• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENGHADAPI MASALAH KESEHATAN DI MASA DEPAN SURYA UTAMA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENGHADAPI MASALAH KESEHATAN DI MASA DEPAN SURYA UTAMA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENGHADAPI MASALAH KESEHATAN DI MASA DEPAN

SURYA UTAMA

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan merata untuk seluruh masyarakat merupakan keinginan yang menjadi landasan pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia.

Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.

Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas sangat diperlukan upaya agar masalah kesehatan di masa depan dapat ditanggulangi sehingga mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang diinginkan.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain meliputi pengembangan organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan, pengembangan institusi pendidikan, peningkatan orientasi penelitian dan peningkatan partisipasi masyarakat. 2. PENGEMBANGAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN

Pengembangan organisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu keharusan. Pendekatan organisasi birokrasi yang selama ini berlaku dan bersifat sangat hirarkis (top down) atau sentralistis haruslah dirubah menjadi suatu tatanan organisasi pelayanan yang lebih mengutamakan pendekatan kewilayahan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicapai pada berapa bidang (terutama pembangunan sarana fisik) merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri. Namun berdampingan dengan keberhasilan yang ada, banyak fakta menunjukkan bahwa kegagalan pembangunan kesehatan tidak kalah besarnya. Salah satu faktor sulitnya mencapai prestasi optimum organisasi pelayanan kesehatan adalah organisasi ini terlalu terpusat (sentralistis). Sentralisasi yang terlalu kuat, menyebabkan pejabat di daerah hanya selalu menunggu paket program yang akan dilaksanakan didaerahnya.

Budaya sentralisasi dicurigai menimbulkan kematian inisiatif dan menghidupkan/menyuburkan sikap pasif pengelolaan organisasi kesehatan di daerah. Disamping itu budaya sentralisasi cenderung menyebabkan banyak aspek karakakteristik kondisi dan situasi daerah yang luput dari perhatian para pembuat program hal ini mengakibatkan banyak paket program kesehatan sulit dilaksanakan.

(2)

Fenomena yang menarik, meskipun paket program tidak mencapai tujuan yang dikehendaki laporan akhir program sering menunjukkan tercapainya target dan tujuan sama seperti yang ditetapkan oleh pejabat pusat.

Fenomena di atas haruslah segera dirubah melalui pengembangan organisasi dan manajemen agar lebih siap menghadapi tantangan di masa depan dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pengembangan organisasi adalah suatu proses sadar dan terencana untuk mengembangkan kemampuan suatu organisasi sehingga mencapai dan mempertahankan suatu tingkat optimum prestasi yang diukur berdasarkan efisiensi. efektifitas dan kesehatan organisasi. Pengembangan manajemen ditekankan pada upaya memperbaiki pengetahuan dan keterampilan para manajer/pimpinan (McGill.1982).

Pengembangan organisasi mengacu kepada strategi reedukasi dan normatif yang ditujukan untuk mempengaruhi sistem kepercayaan, nilai, dan sikap dalam organisasi sehingga dapat beradaptasi lebih baik terhadap akselerasi laju perubahan teknologi lingkungan industri dan lingkungan masyarakat umumnya. Pengembangan organisasi mencakup pula penataan kembali organisasi formal yang sering mulai, diperlancar dan diperkuat oleh perubahan normatif dan perilaku (Gibsori dkk. 1994).

Otonomi Daerah yang dicanangkan pemerintah dapat dikategorikan sebagai model pengembangan organisasi don manajemen daerah (termasuk organisasi kesehatan di daerah). Daerah akan menjadi tuan di rumahnya sendiri. Otonomi organisasi pelayanan kesehatan diharapkan dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh bukan sekedar komoditas politik untuK kepentingan yang dangkal.

Ancangan efisiensi efektifitas dan kesehatan organisasi merupakan sasaran utama pengembangan organisasi birokrasi pelayanan keserlatan yang ditujukan untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara kontinue hal inilah yang dikatakan sebagai pencapaian dail mempertahankan optimum prestasi. Dengan demikian otonomi sebagai perwujudan pengembangan organisasi haruslah direncanakan dan dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh, untuk menciptakan suatu organisasi pelayanan kesehatan yang siap menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah kesehatan yang senantiasa berkembang, terutama di daerah.

Pengembangan organisasi pelayanan kesehatan yang dilakukan harus dapat menghilangkan berbagai penyimpangan perilaku birokrasi kesehatan yang tidak bermoral, seperti tidak efisien, tidak efektif, korupsi, kolusi, dan mengabaikan kualitas pelayanan.

Kegiatan pengembangan organisasi harus dilandasi oleh nilai moral, jika tidak birokrat kesehatan akan mudah tergelincir untuk melakukan kostitusi birokratis; yang pada akhirnya menjadikan rakyat sebagai korban.

