• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS KUALITAS BUKU TEKS IPA BIOLOGI BERDASARKAN ASPEK WACANA PEMBELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ANALISIS KUALITAS BUKU TEKS IPA BIOLOGI BERDASARKAN ASPEK WACANA PEMBELAJARAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ANALISIS KUALITAS BUKU TEKS IPA BIOLOGI BERDASARKAN ASPEK WACANA PEMBELAJARAN

A. Bahan Ajar

Telah kita ketahui bersama bahwa bahan ajar tidak sama dengan sumber belajar. Sebab, bahan ajar memiliki berbagai jenis dan bentuk. Namun demikian, para ahli telah membuat beberapa kategori untuk macam-macam bahan ajar tersebut. Beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi tersebut adalah berdasarkan bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya. Buku teks adalah salah satu contoh dari bahan ajar yang berdasarkan bentuknya. Buku sebagai bahan ajar didefinisikan sebagai buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan ajar hasil seorang pengarang atau tim pengarang yang disusun berdasarkan kurikulum atau tafsiran kurikulum yang berlaku. Biasanya, buku teks pelajaran merupakan salah satu pendekatan tentang implementasi kurikulum (Prastowo, 2012:39, 167).

Buku merupakan media yang dapat memuat dan menyajikan berbagai informasi dan berbagai keperluan. Meski dianggap sebagai media konvensional, buku masih dipergunakan di tengah-tengah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini. Dilihat dari isinya buku dapat digolongkan sebagai buku fiksi, non-fiksi, dan fiksi ilmiah. Berdasarkan sasaran pembacanya, buku dapat dikelompokkan sebagai buku anak-anak, buku remaja, dan buku orang dewasa. Dari segi tampilannya, buku dapat dikelompokkan ke dalam buku teks, buku bergambar, dan buku gambar (picture book). Untuk keperluan pendidikan, buku panduan guru, buku bacaan, dan buku reverensi. Di perguruan tinggi buku dikelompokkan ke dalam buku teks pelajaran dan buku referensi.

Sesuai dengan tujuan buku ini, uraian lebih lanjut difokuskan pada buku teks pelajaran yang merupakan acuan pokok bagi siswa dalam belajar dan bagi guru dalam membelajarkan siswa. Tujuan, isi, dan penyajian buku teks pelajaran mengacu pada kurikulum yang berlaku dan merupakan penjabaran yang lebih terperinci dari kurikulum sehingga dalam mempersiapkan diri sebelum belajar di kelas, proses pembelajaran di kelas, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, serta mempersiapkan diri menghadapi ujian formatif dan sumatif.

(2)

Dari awal, penulis buku teks pelajaran perlu memahami fungsi buku sebagai media informasi serta jenis-jenis buku dilihat dari berbagai sudut pandang. Penulis buku teks pelajaran juga perlu mengetahui jenis-jenis buku yang dipakai di lingkungan pendidikan serta bagaimana kedudukan dan fungsi itu dalam proses belajar dan membelajaran (Sitepu, 2012: 23).

B. Buku Teks (Paket) 1. Pengertian Buku Teks

Menurut Nasution (1987), dalam Prastowo (2012:165) mengatakan bahwa buku teks pelajaran adalah bahan pengajaran yang paling banyak digunakan di antara semua bahan pengajaran lainnya. Untuk mampu memahami cara membuat buku ajar atau buku teks pelajaran tersebut dengan baik, ada beberapa hal penting yang harus kita pahami, di antaranya tentang pengertian buku ajar, fungsi, tujuan, dan kegunaannya, unsure-unsur buku sebagai bahan ajar yang menarik, dan cara mengembangkan buku teks pelajaran. Melalui lima focus pembahasan tersebut, diharapkan bisa mengantarkan kita untuk memahami seluk-beluk tentang buku teks secara menyeluruh. Sehingga, pada akhirnya, kita bisa membuat dan mengembangkan sendiri buku teks pelajaran yang inovatif dan menarik.

