• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Batu Bata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Batu Bata"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat

Kerja Pada Pekerja Batu Bata

Relationship of Knowledgeand Attitudewith the Occupational Health by Occupational Diseases On

Workers of brick

Sarinah Basri K., Supri Erniatin Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra

Abstrak

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit akibat kerja diantaranya pengetahuan dan sikap kesehatan kerja. Jadi,hal –hal tersebut perlu dikembangkan dan ditingkatkan upaya promosi dan pencegahan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja pada pekerja batu bata di desa Plosokerep kecamatan Terisi Indramayu tahun 2014. Desain penelitian ini menggunakan Cross Sectional. Teknik penarikan sampel adalah seluruh total populasi, yakni sebanyak 66 pekerja. Pengambilan data yang dilakukan dengan wawancara mengunakan kuesioner. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Chi-square didapatkan nilai P-value untuk pengetahuan dan sikap, masing-masing0,024 dan 0,025, karena nilai P-value < 0,05 sehingga H0 ditolak, artinya ada hubungan antara pengetahuan dan sikapkesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja.

Kata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Kerja, Penyakit

Akibat Kerja

Abstract

Many factors affect the incidence of occupational diseases including knowledge and attitude of occupational healthSo, all about them need to be developed and are increased promotion and prevention in order to reduce as low as possible the risk of disease arising from work or the working of environment. This research aims to know the relationship knowledge and attitude of occupational health with the incidence of occupational diseases in brick worker in Plosokerepvillage, in Filled distric, Indramayu in 2014. The design of research uses cross sectional. The technique of sampling is the total of population, approximately 66 workers. Date of Collection is done by interview which use a questionnaire. Based on the results of using the Chi-square statistic is gotten P-value for knowledge and attitude, respectively 0.024 and 0.025, as the value of the P-value <0.05 so that H0 is rejected, meaning that there is a

relationship between knowledge and attitude of occupational health with the incidence of the disease occupational.

Keywords: Knowledge, Attitude, Occupational Health,

Occupational Disease

Pendahuluan

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kajian dalam ilmu kesehatan masyarakat yang memfokuskan kajian dalam ilmu kesehatan masyarakat pekerja baik di sektor formal maupun informal (Purwanto dkk, 2004).1Di tempat

kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti; faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (Tarwaka dkk, 2004).2Gangguan kesehatan

tersebut semakin dapat mempengaruhi jika pekerja kurang memiliki pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan kerja.

Dalam pelaksanaan pekerjaan di berbagai sektor akan selalu dihadapkan dengan resiko penyakit akibat kerja. (Suma’mur, 1976).3Untuk itu, perlu dikembangkan dan

ditingkatkan upaya promosi dan pencegahan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja. Risiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat, tergantung jenis pekerjaanya (Anies, 2005).4

Pabrik pembuatan batu bata merupakan suatu usaha yang memproduksi batubata. Pekerja batu bata bekerja pada setiap hari, dengan rata-rata waktu kerja ±8 jam perharinya. Dalam seharinya satu pekerja mampu menghasilkan ±2000 buah batu bata. Sehingga risiko keluhan nyeri punggung pada pekerja batu bata sangat tinggi.

Para pekerja melakukan pekerjaan yang kurang nyaman seperti, menggali tanah secara membungkukdalam waktu yang lama sehingga dapat meyebabkan nyeri pada sendi, mengaduk tanah dengan mengunakan tangan dan kaki tanpa menggunakan APD sehingga dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit, suara mesin yang

(2)

2 ditimbulkan dari mesin pencetak batu bata dapat menyebabkan gangguan pada pendengaran, dalam tahap penjemuran batu bata pekerja melakukan pekerjaan memindah batu bata dari pencetakan ke tempat penjemuran dengan cara mendorong gerobak kayu dari tahap penjemuran ini pekerja sering mengalami nyeri pada bagian lengan dan punggung selain itu pekerja juga terpapar sinar matahari sehingga meyebabkan iritasi pada kulit,

Pada tahap pembakaran batu bata yang memerlukan waktu 3–7 hari pekerja harus selalu menunggu ditempat tersebut dari pembakaran tersebut menimbulkan asap sehingga pekerja sering mengeluhkan sesak nafas dan pedih pada mata.Pekerja yang harus menyelesaikan pekerjaanya dengan posisi tubuh yang tidak nyaman misalnya harus membungkuk dalam rentang waktu yang cukup panjang, disamping akan cepat mengalami kelelahan juga cenderung lebih sering mengalami sakit akibat kerja.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap kesehatan kerja dengan penyakit akibat kerja pada pekerja batu bata.

Metode

Desain penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional.Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti (Arikunto, 2006).5Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009).6 Jadi teknik pengambilan

sampel merupakan total populasi yang ada pada10 kelompok perajin batubata di Desa Plosokerep Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu dengan jumlah sebesar 66 pekerja.Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi (pengamatan), angket (kuisioner) dan dokumentasi.

Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Menurut Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa analisis bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.7Analisis bivariat

digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan dengn skala data yang ada. Uji statistik Chi-square dengan menggunakan Program Komputer SPSS versi 16.0, Uji statistik yang

digunakan adalah Chi-square (X2) dengan menggunakan α = 0,05 dan 95%.

Hasil uji statistik untuk mengetahui apakah H0ditolak atau diterima. Dengan ketentuan apabila

p value<0,05 maka H0ditolak, artinya ada

hubungan, jika p>0,05 Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antar variabel. Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat, maka digunakan nilai Spearman Correlation.

Hasil

1. Analisis Univariat

Sebagian besar responden memiliki pengetahuan dengan kategori kurang terhadap kesehatan kerja sebanyak 40 pekerja (60,6%) sedangkan responden yang memiliki sikap yang tidak mendukung tidakmendukung terhadap kesehatan kerjaadalah sebanyak 44 pekerja (66,7%).

Responden yang mengalami penyakit dalam kategori simple sebanyak 50 pekerja (75,8%), sedangkan yang mengalami penyakit dalam kategori kompleks adalah 16orang (24,2%). Sebagian besar pekerja batu bata mengalami penyakit dalam kategori simple.

2. Analisis Bivariat

Dari 26 responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan menderita kategori penyakit simple, sebesar 16 pekerja (24,2%) dan dari 35 responden yang mempunyai pengetahuan kurang dengan pekerjanya menderita kategori penyakit simple sebanyak 34 pekerja (51,5%). Sedangkan responden yang mempunyai sikap mendukung kesehatan kerjadenganpekerjanya menderita kategori penyakit simple, sebesar 13pekerja (19,7%) dan dari 44responden yang mempunyai sikap yang tidak mendukung kesehatan kerjadengan pekerjanya menderita kategori penyakit simple, sebesar 37 pekerja (56,1%).

Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Pengetahuan Kesehatan Kerja

No. Kategori Jumlah Persen 1 Baik 26 39,4 % 2 Kurang 40 60,6 % Total 66 100 %

(3)

3

Tabel 2. Hasil Analisis Univariat SikapKesehatan Kerja

No. Kategori Jumlah Persen 1 Mendukung 22 33,3 % 2 Tidak

Mendukung 44 66,7 % Total 66 100 %

Tabel 3. Hasil Analisis Univariat Penyakit Akibat Kerja

No. Kategori Jumlah Persen 1 Simple 50 75.8 % 2 Kompleks 16 24.2 % Jumlah Total 66 100 %

Tabel 4. Hasil Analisi Bivariat Hubungan Pengetahuan Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja

Tabel 5. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja

Pembahasan

1. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 66 responden (pekerja batu bata) di desa Plosokerep kecamatan Terisi kabupaten Indramayu didapatkan 39,4 % tingkat pengetahuan baik,dan 60,6% tingkat pengetahuan pekerja kurang. Masih terdapatnya pekerja batu bata yang berpengetahuan kurang tentang kesehatan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingkat pendidikan, dan peran penyuluhan oleh petugas kesehatan. Mayoritas pekerja batu bata di desa Plosokerep mengenyam pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar. Sehingga mengalami kesulitan untuk memahami terhadap informasi yang diperoleh.Hal ini didukung oleh penelitian Dhema, dkk (2013) bahwa minimnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pekerja sangat mempengarhui tingkat pengetahuannya.8

Analisis hasil jawaban pertanyaan (kuesioner) mengenai pengetahuan kesehatan kerja tentang penyakit akibat kerja, didapatkan aspek pengetahuan yang masih rendah, seperti mengenai

pengertian kesehatan kerja, upaya kesehatan kerja, penyebab penyakit akibat kerja, serta bagaimana cara pencegahan penyakit akibat kerja.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan informasi yang diperoleh pekerja tentang kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja, perlu adanya penyuluhan-penyuluhan kesehatan khususnya tentang penyakit akibat kerja secara rutin/terus-menerus, agar pengetahuan pekerja lebih baik, karena dengan memberikan informasi-informasi upaya kesehatan kerja, cara-cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu, akan menimbulkan kesadaran pekerja batu bata, dan akhirnya akan menyebabkan pekerja tersebut berperilaku sesuai dengan apa yang dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini akan membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi perubahan yang dicapai bersifat langgeng/menetap, karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007).9

Hasil penelitian mengenai sikap kesehatan kerja terhadap penyakit akibat kerja menunjukkan sebanyak 33,3% sikap pekerja mendukung No Tingkat

Pengetahuan

Penyakit Akibat Kerja

Jmh P-

Value SC RR

95 % CI

Simple Kompleks Lower Upper

1 Baik 16 24,2 % 10 15,2 % 26 39,4 % 0,030 0,268 2,564 1,060 6,204 2 Kurang 34 51,5 % 6 9,1 % 35 60,6 % Jumlah 50 75,8 % 16 24,2 % 66 100 % No Tingkat Pengetahuan

Penyakit Akibat Kerja

Jmh P-

Value SC RR

95 % CI

Simple Kompleks Lower Upper

1 Mendukung 13 19,7 % 9 13,6 % 22 33,3 % 0, 025 0,275 2,571 1,105 5,985 2 Tidak Mendukung 37 56,1 % 7 10,6 % 44 66,7 % Jumlah 50 75,8 % 16 24,2 % 66 100 %

(4)

4 (favorable), dan 66,7% sikap pekerja yangtidak mendukung (unfavorable). Rata-rata sikap pekerja batu bata terhadap penyakit akibat kerja masuk dalam kategori tidak mendukung yaitu sebesar 66,7%, dapat dilihat dari analisis jawaban pernyataan terhadap penyakit akibat kerja, yang didapatkan jawaban yang tidak mendukung dalam upaya kesehatan kerja, seperti menggunakan alat pelindung diri. Berbanding terbalik dengan penelitian Ahmad (2012) yaitu 63,2% (43 orang) menunjukkan sikap positif terhadap penggunaan APD. Namun ternyata hanya 45,6% (31%) yang mempraktikkan penggunaan APD saat melakukan pekerjaan di PT Harta Samudra Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon Tahun 2012.10

Azwar S, (2010) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang meliputi : pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang di anggap penting, pengaruh kebudayaan, tingkat pendidikan, media massa, dan faktor emosional.11

Sikap tidak dibawa sejak lahir, akan tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, pembentukan sikap juga tidak terlepas dari pengaruh orang lain.

Selain itu, teori yang mendukung tentang sikap yaitu menurut Alport dalam Notoatmodjo (2007), dijelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Pengetahuan akan membawa pekerja untuk berpikir dan berusaha supaya tidak terkena penyakit akibat kerja. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga pekerja tersebut berniat akan menerapkan upaya kesehatan kerja seperti memakai alat pelindung diri, sehingga pekerjamempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit akibat kerja tersebut. Oleh karena itu penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sikap pekerja akan mempengaruhi terhadap kejadian penyakit akibat kerja pada pekerja batu bata.

2. AnalisisBivariat

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan kesehatan kerjadengan kejadian penyakit akibat kerja, diketahui bahwa 26 pekerja yang mempunyai pengetahuan baik dan pekerjanya menderita kategori penyakit simple adalah sebanyak 16 orang (24,2 %) dan yang menderita penyakit kompleks adalah sebanyak 10 (15,2 %), dan dari 35 pekerja yang mempunyai pengetahuan kurang dan pekerjanya menderita kategori penyakit simple sebanyak 34 orang (51,5 %), dan yang menderita kategori penyakit kompleks sebanyak 6 orang (9,1 %).

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa hasil uji statistik menggunakan Chi-square didapatkan nilai P-value=0,024, karena nilai P-value<0,05 sehingga H0 ditolak, artinya ada hubungan antara pengetahuan kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja.

Responden yang memiliki pengetahuan baik, maka angka kejadian penyakit akibat kerja rendah,responden yang memiliki pengetahuan kurang, angka kejadian penyakit akibat kerja akan tinggi.Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Spearman Correlation (SC) dari dua variabel yaitu pengetahuan kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja, berdasarkan hasil perhitungan dengan uji statistik spearman correlation dengan mengunakan SPSS versi 16.0 menunjukkan hubungan sedang antara pengetahuan kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja yaitu dengan nilai SC= 0,268atau 26,8 %. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan sedang antara pengetahuan kesehatan kerjadengan kejadian penyakit akibat kerja.

Hal ini menggambarkan bahwa semakin baik pengetahuan pekerja tentang penyakit akibat kerja, maka semakin rendah angka kejadian penyakit akibat kerja, begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan pekerja tentang penyakit akibat kerja, maka akan semakin tinggi angka kejadian penyakit akibat kerja. Dapat dilihat pada grafik 1.

(5)

5

Grafik 1. Perbandingan antara Responden yang

Memiliki Pengetahuan Baik dan Kurang

dengan Kejadian Penyakit Akibat Kerja

Berdasarkan grafik 1 dapat dilihat, responden yang memiliki pengetahuan baik, maka angka kejadian penyakit akibat kerja rendah,responden yang memiliki pengetahuan kurang, angka kejadian penyakit akibat kerja akan tinggi.

Dari 22 pekerja yang mempunyai sikap mendukung dan pekerjanya menderita kategori penyakit simple sebanyak 13 orang (19,7%), yang menderita kategori penyakit kompleks sebanyak 9 orang (13,6%), dan dari 44 pekerja yang mempunyai sikap tidak mendukung dan pekerjanya menderita kategori penyakit simple sebanyak 37 orang (56,1%), yang menderita kategori penyakit kompleks adalah sebanyak 7 orang (10,6%).

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa hasil uji statistik menggunakan Chi-square didapatkan nilai P-value=0,025, karena nilai P-value<0,05 sehingga H0 ditolak, artinya ada hubungan antara sikapkesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja.

Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Spearman Correlation(SC) dari dua variabel yaitu pengetahuan kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja, berdasarkan hasil perhitungan dengan uji statistik spearman correlation dengan mengunakan SPSS versi 16.0 menunjukkan hubungan sedang antara pengetahuan kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja yaitu dengan nilai SC = 0,275 atau 27,5%. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan sedang antara pengetahuan kesehatan kerjadengan kejadian penyakit akibat kerja.

Hal ini menggambarkan bahwa semakin sikap pekerja mendukung terhadap penyakit akibat kerja, maka semakin rendah angka kejadian penyakit akibat kerja, begitu pula sebaliknya semakin sikap pekerja tidak mendukung terhadap penyakit akibat

kerja, maka akan semakin tinggi angka kejadian penyakit akibat kerja. Seperti grafik dibawah ini :

Grafik 2. Perbandingan antara Responden yang

Memiliki Sikap Mendukung dan Tidak

Mendukung Dengan Kejadian Penyakit Akibat

Responden yang memiliki sikap mendukung (favorable) terhadap penyakit akibat kerja, maka angka kejadian penyakit akibat kerja rendah, sedangkan responden yang memiliki sikap tidak mendukung (unfavorable) terhadap penyakit akibat kerja, angka kejadian penyakit akibat kerja akan tinggi.

Simpulan

1) Distribusi pengetahuan kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja, sebagian besar masuk dalam kategori pengetahuan kurang dan distribusi sikap kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja sebagian besar masuk dalam kategori tidak mendukung (unfavorable )pada pekerja batu bata di desa Plosokerep blok Lungsalam kecamatan Terisi kabupaten Indramayu tahun 2014,

2) Terdapat hubungan yang lemah antara pengetahuan kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja dan terdapat hubungan yang lemah antara sikap kesehatan kerja dengan kejadian penyakit akibat kerja pada pekerja batu bata di desa Plosokerep blok Lungsalam kecamatan Terisi kabupaten Indramayu tahun 2014.

Saran

Bagi puskesmas khususnya yang memegang program kesehatan kerja diharapkan melakukan pembinaan terhadap pekerja batu bata, serta melakukan penyuluhan-penyuluhan secara rutin pada pekerja batu bata yang ada di desa Plosokerep blok Lungsalam kecamatan Terisi kabupaten Indramayu sehingga para pekerja batu bata dapat

(6)

6 melakukan pencegahan terhadap penyakit akibat kerja.

Daftar Pustaka

1. Purwanto, Heru. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap Kesehatan Kerja Dengan Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekerja Kontrak PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan Tahun 2012. FKM UNWIR. Indramayu

2. Tarwaka, dkk, 2004. Ergonomi Untuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktifitas. Penerbit Uniba Press, Surakarta 3. Suma’mur. 1996. Keselamatan Kerja dan

Pencegahan Kecelakaan, PT. Gunung Agung. Jakarta.

4. Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. PT. Elex Media Komputindo:Jakarta. 5. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Edisi Revisi VI.

6. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

7. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 8. Dhema M.T, Sali W dan Darmadi I.G.W. 2013

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan

Pendidikan Pekerja terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri di Perusahaan Kayu Kembang Jaro di Desa Sidakarya Denpasar Selatan. 58. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 4 no 1, Mei 2014 : 57 -60. Denpasar

9. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

10. Ahmad, Rahwan. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Karyawan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pt Harta Samudra Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon Tahun 2012.Jurnal Pelangi Ilmu VOL 05, NO 02, 2012. Publisher: Jurnal Pelangi Ilmu

11. Azwar, S. 2010. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya, edisi kedua.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel  3.  Hasil  Analisis  Univariat  Penyakit  Akibat  Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh opini audit tahun sebelumnya, financial distress, audit tenure, dan auditor switching terhadap waktu

Teknik pengumpulan data adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang

Penulisan hukum ini memaparkan bentuk pertanggungjawaban Uni Eropa untuk memulihkan kondisi krisis ekonomi negara anggota sesuai dengan ketentuan dalam Maastricht

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang timbul adalah Apakah pemberian ekstrak daun sukun dapat menurunkan peroksidasi lipid hati pada tikus putih yang

Majelis hakim pada Pengadilan Negeri Karawang dalam pokok perkara putusan meyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan yang

    Rabu, 4 November 2015  13.00 – 15.00  Plenary ‐  Sesi umum  1:  Bermitra dengan Indonesia dalam Mendukung Perbaikan Teknologi Konstruksi  

oleh pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Pemerintah telah melakukan banyak usaha untuk memacu perkembangan koperasi mulai pemberian subsidi, kemudahan prosedur pendirian koperasi

Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan tema dan amanat, serta fungsi cerita dalam kumpulan cerita Kalantika. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan