• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) benturan, atau pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) benturan, atau pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dampak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dampak adalah benturan, atau pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif), benturan yang cukup hebat antar dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang berarti dalam momentum sistem yang mengalami benturan itu. Dampak positif adalah akibat baik/ pengaruh yang menguntungkan yang didapatkan dari berbagai hal atau peristiwa yang terjadi sedangkan dampak negatif adalah pengaruh atau akibat yang dihasilkan yang cenderung memperburuk keadaan ataupun merugikan. pengertian Dampak.2012-2016, dapat diakses pada www.google.com/amp/kbbi.web.id/dampakhtml (diakses 16 Maret 2017 pukul 20.25 WIB).

Adapun dampak memberikan pengaruh berupa:

1. Dampak positif yaitu dampak yang berpengaruh positif 2. Dampak negatif yaitu dampak yang berpengaruh negatif

3. Dampak langsung yaitu dampak yang dirasakan langsung dan berkaitan dengan dampak positif

4. Dampak tidak langsung yaitu dampak tidak langsung yang dirasakan dengan adanya suatu pengaruh

2.2 Pengertian Bandara Udara

Menurut Anex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization), Bandara Udara adalah suatu tempat atau daerah, di darat atau diperairan dengan batas-batas tertentu, termasuk bangunan dan instalasi yang dibangun untuk

(2)

keperluan pergerakan pesawatterbang lepas landas, pendaratan atau pergerakan dipermukaan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonnesia Nomor 70 tahun 2001, Bandara udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, dan naik turunnya penumpang atau bongkar muatan kargo atau pos, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan.www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-bandar-udara-defenisi. htm?=1hub.bud.dephub.go.id/id/page/detail/44 (diakses 16 Maret 2017 pukul 20.00 WIB)

Sistem Bandara udara dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu: sisi darat (land side) dan sisi udara (air side). Sistem bandara pada sisi darat terdiri atas sistem jalan penghubung kendaraan (jalan masuk ke Bandara), lapangan parkir kendaraan dan terminal penumpang, sedangkan sistem Bandara pada sisi udara meliputi runway, apron, taxiway.

Lingkup kegiatan pada Bandara udara sangat luas, sehingga secara umum fungsi Bandara udara dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Melayani, mengatur dan mengawasi lalu-lintas udara baik yang datang, berangkat maupun transit

b. Menyimpan, mengurus dan mengatur muatan, baik yang berasal dari angkutan darat yang dipindahkan ke angkutan udara maupun sebaliknya c. Menyediakan dan memelihara fasilitas bandar udara, telekomunikasi,

navigasi udara dan listrik

d. Menyelenggarakan dan mengendalikan keamanan dan ketertiban umum di bandara udara

(3)

2.3 Pembangunan

2.3.1 Pengertian Pembangunan

Kata pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata ini diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali, kemajuan yang dimaksud terutama adalah kemajuan material. Maka pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat di bidang ekonomi (Budiman,1996:1).

Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan progresif yang berkelanjutan (sustained progressive change) untuk mempertahankan kepentingan individu maupun komunitas melalui pengembangan, intensifikasi dan penyesuaian terhadap sumber daya. Pembangunan adalah proses yang kontinu. Pembangunan juga harus dipisahkan dari konsep pertumbuhan dimana pembangunan konsep yang lebih luas yang secara simultan melibatkan aspek sosial, lingkungan dan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat (Sondang, 2001:12).

Pembangunan merupakan sesuatu yang menarik. Hal itu bukan saja karena pembangunan selalu memiliki Dimensi-dimensi yang begitu luas sehingga selalu memikat, tetapi juga karena pembangunan menjadi suatu yang melekat dalam kehidupan kita. Keberadaan pembangunan telah menimbulkan berbagai kajian dan pandangan tentang pembangunan.

Dari perspektif ekonomi pembangunan dimaknai sebagai suatu upaya dalam mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Masyarakat sejahtera ditandai dengan adanya kemakmuran berupa meningkatnya komsumsi masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Sedangkan pandangan dari

(4)

perspektif ekonomi lingkungan, pembangunan dinyatakan sebagai proses perubahan yang terencana dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan secara berkelanjutan(Mudana, 2015:14).

Higgins berpendapat bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan pertumbuhan manusia itu sendiri. Dengan kata lain pertumbuhan semua manusia yang menyangkut inti nilai-nilai manusiawi, baik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan biologis, kejiwaan, sosial, budaya, ideologi, spritual, kebatinan, dan aspirasi-aspirasi trasendentalnya. Hal itu sejalan dengan konsepsi pembangunan yang dikemukakan oleh Soetdjamoko yang mengemukakan pembangunan sebagai suatu proses perubahan menuju keberadaban dan pembebasan manusia.

Richard mengemukakan pengertian pembangunan(development) sebagai berikut: primarily an attempt to increase the amount of the subsistence which environment canprovide. Defensi tersebut menunjukkan pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan untuk tujuan peningkatan kesejahteraan penghidupan manusia, hal ini menunjukkan pentingnya perencanaan.Dalam perencanaan tujuan pembangunan inilah gagasan, ide, paham, teori atau paradigma yang dianut oleh perencana pembangunan mewarnai rumusan perencanaan pembangunan yang dihasilkan (Mudana, 2015:15).

Dalam konteks itulah maka dikatakan konteks mentalis masyarakat akan mewarnai perencanaan dan menentukan keberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Faktor mentalis ini oleh sebagian orang disebut dengan berbagai istilah, ada yang menyebutnya dengan faktor manusia, faktor kultural, faktor non-ekonomi, faktor psikokultural, atau sikap mental.

(5)

Konsep-konsep pembangunan tersebut diatas menunjukkan luasnya ruang lingkup pembangunan. Karena pembangunan memiliki makna yang sangat luas maka dimungkinkan adanya berbagai pandangan tentang pembangunan. Hal itulah paling tidak yang memungkinkan disatu sisi pembangunan dipandang sebagai kata benda yang netral yaitu suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha dalam meningkatkan kehidupan ekonomi, politik, budaya, infrastruktur masyarakat dan sebagainya. Dalam konteks ini pembangunan disejajarkan dengan perubahan sosial (Mudana, 2015:16).

2.3.2 Mengukur Pembangunan

Untuk mengukur pembangunan Arief Budiman mengatakan dalam bukunya yang berjudul “Teori Pembagunan Dunia Ketiga” (hal 1-9) yaitu:

1. Kekayaan rata-rata

Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi, Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila pertumbuhan masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian yang diukur adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas negara. Dalam bahasa teknis ekonominya, produktivitas ini diukur oleh Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) dan Product Domestic Bruto (PDB) atau Gross Domestik Product (GDP).

2. Pemerataan

Segera menjadi jelas bahwa kekayaan keseluruhan yang dimiliki, atau yang diproduksikan sebuah bangsa, tidak berarti bahwa kekayaan itu merata dimiliki oleh semua penduduknya. Bisa terjadi, sebagian kecil orang di dalam negara tersebut memiliki kekayaan yang berlimpah, sedangkan sebagian besar

(6)

hidup dalam kemiskinan. Hal ini bisa menimbulkan ironi, kita bisa mengunjungi sebuah negara yang tinggi PNB/kapitanya, tetapi dimana-mana kita lihat orang hidup miskin, tidak punya tempat tinggal, dan kedinginan pada musim dingin. Memang ada orang yang luar biasa kaya, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Orang-orang kaya ini ibarat sebuah pulau kecil yang dikelilingi oleh samudera orang miskin yang sangat luas. Kalau kekayaan ini dirata-ratakan dalam PNB/kapita atau PDB/kapita, akan diperoleh nilai yang tinggi. Kemiskinan yang ada tertutup oleh adanya kekayaan yang luar biasa tersebut.Dapatkah negara itu dikatakan maju pembangunannya?.

Oleh karena itu, timbul keinginan untuk memasukkan aspek pemerataan dalam ukuran pembangunan, bukan lagi hanya PNB/kapita saja. Pemerataan ini secara sederhana diukur dengan melihat beberapa prosen dari PNB diraih oleh 40% penduduk golongan menengah, dan berapa persen oleh 20% penduduk terkaya meraih lebih dari 50% PNB, sedangkan sisanya dibagi diantara 80% penduduknya, ketimpangan antara orang-orang kaya dan miskin dianggap besar.