2. Pentingnya Buku Teks bagi Kegiatan Pembelajaran

Buku teks pelajaran hingga kini masih dianggap sebagai bahan ajar yang paling utama. Ini terbukti hampir di berbagai institusi pendidikan, dari jenjang yang paling dasar hingga yang paling tinggi, pada umumnya menggunakan buku teks pelajaran sebagai bahan ajar utamanya. Hal ini membuktikan pula bahwa keberadaan buku teks pelajaran masih merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran yang berlangsung di berbagai institusi pendidikan kita saat ini. Buku teks pelajaran juga merupakan bagian penting dari kegiatan pembelajaran.

a. Fungsi Buku Teks

1) Sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh peserta didik. 2) Sebagai bahan evaluasi

3) Sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum

4) Sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik

5) Sebagai sarana untuk peningkatan karier dan jabatan (Prastowo. 2012: 169)

(3)

b. Tujuan Buku Teks

Dalam hal ini, paling tidak ada tiga poin yang menjadi tujuan penyusunan buku teks, yaitu:

1) Memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran

2) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru, dan

3) Menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik (Prastowo. 2011: 206).

c. Kegunaan Buku Teks Pelajaran

1) Membantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku.

2) Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran.

3) Member kesemptan bagi peserta didik untuk mengulangi pelajran atau mempeljri peljaran baru.

4) Member pengetahuan bagi peserta didik maupun pendidik. 3. Unsur-unsur Buku sebagai Bahan Ajar

Sebagai bahan tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover) yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya, dapat dilihat bahwa buku teks pelajaran tersusun atas beberapa komponen tertentu. Susuna komponen-komponen ini juga disebut sebagai sruktur buku teks.

Untuk menguasai langkah-langkah pembuatan buku teks pelajaran, maka harus kita pahami dan mengerti terlebih dahulu mengenai struktur bahan ajar ini. Bahan ajar berbentuk buku teks pelajaran terdiri atas lima komponen, yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, serta penilaian. Jadi, dalam membuat sebuah buku teks pelajaran, maka kelima komponen utama itu harus ada. Selain itu, isi kandungannya juga harus mengacu kepada kompetensi dasar yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku (Prastowo, 2012: 172).

(4)

C. Kualitas Buku Teks

Menurut Greene dan Petty dalam Tarigan (2009:20) telah menyusun cara penilaian buku teks dengan sepuluh criteria. Apabila buku teks dapat memenuhi 10 persyaratan yang diajukan, dapat dikatakan buku teks tersebut berkualitas. Butir-butir yang harus dipenuhi oleh buku teks yang tergolong kategori berkualitas tinggi, antara lain:

1. Buku teks haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang mempergunakannya.

2. Buku teks haruslah mampu memberi motivasi kepada siswa yang memakainya. 3. Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik para siswa yang

memanfaatkannya.

4. Buku teks seyogianyalah mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.

5. Buku teks isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya; lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.

6. Buku teks haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya.

7. Buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak membingungkan para siswa yang memakainya.

8. Buku teks haruslah haruslah mempunyai sudut pandangan atau “point of view” yang jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para pemakainya yang setia.

9. Buku teks haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.

10. Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa pemakainya.

Buku teks berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik haruslah relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum. Criteria linguistic mengacu kepada tujuan agar buku teks dipahami oleh siswa. Akhirnya, kita dapat mengemukakan pedoman penilaian buku teks sebagai berikut:

(5)

Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandang tertentu yang menjiwai atau melandasi buku teks secara keseluruhan. Sudut pandangan ini dapat berupa teori dan ilmu jiwa, bahasa, dan sebagainya.

2. Kejelasan konsep

Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas, dan tandas. Keremangan-keremangan dan keamanan perlu dihindari agar siswa atau membaca juga jelas pengertian, pemahaman, dan penangkapannya.

3. Relevan dengan kurikulum

Buku teks ditulis untuk digunakan di sekolah. Sekolah mempunyai kurikulum. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bahwa buku teks harus relevan dengan kurikulum yang berlaku.

4. Menarik minat

Buku teks ditulis untuk siswa. Oleh karena itu, penulis buku teks harus mempetimbangkan minat-minat siswa pemakai buku teks tesebut. Semakin sesuai buku teks dengan minat siswa, semakin tinggi daya tarik buku teks tersebut.

