1 PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA
DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA
Rochmad Agus Setiawan 1),Wahyuningsih Safitri 2), Ari Setiyajati 3) 123
Prodi S-1Keperawatan, STIkes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Demensia merupakan sindroma klinis yang meliputi hilangya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Senam otak adalah metode gerak aktif dan latih otak untuk mengaktifkandua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif pada lansia demensia.Desain penelitian ini adalah quasy experiment dengan pre and post test without control dengan tehnik total sampling, yaitu tehnik pengambilan sample dimana jumlah sample sama dengan populasi.Sample dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 15 orang. Alat pengumpulan data yangdigunakan kuesioner Mini Mental Status Examination. Analisis uji statistik ini menggunakan Paired sample t test. Hasil penelitian ini menunjukkan t hitung (8,500) > dari t table (6,714) dan p value (0,000) < dari α(0,05) sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia.Senam otak efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia demensia. Diharapkan lansia dapat melakukan senam otak secara teratur.
Kata Kunci : Senam otak, Lansia, Fungsi Kognitif, Demensia
ABSTRACT
Dementia is a clinical syndrome which includes the severe loss of intellectual function and memory so that it causes dysfunctions in their daily life. Brain gymnastics is an active motion method and a brain exercise to activate the two halves of the brain and to integrate all of the functions of the two halves so as to improve the cognitive functions. The objective of this research is to investigate the effect of brain gymnastics on cognitive function of the dementia elderly.This research used the quasi experimental research method with the pretest and posttest without control design. The samples of the research were taken by using the total sampling technique. They consisted of the dementia elderly as many as 15 person living in Darma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta. The data of the research were gathered through questionnaire of Mini Mental Status Examination. The data of the research were statistically analyzed by using the paired sample t test. The result of the research shows that the value of tcount is 0.000, which is smaller than that of α =0.05 so that Ho is rejected, meaning that there is an effect of brain gymnastics on cognitive function of the dementia elderly.Thus, a conclusion is drawn that the brain
2
gymnastics is effective to improve the cognitive function of the dementia elderly. The elderly are expected to carry out the brain gymnastics regularly.
Keywords: Brain gymnastics, elderly, cognitive function, and dementia
PENDAHULUAN
Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia di dunia, menurut perkiraan World Healt Organitation (WHO) akan meningkat pada tahun 2025 dibandingkan tahun 1990 dibeberapa Negara dunia seperti China 220%, India 242%, Thailand 337%, dan Indonesia 440% (Wiwin 2011). Asia merupakan wilayah yang paling banyak mengalami perubahan komposisi penduduk dan diperkirakan pada tahun 2025, populasi lanjut usia akan bertambah sekitar 82%. Penduduk lanjut usia di Indonesia 2008 sebesar 21,2 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,8 tahun, tahun 2010 sebesar 24 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Arita, 2011). Jumlah penduduk lanjut usia di DI.Yogyakarta mencapai 5 juta jiwa dan Jawa tengah mencapai 3 juta. Jumlah Lansia di Puskesmas Weru sebanyak 16.191 orang. Surakarta menunjukkan penduduk yang berusia 65 tahun keatas sebanyak 23.496 orang (Badan Pusat Statistika 2012).
Meningkatnya populasi lansia akan dapat menimbulkan masalah – masalah penyakit pada usia lanjut. Menurut Departemen Kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun keatas untuk kasus demensia. Sebanyak 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan akan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia diatas 85 tahun
(Nugroho, 2008). Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang terjadi perlahan – lahan, serta dapat mengganggu kinerja dan aktivitas kehidupan sehari – hari (Atun 2010).
Demensia di tandai dengan adanya gangguan mengingat jangka pendek dan mempelajari hal – hal baru, gangguan kelancaran berbicara (sulit menyebutkan nama benda dan mencari kata – kata untuk diucapkan), keliru mengenai tempat - waktu – orang atau benda, sulit hitung menghitung, tidak mampu lagi membuat rencana, mengatur kegiatan, mengambil keputusan, dan lain – lain (Sumijatun 2005).
Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi demensia antara lain dengan mengenal kemampuan-kemampuan yang masih dimiliki, terapi individu dengan melakukan terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok dan senam otak (Stuart & Laraia 2010).
Senam otak adalah suatu usaha alternative alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan dan menghadirkan relaksasi dalam kehidupan sehari-hari. Senam otak bertujuan meningkatkan rasa percaya diri, menguatkan motivasi belajar, merangsang otak kiri dan kanan, merelaksasi otak dan dapat meningkatkan fungsi kognitif (Andri 2013).
Kegiatan senam otak ditujukan untuk merelaksasi dimensi pemusatan, menstimulasi (dimensi lateralis) dan meringankan (dimensi pemfokusan). Dengan senam otak
3 diharapkan lansia demensia yang
mengalami penurunan fungsi kognitif dapat meningkat, lebih bersemangat serta meningkatkan konsentrasi(Dennison 2010).
Prinsip senam otak adalah mengaktifkan 3 dimensi otak, dimensi pemusatan dapat meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan penerimaan oksigen sehingga dapat membersihkan otak, dimensi lateralis akan menstimulasi koordinasi kedua belahan otak yaitu otak kiri dan kanan (memperbaiki pernafasan, stamina, melepaskan ketegangan dan mengurangi kelelahan), dimensi pemfokusan untuk membantu melepaskan hambatan fokus dari otak (memperbaiki kurang perhatian, kurang konsentrasi) (Dennison dalam Anton 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta terdapat jumlah lansia 52 orang dan yang mengalami demensia berjumlah 15 orang. Hasil wawancara dari 15 orang lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta yang mengalami demensia mengatakan keluhan yang sering dirasakan lansia di panti yaitu sering lupa saat menaruh barang, mudah lupa dengan nama sesama lansia di panti dan sering kebingungan saat di tanya seseorang. Hal yang mendasari tempat penelitian di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta dikarenakan di panti tersebut terdapat paling banyak lansia yang mengalami demensia dari panti yang lain.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam
otak dengan fungsi kognitif pada lansia demensia.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperiment. Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pre and post test
without control. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 10 Februari sampai dengan 1 Maret 2014 di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami demensia berjumlah 15 orang. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Alasan peneliti mengambil total sampling karena jumlah populasi hanya 15 orang yang memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu lansia dengan demensia. Jumlah populasi yang hanya 15 menjadi alasan peneliti mengambil tehnik total sampling agar hasil yang didapatkan lebih signifikan. Berdasarkan studi pendahuluan lansia yang berada di panti wredha berjumlah 52 lansia dari krieteria lansia yang telah ditentukan lansia yang mengalami demensia didapatkan berjumlah 15 orang, untuk memastikan lansia tersebut mengalami demensia peneliti menggunakan data rekam medik dari diagnosa dokter. Setelah itu peneliti mengajukan surat izin penelitian dari ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta dan kepala Panti Wreda Darma Bakti Kasih Surakarta.
Peneliti bekerja sama dengan perawat Panti wreda untuk menghubungi lansia dengan tujuan menjelaskan penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang terapi senam otak serta tujuan penelitian, apabila
4
lansia bersedia maka peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden penelitian untuk ditandatangani serta kontrak waktu untuk melakukan senam otak. Lansia yang bersedia menjadi responden di lakukan pre test terlebih dahulu dengan diberikan kuesioner Mini
Mental Status Examination untuk
menilai fungsi kognitif, dalam kuesioner tersebut terdapat 11 pertanyaan yang harus dijawab oleh lansia untuk mengetahui skor fungsi kognitif. Setelah dilakukan pre test, selanjutnya peneliti dan perawat memanggil responden untuk
berkumpul diaula panti untuk diberikan perlakuan senam otak dengan alat bantu video selama ± 15 menit selama 3 minggu dari tanggal 10 Februari-1Maret 2014. Post test dilakukan 3 hari setelah perlakuan dengan menggunakan pertanyaan dari kuesioner Mini mental status
eximinitation untuk mengetahui
fungsi kognitif pada lansia. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik jumlah responden yang melakukan senam otak berjumlah 15 orang yang akan disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan umur (n = 15)
Usia (tahun) Jumlah (n) Persentase %
60-74 tahun (lanjut usia dini)
11 53
75-90 tahun (lanjut usia tua)
4 27
Jumlah 15 100
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah usia 60-74 tahun (53%) sebanyak 11 orang dan usia 75-90
tahun (27%) sebanyak 4 orang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu bahwa jumlah lansia yang mengalami demensia lebih besar pada umur 60-75 tahun yaitu (75%) (Marhamah 2009).
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin (n = 15)
Berdasarkan Tabel 2 dapat ketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 responden (27%), sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 responden (73%). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Rekawati
(2004), yang menyatakan bahwa usia harapan hidup perempuan lebih lama dibandingkan dengan laki-laki. Semakin tinggi usia harapan hidup perempuan maka semakin lama kesempatan lansia perempuan untuk hidup, sehingga semakin besar kemungkinan mengalami demensia.
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 4 27
Perempuan 11 73
5
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan (n = 15)
Pendidikan Jumlah (n) Persentase %
Tidak sekolah 2 20
SD 6 40
SMP 5 27
SMA 2 13
Total 15 100
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketaui tingkat pendidikan responden yang tidak bersekolah sebanyak 2 responden (20%), pendidikan SD sebanyak 6 responden (40%), pendidikan SMP sebanyak 5 responden (27%) dan pendidikan SMA sebanyak 2 responden (13%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Rekawati (2004) yang menyatakan bahwa lansia yang berpendidikan rendah mempunyai risiko terjadinya demensia sebesar 2,025 kali lebih dibandingkan dengan usia lanjut yang berpendidikan tinggi, karena jika seseorang jarang menggunakan otak untuk berfikir akan menimbulkan risiko terjadinya penurunan kognitif.
Tabel 4 Distribusi fungsi kognitif MMSE sebelum dilakukan senam otak (n=15)
Klasifikasi Jumlah (n) Persentase %
Normal 0 0
Kognitif Ringan 3 20
Kognitif Sedang 7 47
Kognitif Berat 5 33
Jumlah 15 100
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai kognitif responden sebelum diberikan terapi senam otak dengan nilai kognitif ringan sebanyak 3 responden (20%), nilai kognitif sedang sebanyak 7 responden (47%) dan nilai kognitif berat sebanyak 5 responden (33%). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan nilai kognitif sebelum diberikan senam otak adalah kognitif sedang sebanyak (60%) (Festi 2010).
Menurut Pudjiastuti (2003) bahwa menurunnya kemampuan fungsi kognitif lansia dikarenakan
susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia, berat otak lansia berkurang berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan lemak pada otak sehingga otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrite dan badan sel saraf mengalami banyak perubahan, dendrit yang berfungsi sebagai sarana untuk komunikasi antar sel saraf mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan kontak antar sel saraf, daya hantar saraf mengalami penurunan sehingga gerakan menjadi lamban.
6
Tabel 5 Distribusi Fungsi kognitif MMSE sesudah dilakukan senam otak (n = 15)
Klasifikasi Jumlah (n) Persentase %
Normal 0 0
Kognitif Ringan 8 53
Kognitif Sedang 5 33
Kognitif Berat 2 14
Jumlah 15 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai kognitif responden sesudah diberikan terapi senam otak dengan nilai kognitif ringan sebanyak 8 responden (53%), nilai kognitif sedang sebanyak 5 responden (33%) dan nilai kognitif berat sebanyak 2 orang (14%). Menurut teori senam otak pada buku
brain gym Paul dan Gail E. dennison
menyatakan bahwa gerakan senam otak dapat merangsang seluruh bagian otak untuk bekerja sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Gerakan senam otak juga mempunyai fungsi meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi dan memori misalnya dengan gerakan 8 tidur (lazy 8 yang berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi dan memori. Hasil wawancara peneliti pada 15 ketika ditanya menyebutkan nama benda, pengurangan angka dan nama bulan dapat menjawab dengan baik dan tepat.
Ada beberapa cara untuk mengatasi terjadinya demensia pada
lansia baik secara farmakalogis maupun nonfarmakalogi. Pada penelitian ini menggunakan cara non farmakalogi yaitu terapi senam otak diberikan selama 15 menit setiap hari selama 2 kali secara teratur selama 3 minggu. Selain itu peneliti ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh seorang ahli yang menemukan gerakan senam otak di Amerika yang menyatakan bahwa terapi senam otak yang dilakukan selama 2 xsehari dalam 15 menit selama 3 minggu, secara teratur dapat mengurangi terjadinya penurunan fungsi kognitif (Denisson 2009).
Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro- wilk karena sample data kurang dari 50 (Sopiyudin 2013). Hasil uji normalitas Shapiro-wilk dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Uji Normalitas Shapirowilk (n = 15)
Variabel Shapiro- wilk
P value
Pre test 0,484
7 Berdasarkan Tabel 6, uji shapiro
wilk test diperoleh p value sebelum
intervensi 0,484 dan p value sesudah intervensi 0,637 sehingga p value yang diperoleh > 0,05 maka
berdistribusi normal dan uji statistik yang digunakan adalah statistik parametrik dengan uji Paired Sample
t- test.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lisniani (2010) bahwa senam otak dapat meningkatan fungsi kognitif dengan nilai yang signifikan sebelum 9,15
dan sesudah 15,85 dengan selisih 6,7. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa senam otak dapat meningkatkan daya ingat lansia dengan nilai signifikan yaitu p=0,005 (p<0,05)
(Paula 2010). Senam otak juga dapat memberikan manfaat yaitu stress emosional berkurang, pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress berkurang, prestasi belajar dan bekerja meningkat (Denisson 2009).
Prinsip senam latih otak adalah mengaktifkan otak kedalam tiga fungsi yakni, dimensi silateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan-belakang), dimensi pemusatan (otak atas-bawah), masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga gerakan senam yang harus dilakukan dapat bervariasi (Denisson 2009).
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus tersebut merupakan gerakan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas). selain itu kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan spiritual sebaiknya digiatkan agar dapat memberi ketenangan pada lansia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Menurut Penelitian Sapardjiman (2007) menyatakan bahwa senam otak juga bermanfaat untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan belajar Tabel 7 Uji Paired Sample t-test (n=15)
Variabel Mean T P value
Pre test fungsi kognitif 19.20
8.500 .000
8
atau bekerja berlangsung menggunakan seluruh otak (whole
brain), mengurangi stress emosional
dan pikiran lebih jernih, menjadikan orang lebih bersemangat, lebih konsentrasi, lebih kreatif dan efisien, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, hubungan antar manusia dan suasana belajar/bekerja lebih rileks dan senang.
Hasil dari uji Paired Sample
t-test didapatkan mean pre t-test 19.20
dan untuk mean post test 20.33 sehingga dapat dilihat adanya peningkatan fungsi kognitif sebelum dan sesudah perlakuan 1,13. Hasil t hitung sebesar 8,500 > t table 6,714 dengan nilai p value 0,000 sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh sebelum dan sesudah senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senam otak secara signifikan bermanfaat dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia yang mengalami demensia dibuktikan dengan hasil yang bermakna skor nilai fungsi kognitif setelah dilakukan senam otak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Mayoritas usia responden yang mengalami demensia paling banyak berumur 60-74 tahun sebanyak 11 responden (53%).
2. Jenis kelamin responden paling banyak adalah berjenis perempuan sebanyak 11 responden (73%).
3. Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah pendidikan SD sebanyak 6 responden (40%).
4. Nilai kognitif responden sebelum diberikan senam otak terbanyak adalah skor nilai kognitif sedang sebanyak 7 responden (33%).
5. Nilai kognitif responden sesudah diberikan senam otak terbanyak adalah skor nilai kognitif ringan sebanyak 8 responden (53%).
6. Ada pengaruh sebelum dan sesudah diberikan senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia dengan p
value 0,000.
SARAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refensi penanganan pada lansia yang mengalami demensia di Panti Wredha yaitu dengan senam otak dan menjadi dasar dalam pengembangan ilmu yaitu dengan penelitian dan seminar sebagai upaya untuk mengetahuipengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia. Penelitian yang selanjutnya disarankan lebih terfokus pada pengaruh senam otak yang dapat meningkatkan fungsi kognitif.
DAFTAR PUSTAKA Andri S. 2013. Metode Dan
Pelaksanaan Senam Otak, Mulia Medika, Jakarta.
Anton surya prasetya. 2010,.Pengaruh terapi kognitif dan senam latih otak terhadap depresi dengan
9
harga diri rendah pada klien Lansia di Panti tresna whreda bakti yuswa natar Lampung, Fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta. Arita Murwani dan Wiwin Priyantari.
2011. Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Home Care dan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta.
Atun M. 2010. Lansia Sehat Dan Bugar, Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. (2010). Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota,2005. Bandiah S. 2009. Lanjut Usia dan
Keperawatan Gerontik, Mulia Medika, Jakarta.
Dennison Paul E dan Gail E. Dennison 2008. Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak, Grasindo, Jakarta.
Dwi Handayani dan Wahyuni. 2012. Hubungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta, Surakarta. Hendrie H.C. (2003). Prevalence of
Alzheimer’s Disease and
Dementia in Two
Communities: Nigerian Africans and African Americans, American Journal. Japardi Iskandar. 2003. Gangguan
Tidur, Fakultas Kedokteran Bagian Bedah, USU, Jakarta. Johnson, M.H. 2005. Developmental cognitive neuroscience, Edisi 2. Oxford : Blacwell publishing.
Kusumoputro Sidiarto. 2004. Mengenal Awal Pikun Alzheimer, UI-Press, Jakarta.
Lisnaini. 2012. Senam Vitalisasi Otak Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Usia Dewasa Muda, Fisioterapi Universitas Kristen Indonesi, Jakata.
Marhamah. (2009). Asam Folat Berpotensi Kurangi Gangguan
Kognitif pada
Lansia,http://www2.kompas.co m/kompascetak/0410/28/ilpeng /1352062.htm diperoleh 10 Juni2014.
Markam. S dan Mayza. A Pujiastuti. H. Erdat. M. S. Suwardhana Solichien A. 2005. Latihan vitalisasi otak, Grasindo, Jakarta
Maryam. 2008. Asuhan keperawatan Dan Kesehatan Pada Usia Lanjut, EGC, Jakarta.
Maryam. Fatma. Rosidawati. Jubaedu. Batubara. 2011. Mengenal
Usia Lanjut Dan
Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta.
Murwani. priyantari 2011. Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Home Care, Fitramaya, Yogyakarta. Nugroho. W. 2008. Keperawatan
Gerontik Dan Geratrik, EGC, Jakarta.
Paula. 2010. Pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia i Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan, Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara. Pipit. Festi 2010. Pengaruh brain gym
terhadap peningkatan fungsi kognitif lansia di Karang Werdha Peneleh Surabaya, FIK UM, Surabaya.
Purwaningsih. W. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha Medika, Yogyakarta.
10
R. Boedhi Darmojo dan H. Hadi-Marton0. Ilmu Ksehatan Usia Lanjut, FKUI, Jakarta.
Rekawati. E (2004). Faktor-faktor sosiodemografi yang
berhubungan dengan
terjadinya kepikunan pada usia lanjut di Indonesia berdasarkan data Susenas tahun 2001, tesis magister FKM UI, Jakarta, tidak dipublikasikan.
Ros Endah. H.P 2009. Perbedaan Karakteristik Lansia dan Dukungan Keluarga Terhadap Tipe demensia pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo, Fakultas Ilmu Kedokteran UI , Jakarta. Stanley. 2010. Buku Ajar Keperawatan,
EGC, Jakarta.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta Bandung, Bandung.
Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta. Supardjiman 2003, Aplikasi Senam
Otak, Salemba Medika, Jakarta.
Watson, 2003, Perawatan Pada
Lansia, EGC, Jakarta.
Wiwin Priyantari 2011, Konsep
Dasar dan Asuhan
Keperawatan Home Care dan Komunitas, Fitramaya,
Yogyakarta.
Zulsita 2010, Pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi
Medan, Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.