Segala sesuatunya punya moral, kata Alice dalam petualangannya di negeri ajaib. “asal kau mampu menemukannya” (Lewis Corral, dipetik oleh Sumateri JS.1994).

3. PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA MELALUI PENGEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN KESEHATAN

Upaya pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan kesehatan maupun pembangunan bidang lainnya yang terkait dengan kesehatan masyarakat antara lain dilakukan dengan meningkatkan kuantitas sumber daya manusia melalui perencanaan kebutuhan dan peningkatan kualitas melalui jalur pendidikan.

(3)

pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas mempunyai kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembangunan seluruh sektor kehidupon msyarakat. Dengan demikian pendidikan merupakan wahana dan sekaligus cara untuk membangun manusia baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan.

Pentingnya sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan syarat utama pengembangan organisasi upaya untuk mendorong terciptanya organisasi pelayanan kesehatan yang mampu mencapai dan mempertahankan optium prestasi, menghendaki sumber daya manusia yang berkualitas.

Pengembangan organisasi dan manajemen pada dasarnya menempatkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sebagai salah satu fokus utama. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, umumnya menjadi tindakan awal (masuk dalam program jangka pendek) untuk melakukan tindakan pengembangan organisasi dan manajemen secara konprehemsif.

Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari organisasi pelayanan kesehatan, haruslah diantisipasi oleh institusi pendidikan kesehatan masyarakat. Artinya, jika organisasi pelayanan kesehatan telah bersiap untuk melaksanakan pengembangan organisasi dan manajemen sebagai antisipasi untuk menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks; maka institusi pendidikan kesehatan masyarakat juga harus melakukan pengembangan organisasi dan manajemen untuk menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks.

Institusi pendidikan kesehatan masyarakat harus mampu menciptakan ilmuan dan praktisi kesehatan yang dapat menopang pengembangan organisasi dan manajemen pelajaran kesehatan dan dapat membantu memecahkan masalah kesehatan masyarakat.

Upaya pengembangan institusi pendidikan dapat dilakukan berdasarkan segmen pendidikan, antara lain meliputi :

1. Kurikulum Pendidikan. Kurikulum pendidikan harus selalu dikaji dan dievaluasi agar senantiasa relevan dengan perkembangan tantangan/masalah kesehatan masyaakat.

2. Peningkatan Mutu Pengajaran. Mutu pengajaran dapat dilakukan melalui peningkatan jenjang pendidikan para staf pengajar (strata 2 dan 3) serta pengembangan metode proses belajar mengajar yang lebih efeisien dan efektif.

3. Pengembangan Institusi. Sebagai antisipasi kebutuhan tenaga kesehatan yang berkualitas dalam jumlah besar. harus dilakukan dengan mengembangkan jenjang pendidikan yang dikelola oleh instansi upaya memenuhi kebutuhan tenaga. kesehatan pada level top dan middle management, maka insitusi pendidikan sebaiknya telah mematangkan rencana dan segera membuka pendidikan Strata 2 dan Srata 3. Adapun upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada level lower management maka institusi pendidikan sebaiknya mematangkan rencana dan segera membuka pendidikan Diploma 3 dan 4.

4. Pengembangan Kerjasama. Institusi pendidikan dengan organisasi pelayanan kesehatan segera mengembangkan kerjasama yang relatif permanen. Pengembangan kerjasama ini diharapkan dapat menciptakan sifat interdependen dan komplementer antar kedua organisasi, sehingga berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk keberhasilan dan kelangsungan pembangunan kesehatan dapat dipenuhi.

(4)

Berdasarkan pertimbangan tantangan kesehatan dan kebutuhan tenaga kesehatan yang berkualitas di luar Jawa, maka FKM USU khususnya, sudah harus merintis pembukaan pendidikan jenjang D3 pada tahun 1999, dan jenjang S2 pada tahun 2000, serta jenjang S3 paling lambat pada tahun 2005.

4. PENINGKATAN ORIENTASI PENELITIAN

Intensitas penelitian yang berorientasi keilmuan dan terapan harus dikembangkan dan dibudayakan dikalangan staf akademisi birokrat kesehatan dan dikalangan praktisi kesehatan. Kegiatan penelitian harus sungguh-sungguh dilakukan dengan berorientasi keilmuwan atau terapan yang jelas tidak lagi semata-mata berorientasi "panggilan proyek". Pembangunan kesehatan masa depan haruslah dilakukan dengan basis penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Agar terciptanya budaya penelitian diperlukan kemauan politik yang kuat. yang mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi kegiatan penelitian ilmiah. dan anggaran biaya yang cukup.

Institusi pendidikan dan organisasi pelayanan kesehatan harus dapat mendorong unit organisasi penelitiannya yang berkembang dan menjadikannya sebagai pusat rujukan utama dalam penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan.