5. Menumbuhkan motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi diartikan sebagai penciptaan kondisi yang ideal sehingga seseorang ingin, mau, dan senang mengerjakan sesuatu. Buku teks yang baik ialah buku teks yang dapat membuat siswa, ingin, mau, senang mengerjakan apa yang diinstruksikan dalam buku tersebut. Apalagi bila buku teks tersebut dapat menggiring siswa kea rah penumbuhan motivasi instrinsik. 6. Menstimulasi aktivitas manusia

Buku teks yang baik ialah buku teks yang merangsang, menantang, dan menggiatkan aktivitas siswa. Disamping tujuan dan bahan, faktor metode sangat menentukan dalam hal ini.

7. Ilustratif

Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang mengena dan menarik. Ilustrasi yang cocok pastilah memberikan daya penarik tersendiri serta memperjelas hal yang dibicarakan.

8. Buku teks harus dimengerti oleh pemakainya, yaitu siswa. Pemahaman harus didahului oleh komunikasi yang tepat. Faktor utama yang berperan di sini adalah bahasa. Bahasa buku teks haruslah:

(6)

a. Sesuai dengan bahasa siswa b. Kalimat-kalimatnya efektif c. Terhindar dari makna ganda d. Sederhana

e. Sopan f. Menarik

9. Menunjang mata pelajaran lain

Buku teks mengenai bahasa Indonesia, misalnya, di samping menunjang mata pelajaran bahasa Indonesia, juga menunjang pelajaran lain.

10. Menghargai perbedaan individu

Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu tertentu. 11. Memantapkan nilai-nilai

Buku teks yang baik berusaha untuk memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Uraian-uraian yang menjurus kepada penggoyahan nilai-nilai yang berlaku pantas dihindarkan (Tarigan, 2009:21-23).

Adapun kriteria mutu (standar) buku teks pelajaran menurut Badan Standar Nasional Pendidikan ialah dilihat berdasarkan:

1. Kelayakan isi/materi 2. Kelayakan penyajian 3. Kelayakan bahasa 4. Kelayakan kegrafikan. D. Analisis Kualitas Buku Teks

Mengenai analisis kualitas buku teks biologi, yang menjadi acuan dalam melakukan analisis yaitu dengan cara membuat peta konsep dan analisis konsep yang digunakan sebagai panduan menganlisis ketepatan konsep. Selain itu, dalam menganalisis kualitas buku teks yang terpenting lagi adalah kesesuain isi buku teks dengan indicator yang terdapat pada kurikulum. Oleh karena itu untuk menganalisis kualitas buku teks memerlukan silabus yang berdasarkan kurikulum tertentu.

1. Analisis Konsep

Untuk menentukan konsep konsep dalam proses pembelajaran diperlukan analisis konsep. Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep (Dahar, 1996: 93). Dalam analisis konsep perlu diidentifikasi

(7)

karakteristik konsep, yang meliputi label konsep, definisi konsep, atribut konsep, hirarki konsep, jenis konsep, contoh dan non contoh.

a. Label konsep

Label konsep adalah nama konsep atau sub konsep yang dianalisis. Contoh label konsep; sel, saraf, atom, senyawa dan lain lain.

b. Definisi Konsep

Label konsep didefinisikan sesuai dengan tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa. Untuk suatu label konsep yang sama, konsep dapat didefinisikan berbeda sesuai dengan tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dikuasai siswa dan tingkat perkembangan kognitif siswa.