Dengan demikian dapat dikatakan,bangsa atau negara yang berhasil melakukanpembangunan adalah mereka yang disamping tinggiproduktivitasnya, penduduknya juga makmur dan sejahtera secara relatif merata (Budiman, 1996: 5).

3. Kualitas Kehidupan

Salah satu cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah negara adalah dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physical of life Index), Tolok ukur PQLI ini diperkenalkan oleh Moris yang mengukur 3 indikator, yakni: (1) rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun (2) rata-rata jumlah

(7)

kematian bayi, dan (3) rata-rata prosentasi buta dan melek huruf. Prestasi PQLI tidak selalu sama dengan prestasi PNB/kapita, meskipun pada umumnya dapat dikatakan bahwa negara yang tinggi PNB/kapitanya juga tinggi angka PQLI-nya, demikian juga sebaliknya.

4. Kerusakan Lingkungan

Sebuah negara yang tinggi produktivitasnya, dan merata pendapatan penduduknya, bisa saja berada dalam sebuah proses untuk menjadi semakin miskin. Hal ini misalnya, karena pembangunan yang menghasilkan produktivitas yang tinggi itu tidak mempedulikan dampak terhadap lingkungannya. Lingkungannya semakin rusak, Sumber-sumber alamnya semakin terkuras, sementara kecepatan bagi alam untuk melakukan rehabilitasi lebih lambat daripada kecepatan perusakan sumber alam tersebut. Mungkin juga pabrik-pabrik yang didirikan menghasilkan limbah kimia yang merusak alam di sekitarnya, sehingga mengganggu kesehatan penduduk maupun segala makhluk hidup disekitarnya (Budiman, 1996: 7).

Oleh karena itu, seringkali terjadi bahwa pembangunan yang dianggap berhasil ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai. Akibatnya, pembangunan ini tidak bisa berkelanjutan, atau tidak sustainable.Karena itu, dalam kriteria keberhasilan pembangunan yang paling baru, dimasukkan juga faktor kerusakan lingkungan sebagai faktor yang menentukan. Apa gunanya sebuah pembangunan yang pada saat ini memang tinggi produktivtasnya, merata pembagian kekayaannya, tetapi dalam jangka sepuluh tahun atau dua puluh tahun mendatang akan kempes karena kehilangan sumber daya yang menjadi impuls utama pertumbuhan tersebut.

(8)

5. Keadilan Sosial dan Kesinambungan

Demikian tolak pembangunan yang berhasil, yang semula hanya memberi tekanan pada tingkat produktivitas ekonomi sebuah negara, kini menjadi semakin kompleks. Dua faktor baru yang ditambahkan pada pembahasan diatas, yakni faktor keadilan sosial(pemerataan pendapatan) dan faktor lingkungan, berfungsi untuk melestarikan pembangunan ini, supaya bisa berlangsung terus secara berkesinambungan.

Sebenarnya faktor keadilan sosial dan faktor lingkungan saling berkaitan erat. Yang pertama, keadilan sosial bukanlah faktor yang dimasukkan atas dasar pertimbangan moral, yaitu demi keadilan saja. Tetapi faktor ini berkaitan dengan kelestarian pembangunan juga. Bila terjadi kesenjangan yang terlalu mencolok antara orang-orang kaya dan orang miskin, masyarakat yang bersangkutan menjadi rawan secara politis.

Orang-orang miskin itu cenderung untuk menolak status quo yang ada. Mereka ingin memperbaiki diri, dengan mengubah keadaan. Oleh karena itu, bila konfigurasi kekuatan-kekuatan sosial memungkinkan(misalnya, terjadi pertentangan yang tajam antara kaya dan miskin, terjadi perpecahan di kalangan militer dan sebagian dari mereka mendukung kelompok yang mau mengubah keadaan, kelompok orang-orang ini terorganisir secara relatif baik, sebagainya) akan terjadi gejolak politik yang bisa menghancurkan hasil pembangunan yang sudah dicapai (Budiman,1996:9).

Dengan demikian, seperti juga masalah kerusakan alam yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan, faktor keadilan sosial juga merupakan semacam kerusakan sosial yang bisa mengakibatkan dampak yang

(9)

sama. Kerusakan sosial ini antara lain dapat diukur oleh index Gini dan tingkat kualitas kehidupan fisik seperti yang dicerminkan oleh tolok ukur PQLI. Karena itu, dapat dirumuskan bahwa pembangunan yang berhasil mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi

Pembangunan yang

berhasil Berkesinambungan -Tidak terjadi kerusakan sosial

-Tidak terjadi kerusakan alam

2.4 Masyarakat

2.4.1 Pengertian Masyarakat

Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari adalah masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin Socies berarti “kawan” Istilah masyarakat sendiri berasal dari kata arab syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah saling “berinteraksi” (Koentjaraningrat, 2009:116).

Pengertian Masyarakat menurut beberapa Ahli:

1. Ralph Linton (1936) mengemukakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Pengertian ini menunjukkan adanya syarat-syarat sehingga disebut masyarakat, yakni adanya pengalaman

(10)

hidup bersama dalam jangka waktu cukup lama dan adanya kerja sama diantara anggota kelompok, memiliki perasaan atau pikiran menjadi bagian dari suatu kesatuan kelompoknya. Pengalaman hidup bersama menimbulkan kerja sama, adaptasi terhadap organisasi dan pola tingkah laku anggota-anggota.

2. John Lewis Gillin dan Jhon Philip Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.

3. Steinmentz, seorang ahli sosiologi Belanda memberi batasan tentang masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan erat dan teratur.

4. Melville J. Herskovits mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu. 5. Auguste comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan

kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas –realitas baru yang berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya kelompok, manusia yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain (Basrowi, 2005: 39).

(11)

Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi. Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya bila hanya adanya suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari suatu kesatuan manusia itu benar-benar akan berinteraksi. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat. Meskipun kadang-kadang mereka juga berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunyai suatu ikatan lain kecuali ikatan berupa perhatian.

Demikian juga sekumpulan manusia yang menonton suatu pertandingan sepak bola dan sebenarnya semua kumpulan manusia penonton apapun juga, tidak disebut masyarakat. Sebaliknya untuk sekumpulan manusia itu kita pakai istilah kerumunan dan dalam bahasa inggris telah dipakai istilah crowd.

Dengan demikian suatu asrama pelajar, suatu akademi kedinasan atau sekolah tidak dapat disebut masyarakat, karena meskipun kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru, pegawai administrasi, serta para karyawan lain itu terikat dan diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma dan aturan sekolah, namun sistem normanya hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas saja. Sedangkan sebagai suatu kesatuan manusia, suatu asrama atau sekolah itu hanya bersifat sementara, artinya tidak ada kontinuitasnya. Maka hal ini tidak dapat disebut sebagai masyarakat(Koentjaranigrat, 2009:117).

2.4.2 Perubahan masyarakat

Perubahan masyarakat secara umum menyangkut perubahan-perubahan struktur, fungsi budaya dan perilaku masyarakat. Untuk dapat membuat defenisi

(12)

masyarakat secara jelas dan rinci, maka terlebih dahulu perlu dilakukan pemisahan pengertian istilah perubahan dan istilah masyarakat. Perubahan berarti suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran (regress) dan bisa juga berupa kemajuan (progress). Sedangkan masyarakat artinya sekelompok ikatan nilai dan norma-norma sosial. Istilah masyarakat juga dapat diartikan sebagai wadah atau tempat orang-orang yang saling berhubungan dengan hukum dan budaya tertentu untuk mencapai tujuan bersama (Syani, Abdul.1995:85).

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan baik perubahan dalam arti luas maupun perubahan dalam arti sempit, perubahan secara cepat (revolusi) atau lambat (evolusi). Menurut Selo Soemerdjan bahwa perubahan-perubahan dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perikelakuan diantara kelompok kelompok dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa betapa luasnya bidang-bidang yang mungkin mengalami perubahan.Oleh karena itu perubahan pada masyarakat berarti juga perubahan pada kebudayaan, maka tidak mudah untuk mengemukakan batasan secara ringkas dan terperinci karena bidang kajiannya cukup luas (Syani, Abdul.1995:86).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses perubahan masyarakat pada dasarnya merupakan perubahan pola perilaku kehidupan dari seluruh norma-norma sosial yang lama menjadi pola perilaku dan seluruh norma-norma-norma-norma sosial yang baru secara seimbang, berkemajuan dan berkesinambungan. Pola-pola kehidupan masyarakat lama yang dianggap sudah usang diganti dengan pola-pola

(13)

kehidupan baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan sekarang dan masa mendatang.

2.4.3 Faktor pendorong perubahan masyarakat

Perubahan masyarakat pada umunya dapat terjadi dengan sendirinya secara wajar dan teratur, terutama apabila perubahan itu sesuai dengan pertumbuhan kepentingan masyarakat. Jika tidak, biasanya masyarakat tertutup terhadap perubahan lantaran khawatir atau takut kalaustabilitas kehidupan masyarakatnya akan terganggu akibat perubahan itu. Akan tetapi, pada kondisi tertentu perubahan masyarakat tidak bisa dihindari, terutama jika keadaan sekarang dianggap tidak berkemajuan atau tidak memuaskan lagi.

Terjadinya ketidakpuasan terhadap keadaan sekarang disebabkan nilai-nilai, norma-norma sosial, pengetahuan dan yang ada teknologi sekarang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan masyarakat, atau karena dianggap tidak dapat memenuhi berbagai kepentingan yang semakin kompleks dan serba terbatas. Dalam kondisi demikian, cepat atau lambat masyarakat akan berubah, mereka akan mencari jalan keluar dari berbagai kesulitannya dengan cara mengganti nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan dan teknologi baru yang dianggap dapat memenuhi tuntutan hidup sekarang dan masa depan keturunannya (Syani, Abdul 1995:88).

Peluang menuju kearah perubahan akan semakin besar di kala masyarakat lingkungan sekitar menawarkan berbagai metode dan teknologi atau sarana baru(faktor ekstern) yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang.

(14)

2.5 Kesejahteraan sosial 2.5.1 Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa Sansekerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” (payung) adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman, tentram baik lahir maupun batin (Fahrudin,2012:8).

UU No. 11 Tahun 2009 pasal 2 ayat 1 mendefenisikan kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materiil ataupun spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, baik kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Fahrudin, 2012:9).

2.5.2 Fungsi dan Tujuan Kesejahteraan sosial Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan yaitu:

1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standard kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, pendidikan, pendapatan, kesehatan dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

(15)

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat dilingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan

Dalam Undang-Undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan untuk:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian

c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial

d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan

e. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejateraan sosial

Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosial ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang negatif akibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Pencegahan (Preventive): Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial yang baru. Dalam masyarakat transisi, upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan untuk membantu

(16)

menciptakan pola-poa baru dalam hubungan sosial serta lembaga sosial-sosial baru.

2. Fungsi penyembuhan (Curative): Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat.

3. Fungsi Pengembangan (Development): Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.

4. Fungsi Penunjang (Supportive): Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain (Fahrudin, 2012: 12).

2.5.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat 1. Pendapatan

Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah, misalnya lebih komsumtif karena mereka mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya kebawah.

(17)

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan.

3. Pendidikan

Menurut undang-undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3 pendidikan bertujuan untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.

Berdasarkan tingkat pendidikan seseorang akan jauh lebih mudah untuk dimasukkan kedalam salah satu kelompok sosial: a) tinggi baik pada capital ekonomi dan budaya, b) tinggi dalam capital ekonomi dan rendah pada capital buadaya, C) rendah dalam capital ekonomi dan tinggi pada capital budaya, d) rendah baik pada capital ekonomi maupun budaya.

(18)

4. Kesehatan

Kesehatan adalah kemampuan untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga, indikatornya yaitu: Kemampuan untuk membeli obat-obatan dan kemampuan untuk berobat ke Rumah sakit, puskesmas, dan pengobatan tradisonal.

2.6 Penelitian Yang Relevan

Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

Ken Ardhana Neswari 2012

Dampak Pembangunan Bandara Internasional Lombok terhadap perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat

Hasil penelitian mengatakan bahwa dampak dari adanya pembangunan Bandara Internasional Lombok menunjukkan bahwa pembangunan tersebut berpotensi terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga Provinsi

NTB, Analisis keterkaitan dan dampak

penyebaran memperlihatkan bahwa sektor pembangunan Bandara mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari

nilai koefisien penyebaran yaitu sebesar 1,7354, analisis sektor pembangunan Bandara menunjukka dampak positif, keberadaan Bandara Internasional Lombok juga mampu mengembangkan sektor pariwisata dan mendatangkan lebih banyak penumpang karena semakin mudahnya akses

(19)

tersebut mampu mengembangkan

perekonomian Provinsi NTB.

2.7 Pengajuan Hipotesis

Secara Etimologis istilah hipotesis berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata, yaitu hipo yang berarti sementara dan these yang berarti pernyataan. Dengan demikian secara sederhana hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan sementara. Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan peneliti. Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan (Priyono, 2016: 66).

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang menegaskan hubungan antara dua atau lebih variabel dimana pernyataan tersebut merupakan jawaban yang bersifat sementara atas masalah penelitian. Selain itu, hipotesis adalah arahan sementara untuk menjelaskan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011). Hipotesis yang digunakan dalam proposal penelitian ini dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti benar melalui data yang dikumpulkan.

Hipotesis bisa ditolak (H-) dan bisa juga diterima (H+), atau bisa juga tidak mempengaruhi sama sekali terhadap penelitian yang dilakukan. Hipotesa tidak diterima dan tidak pula ditolak dan biasa disebut dengan hipotesa nol(Ho). Adapun hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha : Terdapat dampak pembangunan Bandara Silangit terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Pariksabungan Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara

(20)

Ho : Tidak terdapat dampak pembangunan Bandara Silangit terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Pariksabungan Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara

2.8 Kerangka Pemikiran

Pembangunan adalah usaha untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat sebagai subjek sekaligus objek dalam pembangunan harus tetap mendapat prioritas utama mengingat bahwa tujuan utama pembangunan yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat. Walaupun sebenarnya eksternalitas dari pembangunan tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif.

Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan secara resmi menyerahkan operasional pengelolaan Bandara Silangit kepada PT. Angkasa Pura II dan berencana menjadikan Bandara Silangit sebagai Bandara wisata terbesar di Indonesia. Dalam pembangunan bandara ini diprediksi memakan ratusan hektar tanah di desa Pariksabungan sehingga menimbulkan dampak pergeseran peralihan baik secara ekonomi, sosial, dan ketersediaan infrastruktur.

Desa pariksabungan adalah desa yang terkena imbas langsung dari pembangunan Bandara. Karena lahan sudah digunakan untuk pembangunan Bandara maka untuk dapat bertahan hidup masyarakat sekitar 2% berubah mata pencaharian dari petani menjadi pedagang di sekitar Bandara. Masyarakat berpikir dengan cara berdagang dapat meningkatkan pendapatan dibandingkan bertani, karena dalam bertani harus menunggu waktu yang lama untuk dapat panen, modal tidak adabahkan terjadi gagal panen sedangkan berdagang dapat mempunyai keuntungan yang besar karena adanya pembangunan tersebut.

(21)

Dengan adanya pembangunan Bandara Silangit dapat dilihat bagaimana dampak dari pembangunan tersebut akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat yakni Pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kesehatan. Untuk lebih jelasnya tentang dampak pembangunan Bandara Silangit terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat desa Pariksabungan Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara, maka peneliti menggambarkan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Bagan Alur Pemikiran:

Gambar 2.1 Bagan Alur Pemikiran

Masyarakat Tingkat Kesejahteraan: a. Pekerjaan b. Pendapatan c. Pendidikan d. Kesehatan Pembangunan Bandara Silangit

(22)

2.9 Defenisi Konsep

Defenisi Konsep adalah proses pemberian defenisi teoritis atau defenisi konseptual pada sebuah konsep. Defenisi konsep merupakan suatu defenisi dalam bentuk yang abstrak yang mengacu pada ide-ide lain atau sebagai proses yang digunakan untuk menunjukkan secara tepat tentang apa yang peneliti maksudkan bila menggunakan suatu istilah tertentu (priyono,2016:79).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Yang dimaksud dengan dampak dalam penelitian ini adalah pengaruh yang diperoleh melalui pembangunan Bandara Silangit baik pengaruh negatif maupun pengaruh positif dan seberapa besar pembangunan tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat desa Pariksabungan Kecamatan Siborong-borong.

