• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang akhir-akhir ini terus berkembang di Indonesia serta derasnya arus transaksi keuangan yang di dorong dengan semakin canggihnya tekhnologi mau tidak mau membuat pemerintah terus menerus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan pengarturan dan pengawasan secara ketat pada kegiatan keuangan yang ada di indonesia baik pada sektor perbankan, pasar modal dan lain sebagainya. Selama ini kelemahan utama bidang hukum yang sering dihadapi oleh pelaku ekonomi di Indonesia adalah masalah ketidak pastian hukum. Padahal kepastian hukum juga dibutuhkan untuk memperhitungkan dan mengantisipasi resiko, bahkan bagi suatu negara kepastian hukum merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang daya tahan ekonomi suatu Negara.

Di dalam rangka agar hukum mampu memainkan peranannya untuk memberikan kepastian hukum pada pelaku ekonomi, maka pemerintah bertanggungjawab menjadikan hukum berwibawa dengan jalan merespon dan menindaklanjuti pendapat dan keinginan pakarpakar ekonomi di atas. Sehingga kedepan diharapkan hukum mampu memainkan peranannya sebagai faktor pemandu, pembimbing, dan menciptakan iklim kondusif pada bidang ekonomi.

Di samping kepastian hukum, peningkatan efisiensi secara terus menerus merupakan salah satu perhatian sistem ekonomi. Oleh karena itu

(2)

hukum juga harus senantiasa diusahakan agar dapat menampung berbagai gagasan baru serta disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang berubah apabila hendak memperoleh tingkat efisiensi yang setinggi-tingginya. Kinerja lembaga-lembaga yang tidak sesuai bagi peningkatan efisiensi harus segera dapat dioptimalkan agar tidak menjadi hambatan bagi aktifitas ekonomi. Guna menampung kebutuhan-kebutuhan ini maka lembaga-lembaga hukum itu harus dapat memainkan peranannya yang penting di dalam penyesuaian keadaan idea-idea dan kondisi yang cepat berkembang.

Di era reformasi seperti sekarang ini, yaitu ketika masyarakat mempunyai komitmen untuk melakukan reformasi di bidang politik, ekonomi, dan bidang hukum, kesalahan yang dilakukan pada masa lalu, ketika hukum senantiasa diterlantarkan, sebaiknya tidak terulang kembali. Untuk itu, tepat kiranya pada saat kondisi ekonomi Indonesia masih belum pulih seperti sekarang ini kita mulai memberikan skala prioritas utama pada pembangunan hukum ekonomi di Indonesia, agar bisa digunakan sebagai pondasi dan pemandu para pelaku-pelaku ekonomi untuk menjalankan aktivitasnya. Itulah sebabnya pemerintah Indonesia tidak hanya harus memusatkan perhatian kepada pemulihan ekonomi, melainkan juga harus meletakkan dasar bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, lebih efisien, dan lebih merata.

Dalam agenda pembangunan nasional Tahun 2004 – 2009, secara politis dikatakan bahwa kondisi perbankan dan lembaga keuangan lainya masih belum mantap. Lemahnya pengaturan dan pengawasan terhadap

(3)

produk perbankan dan keuangan yang semakin bervariasi dan kompleks serta mengantisipasi globalisasi perdagangan jasa dan inovasi teknologi informasi, telah meningkatkan arus transaksi keuangan masuk keluar Indonesia. Pernyataan politik hukum ini pada tataran landasan teknis operasional menghendaki adanya beberapa perubahan Undang – Undang di sektor jasa keuangan dimasa yang akan datang.

