Pemajemukan
Yenny Puspita
Abstrak.
Makalah ini bertujuan mendeskripsikan tentang pemajemukan. Dalam bahasa Indonesia kerapkali didapati gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata yang baru. Kata yang terjadi dari gabungan dua kata lazim disebut kata majemuk. Dalam penulisan kata majemuk sering ditemui kesalahan. Misalnya kata majemuk yang harus ditulis serangkai, dituliskan tidak serangkai seperti anti korupsi, ekstra polasi, dan sebagainya. Atau sebaliknya kata majemuk yang seharusnya ditulis tidak serangkai dituliskan menjadi serangkai seperti uji coba, kerjasama, dan bebasbea.
Kata kunci : morfologi dan kompositum
1. Pendahuluan
Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan pragmatis. Morfologi sebagai sesuatu ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti, atau
dengan kata lain dapat dikatakan morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Salah satu bagian dari morfologi membicarakan tentang pemajemukan. Masalah pemajemukan ini terjadi saling silang pendapat dikalangan linguis di Indonesia. Semua mempunyai alasan-alasan yang berbeda tentang konsep pemajemukan atau kata majemuk. Maksudnya ada sebagian ahli masih tetap mengakui bahwa di dalam bahasa Indonesia ada bentuki kata yang disebut kata majemuk (kompositum). Namun, ada pula segolongan ahli bahasa Indonesia ada bentuk bahasa yang disebut kata majemuk. Yang sampai sekarang disebut kata majemuk, terutama dalam tata bahasa tradisional – sebenarnya hanyalah bentuk idiomatik saja.
Sehubungan dengan masalah di atas, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pengertian kata majemuk, ciri kata majemuk, bentuk pengulangan kata majemuk, penulisan kata majemuk.
Tujuan penulisan makalah ini untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang proses pemajemukan dan untuk menambah pengetahuan kita khususnya tentang proses pemajemukan.
2. Pembahasan 2.1 Kata Majemuk
Menurut ramlan (1997:76), “Kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya”. Kata majemuk ialah kata yang terbentuk dari dua atau lebih morfem yang membentuk suatu kesatuan yang erat (Badudu, 1980:16). Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan yang erat.
2.2 Ciri-Ciri Kata Majemuk
Kalau dilihat sepintas lalu, kelihatannya satuan kursi malas sama dengan adik malas; keduanya terdiri dari dua kata yang termasuk golongan kata nominal dan kata sifat.
Jika kursi malas merupakan klausa, tentu kata kursi dapat diikuti menjadi
kursi itu malas, kata malas dapat
didahului kata tidak, sangat, atau agak, menjadi kursi itu tidak malas; kursi itu
sangat malas. Jelaslah semua itu tidak
mungkin, berbeda halnya dengan adik
malas yang dapat diperluas menjadi adik itu malas; adik itu sangat malas dan
lain-lain.
Jika kursi malas merupakan frase, tentu dapat disela dengan kata yang
menjadi kursi yang malas, seperti halnya
adik malas yang diantara unsurnya dapat
ditambahkan kata yang menjadi adik yang
malas.
Berdasarkan ciri-ciri yang diuraikan diatas, dapat ditentukan bahwa kursi
malas tidak merupakan klausa, dan juga
tidak merupakan frase, melainkan merupakan kata yang lazim disebut kata
majemuk.
Dengan meneliti ciri tersebut di atas, dapat ditemukan satuan mana yang merupakan kata majemuk. Menurut Masinambouw (1980:37) ciri-ciri kata majemuk sebagai berikut:
1) Salah satu atau semua unsurnya
berupa pokok kata.
Yang dimaksud dengan pokok kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat terjadi sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, yang dapat dijadikan bentuk dasar bagi sesuatu kata. Misalnya: juang, temu, alir,
lomba, tempur, tahan, tahan, jual dan
lain-lain.
Satuan gramatik yang unsurnya berupa kata dan pokok kata, atau pokok kata semua, berdasarkan ciri ini, merupakan kata majemuk karena pokok kata merupakan satuan gramatik yang
tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatikal yang tidak memiliki sifat bebas sehingga gabungan dengan pokok kata tentu tidak dapat dipisahkan atau diubah strukturnya. Dengan demikian jelaslah bahwa setiap gabungan dengan pokok kata merupakan kata majemuk. Misalnya; kolam renang,
pasukan tempur, jual beli.
Kata majemuk yang terdiri dari unsur yang berupa kata kolam, pasukan dan lain-lain.
Kata majemuk yang terdiri dari pokok kata semua misalnya; terima kasih, jual beli, lomba masak, lombatari, tanya jawab dan sebagainya.
2) Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya.
Satuan kamar mandi kelihatannya sama dengan orang mandi, keduanya terdiri dari kata nominal dan kata kerja, tetapi bila diteliti benar-benar, ternyata kedua satuan itu berbeda. Pada orang
mandi kata orang dapat diikuti kata itu
misalnya menjadi orang itu mandi, dan kata mandi dapat didahului kata sedang,
akan, sudah, menjadi orang itu sedang mandi; orang itu akan mandi. Dengan
kata lain, unsur-unsur dalam orang mandi dapat dipisahkan, berbeda dengan unsur-unsur dalam kamar mandi, dalam bahasa
Indonesia tidak ada. Demikianlah satuan kamar mandi, berdasarkan ciri ini merupakan kata majemuk, sedangkan orang mandi merupakan klausa.
Satuan kaki tangan berbeda dengan meja kursi merupakan unsur-unsurnya sama, ialah semuanya berupa kata nominal. Diantara meja dan kursi, sebaliknya diantara kaki dan tangan dalam kaki tangan tidak dapat dipisahkan kata dan. Maka artinya akan berbeda. Misalnya:
- Ia menjadi kaki tangan musuh - Ia menjadi kaki dan tangan musuh - Kaki dan tangannya sudah tidak ada. Dengan demikian, kaki tangan pada kalimat ‘ia menjadi kaki tangan musuh’ merupakan kata majemuk mengingat kedua unsurnya tidak mungkin dipisahkan, sedangkan kaki tangan pada kalimat
‘kaki tangan sudah tidak ada’ tidak
merupakan kata majemuk, melainkan frase karena kedua unsurnya dapat dipisahkan, misalnya dipisahkan dengan kata dan menjadi kaki dan tangannya sudah tidak
ada.
Contoh-contoh lain, berdasarkan ciri yang kedua yaitu:
- mata gelap - pejabat tinggi - orang tua - daun pintu - kamar gelap - mata kaki - kamar kecil - rakyat kecil
- mata pelajaran - dan sebagainya 3) Hubungan kata yang erat
Hubungan kata yang erat maksudnya dalam kata itu hubungan komponen-komponennya sangat erat sehingga tidak dapat disisipkan morfem lain diantaranya. Kata rumah sakit dan meja tulis, hubungan antar komponennya sangat erat. Diantara kedua komponen yang membentuk kesatuan itu tidak dapat kita sisipkan unsur bahasa lain, baik morfem terikat maupun morfem bebas. Kedua komponen itu telah membentuk satu kesatuan yang erat, malah sangat erat karena hubungan komponen yang sangat erat seperti itu tidak lagi mengungkapkan makna komponen (Kata) itu secara sendiri-sendiri secara jelas.
Kita tidak dapat mengatakan rumah
besar atau rumah baru sakit. Kita tidak
juga dapat mengatakan meja bundar tulis atau meja kau tulis.
Menyisipkan kata diantara kedua komponen yang membentuk kesatuan itu akan menghilangkan makna kesatuan itu. Kita juga tidak dapat mengatakan rumah
sakit atau mejaku tulis. Hal itu tundak
dapat kita lakukan karena hubungan antara kedua komponen itu diputuskan oleh penyisipan morfem tersebut.
Kalau kita jatuh lebih jauh, akan kita ketahui bahwa komponen kedua pun tidak dapat diberi atribut yang hanya memberikan keterangan pada komponen
itu sendiri. Dengan demikian atribut pada komponen kedua itu saja kesatuan komponen itu pecah dan makna yang tersimpul didalam kesatuan komponen itu hilang. Misalnya, tidak dapat kita katakan
rumah sakit keras (=rumah sakit–keras),
atau meja tulis indah (= meja tulis – indah ). Penambahan atribut pada komponen kedua itu menghilangkan makna yang terkandung di dalam kesatuan kedua komponen itu. Kita dapat memberikan atribut, tetapi atribut itu berlaku untuk kedua komponen itu sekaligus. Misalnya, rumah sakit bersalin (= rumah – sakit) artinya ‘rumah
sakit khusus tempat wanita yang bersalin’.
Meja tulis kayu jati (= meja – tulis kayu
jati) artinya ‘meja tulis yang terbuat dari pada kayu jati’.
2.2 Bentuk perulangan kata majemuk
Proses perulangan kata majemuk, juga harus perulangan terhadap satuannya. Sebab, gabungan kata majemuk itu dianggap satu kata. Kata majemuk yang hanya terdiri dari dua kata, perulangan harus dikenakan terhadap seluruh gabungannya, bukan salah satu unsurnya. Perhatikan beberapa contoh berikut ini. Contoh
rumah makan – rumah makan - rumah makan orang tua – orang tua - orang tua
warta berita – warta berita - warta berita
perdana menteri – perdana menteri - perdana menteri
ruang tamu – ruang tamu – ruang tamu
Adanyapengecualian kata majemuk yang terdiri dari tiga kata atau lebih, perulangan boleh dikenakan pada dua kata pertama. Misalnya:
Rumah sakit umum – rumah sakit – rumah sakit umum
Kereta api – kereta api – kereta api cepat
Bagaimanakah perulangan untuk gabungan kata seperti ahli penyakit dalam, teknik tata rias, perulangan tersebut menjadi:
ahli penyakit dalam – ahli – ahli penyakit dalam teknik tata rias – teknik – teknik tata rias 2.4 Cara penulisan kata majemuk
1) Setiap unsur ditulis pisah tanpa diantara tanda penghubung
Contoh:
bumiputra matahari
warta berita ibu pertiwi
bunga bangsa perdana menteri
merah muda dan sebagainya
Untuk kata majemuk yang apabila tidak dipisahkan dengan tanda penghubung akan menimbulkan kemungkinan salah baca sehingga menimbulkan kekaburan pengertian, maka tanda penghubung perlu digunakan. Contoh: bumiputra matahari halalbihalal sendratari silahturahmi syahbandar saputangan akhirulkalam mahasiswa maharaja daripada dansebagainya
Mengingat kata majemuk merupakan persenyawaan kata yang hubungan antar unsur pembentuknya sangat erat, maka apabila kata majemuk tersebut mendapat imbuhan, imbuhan tersebut harus diberikan kepada gabungan kata sebagaikesatuan bentuk dan bukan kepada unsur-unsurnya. Untuk kata majemuk yang antar unsurnya ditulis terpisah, apabila hanya mendapat satu imbuhan berupa awalan atau akhirannya saja, maka unsur-unsurnya tetap ditulis terpisah.
Contoh:
membabi buta diambil alih
orang tuanya dibumi hangus
berterus terang bertekuk lutut
ikut sertakan tanggung jawabnya
sebar luaskan dan sebagainya
Apabila kata majemuk tersebut mendapat awalan dan akhiran sekaligus, maka awalan dan akhiran itu harus haruslah mengawali dan mengakhiri satuan kata majemuknya, bukan mengawali dan mengalhiri salah satu unsur pembentuknya. Apabila cara penulisannya disambung maupun dipisah, harus
dirangkaikan sebagai satu kesatuan. Perhatikan contoh berikut. Contoh:
1. bukan: mengikutkan serta atau mengikut sertakan ayau mengikut-sertakan.
melainkan: mengikut sertakan
2. bukan: mempertanggungjawabkan jawab atau mempertanggung jawabkan atau mempertanggung-jawabkan.
melainkan: mempertanggungjawabkan 3. bukan: pertanggung jawab atau pertanggung jawab atau pertanggung-jawabkan.
melainkan: pertanggung-jawaban 4. bukan: menggarisi bawah atau
menggaris bawahi atau menggaris-bawahi
melainkan: menggarisbawahi
3. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang penulis paparkan mengenai pemajemukan kata majemuk dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata atau lebih membentuk satu kesatuan yang erat.
2. Ciri-ciri kata majemuk:
a. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata.
b. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya.
c. Hubungan katanya sangat erat 3. Bentuk perulangan
a. Bentuk perulangan dua kata b. Bentuk perulangan tiga kata c. Bentuk perulangan gabungan kata 4. Penulisan kata majemuk
a. Setiap unsur ditulis pisah tanpa tanda penghubung.
b. Setiap unsurnya ditulis serangkaian/disambung.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk, 2000. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Masinanbou. 1980. Kata majemuk.
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Ramlan, M. 1997. Morfologi: Suatu
Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karya.
Santoso, Kusno Budi. 1990. Problematika
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Suraman, FX. 1988. Ikhtisar Tata Bahasa