• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi paru merupakan penyebab kematian nomor dua setelah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Infeksi paru merupakan penyebab kematian nomor dua setelah"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi paru merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler. Gangguan pada paru dapat berdampak pada sistem tubuh lainnya. Beberapa penyakit pada paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), kanker paru, tuberkulosis paru, asma, infeksi saluran pernapasan dan penyakit paru akibat kerjamerupakan contoh penyakit yang umum dijumpai pada masyarakat. Sebagian besar penyebab penyakit paru diatas adalah akibat rokok (Susanto, 2011).

Merokok merupakan hal yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat dunia. Perilaku merokok dilakukan dengan berbagai macam alasan atau motivasi, mulai dari keinginan untuk mendapatkan kepuasan, konformitas, kebiasaan dan akan menjadi sebuah kebutuhan bila sudah menjadi pecandu. Baik remaja maupun dewasa, kaya atau miskin, laki-laki bahkan ada juga yang perempuan, ternyata juga melakukan perilaku merokok. (Rafknowlodge, 2004)

Berdasarkan hasil laporan Badan Kesehatan Dunia atau world health organizasion (WHO) tahun 2008, dengan statik jumlah perokok 1,35 milyar, terdapat 10 negara perokok terbesar didunia, yaitu antara lain dapat dilihat dalam table sebagai berikut :

(2)

Tabel 1.1: Data Statistik 10 Negara Perokok terbesar di Dunia Berdasarkan Laporan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)

No Nama Negara Jumlah Perokok Presentase Jumlah Perokok Per Penduduk 1. China 390 juta perokok 29% per penduduk 2. India 144 juta perokok 12,5% per penduduk 3. Indonesia 65 juta perokok 28% per penduduk 4. Rusia 61 juta perokok 43% per penduduk 5. Amerika serikat 58 juta perokok 19% per penduduk 6. Jepang 49 juta perokok 38% per penduduk 7. Brazil 24 juta perokok 12,5% per penduduk 8. Bangladesh 23,3 juta perokok 23,5% per penduduk 9. Jerman 22,3 juta perokok 27% per penduduk 10. Turki 21,5 juta perokok 30,5% per penduduk

RIKESDAS (2012) melaporkan pada tahun 2012, pengkonsumsi rokok di Indonesia mencapai angka yang tinggi yaitu remaja laki – laki 41%, remaja perempuan 6,2%, pria dewasa 67%, dan wanita dewasa 2,7%. Prevalensi merokok terus meningkat baik pada laki – laki maupun perempuan. 40.5% dari total populasi adalah perokok pasif dan 59,1% anak balita adalah perokok pasif. Sumatera Utara sendiri merupakan provinsi dengan jumlah perokok terbanyak ke 10 di Indonesia dengan prevalensi sebesar 34,9%.

Menurut Riskedas 2013, perokok di Riau menempati urutan ketiga terbanyak setelah provinsi Bangka Belitung yaitu 18,3 batang perhari dan provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 16,7 batang perhari. Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah perokok aktif setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya.

(3)

Terdapat beberapa alasan seseorang untuk merokok seperti pengaruh orang tua atau keluarga yang tidak harmonis dan mencontoh dari orang tua yang juga perokok, pengaruh teman yang sebagian besar adalah perokok juga, pengaruh diri sendiri dengan alasan ingin tahu atau melepaskan diri dari masalah dan rasa bosan dan pengaruh iklan di media cetak, elektronik, dan media luar ruang telah mendorong ingin tahu remaja tentang rokok. (Mariani Christina, 2011)

Merokok merupakan masalah fenomenal. Produksi rokok dapat meningkatkan income negara tapi di sisi lain rokok dapat menjadi pembunuh pertama bagi kaum laki-laki maupun wanita yang merokok. Salah satu penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian yang disebabkan rokok adalah kanker paru-paru. Rokok mengandung zat kimia beracun yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%). Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Sedangkan partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol (Jufri, 2012). Bahaya merokok bukan saja pada perokok tetapi juga berdampak pada orang-orang disekelilingnya.

Kebiasaan merokok sangat sulit untuk dihentikan, meskipun bahaya merokok sudah diketahui masyarakat luas. Gangguan obtruktif hingga saat ini merupakan masalah yang besar. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya prevalensi, morbiditas, mortalitas dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan penderita gangguan obstruktif hampir tidak mungkin sembuh

(4)

karena obstruksi saluran napas sebagian besar penderita bersifat irreversible (Petty dan Weimann, 1997).

Gangguan obstruktif menyebabkan kelainan ventilasi akibat bronkitis kronik dan atau emfisema obstruksi saluran nafas yang berlangsung progresif dan dapat bersamaan dengan keadan hiperektifitas. Dampak yang ditimbulkan akibat kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Akibat perubahan struktur dan fungsi dari saluran napas dan jaringan paru-paru pada perokok akan timbul permasalahan fungsi paru (khususnya dapat menurunkan kapasitas vital paru-paru) dengan segala macam gejala klinis diantaranya sesak napas dan batuk

Kapasitas paru adalah jumlah udara terbesar yang dapat diekspresikan dari usaha ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal (Sireger, 2002). Kapasitas paru terdiri dari kapasitas inspirasi, kapasitas residu fungsional, kapasitas paru total dan kapasitas vital paru (Guytom, 2008). Penurunan kapasitas paru antara lain disebabkan oleh rokok, umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, posisi tubuh, latihan fisik, kekuatan otot-otot pernapasan serta distensibilitas paru dan dinding dada (Guytom, 2008).

Prasetya (2012) meneliti tentang “Pengaruh negatif rokok bagi kesehatan di kalangan remaja”, menjelaskan bahwa rokok dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit tersebut antara lain, penyakit paru, penyakit jantung, impotensi, kanker mulut dan kerongkongan, merusak otak, dan mengancam kehamilan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang merokok yaitu, zat nikotin yang

(5)

membuat seseorang ketagihan, faktor teman dan faktor psikologis yang merasa lebih fokus dalam mengerjakan hal atau suka memainkan asap (Alamsyah, 2009).

