0.28. Logam. Semua jenis dan warna. 0.10. 0.10. Alumunium. Semua jenis dan warna. 0.17. 0.17. Batu Tanah. Bahan inert. Sisa konstruksi. 0 0. 0 0. Sisa pembongkaran. 0. Popok. 7.47. Lain-lain. Pembalut Material lain. 7.73. Sterofoam. 0.17 0.02 0.08. Sumber: Lubis, dkk (2018) Tabel 3.2 Karakteristik Fisika Sampah Kecamatan Medan Johor Karakteristik Berat jenis Faktor pemadatan Kadar air Kadar abu Kadar volatile Fixed carbon. Nilai 0,121 Kg/l 1,336 Organik 14,08% Anorganik 40,69% Organik 0,3% Anorganik 9,7% Organik 99,7% Anorganik 90,3% Organik 3,33% Anorganik 2,68%. III-2 Universitas Sumatera Utara.

(45) Karakteristik Nilai kalor. Nilai Organik 4694,68 cal/g Anorganik 6470,34 cal/g. Sumber: Lubis, dkk (2018). Berdasarkan Peraturan Wali Kota Medan Nomor 73 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pelimpahan Sebagian Kewenangan Wali Kota Kepada Camat dalam Pelaksanaan Urusan Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Persampahan, Kecamatan Medan Johor memiliki wewenang dalam pengelolaan sampah berupa pengangkutan sampah dari kecamatan ke TPA. Kecamatan Medan Johor belum memiliki sarana pengelolaan sampah berupa Tempat Penampungan Sementara (TPS), Tempat Pengolahan Sampah berbasis 3R (TPS 3R), Tempat Pengolahan Sampah Terpada (TPST). Seluruh sampah yang dikumpulkan di Kecamatan Medan Johor diangkut untuk secara langsung ditimbun pada TPA Terjun Kota Medan (Kecamatan Medan Johor, 2018). 3.2 Langkah-Langkah Perancangan Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Perizinan 2. Studi pendahuluan 3. Pengumpulan data 4. Perancangan TPST 5. Kesimpulan dan saran Adapun rangkaian langkah-langkah perancangan dalam bentuk flowchart dapat dilihat pada Gambar 3.2.. III-3 Universitas Sumatera Utara.

(46) Mulai. Perizinan. Studi Litelatur. Pengumpulan Data. Data Primer. Tingkat Partisipasi Masyarakat. Data Sekunder. Jumlah Penduduk. Timbulan Sampah. Komposisi Sampah. Pemilihan Lokasi. Perhitungan Neraca Massa. Penentuan Proses Pengolahan Sampah. Perhitungan Kebutuhan Ruang. Rancangan TPST Kecamatan Medan Johor. Perhitungan RAB. Selesai. Gambar 3.2 Flowchart Perancangan TPST Kecamatan Medan Johor III-4 Universitas Sumatera Utara.

(47) 3.3 Perizinan Perizinan ditunjukan kepada kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan (BALITBANG) sebagai pihak yang memiliki wewenang memberikan izin untuk memperoleh data-data sekunder mengenai lokasi studi yang dibutuhkan. Serta izin untuk melakukan observasi di lokasi studi untuk memperoleh data primer. 3.4 Studi Litelatur Studi pendahulan dilakukan untuk menambah pengetahuan serta referensi penulisan mengenai perancangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi bekal dalam proses perancangan pengembangan TPST Kecamatan Medan Johor yang akan dilakukan. Studi tersebut mengacu pada buku pustaka, jurnal penelitian, peraturan pemerintah, dan pustaka lain yang terkait dengan perancangan TPST. Diskusi dengan ahli dan pihak terkait juga dilakukan juga untuk membuka wawasan dan menambah pengetahuan. 3.5 Pengumpulan Data Pengumpulan data sangat diperlukan dalam perancangan ini. Karena data merupakan dasar dari suatu perancangan yang dilakukan. Pengumpulan data yang dilakukan terbagi menjadi dua yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. 3.5.1 Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat naturalistik karena dilakukan pada kondisi yang alamiah. Melalui metode kualitatif, diharapkan data tentang tingkat partisipasi warga Kecamatan Medan Johor dalam pengelolaan sampah dapat terkumpul. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara kuesioner. Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup, sehingga pada kuesioner terdapat opsi jawaban untuk dipilih oleh responden sesuai pengetahuannya. Rencana kuesioner yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran I. Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner tersebut dapat dianalisa besaran tingkat partisipasi masyarakat. Peranan masyarakat dalam pegelolaan sampah merupakan salah satu aspek terpenting karena tanpa adanya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah maka TPST tidak akan berfungsi dengan baik (Zahara, 2015).. III-5 Universitas Sumatera Utara.

(48) Pelaksanaan pengambilan contoh timbulan sampah dilakukan secara acak. Penentuan jumlah responden dilakukan berdasarkan SNI 19-3964-1994 “Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan”. Jumlah contoh dihitung menggunakan Persamaan 3.1. S = Cd √𝑃𝑠. (3.1). Keterangan: S. = Jumlah Contoh (Jiwa). Cd = Koefisien Perumahan (Kota Metropolitan besar Cd = 1, Kota Sedang Kecil Cd=0,5) K  S/N. (3.2). Keterangan: K = Jumlah contoh (KK) N = Jumlah jiwa per keluarga = 5 Tabel 3.3 Klasifikasi Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk No. 1. 2. 3.. Klasifikasi Kota Metropolitan Besar Sedang, Kecil, IKK. Jumlah Penduduk 1.000.000 – 2.500.000 500.000 – 1.000.000 3.000 – 500.000. Jumlah Contoh Jiwa (S) 1.000 – 1.500 700 – 1000 150 – 350. Jumlah KK (K) 200 – 300 140 – 200 30 – 70. Sumber: BSN (1995). Banyak responden yang dibutuhkan ialah: S = Cd √𝑃𝑠 = 0.5√133.577 = 0.5 . 365 = 183 jiwa K = S/N = 183 jiwa / 5 jiwa/KK = 37 KK = 37 responden Sebaran responden pada Kecamatan Medan Johor dilakukan berdasarkan proporsi persebaran penduduk Kecamatan Medan Johor. Sebaran responden dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Sebaran Responden Kuesioner No.. Kelurahan. 1 2 3 4. Kwala Bekala Gedung Johor Kedai Durian Suka Maju. Jumlah Penduduk (Jiwa)* 35040 24809 7159 10476. Proporsi Persebaran Penduduk (%) 26,22 18,56 5,36 7,84. Jumlah Sampel 10 7 2 3. III-6 Universitas Sumatera Utara.

(49) No.. Kelurahan. 5 6 Total. Titi Kuning Pangkalan Masyhur. Jumlah Penduduk (Jiwa)* 22550 33612 133646. Proporsi Persebaran Penduduk (%) 16,87 25,15 100. Jumlah Sampel 6 9 37. Sumber: *Badan Pusat Statistik Kota Medan (2017). 3.5.2 Data Sekunder Data sekunder didapat dari dinas atau instansi juga peneliti terkait. Data sekunder yang dibutuhkan dalam perancangan ini disajikan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Data Sekunder yang Dibutuhkan dalam Perancangan No. 1 2 3 4 5 6 7 8. Data Jumlah penduduk Timbulan sampah Komposisi sampah Karakteristik sampah Peta administrasi Peta tata guna lahan Peta topografi Pengelolaan sampah. Sumber BPS Kota Medan Lubis, dkk (2018) Lubis, dkk (2018) Lubis, dkk (2018) Kantor Kecamatan Medan Johor Kantor Kecamatan Medan Johor Kantor Kecamatan Medan Johor Kantor Kecamatan Medan Johor. 3.6 Perancangan TPST Kecamatan Medan Johor Perancangan yang dilakukan mengacu pada ketentuan yang terkandung di dalam PermenPU No. 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan dan Petunjuk Teknis Tempat Pengolahan Sampah berbasis 3R oleh Dirjen Cipta Karya Tahun 2017, yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.6.1 Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi sebuah TPST didasari oleh informasi mengenai kondisi eksiting terkait sanitasi dengan menggunakan variabel dan indikator terukur. Adapun variabel, indikator dan bobot penilaian yang digunakan untuk penilaian atas calon lokasi, terdapat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Bobot Variabel Pemilihan Lokasi TPST No. Variabel Pemilihan Lokasi. Bobot. 1.. Tingkat patisipasi (kesiapan) masyarakat. 60. 2.. Aktualisasi (pengelolaan sampah) lingkungan. 40. Sumber: Dirjen Cipta Karya (2017) Tabel 3.7 Indikator Pemilihan Lokasi TPST No I. I.A.. Pilihan. Skor. Variabel: Tingkat patisipasi (kesiapan) masyarakat Indikator: Ketersediaan lahan Tidak ada lahan. 1. Ada lahan hibah masyarakat yang bisa digunakan. 2. III-7 Universitas Sumatera Utara.

(50) No. I.B.. I.C.. I.D.. I.E.. II. II.A.. II.B.. II.C.. Pilihan. Skor. Ada lahan Desa/kelurahan yang bisa digunakan. 3. Ada lahan Pemda yang bisa digunakan. 4. Indikator: Akses Jalan Menuju TPST Ada akses jalan selebar gerobak sampah. 1. Ada akses jalan selebar kendaraan roda 4 (empat) satu arah. 2. Ada akses jalan selebar kendaraan truk sampah satu arah. 3. Ada akses jalan selebar kendaraan truk sampah dua arah. 4. Indikator : Iuran Bulanan per KK Bersedia membayar Kurang dari Rp. 5.000,-. 1. Bersedia membayar Rp. 6.000,- s/d Rp. 10.000,- 2. 2. Bersedia membayar Rp. 11.000,- s/d Rp. 20.000,. 3. Bersedia membayar di atas Rp. 20.000,-. 4. Indikator: Rencana Cakupan Layanan Persampahan Layanan persampahan untuk kurang dari 400 KK. 1. Layanan persampahan untuk 401 KK - 500 KK. 2. Layanan persampahan untuk 501 KK - 600 KK. 3. Layanan persampahan untuk lebih 600 KK. 4. Indikator: Pengelolaan Sampah dari Sumbernya Sampah hanya dikumpulkan dari sumber sampah (belum dipilah). 1. Sampai 25% Masyarakat telah memilah sampah Rumah Tangga. 2. 25% - 50% Masyarakat telah memilah sampah Rumah Tangga. 3. Lebih dari 50% Masyarakat telah memilah sampah Rumah Tangga. 4. Variabel : Aktualisasi Pengelolaan Sampah Lingkungan Indikator: Skala Layanan Pengelolaan Sampah Ada pengelolaan sampah oleh swasta skala Desa/Kelurahan. 1. Ada pengelolaan sampah oleh swasta skala RW. 2. Ada pengelolaan sampah oleh swasta skala lebih dari 1 (satu) RT. 3. Ada pengelolaan sampah oleh swasta skala RT. 4. Indikator: persentase sampah yang diangkut Sampai dengan 25 % dari jumlah KK yang dilayani tidak terangkut. 1. 26 % s/d 50 % dari jumlah KK yang dilayani tidak terangkut. 2. 51 % s/d 75% dari jumlah KK yang dilayani tidak terangkut. 3. Diatas 76% dari jumlah KK yang dilayani tidak terangkut. 4. Indikator: Perlakuan pengelolaan sampah lingkungan Sudah tertangani menggunakan jasa swasta dan diolah. 1. Sudah tertangani dan dibuang ke TPA. 2. Sudah tertangani ditimbun dan dibakar. 3. III-8 Universitas Sumatera Utara.

(51) No. Pilihan. Skor. Sudah tertangani dan dibuang ke sungai II.D.. II.E.. 4. Indikator: Peraturan dan penerapan pengelolaan sampah Tidak ada peraturan Kabupaten/Kota tentang pengelolaan sampah. 1. Tidak ada peraturan Desa/kelurahan tentang pengelolaan sampah. 2. Ada peraturan Desa/kelurahan tentang pengelolaan sampah tetapi tidak diterapkan. 3. Ada peraturan Desa/Kelurahan tentang pengelolaan sampah dan diterapkan. 4. Indikator: Kelembagaan Pengelola Kegiatan / Program Belum ada KSM di Desa/Kelurahan. 1. Ada KSM yang memiliki SK Lurah. 2. Ada KSM yang memiliki Akte Notaris. 3. Ada KSM yang sudah berbadan hukum. 4. Sumber: Dirjen Cipta Karya (2017). Persamaan yang digunakan dalam perhitungan nilai variabel dapat dilihat pada Persamaan 3.3 dan perhitungan nilai lokasi pada Persamaan 3.4. NV = (N / T) . B. (3.3). Keterangan: NV = nilai variabel N = jumlah kumulatif skor indikator T = jumlah kumulatif skor maksimum indikator B = bobot variabel NT = NV1 + NV2. (3.4). Keterangan: NT = nilai total NV1 = nilai variabel 1 NV2 = nilai variabel 2 Lokasi dengan nilai NT tertinggi menjadi pilihan lokasi yang diterima sebagai lokasi perancangan TPST. Apabila terdapat Nilai NT yang sama, maka NV1 tertinggi menjadi lokasi perancangan terpilih. 3.6.2 Perhitungan Neraca Massa Dalam menghitung neraca massa untuk sebuah TPST terlebih dahulu perlu diketahui jumlah sampah yang masuk kedalam lokasi pengolahan termasuk komposisi dan karakteristinya guna mengetahui proses pengolahan yang akan dilakukan serta berapa produk yang dihasilkan dan III-9 Universitas Sumatera Utara.

(52) residu yang dihasilkan. Persamaan neraca massa untuk sebuah TPST dapat dilihat pada persamaan berikut: Vs = Vorganik + Vanorganik + VB3 + Vresidu. (3.5). Keterangan: Vs. = jumlah keseluruhan sampah yang diolah di TPST. Vorganik. = jumlah hasil olahan sampah organik. Vanorganik = jumlah hasil olahan sampah anorganik VB3. = jumlah sampah B3. Vresidu. = jumlah residu. Volume sampah yang akan diolah di TPST dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.6. Vs = Ts . P. (3.6). Keterangan: Vs = jumlah keseluruhan sampah yang diolah di TPST Ts = timbulan sampah (m3/orang/hari) P. = jumlah layanan (orang). 3.6.3 Penentuan Proses Pengolahan Sampah Penentuan proses pengolahan sampah yang akan digunakan didasari dari timbulan sampah, komposisi, dan karakteristiknya. Langkah ini mencakup penentuan teknologi pengolahan yang digunakan, perhitungan jumlah, serta jam kerja dan waktu pengoperasian dari peralatan yang digunakan di dalam TPST. Pengoperasian TPST wajib meliputi proses pengolahan sebagai berikut: a. Penampungan sampah Tempat penampungan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan pengangkut sampah. Area penampungan sampah perlu mempertimbangkan antisipasi jika sampah yang terolah tidak secepat sampah yang datang ke lokasi. b. Pemilahan sampah Pemilahan dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 jenis sampah yang terdiri atas sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mudah terurai, sampah yang dapat digunakan kembali, sampah yang dapat didaur ulang, sampah yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengolahan, residu. III-10 Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihak TPST mengupayakan agar sampah yang baru tiba di TPST segera dipilah dan diselesaikan dalam waktu satu hari dengan

Sehingga dengan perencanaan ini diharapkan sistem alur pengelolaan sampah mulai dari sampah masuk, letak penampungan sampah, tempat pemilahan sampah, tempat

Mengidentifikasi potensi daur ulang sampah yang dapat dikelola dalam unit TPST dengan berdasarkan pada volume timbulan, komposisi dan karakteristik sampah di Kawasan

Perencanaan teknis pengelolaan sampah terdiri dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah dan pengolahan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

Pada penelitian ini direncanakan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) untuk mereduksi sampah dengan fasilitas pembuatan kompos dan pengemasan barang lapak yang masih dapat

Dalam ruang pengelolaan sampah organik terdiri dari unit penampungan sampah organik, unit pemilahan, unit pencacah sampah organik, unit pengomposan, unit pengayakan

Dalam perencanaan TPST di TPA Peh Kabupaten Jembrana, proses pengelolaan sampah di TPST diawali dari pengangkutan sampah dari sumber sampah / TPS ke TPA, setelah melewati

– Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume hingga mencapai 20 % volume sebagai residu padat akhir dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung