• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI INDUSTRI MICE (MEETING, INCENTIVE, CONFERENCE, EXHIBITION) DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA Oleh: Jumjuma, Dosen Politeknik Negeri Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI INDUSTRI MICE (MEETING, INCENTIVE, CONFERENCE, EXHIBITION) DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA Oleh: Jumjuma, Dosen Politeknik Negeri Medan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

31

POTENSI INDUSTRI MICE (MEETING, INCENTIVE, CONFERENCE, EXHIBITION) DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh: Jumjuma, Dosen Politeknik Negeri Medan Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi industri MICE di kota Medan, provinsi Sumatera Utara. Kota Medan sebagai destinasi MICE yang telah ditetapkan Pemerintah haruslah mengembangkan industri MICE di kota Medan. Sebagai ibukota Sumatera Utara, industri MICE mendapatkan perhatian yang serius bagi seluruh pihak yang bersentuhan dengan industri MICE untuk menggali seluruh potensi industri MICE. Penelitian dilakukan dengan mengacu pada standari nternasional destinasi MICE internasional.

Penelitian ini adala hpenelitian eksploratif deskriptif dengan teknik pengumpulan data dan analisis data secara kualitatif. Populasi yang digunakan adalah pihak industri MICE yaitu Dinas Pariwisata Kota Medan, EO MICE. Pengambilan sampel digunakan sampel jenuh yaitu sebanyak 10 Event Organizer MICE di kota Medan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi kepustakaan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah menemukan kota Medan memiliki faktor-faktor yang menjadi ukuran potensi kota Medan sebagai destinasi MICE sehingga kota Medan dapat dikatakans ebagai destinasi MICE Internasional. Potensi kota Medan yang dapat diakui sebagai potensi destinasi MICE adalah dari unsur aksesbilitas yaitu desain bandara telah bertaraf internasional dengan fasilitas bandara telah berbasis digital, jumlah penerbangan yang sudah banyak, unsur fasilitas pendukung yaitu hotel, exhibition center, convention center,valuta asing. Unsurfasilitaspendukungindustri MICE yaitu Exhibition dan Convention Center telahada di kota Medan. Begitu juga denganfasilitas hotel, restaurant dan money changer dinilai oleh EO MICE sudahmemenuhisyaratuntukkota Medan sebagaidestinasi MICE. Unsur souvenir dan unsurkeamananyang dinilaikurangmemenuhisyaratbagi Medan sebagaidestinasi MICE

Kata kunci: potensi industry MICE, destinasipariwisatainternasional, pariwisata PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada era globalisasi yang didukung dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan persaingan bisnis menyebabkan dibutuhkan lebih banyaknya penyelenggaraan pertemuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan budaya baik dalam skala nasional maupun internasional. Oleh karena itu prospek industri MICE semakin nyata terwujud. Perkembangan Industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, danExhibition) di Indonesia memiliki potensi besar dan merupakan salah satu produk unggulan industri Pariwisata Indonesia yang tertuang dalam pasal 14 ayat 1 Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Pada umumnya Industri MICE menciptakan para wisatawan yang datang dengan jumlah besar, lama tinggal lebih lama sehingga jumlah uang yang dibelanjakan lebih banyak serta berdampak pada promosi dan image Indonesia ke dunia international selain itu memberikan manfaat langsung pada ekonomi masyarakat seperti hotel, biro perjalanan wisata, usaha kuliner, cinderamata, guide, hingga transportasi lokal. Hal ini sejalan dengan tujuan kepariwisataan yang terdapat dalam pasal 4 Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, yaitu: (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) meningkatkan kesejahteraan rakyat, (3) menghapus kemiskinan, (4) mengatasi pengangguran, (5) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, (6) memajukan kebudayaan, (7) mengangkat citra bangsa, (8) memupuk rasa cinta tanah air, (9) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan (10) mempererat persahabatan antar bangsa.

Sejak ditetapkan Pemerintah Kota Medan sebagai salah satu dari 10 destinasi MICE, maka diharapkan bahwa terjadi peningkatan wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara (wisman) untuk melakukan perjalanan business tourism karena MICE dapat dikatakan sebagai business tourism. Bisnis atau industri MICE dapat memberikan lebih banyak dampak positif bagi

(2)

32

suatu negara dari pada hanya sekedar pariwisata biasa (konvensional) atau leisure tourism. Bisnis MICE memberikan multiplier effect untuk suatu negara. MICE masuk dalam lima teratas atau top five contributors dalam mendatangkan wisman, selain wisata belanja dan kuliner; wisata heritage dan religi; wisata bahari; dan wisata olahraga,

Pemerintah telah menempatkan MICE sebagai produk unggulan pariwisata nasional sebagai daya tarik wisatawan mancanegara. Pelaku bisnis pariwisata, asosiasi pariwisata seperti ASITA, PHRI, INCCA, ASPERAPI, perguruan tinggi, JCC, iCE BSD, JIExpo, media dan Pemerintah saing bergandengan tangan untuk menuju MICE terdepan sebagai bentuk kontribusi Pemerintah dalam memajukan “value” dari kualitas SDA maupun SDM dalam kancah MEA dan dinamika perekonomian internasional dengan mengedepankan 9 pilar yaitu diantaranya penguatan kelembagaan MICE, peningkatan aksesibilitas, peningkatan infrastruktur, pengembangan SDM dan kualitas pelayanan, penggunaan teknologi dan pengembangan konsep sustainability dalam penyelenggaraan kegiatan MICE. Selain itu adanya sikap penjamin keselamatan dan keamanan (safetyandsecurity), penguatan riset dan statistik, membangun citra destinasi dan terakhir menjaga serta mempertahankan keberagaman alam dan budaya sebagai daya tarik destinasi MICE (Mediatatama Binakreasi, 2016).

Kota Medan, sebagai kota terbesar ke tiga di Indonesia dan secara geografis terletak paling dekat dengan negara Singapur, Malaysia dan Thainland (negara yang telah maju industri MICEnya) memiliki peluang besar dalam pengembangan industri MICE. Kota Medan telah memiliki bandara internasional Kualanamu dan juga mendapatkan dampak positif dari dibukanya bandara internasional Silangit. Selain itu, Medan memiliki jumlah penduduk yang besar dan beragam suku etnis dan agama. Medan telah memiliki sarana pendukung industri MICE seperti hotel berbintang lima, ball room, hall (JW Marriot, Aston dan lainnya). Pembukaan jalan tol Bandara Kualanamu sampai ke Siantar serta pembangunan tempat penyelenggaraan pameran seperti ExpoHall Santika. Selain itu, dari segi SDM telah ada pendidikan tinggi vokasi program studi MICE Politeknik Negeri Medan menambah dukungan industri MICE dapat berkembang di Medan.

Dari segi event spesial yang diselenggarakan di Kota Medan, agenda tahunan yang rutin diadakan di Medan yaitu acara pertemuan marga Tionghoa (Chengbeng) yang dihadirin oleh lebih 2000 orang. Juga penyelenggaraan konferensi kedokteran internasional. Event Pesta Danau Toba (Karnaval HUT RI di kawasan Danau Toba), pesta marga Batak seperti marga Simbolon di Kabupaten Samosir sangat berdampak bagi perkembangan industri MICE di kota Medan. Kota Medan juga sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, adalah kota terbesar di pulau Sumatera terus berbenah dan mengembangkan potensi yang ada baik di sektor budaya, pendidikan dan bisnis. Kota Medan memiliki objek wisata peninggalan sejarah (heritage tourism) yang banyak dan wisata kuliner sehingga kota Medan juga dapat dikatakan berpotensi untuk mendatangkan wisatawan bisnis lebih banyak lagi. Penyelenggaraan budaya dari Provinsi Sumatera Utara telah banyak diadakan sejak tahun 1970 seperti Medan Fair, Pesta Budaya Melayu yang berlokasi di Taman Budaya Medan.

Industri MICE dapat dilihat melalui banyaknya event MICE yang diselenggarakan dan juga pengelolaannya secara profesional. Ada beberapa elemen industri MICE yang dapat dilihat pada destinasi MICE yaitu Professional Convention Organizer, Professional Incentive Organizer, Professional Exhibition Organizer, Guide Tour, Hotel, Restauran, Usaha kuliner, Usaha Souvenir, Exhibition Center, Pusat Perbelanjaan, Transportasi. Permasalahan saat ini adalah apakah kota Medan memiliki elemen-elemen tersebut dan memenuhi kriteria sebagai destinasi MICE internasional? Kebanyakan event MICE dikelola oleh event organizer bukanlah PCO, PEO atau PIO yang diakui lebih memiliki kompetensi yang tinggi sebagai MICE organizer.

Rumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini dititikberatkan padapotensi industri MICE di kota Medan. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat potensi industri MICE di kota Medan?

2. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi pelaku industri MICE dalam meningkatkan kota Medan sebagai destinasi MICE internasional?

Tujuan Penelitian

(3)

33

1. Untuk mengetahui potensi industri MICE di kota Medan

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi pelaku industri MICE meningkatkan kota Medan sebagai destinasi MICE internasional.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:

1. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang industri MICE khususnya mata kuliah Manajemen Venue dan Manajemen Proyek Event MICE

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kota Medan dan pelaku industri MICE untuk mengembangkan kota Medan sebagai destinasi MICE bertaraf internasional

3. Sebagai bahan kajian dan masukan bagi masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan di bidang pariwisata dan industri MICE.

TINJAUAN PUSTAKA Industri MICE

MICE adalah kegiatanpertemuan, perjalanan intensif, konvensi dan pameran dalamindustri. Secarateknis, MICE (Meeting, Incentive, Conference danExhibition) digolongkankedalam industripariwisata.Dalam peristilahan Indonesia MICE diartikan sebagai wisata konvensi, dengan batasan usaha jasa konvensi, perjalanan intensif, dan pameran merupakanusaha dengan kegiatanmemberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang.

Menurut Kesrul (2004:3), MICE adalah suat kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan LEASURE dan BUSINESS, biasanya melibatkan sekelompok orang yang secara bersama-sama. Rangkaian kegiatan dalam bentuk Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

Meeting adalah kumpulan orang atau group dengan ketertarikan yang hampir sama dan datang bersama untuk mencapai suatu tujuan .Sedangkan Incentive travel adalah program yang dikembangkan oleh suatu perusahaan untuk memberikan penghargaan kepada karyawannya dengan tujuan agar produktivitas lebih tingg, penjualan meningkat dan untuk member motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik..

Convention adalah sebuah kegiatan pertemuan resmi yang terfokus pada satu tema atau ide.Besaran peserta antara 100 – 300 orang.Exhibition adalah sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan untuk memamerkan produk atau jasa mereka.Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempertemukan antara penjual dan pembeli.

Industri MICE termasuk lima teratas atau top five contributors dalam mendatangkan wisatawan manca negara (wisman), selain wisata belanja dan kuliner, wisata heritage dan religi, wisata bahari dan wisata olahraga. Dalam dua tahun terakhir ini wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia mengalami peningkatan dalam jumlah yang sangat besar. Indonesia melalui Kemenpar berhasil memasarkan destinasi pariwisata Indonesia dalam berbagai acara di luar dan dalam negeri dan membuahkan peningkatan wisatawan hamper dua kali lipat dari tahun 2015 ke tahun 2016

MenurutUndang-Undang Kepariwisataan RI No. 9 tahun 1990 menyebutkan usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran meliputi jasa perencanaan, penyediaan fasilitas, jasa pelayanan, jasa penyelenggaraan konvensi, perjalanan insentif, dan pameran. Jadi usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan kelompok orang (negarawan, usahawan, cendikawan, dan sebagainya untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Pada umumnya kegiatan konvensi berkaitan dengan usaha pariwisata lain seperti transportasi, akomodasi, hiburan, perjalanan pra dan pasca konferensi.

Destinasi MICE

Destinasi Pariwisata menjadi ukuran dasar bagi destinasi MICE. Dengan kata lain bahwa destinasi MICE yaitu destinasi tempat penyelenggaraan industriMICE mempunyai standar yang lebih tinggi dari standar destinasi MICE. Menurut Crounch dan Ritchie dalam Crouch dan Louviere (2004) untuk menjadi destinasi industriMICE diperhatikan beberapa faktorseperti dijelaskan pada Tabel 2.1 bawah ini:

(4)

34

Tabel 2.1 Faktor Penentu menjadi destinasi industri MICE

Faktor Dimensi

Aksesibilitas a. Biaya: biaya transportasi yang diperlukan

b. Waktu:waktu tempuh atau jarak perjalanan ke lokasi serta biaya c.Peluang:opportunity cost dari waktu yang diperlukan

d. Frekuensi: frekuensi koneksi menuju ke lokasi

e. Kenyamanan: kenyamanan penjadwalan koneksi atau transportasimenuju ke destinasi

f. Hambatan: faktor yang menjadi hambatan dalam melakukanperjalanan seperti visa dan bea cukai

Dukungan Lokal

a. Dukungan lokal: tingkat dukungan yang ditawarkan oleh asosiasilokal b. Convention center: tingkat perencanaan, dukungan logistik dandukungan promosi yang ditawarkan

c. Subsidi: tingkat subsidi yang ditawarkan oleh suatu destinasi untukmembiayai penyelenggaraan event melalui pemberian potonganharga dan subsidi

Peluang Kegiatan Tambahan

a. Pusat hiburan: ketersediaan restaurant, bars, teater, pusat hiburanmalam, dll. b. Pusat perbelanjaan: mal, department store besar, harga yangrendah, dll. c. Wisata: arsitektur lokal, museum, monumen, objek wisata, taman, peninggalan bersejarah, tour lokal, dll.

d. Pusat rekreasi: pusat olahraga dan kegiatan baik sebagai penontonmaupun sebagai peserta

e. Peluang profesional:mengunjungi klien lokal, negosiasi, transaksibisnis, membuat kesepakatan kontrak, dll.

Fasilitas Akomodasi

a. Ketersediaan: apakah fasilitas akomodasi tersedia guna menunjangpelaksanaan MICE

b. Kapasitas: jumlah kamar yang tersedia c. Biaya: biaya akomodasi yang sesuai d. Layanan: persepsi terhadap standar layanan e. Keamanan: sejauh mana keamanannya

Fasilitas Rapat a. Kapasitas: kemampuan suatu lokasi dalam menyediakan fasilitasdengan ukuran yang sesuai kebutuhan

b. Layout: kesesuaian tata letak fasilitas dan denah lantai c. Biaya rapat: biaya ruang pertemuan yang diperlukan

d. Fasilitas ambience: kemampuan suatu lokasi dalam menciptakan suasana dan lingkungan yang sesuai

e. Layanan: persepsi terhadap standar layanan

f. Keamanan: sejauh mana suatu lokasi dapat menyediakan ruangpertemuan yang aman

g. Ketersediaan: apakah fasilitas rapat tersebut tersedia saat dibutuhkan h. Convention Center: fasilitas ruangan yang dipecah

Informasi a. Pengalaman: apakah lokasi MICE tersebut telah mampumenunjukkan kinerja yang memuaskan di masa lalu

b. Reputasi: bagaimana reputasi daerah tujuan tersebut diantara perencana pertemuan lainnya

c. Pemasaran: efektivitas kegiatan pemasaran destinasi Lokasi a. Iklim: keadaan iklim di daerah tujuan

b. Setting: daya tarik lingkungan destinasi

c. Infrastruktur: kesesuaian dan standar infrastruktur lokal

d. Keramahtamahan: sejauh mana daerah tuan rumah dan masyarakatlokal unggul dalam menjamu atau menyambut pengunjung

Kriteria Lainnya

Risiko: kemungkinan terjadinya aksi unjuk rasa, bencana alam,boikot dan berbagai keadaan merugikan lainnya yang dapatmengganggu kelancaran suatu kegiatan

- Profitabilitas: tingkat di mana suatu lokasi dapat menghasilkankeuntungan maupun kerugian dalam penyelenggaraan MICE

- Promosi asosiasi: apakah lokasi yang telah ditentukan dapatmeningkatkan kredibilitas penyelenggara dan meningkatkankeanggotaan

(5)

35

- Novelty: sejauh mana suatu lokasi merepresentasikan lokasi yangbaru untuk penyelenggaraan MICE berikutnya

(Sumber: Crouch dan Ritchie, 1998 dalam Crouch dan Louviere, 2004) METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian dan Waktu Pengumpulan Data

Penelitian inidilakukan di kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian diadakan pada bulan Juli sampai September 2018.

Parameter Pengukuran dan Pengamatan

Penelitian ini dipergunakan untuk melihat seberapa besar potensi industri MICE di Medan untuk menarik para investor atau pelaku indsutri MICE untuk mengembangkan dan menjadikan kota Medan sebagai destinasi MICE yang bertaraf internasional dan unggul sebagai venue bagi kegiatan MICE di Indonesia maupun se Asia Pacifik. Berikut alur penelitian yang dilakukan:

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2018 Subjek Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah seluruh pihak-pihak yang terlibat dalam industriMICE, pihak yang berkontribusi dalam mengembangkan pariwisata kota Medan Teknik pengambilan informasi yang digunakan adalah purposive sampling yaitu dengan mengambil subjek penelitian yang memenuhi kriteria. Dimana kriteria tersebut dibuat oleh peneliti sendiri.

Kriteria yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah: 1. Dinas Pariwisata Kota Medan, EO MICE

2. Pihak-pihak yang terlibat dalam usaha di bidang kepariwisataanyaitu Hotel, Restauran, ATM, Usaha Money Changer, Biro Travel, Usaha Souvenir, Transportasi, Guide, Penyelenggara Pertemuan, Kongres dan Penyelenggara Incentive Travel.

Pada penelitian ini, jumlah informan yang diambil sesuai dengan kecukupan informasi diperoleh.

Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan beberapa metode yaitu:

1. Data Primer diperoleh dengan melakukan Wawancara, yaitu melakukan wawancara dan mendistribusikan daftar pertanyaan dengan pihak yang langsung terkait dengan industriMICEseperti Dinas Pariwisata Kota Medan, Event MICE Organizerdan Imigrasi serta pihak bandara.

2. Data sekuder berupa Dokumen/kepustakaan, yaitu data yang diperolehdan dipelajari dari data-data Dinas Pariwisata dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Teknik yang diterapkan untuk menunjang metode tersebut, antara lain, teknik perekam, pencatatan, simulasi. 1. Perngumpul an data dengan wawancara 2. Validasi indikator pertanyaan 1.Analisis Deskripsi Kualitatif 2. Analisis triangulasi data Potensi Industri MICE di kota Medan 2 Mengidentifi kasikan dan merumuska n masalah 1. Tinjauan Teoritis Menyusun daftar pertanyaan untuk Pengukuran Faktor-faktor yang menjadi Potensi Industri MICE di kota MEdan

(6)

36 Metode dan Teknik Analisis Data

Permasalahan dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan metode kualitatif deskripsi. Hasil wawancara ditranskripkan, di koding dan intepretasikan. Setelah itu dibuat tringulasi dengan dokumen-dokumen yang sesuai.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan penganbilan data dengan cara melakukan wawancara dengan beberapa event organizer di kota Medan. Peneliti mewawancarai 10 oang EO (event organizer) yang dapat mewakili populasi yang digunakan. Peneliti dibantu oleh 5 orang mahasiswa untuk melakukan wawancara. Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara dan juga alat perekam. Hasil rekaman wawancara, kemudia ditranskripkan dan dikoding. Hasil wawancara yang telah dikoding, ditabulasi. Pedoman wawancara yang diajukan oleh peneliti menjadi panduan untuk mendapatkan pendapat para EO tentang Potensi kota Medan sebagai destinasi MICE.

Hasil wawancara ini juga didukung oleh data-data sekunder yang diberikan oleh informan dan juga dari pihak-pihak yang terlibat dalam industri MICE di kota Medan.

Adapun hasil wawancara dengan ke 10 EO di kota Medan adalah sebagai berikut ini: 1. Variabel Aksesbilitas

a. Bandara

Hasil wawancara mengenai aksesbilitas yaitu bandara serta fasilitas yang terdapat di bandara, mengatakan bahwa bandara internasional Kuala Namu di Kabupaten Deli Serdang merupakan bandara intetnasional yang telah memenuhi desain dan syarat-syarat lainnya (Lampiran 2). Bandara KualaNamu sebagai akses masuk ke kota Medan telah memiliki desain modern dan memenuhi syarat bandara internasional seperti check in counter, smart baggage conveyor belt, VIP boarding lounge dan semuanya telah berbasis digital.

b. Fasilitas

Hasil wawancara penelitian tentang fasilitas bandara diperoleh data bahwa ada bus schedule display, e-payment, wifi.id,self check in internasional, APPS pada check-in counter, conten layanan di aplikasi Indonesia airport dan digital banner beserta kontennya. Sebanyak 9 orang responden menjawab sudah lengkap seluruh fasilitas di bandara yang artinya bahwa dibandara Kualanamu telah ada bus schedule yaitu bis dari bandara ke beberapat tempat di kota Medan ada juga kereta (raillink) khusus bandara Kualanamu ke stasiun pusat kota Medan yang telah terjadwal.Raillink ini menempuh jarak Kualanamu-Stasiun Kota selama 30 menit, jumlah penumpang 308 orang dan 20 kali pp. Kereta ini difasilitasi dengan reclining seat, wi-fi dan layar audio visual.

Pertanyaan tentang kemudahan informasi di bandara, seluruh responden mengatakan bahwa telah mudah mendapatkan informasi di bandara seperti jadwal transportasi dari bandara dengan bus maupun raillink.Sistem informasi dan fasilitas berbasis digital yang terdapat pada bandara Kualanamu yaitu Centralized digital CCTV system, Centralized access control system, Common Use Passanger Processing System (CUPPS), Building Management System (BMS), Baggage Handling System (BHS), Flight Information Display System (FIDS), Net Monitoring System, serta Electronic Point of Sales (E-POS) yakni layanan berupa perangkat-perangkat yang dipasang pada tenant-tenant di bandara untuk mencatat seluruh kegiatan transaksi penjualan.

c. Penerbangan

Sebagai unsur aksesbilitas ke kota Medan yaitu bagaimana ketepatan jadwal keberangkatan dan kedatangan airline, jumlah jadwal penerbangan dan jumlah penerbangan internasional. Sebagian besar responden yaitu 6 orang mengatakan bahwa ketepatan jadwal keberangkatan dan kedatangan penerbangan terutama penerbangan internasional telah tepat jadwalnya. Tapi sebanyak 2 orang telah mengatakan bahwa jadwal penerbangan di Kualanamu masih terdapat keterlambatan. Penerbangan di Kuala Namu masih mengalami keterlambatan sekitar 20%. Untuk jumlah jadwal penerbangan, hasil wawancara dengan EO MICE mengatakan bahwa responden tidak tahu pasti mengenai jumlah jadwal penerbangan namun responden mengatakan banyak. Pihak bandara mengatakan bahwa jumlah penerbangan di Kualanamo sebanyak 55 penerbangan. Menurut responden (sebanyak 10) mengatakan bahwa jumlah

(7)

37

penerbangan (airline) internasional sudah banyak yaitu lebih dari 5 penerbangan asing namun menurut responden dari bandara Kualanamo mengatakan bahwa sebanyak 15 penerbangan internasional telah ada di bandara Kualanamu yang berangkat langsung dari bandara Kualanamo.

Mengenai pelayanan bandara, responden mengatakan bahwa pelayanan di bandara masih hampir 50% yang belum berkualitas atau petugasnya belum professional.

2. Variabel Fasilitas Pendukung

a. Convention dan Exhibition Center

Peneliti mengumpulkan data hasil wawancara tentang fasilitas MICE yang ada di kota Medan yaitu Exhibition Center, Convention Centre dan valuta asing atau money changer. Fasilitas yang harus dimiliki kota Medan sebagai destinasi MICE adalah exhibition center dan fasilitas lainnya seperti valuta asing. Sebagian besar responden mengatakan bahwa di Medan telah terdapat exhibition center yang mampu menampung 5000 pengunjung dan ada juga 1 responden mengatakan belum ada yang berkapasitas 5000 pengunjung. Exhibition center itu antara lain Dyandra Exhibition dan Convention Centre, Merdeka Walk untuk Exhibition, MICC, dan Podomoro City Deli.

Convention Center atau Convention Hall lainnya yang ada di Medan antara lain Dyandra Convention Hall, Regale International Convention Centre, Tiara Convention Centre, Selecta Convention Centre, Grand Aston Hotel. Data yang diperoleh dari pihak Dinas Pariwisata kota Medan mengatakan bahwa terdapat 16 convention center di kota Medan. Selain convention center juga terdapat exhibition center sebanyak 7 lokasi seperti Dyandra Exhibition Center, MICC, Merdeka Walk dan sekarang sedang dibangun lokasi exhibition di bekas lapangan terbang Polonia.

b. Valuta Asing

Semua responden mengatakan bahwa di Medan telah banyak transaksi mata uang asing. Ini terbukti terdapat 10 money changer di kota Medan yang telah bertaraf internasional dan dapat dipercaya. Seluruh responden juga mengatakan bahwa transaksi valas di Medan sudah cukup besar namun tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah transaksinya.

3. Unsur Kepariwisataan Internasional

Variabel Unsur Kepariwisataan Internasional terdiri dari beberapa elemen yaitu hotel, restaurant, souvenir dan juga money changer. Peneliti mendapatkan data dari seluruh responden tentang unsur kepariwisataan dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data potensi kota Medan sebagai kota destinasi MICE. Hasil penelitian pada unsur hotel ini yaitu: a. Hotel

Untuk menjadi destinasi MICE, kota Medan harus memiliki hotel kriteria bertaraf internasional seperti hotel berbintang 5 yang cukup menampung tamu sebanyak 5000 orang. Hotel dengan kriteria tersebut masih sepuluh yaitu antara lain Hotel JW Marriot, Hotel Grand Aston, Grand Mercure Angkasa, Hotel Aryaduta, Adimulia Hotel, Hotel Santika Dyandra, Souchi International Hotel, Four Points Sheraton, SwissBell Iin dan juga di lokasi dekat Bandara Kualanamu. Jumlah hotel bintang 4 di kota Medan sebanyak 21 hotel dan sebanyak 73 buah bintang 3.

b. Investor Hotel

Investor hotel di kota Medan belumlah begitu banyak. Hal ini dikatakan oleh 5 orang responden (50%). Investor hotel di Medan antara lain JW Marriott, Podomoro, Four Points Sheraton, Swiss Bell Iin dan Grand Aston.dan terdapat hotel yang dibangun saat ini oleh investor dari Belanda.

c. Transportasi ke Bandara

Seluruh responden mengatakan bahwa telah banyak pilihan transportasi ke Bandara antara lain yaitu taxi on line, transportasi khusus dari hotel, bus bandara damri bandara, bus Paradep dan lainnya sejumlah minimal 5 perusahaan angkutan ke bandara, dan raillink dari bandara langsung ke stasiun kereta di pusat kota Medan. Raillink ini menempuh jarak Kualanamu-Stasiun Kota selama 30 menit, jumlah penumpang 308 orang dan 20 kali pp. Transportasi ke

(8)

38

bandara ini sebagian besar beroperasi 24 jam sehingga memudahkan penumpang yang menuju ke bandara.

d. Keamanan

Secara keseluruhan responden berpendapat bahwa semua hotel di kota Medan dalam kondisi aman sekali, termasuk di kota Medan. Namun ada beberapa tempat yang dianggap rawan bagi wisatawan atau pengunjung event MICE di kota Medan. Sebanyak 8 responden mengatakan bahwa keamanan di kota Medan sudah baik sekali terutama di Kawasan bandara karena responden mendapat pengalaman sewaktu jadi EO MICE yang mengalami tercecer tas, ternyata dapat ditemukan dalam keadaan aman.

e. Karyawan berkualitas

Ada responden mengatakan bahwa kualitas karyawan juga ditentukan oleh tugas dan bidangnya masing-masing. Untuk karyawan pelayanan kamar dan restauran di hotel dikatakan oleh responden cukup berkualitas.

f. Restauran

Hasil penelitian mengemukakan bahwa sebagian responden (60%) mengatakan bahwa restauran yang bertaraf internasional sudah ada di Medan dengan menu internasional. Ini dibuktikan sudah ada restaurant dengan menu internasional di hotel-hotel, di beberapa mall dan juga di beberapa tempat tersendiri seperti restaurant Korea, Jepang, American Café, restaurant Arabia dan lain sebagainya. Sebagian besar restaurant internasional masih didominasi oleh menu China seperti di Jl. Selat Panjang dan lainnya. Restaurant di Medan juga sudah cukup bersih lingkungannya termasuk karyawannya. Masakan restaurant di Medan juga sudah memenuhi kualitas internasional dan juga dilayani oleh petugas atau pelayan yang berprofesional termasuk ahli masak (chef) nya.

g. Souvenir

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa responden mengatakan masih sulit menemukan toko souvenir yang mencirikan budaya Sumatera Utara. Di bandara Kualanamu juga sulit menemukan oleh-oleh ciri khas kota Medan. Hanya oleh-oleh makanan yang ada dijual di bandara. Jika ada dijual souvenir, responden mengatakan bahwa souvenir tidak begitu berkualitas.

Menurut hasil wawancara, jika ada penjualan souvenir di Medan, tenaga penjualan terkesan tidak ramah dan memaksa. Jika ada dijual souvenir, maka souvenir yang dijualpun belum bernilai seni tinggi.

h. Money Changer

Berdasarkan dari hasil wawancara yang mempertanyakan tentang nilai tukar mata uang di money changer dengan pihak bank. Peneliti mendapatkan bahwa terdapat cukup jumlah money changer di kota Medan yang cukup terpercaya dengan beda nilai tukar mata uang yang tidak terlalu jauh dari nilai tukar di perusahaan keuangan seperti bank.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil dan pembahasan penelitian telah dijelaskan sehingga dapat memberi kesimpulan dan saran yaitu sebagai berikut:

1. Potensi MICE terdapat di kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari faktor-faktor destinasi MICE yang telah ada di kota Medan yaitu:

a. Aksesbilitas yang terdiri dari airport yang telah memenuhi standar internasional dengan fasilitas telah berbasis digital dan jumlah penerbangan yang sudah banyak.

b. Fasilitas pendukung yaitu exhibition center yang telah ada sesuai standar internasional dan valuta asing

c. Unsur Kepariwisataan Internasional yaitu hotel, investor hotel, restaurant, money changer, souvenir.

2. Hambatan yang dihadapi pelaku industri MICE dalam meningkatkan kota Medan sebagai destinasi MICE adalah sumber daya manusia yang belum memenuhi standar kualitas sebagai tenaga kerja atau pelaku MICE seperti belum adanya PCO atau PEO yang memiliki kompetensi.

(9)

39

Selain itu juga faktor keamanan di kota Medan merupakan hambatan dapam meningkatkan kota Medan menjadi destinasi MICE.

Saran

Penelitian ini dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kendala antara lain dalam penentuan sampel. Hal ini disebabkan karena belum ada standar yang pasti mengenai kriteria event organizer di bidang MICE. Sumber daya manusia MICE masih minim sekali di kota Medan sekalipum potensi industri MICE telah tampak dimiliki oleh kota Medan. Oleh karena itu peneliti memberi saran-saran sebagai berikut:

1. Unsur sumber daya manusia di bidang industri MICE di kota Medan tidak dapat lepas dengan potensi destinasi MICE. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada pihak Dinas Pariwisata maupun pihak Pemerintah Provinsi Sumatera Utara khususnya kota Medan agar lebih mengarahkan peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang MICE melalui bekerja sama dengan pihak Lembaga Pendidikan MICE seperti Program Studi MICE Politeknik Negeri Medan.

2. Pemerintah Kota Medan juga seharusnya mengutamakan keadaan aman dan tentram kota Medan terlebih di malam hari sehingga memberi jaminan keselamatan dan keamanan untuk melaksanakan event MICE tingkat Nasional terlebih tingkat internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Kesrul, M 2000, Meeting, Incetives, Converence and Exebition.Yogyakarta. Graha Ilmu

McCabe, Nivienne. Poole, Barry. Weeks, Paul. Leiper, Neile. 2000. TheBusiness and Management of Convention. Brisbane. John Welly & Sons Australia Ltd

Medan Mulai Berkembang Menjadi Kota Tujuan MICE",

https://tekno.kompas.com/read/2008/03/14/18554683/medan.mulai.berkembang.menjadi.kota.t ujuan.mice

Muh.

Arfin

M.

Salim.

2009.

Potensi

Wisata

Konvensi

Atau

MICE

atauMICEDiKotaMakassarSulawesiSelatan.Vol14.Jurnal Ilmiah Pariwisata

Rogers, T., 2003, Conferences and Conventions – a Global Industry,

Oxford:Butterworth-Heinemann.

Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan

OkaA.Yoeti, 2000, ManajemenWisataKonvensi, Jakarta, Pertja

Viswanathan, N.K. and Dickson, P.R. (2006), The Fundamental of Standardizing Global

Marketing Strategies, International Marketing Review, Vol 24, No.1, pp. 46-63.

Gambar

Tabel 2.1 Faktor Penentu menjadi destinasi industri MICE

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dasar peta geohidrologi dan cekungan air- tanah (CAT) Brantas ini dapat disimpulkan bahwa kondisi airtanah pada akuifer tertekan di kota Malang adalah merata dan

Otto Sumarwoto : Lingkungan adalah jumlah sebuah benda dan kondisi yang berada di dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi Kehidupan manusiaa. Emil Salim : Segala

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Teknik Universitas Muria

 Seseorang atau kelompok yang tidak bertanggung jawab yang mempunyai kemampuan lebih dalam bidang IT juga dapat melakukan penyadapan informasi-informasi penting melalui jaringan

Dari penerjemahan langsung tersebut kemudian di analisis dengan kajian semantik yaitu menganalisis komponen makna kata dan frasa bahasa asing (bahasa Inggris) dalam wacana

Berdasarkan tabel 1.4 menunjukan bahwa hasil survei awal kepada 30 pengunjung yang melakukan kunjungan pada tempat wisata Imah Seniman Lembang Bandung di dapat

Pada analisa kerja alarm cahaya dan penampil led secara elektronis menggunakan dua IC-555, IC-555 yang pertama digunakan pada rangkaian alarm sebagai pengatur waktu, jika IC-555

Receiver ini juga menggunakan komponen piezoelektrik sebagai penerima, pada bagian ini terdiri dari beberapa rangkaian yaitu 2 buah rangkaian penguat 2 tingkat yang menggunakan