Dalam tiap rokok mengandung nikotin dengan kadar yang berbeda-beda. Nikotin ini berasal dari tembakau rokok, dan tembakau rokok menghasilkan berbagai macam penyakit yang akan mengganggu cara kerja paru-paru sehingga kemampuan paru-paru akan lemah apabila sering menghisap rokoik tembakau. Kemampuan paru-paru seorang perokok aktif apabila seseorang merokok dalam jumlah yang banyak dalam sehari (12-16) batang perhari maka perlahan-lahan kemampuan paru-paru akan semakin lemah dan lama-kelamaan akan tidak dapat berfungsi lagi sampai menyebabkan resiko kematian (Zamri, 2012)..

Merokok menyebabkan luka terhadap saluran pernafasan dan kantong udara dari paru-paru yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Perokok lebih banyak terkena infeksi saluran pernafasan dibandingkan bukan perokok, sehingga kemampuan kapasitas vital paru-paru perokok aktif sangat lemah dibandingkan dengan yang bukan perokok. Semakin banyak mengkonsumsi rokok maka semakin banyak pula peluang untuk membuat kemampuan kapasitas paru-paru semakin melemah dan mudah terkena penyakit. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa merokok dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satu penyakit yang di timbulkan oleh merokok adalah kanker paru-paru (Zamri, 2012).

(6)

Berhenti merokok bukan hal yang mudah. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam usaha berhenti merokok, seperti berkomitmen, menggantikan rokok dengan permen, mengalihkan rokok dengan beraktivitas dan menghindari rokok (Wulandari, 2012). Menggunakan Rokok Elektrik atau Vaporizer adalah salah satu cara yang efektif, karena rokok ini tidak mengandung tar dan senyawa berbahaya lainnya yang terkandung di rokok tembakau, tetapi tetap mengandung senyawa nikotin yang dapat diturunkan dosisnya hingga dosis nol miligram. Rokok elektrik atau Vaporizer adalah alat yang sederhana yang dapat menggantikan pemasukan nikotin melalui system kerja baterai. Nikotin dalam berbagai macam dosis dikirimkan ke pengguna melalui tabung yang bisa dihisap (Salmon, 2009).

Beberapa studi telah mencoba menguji hubungan antara penggunaan rokok elektrik dan rokok tembakau. Didapatkan hasil bahwa pengguna rokok elektrik mengatakan bahwa rokok elektrik membantu mereka untuk berhenti atau mengurangi kebiasaan merokok mereka (Brown, 2014). Responden merasa lebih suka dan merasa lebih aman menggunakan rokok elektrik karena tidak mengandung tar dan bahan berbahaya lainnya, tetapi mereka masih menggunakan nikotin karena khawatir jika langsung menggunakan yang tidak bernikotin akan menyebabkan mereka kembali menggunakan rokok tembakau yang lebih berbahaya.

Di RVC (Riau Vapor Cloud) pada umunya masyarakat banyak menggunakan rokok tembakau lebih dari 2 ahun dan sekarang hampir seluruh masyarakat di RVC menggunakan telah menggunakan vaporizer lebih dari 1

(7)

bulan. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana perbedaan kapasitas paru perokok tembakau dan perokok vaporizer.s

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan kapasitas paru perokok tembakau dan perokok vaporizer diwilayah komunitas Riau Vapor Cloud (RVC) Pekanbaru.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kapasitas paru perokok tembakau dan perokok vaporizer di Wilayah RVC (Riau Vapor Cloud) Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi kapasitas paru perikok tembakau di Wilayah RVC (Riau Vapor Cloud) Pekanbaru

2. Mengetahui distribusi frekuensi kapasitas paru perikok vaporizer di Wilayah RVC (Riau Vapor Cloud) Pekanbaru

3. Menganalisis perbedaan kapasitas paru perokok tembakau dan perokok vaporizer.

(8)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dalam penelitian selanjutnya serta diharapkan penelitian ini menjadi bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan khususnya di Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan (STIKes) Riau.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi masyarakat umum untuk solusi berhenti merokok.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber data bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang kapasitas paru perokok.

(9)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Rokok Tembakau a. Pengertian Rokok.

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Firdaus, 2010).

b. Jenis Rokok.

Menurut Slamet (2009) rokok dibedakan beberapa jenis. Perbedaan ini berdasarkan penggunaan filter pada rokok, bahan baku isi rokok dan bahan pembungkus rokok.

1) Berdasarkan penggunaan filter pada rokok terdiri dari dua jenis, yaitu rokok filter dan rokok non filter. Rokok filter adalah rokok pada bagian pangkalnya terdapat gabus atau busa sintetis, sedangkan rokok non filter pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus atau busa sintetis. Filter ini berfungsi menyaring nikotin. 2) Berdasarkan bahan baku isi pada rokok, maka rokok terdiri dari 3

jenis, yaitu rokok putih, rokok kretek, dan rokok klembek. Rokok putih hanya berisi daun tembakau, rokok kretek berisi daun

(10)

tembakau dan cengkeh sehingga menghasilkan aroma tertentu, dan rokok klembet berisi daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan. 3) Berdasarkan bahan pembungkus rokok maka rokok terdiri atas 4

jenis, yaitu rokok klobot, kawung, sigaret, dan cerutu. Rokok klobot pembungkusnya berupa daun jagung, rokok kawung pembungkusnya berupa daun aren, rokok sigaret pembungkusnya berupa kertas, dan cerutu pembungkusnya berupa daun tembakau. c. Zat Kandungan Rokok.

Menurut penelitian yang telah dilakukan World Health Organization (WHO) beberapa dekade ini bahwa asap rokok mengandung 4000 jenis bahan kimia. Komponen utama yang terdapat dalam asap rokok adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. Selain itu, beberapa bahan yang berbahaya seperti karbon dioksida, hydrogen sianida, dan amonia. Bahan karsinogenik seperti benzopiren, fenol, katmium, dan arsenic (Slamet, 2009). Bahan-bahan tersebut diuraikan berikut ini:

1) Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf. Nikotin menyebabkan ketagihan dan mengganggu saraf simpatif (vasokontriksi), semakin awal seseorang merokok semakin sulit berhenti merokok. Selain itu, nikotin menyebabkan pelepasan adrenalin yang meningkatkan kerja jantung dan meningkatkan tekanan darah. Nikotin juga mengakibatkan berkelompoknya

(11)

trombosit sehingga darah menggumpal dan menyumbat pembuluh darah.