Selaras meningkatnya kompleksitas masalah kesehatan , dimasa depan. dengan tingginya variasi faktor yang mempengaruhi maka peneletian kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekan lintas disiplin ilmu.

"Telitilah sebelum membeli" kata iklan suatu pesan moral yang dalam dari kalimat yang sederhana agar kita tidak tertipu dan merasa puas terhadap barang yang dibeli.

5. PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Peran serta masyarakat merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan pembangunan. Hal ini menegaskan bahwa partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan menempati posisi yang sangat penting. Pandangan bahwa masyarakat adalah semata-mata objek pembangunan harus diganti dengan menempatkan masyarakat sebagai bagian dari pelaku (subjek) pembangunan.

Masyarakat harus ikut serta dalam proses pembangunan sesuai kondisinya. Situasi dan kondisi masyarakatlah yang seharusnya menentukan secara objektif tingkat posisi partisipasinya dalam proses pembangunan; bukan keputusan sepihak birokrasi yang selalu cenderung menafikan potensi masyarakat yang pada akhirnya sering menempatkan masyarakat sebagai objek pembangunan.

Beberapa program pemerintah yang berorientasi pada upaya peningkatan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam kesehatan yang dilaksanakan saat iniseperti Program Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dengan melibatkan LSM Perguruan Tinggi sebagai pembina Program JPKM dan pemberdayaan pesantren sebagai mitra kerja puskesmas haruslah dilaksanakn dengan benar

Pengawasan dan evaluasi harus dilakukan secara objektif dan efektif, terutama diarahkan kepada birokrat pelaksana. Tindakan ini menjadi sangat penting agar tujuan program dapat tercapai sesuai yang diinginkan.

Tantangan pembangunan kesehatan di masa depan tidak lagi harus menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. tetapi harus dibagi kepada masyarakat.

Pemerintah dapat mendorong dan menjadikan organisasi sosial kemasyarakatan LSM dan kelompoK masyaratan. Kemitraan ini tidak saja akan

mengurangi beban (material) pemerintah namun dapat diharapkan terciptanya jaringan informasi kesehatan. Jaringan ini diperkirakan akan menjadi sarana yang

(5)

6. KESIMPULAN

Problem kesehatan masyarakat di masa depan cenderung semakin meningkat dan kompleks. Hal ini membutuhkan berbagai upaya agar masalah kesehatan dapat ditanggulangi secara efisien dan efektif, sehingga kualitas kesehatan masyarakat senantiasa terjaga baik.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan peningkatan kualitas sumberdaya manusia menjadi pengembangan institusi pensisikan kesehatan, peningkatan oritansi penelitian dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Albert, K ; Pengembangan organisasi, Penerbit Angkasa : Bandung, 1985 Gibson, Ivansevic Donnely ; Organisas, Penerbit Erlangga : Jakarta, 1985

Lawler, EE; Sistem imbalan dan pengembangan organisasi, Pustaka Binaman Pressindo, 1983

McGill, M; Pengembangan Organisasi, Pustaka Binamana Pressindo: Jakarta, 1982 Sumantri, JS, Filsafat Ilmu, Siantar Harapan : Jakarta, 1984

Western,J [dan] Donogue, P, Pengelolaan sumberdaya manusia, Penerbit Bumi AKsara : Jakarta, 1994

Referensi

Dokumen terkait

[r]

- Guru dan siswa berdiskusi di sertai dengan tanya jawab tentang penyimpangan sosial yang terjadi dalam keluarga dan masyarakat. - Guru dan siswa membuat kesimpulan

Berdasarkan uji ANOVA, faktor besar orientasi sudut memiliki efek yang signifikan terhadap nilai flexural strength, maka pada uji Post-Hoc ini dilakukan untuk

Membaiknya tingkat ekonomi seseorang akan mempengaruhi gaya hidup seseorang, termasuk pemilihan makanan (Cahyono 2008). Oleh karena itu dengan tingginya prevalensi

Peneliti memotivasi siswa agar lebih giat dan rajin serta fokus dalam belajar agar siswa bisa menguasai materi yang akan dipelajari, sehingga mudah dalam menyelesaikan

Adalah suatu metoda yang digunakan untuk pengguna agar dapat memanggil suatu fungsi yang ada pada suatu aplikasi biasanya secara visual. Melalui menu biasanya pengguna dapat

Informasi yang didapatkan dari Gambar 4 adalah ekor distribusi data curah hujan ekstrim yang turun secara lambat di setiap triwulan di Kabupaten Jember.. hal ini

Sistem terdiri dari 3 proses utama, yaitu Encoding QR Code (Proses 1) dilakukan oleh Dosen untuk men-generate gambar QR Code yamg diperoleh dari data kode Dosen dan