2. Yang dimaksud dengan pembangunan Bandara Silangit dalam penelitian ini adalah Pembangunan yang dilakukan Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan operasional pengelolaan Bandara Silangit kepada PT. Angkasa Pura II, Dengan adanya proyek pembangunan bandara akan berdampak pada pengalih fungsi lahan sekitar pembangunan Bandara Silangit yakni desa Pariksabungan

3. Yang dimaksud dengan kesejahteraan masyarakat dalam penelitian ini adalah suatu kondisi atau keadaan masyarakat desa pariksabungan setelah hadirnya pembangunan bandara silangit. Dalam pembangunan akan dilihat adanya peningkatan dalam tingkat kesejahteraan yakni pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kesehatan.

(23)

4. Yang dimaksud dengan masyarakat dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang merasakan dampak dari pembangunan baik dampak positif maupun dampak negatif, dimana masyarakat tersebut telah hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan mempunyai tujuan kepentingan yang sama yakni mendapatkan peningkatan kehidupan dengan hadirnya pembangunan.

2.10 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukan unit-unit analisis kedalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel (Priyono,2016:79).

Melihat transformasi yang berlaku, maka defenisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis, Jika konsep itu sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian, 2011:142).

Adapun defenisi operasional dalam Penelitian ini adalah: a. Variabel bebas (independent variabel)

(24)

Variabel bebas (X) adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi, 1998:57).

Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah dampak Pembangunan Bandara Silangit.

b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel Terikat (Y) adalah sejumlah gejala, faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain.

Variabel Terikat (Y) Dalam Penelitian ini adalah Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Pariksabungan Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara, Indikatornya adalah:

a. Pekerjaan adalah merupakan kategori profesi yang dilakukan dalam mencari penghasilan untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga, dengan indikator: 1. Jenis usaha yang dikembangkan

2. Jenis pekerjaan suami

3. Aktivitas ekonomi seperti status bekerja

b. Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama, dengan indikator:

1. Pendapatan dari hasil usaha 2. Tanggungan dalam keluarga 3. Besarnya keluarga

(25)

4. Kepemilikan tanah 5. Tabungan

6. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari berupa pemenuhan sandang, pangan, papan

c. Pendidikan adalah kualitas pendidikan anak dilihat dari kemampuan serta akses untuk mengenyam dan memperoleh proses pendidikan suatu lembaga penyelenggara pendidikan sampai jenjang pendidikan tertinggi dengan ukuran kemampuan menyekolahkan anak.

d. Kesehatan adalah kemampuan untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga. Indikatornya yang dipakai adalah kemampuan untuk membeli obat-obatan peningkatan gizi, dan kemampuan untuk berobat ke rumah sakit, puskesmas dan pengobatan tradisional.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Alur Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan dengan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada diagram alir pada gambar 3.1. Dimana

95 Berkaitan dengan standar tersebut, dalam Lampiran Permenparekraf Nomor 4 Tahun 2014, telah diatur dan dijelaskan tentang 38 unsur yang wajib dilengkapi oleh Biro

Pembentukan tanda-tanda identitas hibrida ini melalui proses mimikri yang melibatkan peniruan, memunculkan perbedaan melalui keterselipan dan kelebihan dan akhirnya

Pengaruh interferensi dan interaksi tersebut perlu dikaji secara seksama melalui eksperiment agar nantinya hasil ini dapat memberikan kontribusi di dalam memprediksi

Metoda yang dilakukan untuk menganalisis terhadap kerusakan komputer dilakukan dengan cara mendeteksi terhadap beberapa kerusakan-kerusakan yang terjadi dalam komputer

EBITDA menurun sebesar 25.0% menjadi US$129.0 juta dari US$172.1 juta di 3M2017, sebagian besar disebabkan oleh laba kotor yang lebih rendah sekitar 20% sebagai hasil dari biaya

P333 + P313 - Jika terjadi iritasi kulit atau ruam kulit: Dapatkan saran/ pertolongan medis P302 + P352 - JIKA TERKENA KULIT: Cuci dengan sabun dan air yang banyak.. P280 -

Peserta didik yang belajar pada tahun terakhir di satuan pendidikan, memiliki rapor lengkap penilaian hasil belajar sampai dengan semester I tahun terakhir, dan atau