2) Karbon monoksida adalah gas beracun mempunyai afinitas kuat terhadap hemoglobin. Oleh karena itu, ikatan karbon monoksida terhadap hemoglobin lebih kuat sehingga mengakibatkan desaturasi hemoglobin (penurunan kadar oksigen dalam sel darah merah). Karbon monoksida menyebabkan keadaan polistemia sehingga mempermudah terjadinya arterosklerosis.

3) Tar adalah zat berupa cairan yang berwarna coklat tua yang berasal dari tembakau dan bahan organik yang dibakar serta mengandung sejenis polisiklishidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Tar merupakan zat karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker pada jalan napas dan paru-paru.

4) Hydrogen sianida merupakan sejenis zat yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini bersifat mudah terbakar dan merusak saluran pernapasan.

5) Ammonia merupakan zat yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini berbau tajam dan sangat merangsang. Apabila masuk ke dalam aliran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

(12)

6) Fenol merupakan campuran kristal yang dihasilkan oleh beberapa zat organik seperti kayu dan arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena berikatan dengan protein sehingga menghambat aktifitas enzim.

7) Cadmium zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal. d. Kategori Perokok

Menurut Kvale dan Brinkman (2009) berat ringan derajat merokok ditentukan berdasarkan Indeks Brinkman yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap tiap hari dikalikan lama merokok dalam tahun. Kategori perokok menjadi 3 yaitu:

1) Ringan (0 s/d 200 batang/tahun) 2) Sedang (200 s/d 600 batang/tahun) 3) Berat (>600 batang/tahun)

e. Tipe Perokok

Para perokok dapat dibagi dalam 2 tipe yaitu:

1) Perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream), dapat disimpulkan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar (Firdaus, 2010). 2) Perokok pasif menurut Firdaus (2010) adalah asap rokok yang

dihirup sesorang yang tidak merokok (pasive smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan linkungan sekitarnya, asap

(13)

rokok lebih berbahaya pada perokok pasif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok akrif dan terhirup oleh perokok pasif 5 kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, dan 4 kali lebih banyak mengandung nikotin dan tar.

f. Efek Merokok

Menurut Fitriana (2013) merokok menyebabkan efek berbahaya bagi tubuh manusia. Bahaya-bahaya yang ditimbulkan yaitu:

1. Kanker paru

Diketahui sekitar 90% kasus kanker paru diakibatkan oleh rokok. Hal ini dikarenakan asap rokok akan masuk secara inhalasi ke dalam paru-paru. Zat yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang sel di paru-paru menjadi tumbuh abnormal. Diperkirakan 1 dari 10 perokok sedang dan 1 dari 5 perokok berat akan meninggal akibat kenker paru.

2. Kanker kandung kemih

Kanker kandung kemih terjadi sekitar 40% perokok. Studi menemukan kadar tinggi dari senyawa 2-naphthylamine dalam rokok menjadi karsinogen yang mengarah pada kanker kandung kemih.

3. Kanker payudara

Perempuan yang merokok lebih beresiko mengembangkan kanker payudara. Hasil studi menunjukkan perempuan yang mulai

(14)

merokok pada usia 20 tahun dan 5 tahun sebelum ia hamil pertama beresiko lebih besar terkena kanker payudara.

4. Kanker serviks

Sekitar 30% kematian akibat kanker serviks disebabkan oleh merokok. Hal ini karena perempuan yang merokok lebih rentan terkena infeksi oleh virus menular seksual.

5. Kanker kerongkongan

Studi menemukan bahwa asap rokok merusak DNA dari sel-sel esophagus sehingga menyebabkan kanker kerongkongan. Sekitar 80% kasus kanker esophagus telah dikaitkan dengan merokok. 6. Kanker perncernaan

Meskipun asap rokok masuk ke dalam paru-paru, tapi ada beberapa asap yang tertelan sehingga meningkatkan risiko kanker gastrointestinal (pencernaan).

7. Kanker ginjal

Ketika seseorang merokok, maka asap yang megandung nikotin dan tembakau akan masuk ke dalam tubuh. Nikotin bersama dengan bahan kimia berbahaya lainnya seperti karbon monoksida dan tar menyebabkan perubahan denyut jantung, pernapasan sirkulasi dan tekanan darah. Karsinogen yang disaring keluar dari tubuh melalui ginjal juga mengubah sel DNA dan merusak sel-sel ginjal. Perubahan ini mempengaruhi fungsi ginjal dan memicu kanker.

(15)

8. Kanker mulut

Tembakau adalah penyebab utama kanker mulut. Diketahui perokok 6 kali lebih besar mengalami kanker mulut dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, dan orang yang merokok tembakau tanpa asap berisiko 50 kali lipat lebih besar.

9. Kanker tenggorokan

Asap rokok yang terhirup sebelum masuk ke paru-paru akan melewati tenggorokan, karenanya kanker ini berkaitan dengan rokok.

10. Serangan jantung

Nikotin dalam asap rokok menyebabkan jantung bekerja lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Sedangkan karbon monoksida mengambil oksigen dalam darah lebih banyak yang membuat jantung memompa darah lebih banyak. Jika jantung bekerja terlalu keras ditambah tekanan darah tinggi, maka bisa menyebabkan serangan jantung.

11. Penyakit jantung koroner

Sebagian besar penyakit jantung koroner disebabkan oleh rokok dan akan memburuk jika memiliki penyakit lain seperti diabetes mellitus.

12. Aterosklerosis

Nikotin dalam rokok bisa mempercepat penyumbatan arteri yang bisa disebabkan oleh penumpukan lemak. Hal ini akan

(16)

menimbulkan terjadinya jaringan parut dan penebalan arteri yang menyebabkan arterosklerosis.

13. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Kondisi ini menyebabkan aliran darah terhalangi sehingga membuat seseorang sulit bernapas, dan sekitar 80% kasus PPOK disebabkan oleh rokok. Kondisi ini bisa menyebabkan emfisema (sesak napas akibat kerusakan pada kantung udara atau alveoli) dan bronchitis kronis (batuk dengan banyak lender yang terjadi terus menerus selama 3 bulan).

14. Impotensi

Bagi laki-laki berusia 30-an dan 40-an tahun, maka merokok bisa meningkatkan risiko disfungsi ereksi sekitar 50%. Hal ini karena merokok bisa merusak pembuluh darah, nikotin mempersempit arteri sehingga mengurangi aliran darah dan tekanan darah ke penis. Jika seseorang sudah mengalami impotensi, maka bisa menjadi peringatan dini bahwa rokok sudah merusak daerah lain di tubuh.

15. Gangguan medis lainnya

Beberapa gangguan medis lainnya juga bisa disebabkan oleh rokok seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), gangguan kesuburan, memperburuk asma dan radang saluran napas, berisiko lebih tinggi mengalami degenerasi makula (hilangnya penglihatan secara bertahap), katarak, menjadi lebih sering sakit-sakitan,

(17)

menimbulkan noda di gigi dan gusi, mengembangkan sariawan di usus serta merusak penampilan.

2. Konsep Rokok Elektrik (vaporizer) a. Pengertian Vaporizer

Vaporizer terlihat dan berfungsi seperti rokok tembakau biasa, akan tetapi tidak membakar sejumlah tembakau. Vaporizer secara umum memiliki baterai dan perangkat elektronik yang memproduksi asap atau semacam kabut. Kandungannya selalu berisi nikotin tetapi ada juga yang tidak memiliki kandungan nikotin sama sekali dan berisi propilen glikol (American Legacy Foundation, 2009).

Asap yang dihasilkan Vaporizer dihirup sebagaimana layaknya merokok tembakau dan sejumlah asap dilepaskan tetapi tidak berupa asap rokok. Beberapa jenis Vaporizer juga mempunyai sejenis lampu kecil yang akan menyala pada saat Vaporizer dihisap, menyerupai pembakaran yang terjadi pada rokok tembakau.

Nikotin tersimpan di dalam beberapa jenis cartridge dan cartridge tersebut juga selalu memiliki kandungan zat kimia dan rasa tambahan, seperti misalnya rasa buah, coklat, permen dan kopi sehingga menghasilkan perbedaan rasa pada saat menghisapnya. Cartridge dapat selalu diisi ulang dan isi ulang tersebut merupakan bagian dari perangkat Vaporizer (American Legacy Foundation, 2009) dan demikian pula halnya dengan baterai yang dimiliki oleh Vaporizer

(18)

merupakan suatu baterai yang dapat diisi ulang kembali dan saat dioperasikan, akan timbul panas yang dihasilkan oleh tenaga baterai yang selanjutnya akan memanaskan sejumlah cairan yang tersimpan di dalam cartridge untuk memproduksi asap yang akan dihisap oleh pengguna (Wollsheid & Kremzner, 2009).

Terdapat beberapa jenis Vaporizer yang mempunyai kandungan konsentrasi nikotin yang berbeda-beda, antara lain: 16 mg nikotin, 11 mg nikotin, 6 mg nikotin dan 0 mg nikotin dan dikarakteristikkan pula berbagai kandungan nikotin tersebut dalam beberapa tingkatan, yaitu nol, rendah, sedang dan tinggi (Wollsheid & Kremzner, 2009).

b. Sejarah Vaporizer

Kesadaran perokok terhadap produk rokok elektronik telah meningkat secara substansial di seluruh dunia sejak Vaporizer diperkenalkan di Cina pada tahun 2000-an. Meskipun paten rokok elektronik pertama kali diajukan oleh Herbert A. Gilbert di Amerika Serikat pada tahun 1963, Vaporizer relevannya dipasarkan dan diciptakan oleh apoteker Hon Lik di Cina pada tahun 2003. Hon Lik bekerja untuk Golden Dragon Holdings, yang kemudian menjadi Ruyan. Vaporizer yang modern pertama kali dipasarkan di Cina pada tahun 2004, lalu diekspor. Paten internasional pertama diberikan kepada Ruyan pada tahun 2007. Sekarang, Vaporizer tersedia secara global (Etter, 2013).

(19)

Pada awalnya, kinerja baterai dan switch otomatis untuk memicu pemanasan tidak sesuai dengan harapan pengguna. Pada tahun 2008, versi dengan bagian baterai lebih besar dan saklar manual, dikembangkan oleh konsumen yang kemudian dikenal sebagai Vaporizer menggunakan obeng. Penemuan ini menyebabkan produsen mengembangkan Vaporizer dengan memilih komponen: baterai, pemanasan elemen/atomizers dan penampung cairan. Pada tahun 2009, atomizer 510 dan baterai Ego dikembangkan, yang membawa model obeng dan switch manual ke pasar secara massal. Vaporizer jenis Ego 510 menggunakan kawat 7 mm x 0,5 mm untuk kompatibilitas komponen. Vaporizer Ego 510 tampaknya menjadi salah satu jenis yang paling populer dengan baterai yang tersedia yang berkisar dari sekitar 3,2-4,8 volt DC dengan kapasitas 220 mAh-1100 mAh. Hambatan dari atomizers berkisar dari sekitar 1,5-2,2 ohm. Hingga akhir 2010, sebagian besar Vaporizer diisi cairan. Pada tahun 2010, alat penyemprot Ego-T diperkenalkan, yang meggunakan baterai Ego dan desain alat penampung 510 di perangkat dengan isi ulang cairan atau tangki. Sejak awal 2012, perangkat dengan apa yang disebut clearomizers-atomizers dan tangki dalam baterai komponen dan Ego plastik transparan tunggal telah menjadi produk terlaris di pasar Vaporizer.

(20)

Pasar Vaporizer berkembang pesat, diperkirakan € 1,5 miliar (sekitar US $ 2,1 miliar) secara global dengan pasar Eropa senilai € 400-500 juta (sekitar US $ 550-700 juta) dan pasar AS senilai hampir $ 1 juta (sekitar € 700 juta). Meskipun sebagian besar manufaktur tetap dominan di Cina, cairan semakin sering diproduksi di Eropa dan USA (Garner, 2014).

Asosiasi perdagangan telah dibentuk oleh distributor Vaporizer dan produsen di sejumlah negara dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut. Misalnya di Inggris, The Electronic Cigarette Industry Trade Association (ECITA) memiliki lebih dari 20 perusahaan Vaporizer sebagai member. ECITA telah mengembangkan standar industri keunggulan berdasarkan pedoman Uni Eropa, peraturan dan undang-undang hukum, termasuk pedoman tentang pengujian liquid, pengujian bukti bobot dan ukuran. (Garner, 2014).

c. Macam-macam jenis Vaporizer

Gambar 2.1 :Starter Kit.

(21)

Paketan device Vaporizer yang biasa digunakan untuk pemula, biasanya berisi baterai, charger, atomizer. Harga Starter Kit berkisar dari 150-800 ribu rupiah (Ududdulu, 2014).

Gambar 2.2 : Mechanical Mod

Sumber: www.ecigarettelobby.com, 2014

Terdiri dari body yang mempunyai tempat untuk mengisi baterai, serta mempunyai konektor untuk disambungkan dengan atomizer. Mechanical Mod tidak memiliki chip untuk proteksi, sehingga dalam penggunaannya perlu pengetahuan yang lebih baik akan kekuatan baterai, besarnya resistensi yang dimiliki atomizer, dan juga pengetahuan yang cukup tentang arus listrik. Apabila pengguna belum mengetahui dengan benar tentang ini, penggunaan Mechanical Mod secara serampangan dapat mengakibatkan kerusakkan baik kepada baterai, atomizer, atau yang lebih parah lagi, dapat mencelakakan penggunanya itu sendiri. Harga dari mod ini berkisar dari 400 ribu hingga jutaan rupiah (Ududdulu, 2014).

(22)

Gambar 2.3 : RTA/Rebuildable Tank Atomizer.

Sumber: http://legacypvs.com, 2013

RTA dengan tank yang berfungsi untuk menyimpan liquid di dalamnya. Harga dari RTA berkisar dari 300 ribu sampai jutaan rupiah (Ududdulu, 2014).

Gambar 2.4 : RDA/Rebuildable Dripping Atomizer

Sumber: www.dcvapor.com, 2015

RDA tanpa tank yang mana dalam mengaplikasikan liquid, pengguna harus meneteskan liquid mereka langsung ke atomizer atau ke wick yang terdapat di dalam RDA tersebut. Harga dari RDA berkisar dari 200 ribu sampai jutaan rupiah (Ududdulu, 2014).

(23)

Gambar 2.5 : Elektrik Mod

Sumber: https://www.goodejuice.com, 2014

Terdiri dari body yang mempunyai tempat untuk mengisi baterai (satu atau dua baterai), serta mempunyai konektor untuk disambungkan dengan atomizer. Electrical Mod memiliki chip untuk proteksi, sehingga penggunaannya dapat mengatur Watt atau Voltase yang diinginkan. Chip juga menunjukkan kepada pengguna berapa resistensi coil yang terpasang pada atomizer dan persentase baterai. Harga dari mod ini berkisar 500 ribu sampai jutaan rupiah (Ududdulu, 2014).

d. Pengoperasian Vaporizer

Vaporizer adalah alat pemanas bertenaga baterai yang dirancang untuk membuat aerosol yang dapat dihirup dengan menguapkan cairan melalui proses pemanasan terkontrol yang tidak menyebabkan pembakaran (Garner, 2014).

Ada banyak desain, beberapa dengan bentuk seperti rokok dengan berbagai panjang dan lingkar, namun perangkat dengan bentuk yang sama sekali berbeda juga tersedia. Vaporizer umumnya tersedia

(24)

sebagai salah satu, dua, tiga atau beberapa produk komponen dan karakteristik dari berbagai jenis perangkat yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Satu produk potong biasanya sekali pakai dan dalam versi dua bagian, satu bagian biasanya memiliki cartridge corong, pemanas dan liquid, dan yang lainnya berisi baterai isi ulang, sirkuit kontrol, lampu indikator dan switch. Vaporizer yang tiga potong pemanas dan tempat penampung cairan di bagian terpisah. Cartridge dan cartomizers (gabungan pemanas dan cartridge) cairan diserap pada substrat, sedangkan pada sistem tangki tetap sebagai cairan. Tempat penampung mungkin pakai atau isi ulang. Pemanas logam resistif memanaskan cairan sampai menguap. Baterai biasanya jenis lithium ion. Sirkuit kontrol menentukan pemberian arus ke koil pemanas dan pengisian, dan mungkin termasuk pengaman untuk mematikan, misalnya jika suhu naik terlalu tinggi karena tiupan terlalu sering atau durasi yang berlebihan. Lampu indikator biasanya tetap menyala saat digunakan, dan berkedip untuk sinyal bahwa perangkat telah kehabisan daya atau kebutuhan untuk mengisi ulang baterai. Perangkat ini dapat juga dipicu oleh sensor otomatis (misalnya tekanan, aliran udara) atau tombol manual. Hal ini ditunjukkan secara skematis pada Gambar 6.

(25)

Tabel 2.1 : karakteristik umum penggunaan Vaporizer

Tipe Alat Konstruksi Voltase Komentar

Sekali pakai Satu bagian Voltase tetap Tidak bisa dicas ulang Dapat dicas

ulang

Dua atau tiga alat

Voltase tetap Versi tiga bagian menggunakan

pemanas dan cartridge terpisah Dapat dicas ulang dengan cartridge yang dapat diisi ulang atau diganti Banyak komponen Voltase tetap

Dasar Tank Banyak komponen

Voltase tetap Tank dapat menampung banyak cairan untuk digunakan eGo Banyak komponen Voltase tetap atau bervariasi tergantung variasi kapasitas baterai Beberapa pengguna bisa mengatur voltase

Cigars Banyak

komponen

Voltase tetap Baterai lebih besar

Sumber: Garner, 2014

Berbagai jenis perangkat, liquid dengan berbagai rasa dan berbagai konsentrasi nikotin (termasuk tidak ada nikotin) juga tersedia untuk digunakan dalam perangkat isi ulang. Pilihan untuk membeli komponen dan liquid secara terpisah memberikan pengguna kemampuan untuk mengkonfigurasi perangkat yang menarik selera pribadi mereka.