Sesuai dengan amanat yang tertera pada pasal 34 Undang-undang Bank Indonesia pada tanggal 22 November 2011, telah disahkan dan diundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK), dengan di sahkanya Undang-Undang ini tentunya banyak sekali implikasi hukum yang timbul atas di sahkanya undang-undang ini, mengingat bahwa OJK ini adalah sebuah lembaga yang di tujukan untuk pemusatan pengawasan terhadap kegiatan sektor jasa keuangan secara keseluruhan, seperti halnya pada perbankan, dengan di bentuknnya OJK maka wewenang BI yang semula melakukaan pengawasan secara keseluruhan terhadap kegiatan perbankan akan berkurang sebagian, secara garis besarnya dapat di katakan dalam hal ini bahwa BI hanya berwenang melakukan pengawasan secara macroprudential yang artinya BI masih berwenang melakukan pengawasan terhadap stabilitas sistem keuangan dan makro ekonomi sedangkan OJK di berikan wewenang untuk melakukan perbankan seacara microprudential yang artinya pengawasan ini lebih di fokuskan

(4)

terhadap kesehatan bank secara individu seperti perizinan pendirian bank, pencabutan izin usaha bank dan lain sebagainya.1

Begitu juga pada pasar modal, perasuransian, dana pensiun, pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainya yang setelah terbentuknya undang-undang no 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan ini wewenang yang di miliki oleh lembaga-lembaga jasa keuangan yang sebagaimana telah di sebutkan di atas tentunya telah berkurang dan mengharuskan adanya perubahan pada regulasi peraturan-peraturan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga, hal ini tentunya sangatlah penting untuk di perhatikan agar ketika berjalanya sebuah lembaga baru (OJK) tidak terjadi ketumpangtindihan wewenang dan dapat berjalan sebagaimana yang di harapkan karena peran dari OJK disini adalah sangat penting demi menunjang perekonomian negara serta dalam memberikan kepastian hukum pada sektor jasa keuangan secara keseluruhan, maka dari itu di sini penulis menganggap bahwa penelitian yang di lakukan oleh penulis ini cukup penting dan sangat menarik di bahas, yang pada akhirnya di sini penulis memutuskan untuk menuangkan penelitian ini dalam bentuk karya ilmiah hukum yang berjudul ” ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI UNDANG-UNDANG No. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP LEMBAGA PENGAWAS SEKTOR JASA KEUANGAN”

1

Nazarudin Malik, 2012, “Peningkatan efektivitas pengawasan jasa keuangan pasca lahirnya OJK” makalah seminar, fakultas ekonomi & bisnis Universias Muhammdiyah Malang.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengawasan sektor jasa keuangan berdasarkan Undang-Undang nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan?

2. Bagaimana implikasi hukum dari terbentuknya Undang-Undang nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini, secara khusus adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sistem pengawasan sektor jasa keuangan berdasarkan Undang-Undang nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 2. Untuk mengetahui implikasi hukum dari terbentuknya Undang-Undang

nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

D. Kegunaan Penulisan

1. Untuk kepentingan teoritis :

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan serta mengembangkan teori-teori dalam aspek ilmu hukum berkenaan dengan pengawasan sektor jasa keuangan secara keseluruhan yang di lakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

(6)

2. Untuk kepentingan praktis : a. Bagi Peneliti

Hasil penulisan ini di harapkan mampu bermanfaat bagi peneliti sebagai kegiatan belajar untuk melatih sikap kritis dalam menghadapi fenomena hukum serta sebagai wahana untuk melatih diri serta memecahkan dan mencari alternatif penyelesaian persoaalan secara rasional dan komprehensif.

Di samping itu penulisan ini di harapkan berguna bagi peneliti seara subyektif guna menambah wawasan dan mempertajam analisis berfikir tentang masalah hukum sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Bagi Masayarakat

Hasil penelitian ini di harapkan mampu bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan pembaca khususnya agar mampu melihat, memahami dan menelaah perkembangan hukum di sekitar khusunya atas hadirnya sebuah lembaga baru (OJK) yang merupakan salah satu penunjang berkembangnya perekonomian negara Indonesia dan juga sebagai lembaga pengawas sektor jasa keuangan secara keseluruhan.

c. Bagi Instansi Terkait

Bagi instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan hukum terhadap lembaga-lembaga baru agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan wewenang yang di miliki

(7)

oleh masing-masing lembaga agar terjadi keselarasan dan saling menunujang antar lembaga dalam melaksanakan wewenangnya.

E. Metode Penulisan 1. Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yang di maksud dengan penelitian hukum normatif (yuridis normatif) di sini adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.2 Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi konsep dan asas-asas yang ada dalam peraturan peundang-undangan yang terkait dengan masalah ang di teliti, lebih khususnya pada Undang-undang No 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan dan Undang-undang lainya yang berkaitan dengan pengawasan di sektor jasa keuangan secara keseluruhan.

2. Sumber Bahan Hukum

Dalam penelitian ini jenis-jenis data yang di gunakan adalah bahan hukum yang erat kaitanya dengan masalah yang di teliti dan kemudian di bagi dalam tiga bagian :

2

Mengenai istilah penelitian hukum normatif, tidak terdapat keseragaman diantara para ahli hukum. Diantara pendapat beberapa ahli hukum dimaksud, yakni : Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan ( Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm. 13-14.);

(8)

a. Bahan Hukum primer

Bahan hukum primer di sini adalah bahan hukum yang di peroleh dari hukum positif melalui kepustakaan (library research) mengenai peraturan perundang-undangan yang erat kaitanya dengan masalah yang di teliti di antaranya adalah Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Undang-undang lainya yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti.

b. Bahan Hukum sekunder

Bahan hukum sekunder di sini adalah bahan hukum yang bersifat menunjang sehingga membantu dalam menganalisis dan memahami hukum primer. Dalam hal ini yang di gunakan penulis berupa buku-buku referensi, jurnal hukum, media masa, internet, artikel dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan topik bahasan.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier di sini adalah bahan-bahan yang bersifat menjelaskan baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yaitu berupa kamus dan ensiklopedia.

3. Tekhnik Pengumpulan Bahan Hukum

Tekhnik pengumpulan bahan hukum adalah suatu prosedur yang sisitematis dan standart untuk memperoleh bahan hukum yang di perlukan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik:

(9)

a. Kepustakaan

Studi kepustakaan (library research), yakni pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagi sumber dan di publikasikan secara luas, serta di butuhkan dalam penelitian. Kepustakaan yang di maksud adalah berupa buku-buku referensi yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini ,artikel,jurnal hukum, media cetak dan/atau media elektronik yang juga berkaitan dalam menentukan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.

4. Tekhnik Analisa Bahan Hukum

Data yang diperoleh dari studi kepustakaan akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari studi kepustakaan, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang dirumuskan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memhami isi dari penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun rangkaian sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

BAB I :Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan m masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

(10)

BAB II :Dalam bab ini berisi pengertian tentang tinjauan umum dan kajian pustaka mengenai pengertian-pengertian, pendapat para ahli tentang hal yang berkaitan dengan masalah. BAB III :dalam bab ini akan di jabarkan data-data hasil analisa

penulisan berkenaan dengan permasalahan yang di maksud. BAB IV :merupakan bab terakhir atau penutup dalam penulisan skripsi yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hal-hal yang di uraikan dalam bab-bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan adanya perubahan Organisasi Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2016 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2016 tentang

Pengetahuan dan pemahaman - menjelaskan - mengidentifikasi - mengenali - mendeskripsikan - memberi contoh.

Pemberian mulsa bagas populasi cacing tanah lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa mulsa bagas pada pengamatan 3 BST pada lahan pertanaman tebu tahun ke-5, tidak terdapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami keluhan akibat efek samping KB suntik, tiap responden merasakan keluhan dalam waktu yang berbeda setelah penggunaan,

menyelenggarakan sidang memilih Wapres dari 2 calon usul Pres. Sebelum menjabat, Pres

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh pasien. Sistem dapat menangani pendaftaran pemeriksaan pasien kolektif. Tidak menangani proses penyerahan komisi dokter pengirim,

Kelebihan dari website ini akan memberikan informasi harga-harga dan Elektronik Televisi, kekurangan website ini tidak dapat melakukan penjualan secara on-line hanya dengan cara

Jenis dokumen yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan pengawasan antara lain: 1) Dokumen AMDAL atau UKL-UPL. 3) Laporan RKL-RPL atau UKL-UPL dari