Klausmeier (1980:64) menerangkan bahwa “The person conducting a content analysis of a set of concepts must know or arrive at a societally accepted definition of the word represening each of the concept”. Inti dari apa yang diungkapkan Klausmeier adalah bahwa orang yang akan melakukan analisis konsep ini harus tahu definisi umum yang dapat diterima.

c. Atribut Kritis

Atribut kritis merupakan ciri-ciri utama konsep yang merupakan penjabaran definisi konsep.

d. Atribut variable

Menunjukan ciri-ciri konsep yang nilainya dapat berubah, namun besaran dan satuannya tetap. Menurut Dahar (1996) variabel ialah ciri-ciri yang mungkin berbeda diantara contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu.

e. Hirarki konsep

1) Konsep superordinat (konsep yang tingkatannya lebih tinggi) 2) Konsep ordinat (konsep yang setara)

3) Konsep subordinat (konsep yang tingkatannya lebih rendah). f. Jenis konsep

Jenis konsep yang dijelaskan disini hanya dua, yaitu: 1) Konsep Konkrit

Konsep konkrit, yaitu konsep yang atribut kritis dan atribut variabel dapat diidentifikasi, sehingga relatif mudah dimengerti, mudah dianalisis dan mudah memberikan contoh dan non contoh. Contoh konsep konkrit antara lain: gelas kimia, tabung reaksi, pipet, warna daun, bentuk akar dan lain lain

(8)

2) Konsep Abstrak

Konsep abstrak, yaitu konsep yang atribut kritis dan atribut variabelnya sukar dimengerti dan sukar dianalisis, sehingga sukar menemukan contoh dan non contoh. Konsep seperti ini relatif sukar untuk diajarkan/dipelajari, karena tidak mungkin mengkomunikasikan informasi tentang atribut kritis konsep ini melalui pengamatan langsung. Oleh karenaitu, diperlukan model-model atau ilustrasi yang mewakili contoh dan non contoh. Contoh konsep abstrak antara lain: sel, DNA, atom, molekul, inti atom, ion, dan lain lain.

2. Relevansi Buku Teks dengan Indicator Kurikulum a. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 atau pendidikan berbasis karakter adalah kurikulum yang dicetuskan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mendikbud mengimplementasikan bahwa kurikulum 2013 akan di mulai pada bulan juli 2013 secara bertahap dan terbatas. Maksud penerapan secara bertahap yakni tidak semua kelas. Setiap jenjang sekolah akan dipilih secara bertahap yaitu hanya untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) pada kelas 1 dan 4, untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas 7, dan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) pada kelas 10 saja.

Berdasarkan informasi dari media jaringan sosial Menteri Nuh menyatakan, desain kurikulum 2013 berdasarkan pada UU sistem pendidikan Nasional (UU sisdiknas) “dalam UU sisdiknas mengatur kurikulum harus memuat kompetensi, sikap, pengetahuan dan keterampilan, namun yang paling penting mendapat perhatian serius adalah sikap (http:id.m.wikipedia.org/wiki/kurikulum_2013)

b. Konsep Dasar KTSP

Menurut Hamalik (2008), dalam Mulyasa (2007:8-9) kurikulum merupakan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dkembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah.daerah, social budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai.

(9)

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1 ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Adapun prinsip-prinsip KTSP menurut Wahyuni (2012, 26) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

2) Beragam dan terpadu

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 4) Relevan dengan kebutuhan hidup

5) Menyeluruh dan berkesinambungan 6) Belajar sepanjang hayat, dan

7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Sementara menurut BNSP dalam Hamalik (2006: 2) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Menurut Syaodih (2012, 31) Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan, sebab di antara bidang-bidang pendidikan yaitu manajemen pendidikan, kurikulum, pembelajaran, dan bimbingan siswa, kurikulum pengajaran merupakan bidang yang paling langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum, minimal dapat dibedakan antara desain kurikulum atau kurikulum tertulis (“design, written, ideal, intended, official, formal curriculum”) dan implementasi kurikulum atau kurikulum perbuatan (“curriculum implementation, actual curriculum, real curriculum, atau curriculum in action”).

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan memalui pemberian kewenangan (otonomi)

(10)

kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalaui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang ersedia.

2) Meningkatkan kepedulian sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa, 2007:22).

c. BSE

BSE adalah kepanjangan dari Buku Sekolah Elektronik. BSE merupakan buku pelajaran yang disimpan dalam bentuk file dan untuk mengetahui atau mempelajari buku tersebut harus melalui alat teknologi berupa computer dan jejaring internet.

E. Analisis Wacana Pembelajaran

Mengenai analisis wacana pembelajaran, hal yang dilakukan dalam tindakan menganalisis buku teks ialah dengan meneliti struktur wacana pembelajaran dan motif penyajian materinya.

Analisis wacana adalah salah satu alternative dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa”, analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata frase, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto dalam Sobur, 2004:68).

1. Struktur Wacana Berdasarkan Representasi Teks

Organisasi makro-mikro yang merupakan analisis diturunkan berdasarkan kriteria mensyaratkan kejelasan antar hubungan unit-unit teks dan ketepatan struktur pengetahuan pada berbagai tingkat. Tugas utama dalam analisis wacana adalah menorganisasikan unit terkecil, proposisi-mikro (pengukuhan yang

(11)

mewakili struktur permukaan teks) menjadi unit yang lebih besar, proposisi-makro yang secara berulang-ulang dapat digabung menjadi proposisi-makro pada berbagai tingkat abstraksi yang ahirnya menjadi proposisi-global. Dilihat sebagai fungsi realisasimotif, keseluruhan organisasi proposisi yang dihasilkan, disebut struktur-makro, adalah jaringan kerja tema (representasi materi subjek) yang berhubungan dengan super-ordinat (hubungan keatas), subordinat (hubungan kebawah) dan koordinat (hubungan mendatar). Analisis wacana, dengan demikian, menjadi dipermudah oleh dua bentuk keteraturan yang saling mengisi, yaitu, urutan proposisi-makro hasil realisasi motif dan keteraturan materi yang dikendalikan oleh materi-subjek (Siregar, 98:54-55).

2. Pengembangan Struktur Wacana Berdasarkan Motif

Tindakan pedagogik pengajar terhadap pembelajar dalam mengkonstruksi pengetahuan memerlukan keterampilan aksplanasi. Keterampilan eksplanasi adalah penyajian materi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematis untuk menyajikan hubungan antar informasi satu dengan yang lainnya. Bentuk penyajian materi subjek yang digunakan juga harus sesuai dengan kondisi siswa dan tuntutan keterampilan intelektual yang dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Pembagian wacana menurut aspek motif lebih memudahkan dalam pembagian bentuk wacana yang dikembangkan oleh pengajar. Penyajian motif tersebut dapat berbentuk:

a. Informing (menginformasikan): penyajian materi subjek kepada siswa hanya berupa informasi saja, tanpa siswa tahu bagaimana informasi itu dirumuskan. Motif informing juga terwujud dalam bentuk ucapan yang mengukuhkan adanya suatu kebenaran dalam bentuk proposisi, contohnya mendeskripsikan suatu objek atau kejadian.

b. Motif eliciting (menggali): terwujud dalam bentuk ucapan yang memapankan logika kebenaran dari hubungan antar-proposisi. Contohnya, membandingkan dua kebenaran.

c. Motif directing (mengarahkan): kegiatan penyajian materi subjek yang menyertakan siswa sebagai penilai dan pemberi persetujuan serta keputusan berdasarkan materi yang telah disampaikan sebelumnya dengan disertai bimbingan guru. Motif directing terwujud dalam mengalihkan proposisi menjadi realisasi suatu tindakan. Contohnya, instruksi bagaimana membandingkan dua kebenaran.

(12)

d. Motif Boundary Marking (membatasi): diwujudkan melalui penggunaan pembatas wacana, contohnya, “baiklah”, “hingga disini”, “berikutnya”, dlsb (Siregar, 52:1998).

F. Konsep Pencemaran Lingkungan 1. Pencemaran tanah

Manusia telah mengganggu siklus nutrient sampai suatu derajat tertentu sehingga tidak mungkin lagi memahami setiap siklus tanpa harus memasukkan pengaruh manusia di dalamnya. Pertanian mempunyai suatu dampak yang sangat besar terhadap siklus nitrogen. Pengolahan-penghancuran dan pencampuran tanah meningkatkan laju penguraian bahan organik, yang membebaskan nitrogen yang dapat digunakan yang kemudian dikeluarkan dari ekosistem tersebut ketika tanaman itu di panen (Campbell, 2004:403).

2. Pencemaran air

Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Achmad, 2000:92).

3. Pencemaran udara

Polusi udara memberikan tanda umpan balik negative yang mungkin dapat menyelamatkan masyarakat industry. Polusi udara juga memberikan contoh yang baik untuk sinergisme dalam kombinasi itu bahan pencemar bereaksi bila ada sinar matahari dan menghasilkan tambahan polusi yang amat memberat masalah secara keseluruhan. Sinergisme lain yang berbahaya dihasilakn bila SO2, yang dalam keadaan normal tersapu dan teroksidasi di atmosfer, menyerap partikel pencemar (debu, abu yang berterbangan, dan lain-lain) bersinggungan dengan jaringan yang basah (seperti bagian dalam dari paru-paru manusia) atau titik-titik air, dan berubah menjadi asam sulfat. Polusi asam seperti ini tidak hanya merugikan kesehatan, tetapi juga menyebabkan logam dn batu kapur berkarat. Adapula snergisme lain lain antara asap rokok dan polusi udara. Polusi udara dapat menyebabkan darah

(13)

orang yang bukan perokok keracunan oleh CO pada tingkat yang sama dengan perokok yang menghabiskan sebungkus rokok sehari (Odum, 1998:542-543). 4. Pencemaran suara

Polusi suara bunyi yang tidak dikehendaki “yang dibuang” ke dalam atmosfer tanpa menghiraukan pengaruh balik yang mungkin terjadi. Dalam arti paling luas, polusi suara adalah serangan balik lain yang tidak diduga dalam penggunaan tenaga yang terkonsentrasi. Unit pengukuran bunyi adalah decibel (db) (Odum, 1998:547-548).

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Mohamad Agung Subhan mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang pada tahun 2012 dengan judul: Analisis Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas X SMA Negeri 8 Malang. Masalah-masalah pada penelitian ini merumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana keesuaian buku ajar PAI yang digunakan dikelas X SMAN 8 Malang, 2) Bagaimana keesuaian soal dan latihan dalam buku ajar kelas X SMAN 8 Malang, 3) Bagaimana tehnik penulisan buku ajar PAI yang digunakan kelas X SMAN 8 Malang. Kesimpulan dari skripsi Mohamad Agung terbagi ke dalam 2 poin penting, yaitu:

1. Kondisi tentang kesesuaian isi buku ajar PAI yang digunakan kelas X SMAN 8 Malang sudah sesuai.

2. Kondisi soal dan latihan dalam buku ajar PAI kelas X yang digunakan kelas X SMA 8 Malang sudah sesuai dengan materi atau kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum KTSP.

Adapun penelitian terdahulu yang lain terkait pada penelitian ini yang dilakukan oleh Budi Wahyono tahun 2011 yang berjudul: Analisis Penilaian Guru Terhadap Buku Ajar Biologi Kelas X Semester Genap Di MA Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini menunjukkan bahwa:

1. Penilaian guru terhadap buku ajar biologi kelas X semester genap di MA se-kabupaten Kendal didapatkan hasil rata-rata representase 79,83 % dengan kriteria sesuai. Dan dapat diambil simpulan bahwa buku ajar biologi kelas X semester genap yang banyak digunakan di MA se-Kabupaten Kendal telah sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

(14)

2. Kekurangan dan kelebihan pada buku ajar biologi kelas X semester genap yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar didapatkan empat kategori, yaitu berdasarkan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan.

Selanjutnya penelitian terdahulu pula yang dilakukan oleh Masyhuratul Fadhilah pada tahun 2012 dengan judul: Analisis Buku Ajar IPA Biologi Yang Banyak Digunakan di SMP Negeri Kabupaten Jepara. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan, tingkat kesesuaian konsep, dan gambar buku teks Biologi edisi kedelapan jilid 1 (2008) dan edisi elima jilid 2 dan 3 (2004) karangan Campbell, dkk, tingkat kesalah ejaan, dan tingkat kelayakan buku pelajaran IPA Biologi berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pada penelitian ini mengkaji kualitas buku IPA Biologi SMP yang banyak digunakan di SMP NNegeri Kabupaten Jepara yaitu buku karangan Istamar Syamsuri, dkk jilid 2 (2007) penerbit Erlangga. Simpulan dari penelitian ini adalah buku pelajaran IPA Biologi terbitan Erlangga karangan Istamar Syamsuri, dkk tahun terbit 2007 jilid 2 belum sepenuhnya sesuai untuk siswa kelas VIII pada tingkat keterbacaan.

Pada penelitian kali ini, terdapat perbedaan dengan skripsi yang dibuat oleh penelitian terdahulu, diantaranya buku teks yang digunakan berbeda, subjek penelitian yang berbeda, yaitu menganalisis kesesuain buku berdasarkan relevansi indicator, ketepatan konsep, struktur materi subjek dan motif penyajian pembelajaran yang meliputi penyajian motif materi dan motif gambar dengan membaginya menjadi motif informing, eliciting, directing, dan boundary marking.

H. Kerangka Pemikiran

Proses pembelajaran merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk memberikan pemahaman terhadap suatu materi kepada siswa. Salah satu cara yang ditempuh oleh guru Biologi dalam menyampaikan materi tersebut dengan menggunakan bahan ajar yaitu buku teks. Buku teks pelajaran adalah bahan pengajaran yang paling banyak digunakan diantara semua bahan pengajaran yang lainnya. Untuk mampu memahami cara membuat buku ajar atau buku teks pelajaran tersebut dengan baik, ada beberapa hal penting yang harus dipahami untuk memilih kualitas buku yang baik dan menarik. Oleh karena itu, buku ajar yang dominan dipakai di sekolah harus kita analisis berdasarkan ketepatan konsep dengan isi kurikulum yang berkembang sekarang dan dibandingkan dengan kurikulum yang sebelumnya, Untuk

(15)

itu, dalam proses mengajar guru harus bisa memilih bahan ajar yang baik dan menarik. Untuk lebih jelasnya, perhatikan bagan di bawah ini:

Pedoman belajar menggunakan buku teks

Relevansi indicator isi buku dengan

Kurikulum

Ketepatan Konsep Struktur wacana

pembelajaran Analisis kualitas

isi buku teks Kualitas isi

buku teks Pembelajaran di

Kelas

Buku paket yang berkualitas baik Guru Siswa Motif pembelajaran isi buku teks Buku bedasarkan kurikulum 2013 Bukuberdasarkan KTSP BSE

(16)

Gambar 1: Bagan Kerangka pemikiran

Bagan di atas menunjukan bahwa buku teks merupakan sumber belajar bagi siswa, untuk itu bagi para guru harus teliti dalam memilih bahan ajar yang baik dan dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap buku teks tersebut. Analisis tersebut dilakukan agar diperoleh buku ajar yang berkualitas baik dan menarik yang dapat menunjang proses belajar dan meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam proses implementasi Perda ini adalah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tangerang. Satpol PP merupakan pihak

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh tipe kepemilikan perusahaan , ukuran perusahaan, keberadaan anak perusahaan, ukuran kantor akuntan

Guru mengarahkan siswa dalam kelompok untuk mencari informasi lain (selain dari tayangan) dari buku siswa dan dari internet tentang penerapan fungsi agregat dan keyword

Seksi Kemasyarakatan yang merangkap menjadi petugas pelayanan. Terbatasnya pengetahuan petugas pelayanan dalam memberikan pelayanan juga menyebabkan proses pelayanan

Sama seperti perintah Paulus kepada Titus untuk menjadi pemimpin yang matang secara rohani, memiliki doktrin yang benar dan hidup sebagai seorang teladan, para pastor dan

Penelitian Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui perubahan parameter indeks properti dan parameter kuat geser tanah ( c dan ϕ’ ) pada kondisi tanah

KAO dengan demikian hendaknya perusahaan memperbaiki dan meningkatkan, bagi peneliti lainnya, apabila hendak melakukan penelitian tentang kinerja maka hendaknya menggunakan

Kegiatan perekonomian yang diharapkan akan bergairah dengan munculnya rezim pernerintahan baru ternyata tidak terbukti, keadaan perekonomian yang rnemburuk pada saat