(26)

Gambar 2.6 : Komponen umum Paporizer dan prinsip kerja.

Sumber: Garner, 2014 e. Kimiawi Asap Vaporizer

Cartridge pada Vaporizer berisi sintetis nikotin yang terlarut di dalam propilen glikol, air dan zat pemberi rasa, selain itu terdeteksi pula bahan tambahan berupa diethilen glikol (komponen anti pembekuan dan bersifat toksis pada manusia) dan nitrosamin (zat bersifat karsinogen) pada setengah dari sampel penelitian (Westenberger, 2009). Beberapa bahan yang merupakan komponen spesifik tembakau yang bersifat berbahaya bagi manusia (anabasine, myosamine, dan beta-nycotyrine) juga terdeteksi pada kandungan Vaporizer (Westenberger, 2009).

Observasi yang dilakukan oleh Alliance Technologies untuk melihat komposisi utama Vaporizer dan konsentrasi relatif lainnya yang tersimpan di dalam cartridge termasuk juga asap yang diproduksi oleh Vaporizer dengan menggunakan alat GC-FID (gas

(27)

chromatography with a flame ionization detector) menemukan bahwa propilen glikol, nikotin dan gliserin dijumpai pada cairan dan asap Vaporizer. Tergantung dari jenis cartridge Vaporizer tersebut, setiap cartridge dapat memiliki kandungan antara 0 – 16 mg nikotin dengan variasi rasa yang dimiliki seperti rasa rokok tembakau dan dengan rasa buah-buahan, seperti apel, cherry, coklat, rasa permen, dan kopi (Westenberger, 2009).

f. Efek Vaporizer

Sampai saat sekarang ini, belum ada data yang dipublikasikan terkait keamanan penggunaan Vaporizer (American Legacy Foundation, 2009) dan sangat sedikit sekali yang diketahui tentang Vaporizer serta hanya beberapa laporan penelitian saja yang dipublikasikan (Henningfield & Zaatari, 2009), oleh karena itu Vaporizer tidak dapat dijual dan dipasarkan di Australia, Brazil, Canada, Denmark dan Switzerland (American Legacy Foundation, 2009).

Vaporizer kemungkinan mempunyai resiko merugikan yang lebih kecil dibandingkan dengan rokok tembakau, tetapi Vaporizer lebih berbahaya bila dibandingkan dengan perangkat inhalasi nikotin (Westenberger, 2009).

(28)

3. Konsep Kapasitas Vital Paru

a. Volume dan Pengukuran Kapasitas Paru

Selama pernapasan berlangsung, volume paru selalu berubah ubah, mengembang sewaktu inspirasi dan mengempis sewaktu ekspirasi. Dalam keadaan normal, pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung hampir tanpa disadari. Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah:

1) Volume Tidal (Tidal Volume = TV) atau volume alun napas, adalah volume udara masuk dan keluar pada pernapasan biasa. Besarnya TV orang dewasa sebanyak 500 ml.

2) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV), volume udara yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inspirasi biasa, besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml. 3) Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume = ERV),

volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa, besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml. 4) Volume Residu (Residual Volume = RV), udara yang masih tersisa

didalam paru sesudah ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat diukur dengan spirometer, sedangkan RV = TLC-VC.

Sedangkan pengertian kapasitas paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau lebih. Termasuk pemeriksaan kapasitas paru adalah:

(29)

1) Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity=IC) adalah volume udara yang masuk paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal (IC=IRV+TV). 2) Kapasitas Vital (Vital Capacity), volume udara yang dikeluarkan

melalui ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal. Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan ditambah volume ekspirasi cadangan dan volume tidal (VC=IRV+ERV+TV).

3) Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity=TLC) adalah kapasitas vital ditambah volume residu (TLC=VC+RV atau TLC=IRV + TV + ERV + RV)

4) Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity=FRC) adalah volume ekspirasi cadangan ditambah volume residu

(FRC=ERV+RV)

b. Spirometer adalah alat tes fisiologi yang mengukur volume udara dimana udara dihirup dan dihembuskan menurut waktu. Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui semua volume paru kecuali volume residu, semua kapasitas paru kecuali kapasitas paru yang mengandung komponen volume residu yaitu FRC dan TLC.

Cara Menggunakan Spirometer

Kecepatan pernapasan dan kedalaman pernapaan berbeda pada setiap individu. Alat untuk mengukur kapasitas paru adalah Spirometer. Spirometer adalah suatu piranti untuk mengukur volume udara yang

(30)

dihirup dan ditampung sejenak dalam paru-paru. Ini merupakan suatu ketepatan tekanan diferensial transducer untuk pengukuran laju alir pernapasan.

Pengukuran kapasitas paru dikenal beberapa istilah, seperti: 1) Vital Capasity (VC) / Kapasitas Vital

adalah volume udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum.

2) Forced Vital Capasity (FVC)

adalah volume udara maksimum yang dapat dimasukkan dalam paru-paru, dan secara paksa serta cepat mengeluarkannya semaksimum mungkin.

3) Forced Expiratory Volume in First Second (FEV1)

adalah volume udara yang dikeluarkan pada detikpertama dimulai dengan hembusan nafas kuat pada pernafasan penuh.

Pengukuran Kapasitas paru, disebut:

1) Normal, bila : a. FVC ≥ 70% dan FEV1 ≥ 80% Rasio FEV1 / FVC : 75-80%

2) Tidak normal, bila:

a. Obstructive : FEV1 ≤ 80% b. Restructive : FVC ≤ 70%

(31)

Sebagian dari volume statis paru-paru dapat diukur dengan spirometer yaitu: tidal volume dan kapasitas vital (vital capacity). Tidal volume adalah volume pernapasan normal yaitu dengan menghembuskan udara ekspirasi biasa ke dalam spirometer setelah inspirasi biasa. Kapasitas vital adalah volume ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal (Siregar, 2002).

Walaupun ekspirasi sudah maksimal, tetapi masih tetap ada udara yang tersisa dalam paru-paru disebut volume residu (residual volume). Volume udara dalam paru-paru setelah ekspirasi normal disebut kapasitas residu fungsional (Functional Residual capacity). Kedua volume paru-paru yang terakhir ini tidak dapat diukur dengan spirometer. Volume ini dapat diukur dengan menggunakan teknik pengenceran gas (gas dillution) atau dengan Pletismograf. Kapasitas paru-paru (Total Lung Capacity) adalah kapasitas vital + volume residu (Siregar, 2002).

Respirasi abnormal ini mempunyai karekteristik yaitu kekuatan kecepatan ekspirasi yang lambat (FEV1/FVC lambat). Ini terjadi pada orang yang asma atatu empisemia, peningkatan voume residu dan residu fungsional kapasitas dan penurunan kapasitas vital adalah hal yang paling mudah dilihat. Pada seseorang yang mengalami penyakit ini volume parunya sama dengan orang normal. Contohnya: asma, bronchitis, dan emfisema (Odhemila, 2008). Penyakit restriktif ditandai dengan kondisi lebih nyata oleh reduksi pada kapasitas total paru.

(32)

Ventilasi restriktif mungkin disebabkan kerusakan pulmonary, fibrosi pulmo (kaku abnormal, non komplikasi paru), atau karena nonpulmo deficit, mencakup kelemahan otot pernapasan, kelumpuhan, dan kelainan bentuk atau kekakuan dari dinding dada (Odhemila,2008).

Pada tes pulmonari, individu yang mengalami ventilasi restriktif memiliki penurunan kapasitas total paru, penurunan residu fungsional, dan penurunan residu pulmonal. Ketika kekuatan kapasitas vital (FVC) mungkin sangat turun, kekuatan volume ekspirasinya pada waktu satu detik dibagi dengan kekuatan kapasitas vital (FEV1/FVC) biasanya normal atau meningkat dari normal yang seharusnya mengalami penurunan karena tekanan keelastisan paru menurun (Odhemila,2008). Karena tekanan pleura drop memaksa paru menjadii inflamasi, kedalaman pernapasan pada orang yang mengalami restriktif berbeda dibandingkan pada orang yang normal, dan meraka mengakhiri pernapasan dengan pernapasan dangkal dan cepat (Odhemila,2008).

4. Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2014) dengan judul gambaran psikologis perokok tembakau yang beralih menggunakan rokok elektrik (Vaporizer) di RCV Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi adalah suatu pendekatan dalam mempelajari makna dari pengalaman manusia menjalani suatu fase

(33)

dalam kehidupannya (Kusuma, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengguna vaporizer yang terdaftar sebagai anggota aktif di komunitas RVC sebanyak 50 orang. Pengambilan sample secara purposive sample. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden memperoleh suatu kepuasan psikologis selama menggunakan vaporizer.

B. Kerangka Teori

Rokok tembakau 1) Berdasarkan

penggunaan filter pada rokok terdiri dari dua jenis, yaitu rokok filter dan rokok non filter.

2) Berdasarkan bahan

baku isi pada rokok, maka rokok terdiri dari 3 jenis, yaitu rokok putih, rokok kretek, dan rokok klembek. 3) Berdasarkan bahan

pembungkus rokok maka rokok terdiri atas 4 jenis, yaitu rokok klobot, kawung, sigaret, dan cerutu.

Rokok Vaporizer:

memiliki baterai dan perangkat elektronik yang memproduksi asap atau semacam kabut. Kandungannya selalu berisi nikotin tetapi ada juga yang tidak memiliki kandungan nikotin sama sekali dan berisi propilen glikol

(34)

C. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstrak dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (Nursalam, 2008).

Varibel Independen Variabel Dependen

Skema 2.1 : Kerangka konsep

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan kapasitas paru antara perokok tembakau dengan perokok vaporizer

Perokok tembakau Perokok vaporizer

Diukur kapasitas vital paru: (VC=IRV+ERV+TV)

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode quasy eksperiment dengan rancangan one group pretest-posttest. Metode ini digunakan untuk melihat pengaruh kapasitas paru antara perokok tembakau dengan perokok vaporizer.

Rancangan ini dilakukan dengan cara mengelompokkan responden yang terdiri dari dua kelompok (perokok tembakau dan perokok elektrik/vaporizer) kemudian diukur kapasitas vital paru pada ke dua kelompok. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1 : Rancangan Penelitian

Perokok tembakau

Kapasitas paru (Normal)

Kapasitas paru (Tidak Normal)

Perokok vaporizer

Kapasitas paru (Normal)

Kapasitas paru (Tidak Normal)

(36)

2. Alur Penelitian

Secara skematis alur penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Skema 3.2 : Alur penelitian

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian di lakukan di Pekanbaru di komunitas RVC (Riau Vapor cloud) Pekanbaru.

Wilayah komunitas RVC (Riau Vapour Cloud)

Perokok

Tembakau Vaporizer

Kapasitas paru

Pengolahan data

Analisa data: 1 Univariet 2 Bivariet

(37)

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada tanggal 27-30 Agustus tahun 2016

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Menurut Notoadmodjo (2010) populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah perokok yang ada diwilayah komunitas RVC (Riau Vapour Cloud) Pekanbaru yang berjumlah 50 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Menurut Notoadmodjo (2010) sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Pemilihan responden dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008). Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 25 orang pengguna vaporizer dan 25 orang perokok tembakau dengan kriteria:

(38)

a. Kriteria Inklusi

1) Merokok tembakau minimal lebih dari 1 tahun 2) Menggunakan vaporizer lebih dari 6 bulan 3) Anggota yang terdaftar di komunitas RVC

4) Perokok tembakau yang ada diwilayah komunitas RVC 5) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Perokok yang menggunakan rokok tembakau dan rokok vaporizer 2) Tidak ada di tempat saat dilakukan penelitian.

D. Etika Penelitian

Etika di dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting di penelitian ini, karena berhubungan lansung dengan manusia, maka segi etika harus diperhatikan. Adapun etika penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya agar responden mengerti maksud dan tujuan peneliti. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembaran persetujuan tersebut. Jika responden tidak bersedia untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

(39)

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembaran pengumpilan data, dan hanya menuliskan kode pada lembaran pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011).

E. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang diteliti. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah spirometri yaitu alat untuk mengukur kapasitas vital paru.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur ataupun langkah-langkah dalam penelitian perlu disusun sedemikian rupa agar penelitian dapat berjalan dengan mudah dan mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun prosedur dalam melakukan penelitian ini antara lain:

(40)

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini, peneliti terlebih dahulu menentukan masalah penelitian, dilanjutkan dengan mencari studi kepustakaan dan studi pendahuluan. Selanjutnya peneliti menyusun proposal untuk mendapatkan persetujuan dari pembimbing.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini dimulai setelah peneliti menyelesaikan urusan administratif. Peneliti lalu mendatangi lokasi penelitian, yaitu ke RVC dan responden perokok tembakau. Peneliti melakukan pengecekan kriteria inklusi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kriteria inklusi.

Selain itu peneliti menjelaskan maksud dari penelitian, tujuan dari penelitian, dan dampak yang akan diperoleh responden jika bersedia berpartispasi dalam penelitian. Setelah mendapatkan kesediaan dari responden untuk menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti meminta responden untuk mengisi data pada lembar observasi serta menandatangani informed consent, lalu peneliti melakukan pengumpulan data.

(41)

Skema 3.3 : Intervensi pemeriksaan kapasitas vital paru. G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga defenisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). Defenisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional.

Variabel Penelitian

Definisi

Operasional Alat Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur

Kapasitas vital paru

Perokok

Jumlah udara terbesar yang dapat diekspresikan dari usaha ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal Orang yang melakukan

langsung atau tidak langsung aktivitas merokok dalam arti menghisap batang rokok yang telah dibakar atau menggunakan alat elektrik Spirometri wawancara Ordinal Ordinal FVC≥70% FEV1≥80%

1: Perokok vaporizer jika alat yang digunakan untuk pemasukan nikotin melalui sistim kerja baterai yang dikirimkan kepengguna melalui tabung yang bisa dihisap.

0: Perokok tembakau jika hasil olahan tembakau terbungkus atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nocotiana rustika dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan

Perokok

Perokok tembakau Perokok vaporizer

Diukur kapasitas vital paru (FVC dan FEV1)

Diukur kapasitas vital paru (FVC dan FEV1)

(42)

H. Pengolahan Data

Data terlebih dahulu diolah menjadi informasi. Pengolahan data menggunakan sistem komputerisasi dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh atau dikumpulkan, dapat dilakukan saat pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti memeriksa data responden mulai dari data umur, pendidikan, pekerjaan, dan hasil pengukuran tingkat sensitivitas tangan dan kaki sebelum dan setelah intervensi.

2. Coding

Proses pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Kegunaan coding adalah untuk mempermudah saat analisis data dan juga mempercepat saat entry data. Peneliti memberikan coding pendidikan (1=untuk SD, 2=untuk SMP, 3=untuk SMA, dan 4=untuk PT) dan pekerjaan (1=tidak bekerja, 2=untuk PNS, 3=untuk Wiraswasta/swatsa, 4=untuk pensiun).

3. Entry data

Entry data dilakukan dengan memasukkan data yang telah dikumpulkan berupa karakteristik dan hasil ukur tingkat sensitivitas tangan dan kaki responden yang telah dimasukkan ke dalam database komputer sesuai dengan kelompok responden.

(43)

4. Cleaning data

Memastikan semua data yang telah dimasukkan ke komputer sudah benar dan sesuai sehingga hasil analisa data akan benar dan akurat.

5. Analyzing

Menganalisis data yang dimasukkan ke dalam program komputer dengan menggunakan uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil yang diperoleh dari proses analisis data kemudian diinterprestasikan secara jelas untuk memudahkan menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

I. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengidentifikasikan variabel karakteristik demografi responden (umur, jenis kelamin, dan pendidikan). Semua data tersebut disusun dalam bentuk distribusi frekuensi melalui program komputerisasi.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Uji hipotesis yang digunakan adalah uji paired Sample t-Test untuk melihat perbedaan kapasitas vital paru kelompok perokok tembakau dan kelompok perokok vaporizer. Derajat kemaknaan (α) yang digunakan pada uji ini adalah 0.05. Apabila dari uji statistik didapatkan p value < α (0.05), maka dapat

(44)

dikatakan ada perbedaan kapasitas vital paru kelompok perokok tembakau dan kelompok perokok vaporizer.

Dasar pengambilan keputusan yaitu melihat hasil analisa pada P value. jika p value ≤0,05 maka artinya ada perbedaan kapasitas paru antara perokok tembakau dengan perokok vaporizer. dan sebaliknya, jika p value ≥0,05 maka artinya tidak ada perbedaan kapasitas paru antara perokok tembakau dengan perokok vaporizer

Gambar

Gambar 2.1 :Starter Kit.
Gambar 2.3 : RTA/Rebuildable Tank Atomizer.
Gambar 2.5 : Elektrik Mod
Gambar 2.6 : Komponen umum Paporizer dan prinsip kerja.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang akan digunakan dalam mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Ceramah, metode ini dilakukan untuk menyampaikan materi tentang gerakan shalat

closing program dan tampilan credit title, Background music yang dipilih adalah lagu Iggy Azelea – Black Window yang bertempo sedang pada awal lagu, kemudian

Maka masalah yang dihadapi adalah bagaimana menganalisis data mahasiswa periode 2014/2015 di Universitas Siliwangi untuk menentukan pengelompokan UKT dengan menggunakan

Setelah baterai penuh, listrik yang tersimpan pada baterai dapat digunakan untuk memutar motor penggerak melalui solenoid yang memiliki 2 terminal yang berfungsi menyambung

182 Di antara keunggulan tersebut adalah: 1) secara geografis merupakan bagian dari kawasan yang oleh Yunani disebut daerah Oikumene, daerah berperadan (kuno). Apalagi

Kitin mempunyai reaktivitas kimia yang lebih rendah dibandingkan dengan selulosa dan kitosan sehingga dalam pemanfaatannya kitin biasanya terlebih dahulu dilakukan modifikasi

MANAKALA Pihak diinsuranskan yang disebut dalam Jadual dikepilkan bersama telah membuat dengan Liberty Insurance Berhad (selepas ini dikenali sebagai “Syarikat”)