• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Isu tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Isu tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Isu tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) sudah lama muncul di berbagai negara, hal ini terlihat dari praktik pengungkapan corporate social responsibility (CSR), yang mengacu pada aspek lingkungan dan sosial, yang semakin meningkat. Bahkan berbagai hasil studi telah dilakukan di berbagai negara dan dimuat di berbagai jurnal internasional (Ghozali dan Chariri, 2007). Namun di Indonesia CSR baru-baru saja menjadi perhatian berbagai kalangan baik perusahaan, pemerintah dan akademisi.

Pemerintah Indonesia memberikan respon yang baik terhadap pelaksanaan CSR dengan menganjurkan praktik tanggungjawab sosial (social responsibility) sebagaimana dimuat dalam Undang-undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab IV pasal; 66 ayat 2b dan Bab V pasal 74. Kedua pasal tersebut menjelaskan bahwa laporan tahunan perusahaan harus mencerminkan tanggungjawab sosial, bahkan perusahaan yang kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan sumber daya alam harus melaksanakan tanggungjawab social. Walaupun sudah lama prinsip-prinsip CSR diatur dalam peraturan perundang-undang dalam lingkup hukum perusahaan. Namun amat disesalkan dari hasil survey yang dilakukan oleh suprapto pada tahun 2005 terhadap 375 perusahaan di Jakarta menunjukkan bahwa 166 atau 44,27 % perusahaan menyatakan tidak

(2)

melakukan kegiatan CSR dan 209 atau 55,75 % perusahaan melakukan kegiatan CSR. Sedangkan bentuk CSR yang dijalankan meliputi; pertama, kegiatan kekeluargaan (116 perusahaan), kedua, sumbangan pada lembaga agama (50 perusahaan), ketiga, sumbangan pada yayasan sosial (39 perusahaan), keempat, pengembangan komunitas (4 perusahaan). Survey ini juga mengemukakan bahwa CSR yang dilakukan oleh perusahaan amat tergantung pada keinginan dari pihak manajemen perusahaan sendiri (Febriyanti, 2010).

Praktik pengungkapan CSR telah banyak diterapkan oleh perusahaan publik di Indonesia. Walaupun secara umum praktek CSR lebih banyak dilakukan oleh perusahaan tambang maupun manufaktur, namun, seiring dengan adanya tren global akan praktik CSR, saat ini industri perbankan juga telah menyebutkan aspek pertanggunggjawaban sosial dalam laporan tahunannya walaupun dalam bentuk yang relatif sederhana. Pengungkapan tersebut tidak hanya dilakukan oleh perbankan konvensional tetapi juga dilakukan oleh perbankan syariah (Rizal, 2013 ).

Perbankan syariah merupakan sektor yang patut diperhitungkan. Survey yang dilakukan oleh Bahrain Monetary Agency di tahun 2004 memperlihatkan bahwa jumlah institusi perbankan syariah melonjak dengan cukup siginifikan dari 176 di tahun 1997 menjadi 267 di tahun 2004 yang beroperasi di 60 negara di dunia. Dengan tingkat pertumbuhan sebesar 15% per tahunnya maka industri perbankan syariah merupakan sektor yang paling cepat berkembang di negara muslim (Zaher dan Hassan, 2001). Di Indonesia walaupun perbankan syariah tercatat tumbuh dengan signifikan, namun dibandingkan perbankan konvensional

(3)

pangsa pasar perbankan syariah masih relatif kecil ukurannya yaitu sebesar 2,2% (Bank Indonesia, 2008). Akan tetapi prospek industri syariah ini di masa datang diyakini akan semakin bagus dan patut diperhitungkan (Sofyani, 2011).

Pemerintah di negara-negara berpopulasi muslim institusi-institusi regulator internasional seperti Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) secara terus menerus menyuarakan dan mengupayakan adanya pengembangan dan adopsi format pelaporan semacam laporan CSR untuk diformulasikan bagi lembaga-lembaga keuangan Syariah, namun Islam Forum Ekonomi Dunia bisa dibilang forum pertama dari jenisnya untuk memperkenalkan agenda bisnis tidak hanya untuk negara-negara Muslim dan masyarakat Muslim di seluruh dunia, tetapi untuk komunitas bisnis global pada umumnya yang tertarik untuk berinvestasi dan melakukan bisnis di dunia Muslim misalnya seperti Singapura bersama-sama dengan sekelompok investor dari Timur Tengah , telah meluncurkan bank Islam pertama di Singapura , Islamic Bank of Asia (IB Asia) dengan memegang 60 persen saham di bank yang baru terbentuk.

Sayangnya penelitian mengenai Indeks ISR pada bank-bank syariah belum banyak dilakukan (Fitria dan Hartanti, 2010) oleh karena itu, mengingat industri perbankan syariah di dunia termasuk di AsianTenggara saat ini sedang tumbuh dengan cukup pesat, ditambah dengan isu praktek dan pengungkapan CSR yang makin marak, maka penting dilakukan penelitian mengenai praktek pengungkapan tanggungjawab sosial (social disclosure) pada bank syariah terbesar di Asia Tenggara ditinjau dari perspektif yang sesuai dengan kaidah Islam

(4)

yaitu Islamic Social Reporting (ISR). Alasan dipilihnya penelitian di Asia Tenggara karena beberapa negara ini terus mengupayakan untuk mengadopsi format pelaporan CSR pada laporan tahunan (annual report) yang sama yang diambil dari AAOIFI (Sofyani, 2011).

Penelitian mengenai pengungkapan tanggungjawab sosial (social disclosure) perusahaan telah banyak dilakukan, namun kebanyakan bukan dengan ukuran pengungkapan syariah tetapi ukuran pengungkapan konvensional seperti Global Reporting Initiative (GRI). Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Basamalah dan Jermias (2005) yang menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan tanggungjawab sosial adalah untuk alasan strategis. Sedangkan Sayekti (2006) menyatakan bahwa hampir semua perusahaan yang terdaftar di BEJ telah mengungkapkan informasi mengenai CSR dalam laporan tahunannya dalam kadar yang beragam.

Islamic Social Reporting (ISR) pertama kali dikemukakan oleh Haniffa (2002) lalu dikembangkan secara lebih ekstensif oleh Othman et al.(2009) di Malaysia. Haniffa (2002) mengungkapkan bahwa adanya keterbatasan dalam pelaporan sosial konvensional sehingga ia mengemukakan kerangka konseptual Islamic Social Reporting berdasarkan ketentuan syariah yang tidak hanya membantu pengambilan keputusan bagi pihak muslim melainkan juga untuk membantu perusahaan dalam melakukan pemenuhan kewajibannya terhadap Allah Subhanaahu wa Ta’ala dan masyarakat. Islamic Social Reporting (ISR) menggunakan prinsip syariah sebagai landasan dasarnya. Prinsip syariah dalam ISR menghasilkan aspek-aspek material, moral, dan spiritual yang menjadi fokus

(5)

utama dari pelaporan sosial perusahaan. Islamic Social Reporting (ISR) merupakan perluasan dari pelaporan sosial yang tidak hanya berupa keinginan besar dari seluruh masyarakat terhadap peranan perusahaan dalam ekonomi melainkan berkaitan dengan perspektif spiritual (Haniffa, 2002). ISR lebih menekanan terhadap keadilan sosial dalam pelaporannya selain pelaporan terhadap lingkungan, kepentingan minoritas dan karyawan. Konsep ini dalam Islam lebih menekankan bentuk ketaqwaan umat manusia kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam dimensi perusahaan (Widiawati, 2012:5)

Dari uraian diatas terlihat betapa pentingnya pelaksanaan CSR pada suatu perusahaan sehingga perusahaan perlu mengungkapkan tanggungjawab sosialnya. Basamalah dan Jermias (2005) yang menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan tanggungjawab sosial adalah untuk alasan strategis. Sedangkan Sayekti (2006) menyatakan bahwa hampir semua perusahaan yang terdaftar di BEJ telah mengungkapkan informasi mengenai CSR dalam

laporan tahunannya dalam kadar yang beragam selain itu, sebagian besar studi

empiris yang menganalisis pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan berfokus pada laporan tahunan (annual report), dimana annual report dianggap sebagai alat yang paling penting yang digunakan perusahaan untuk berkomunikasi dengan stakeholders perusahaan (Branco dan Rodrigues, 2006). Penelitian ini dilakukan pada lima Bank Syariah terbesar di Asia tenggara yang masuk dalam 100 Bank Syariah terbesar di dunia diantaranya satu dari Malaysia (Bank Islam Malaysia), dua dari Indonesia (Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mandiri Syariah), satu dari Singapura (Bank Islam of Asia) dan satu dari Brunei

(6)

Darussalam (Bank Islam Brunei Berhard). Alasan dilakukan penelitian ini karena beberapa bank islam tersebut masuk dalam kategori bank islam tebesar di dunia selain itu negara Indonesia, Malaysia, singapura dan Brunei Darussalam memiliki letak geografis yang berdekatan (Asia Tenggara) dengan mayoritas berpenduduk yang memeluk Agama Islam (Muslim) kecuali Singapura dengan mayoritas non Muslim, sehingga dapat menarik stakeholder dalam lingkup Asia Tenggara untuk melakukan investasi dilihat dari pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh bank syariah tersebut. Beberapa penelitian juga memperlihatkan bahwa jumlah institusi perbankan syariah melonjak dengan cukup signifikan diketiga negara tersebut dengan tingkat pertumbuhan 15% pertahunnya maka industri perbankan syariah merupakan sektor yang paling cepat berkembang di tiga negara tersebut (Zaher dan Hasan, 2001, sebagaimana yang dikutip Fitria dan Hartanti).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan dalam latar belakang penelitian di atas, maka peneliti mencoba untuk mengkaji tentang dua hal, yakni:

1. Bagaimana pengungkapan pertanggung jawaban sosial perbankan syariah di Asia Tenggara berdasarkan model Islamic Social Reporting Index? 2. Apakah terdapat perbedaan pengungkapan kinerja sosial yang dilakukan

(7)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat dalam rangka menjawab permasalahan yang ada pada perumusan masalah, yaitu:

a. Mendeskripsikan pengungkapan pertanggung jawaban sosial pada bank syariah di Asia Tenggara.

b. Menjelaskan perbedaan pengungkapan pertanggung jawaban sosial pada bank syariah tersebut dengan mengacu kepada model Islamic Social Reporting Index.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian atau kegunaan hasil penelitian yaitu: a. Bagi perkembangan kajian akuntansi (Kegunaan Teoritis)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam pendalaman isu kinerja social (Corporate Social Responcibility) perbankan syariah dengan mengacu kepada indeks ISR.

b. Manfaat bagi dunia praktik (Kegunaan praktis)

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada para pelaku bisnis, khususnya perbankan syariah dalam menjalankan praktik pengungkapan CSRnya dengan mengacu kepada model ISR indeks.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan hasil analisa dinamik tersebut pada analisa VIV berdasarkan kriteria yang disyaratkan pada peraturan DNV RP-C205 dapat disimpulkan bahwa

Kabupaten Tanah Datar mengenai kelebihan-kelebihan objek wisata panorama di Kabupaten Tanah dibandingkan objek wisata lain, yaitu mempunyai pemandangan yang sangat

Mengetahui hubungan karakteristik subjek dengan hiperglikemia serta mengetahui perbedaan proporsi subjek yang mengalami hiperglikemia antara kelompok subjek yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa masing-masing variabel yaitu penyampain jasa berpengaruh terhadap kepuasan pasien dan kepercayaan pasien, kepuasan pasien berpengaruh

Teori asimilasi yang memiliki definisi proses penyatuan dua kebudayaan yang berbeda yang menyatu dan membentuk sebuah kebudayaan baru menjelaskan jawaban

Bagaimana mewujudkan eksistensi manusia yang lebih manusiawi? Ini adalah sebuah pertanyaan yang mudah untuk dijawab tetapi sangat sulit untuk direalisasikan. Sebab manusia dengan

merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain, dan selanjutnya diukur pada

Sementara itu, penelitian Aulya (2013) pada polisi Lalu Lintas di Polres Metro Jaya menemukan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada polisi lalu