• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMECAHAN MASALAH. Diperlukan suatu metodologi pemecahan masalah, agar langkah langkah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMECAHAN MASALAH. Diperlukan suatu metodologi pemecahan masalah, agar langkah langkah"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

  BAB IV     PEMECAHAN MASALAH       4.1 Metodologi Pemecahan Masalah   

Diperlukan  suatu  metodologi  pemecahan  masalah,  agar  langkah‐langkah  pelaksanaan  tugas  akhir  berjalan  sistematis  dan  terencana.  Metodologi  pemecahan masalah ini selain memberikan tahapan‐tahapan dalam pelaksanaan,  juga  sebagai  pembatas  agar  penelitian  proyek  akhir  ini  dapat  membahas  permasalahan secara efektif dan efisien. 

Tugas  akhir  ini  bertujuan  untuk  menganalisis  gaya  kepemimpinan  dikaitkan  dengan  tingkat  kematangan  bawahan  di  PT  (Persero)  Angkasa  Pura  II  dengan  menggunakan  penelitian  survey.  Dalam  Metodologi  Penelitian,  Sukardi  (2003)  menjelaskan  bahwa  penelitian  survey  adalah  merupakan  salah  satu  dari  jenis  penelitian deskriptif. 

Survey gathers data at particular point in time with the intention of decribing the  nature  of  existing  condition,  or  identifying  standards  against  which  existing  condition  can  be  compared,  or  determining  the  relationship  that  exist  between  specific evens (Cohen dan Nomion, 1982). 

Studi pustaka menggunakan referensi dari buku‐buku maupun sumber informasi  lainya,  seperti  jurnal  ilmiah.  Pengumpulan  data  dilakukan  dengan  melalui  kuesioner yang diberikan kepada karyawan, disamping pengamatan langsung di  lapangan. Analisis dan interprertasi terhadap hasil pengumpulan data kuesioner  maupun  hasil  pengamatan  langsung  di  lapangan  dilakukan  dengan  menggunakan teori dan alat bantu lainnya.  

   

(2)

Adapun kerangka penelitian adalah seperti pada gambar 4.1                                                Gambar 4.1 Diagram alir metodologi pemecahan masalah           

Perubahan Paradigma Perusahaan

Menyusun formulasi permasalahan 1)  Apa gaya kepemimpinan yang apaling dominan di PT AP II? 

2) Berapakah tingkat kematangan bawahan di PT AP II? 

3) Apakah  gaya  kepemimpinan  yang  paling  dominan  tersebut  telah  sesuai  dengan  tingkat kematangan bawahan? 

Studi pustaka

Penyusunan kuesioner dan pengumpulan data - Kuesioner Atasan  

‐ Kuesioner Bawahan 

Saran

Kesimpulan dan Rekomendasi Analisis dan pembahasan hasil pengolahan data

Pengolahan Data Menggunakan software : MS Excel & SPSS   Tahapan‐tahapan :  • Data Umum  • Data Preferensi • Penentuan atribut‐atribut yang perlu

(3)

4.2 Studi Pustaka   

Penelitian survey sering pula disebut sebagai penelitian normatif atau penelitian  status.  Tidak  membatasi  dengan  satu  atau  beberapa  variabel.  Menggunakan  variable  serta  populasi  sesuai  dengan  tujuan  penelitian  yang  hendak  dicapai.  Hasil dari penelitian digunakan untuk  tujuan sebagai berikut: 

ƒ Penelitian  direncanakan  untuk  ditindaklanjuti  dengan  perbaikan  atau  penelitian‐penelitian lain yang lebih spesifik. 

ƒ Dapat melakukan eksplorasi dan deskriptif sebagai tujuan penelitian.  ƒ Dapat  melakukan  klasifikasi  terhadap  permasalahan  yang  hendak 

dipecahkan kemudian. 

Dengan  perubahan  paradigma  PT  Angkasa  Pura  II  yang  berorientasi  pada  non  aeronautika  maka  pemimpin  yang  ada  di  organisasi  PT  Angkasa  Pura  II  harus  mengadopsi  perubahan  tersebut.  Perubahan  paradigma  ini  akan  menentukan  pola  dan  gaya  kepemimpinan  seseorang  sehari‐hari,  selama  pemimpin  mengarahkan  organisasi  menuju  kesuksesan  di  masa  depan.  Kepemimpinan  adalah  sebuah  hubungan  yang  saling  mempengaruhi  di  antara  pemimpin  dan  pengikut  (bawahan)  yang  menginginkan  perubahan  nyata  yang  yang  mencerminkan  tujuan  bersamanya.  Unsur  kunci  dari  definisi  ini  adalah  seperti  pada gambar 4.2.    Gambar 4.2. Unsur‐unsur Pokok dalam Kepemimpinan  Kepemimpinan Pengaruh Pengikut Tujuan Bersama Keingian Niat Perubahan Tanggungjawab pribadi

(4)

Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di  antara  orang‐orang  yang  menginginkan  perubahan  signifikan,  dan  perubahan  tersebut  mencerminkan  tujuan  yang  dimiliki  oleh  pemimpin  dan  pengikutnya  (bawahan). 

Pemimpin  harus  membangun  arah  dan  visi  organisasi  yang  jelas  sehingga  karyawan  merasa  mempunyai  rasa  keterarahan,  yang  akan  memunculkan  komitmen  mereka  untuk  mewujudkan  visi  dan  tujuan  tersebut.  Pemimpin  dituntut  untuk  mampu  membangun  keterlibatan  penuh  dan  rasa  komunitas  bersama, di mana karyawan mampu belajar dan berkemban. 

Menurut  Morgan  Mc  Call  &  Michael  Lombardo  (1983),  terdapat  7  alasan  pokok  kegagalan seorang pemimpin yaitu :  a. Tidak sensitif, tidak peduli, suka melakukan intimidasi, omong besar;  b. Dingin, menjaga jarak, dan arogan;  c. Mengkhianati kepercayaan pribadi;  d. Terlalu ambigius, egosistik, bermain politik, mementingkan diri sendiri;  e. Mempunyai masalah kinerja dengan dunia bisnis;  f. Tidak mampu mendelegasikan dan membangun tim kerja;  g. Tidak mampu memilih bawahan yang tepat. 

Pemimpin  harus  bisa  membangun  arah  dan  visi  organisasi  yang  jelas  sehingga  merasa  mempunyai  rasa  keterarahan,  yang  akan  memunculkan  mereka  untuk  mewujudkan visi dan tujuan perusahaan. Pemimpin juga dituntut untuk mampu  menciptakan  budaya  dan  iklim  organisasi,  di  mana  kreativitas,  integritas,  profesionalisme,  komitmen,  tanggung  jawab,  dan  kualitas  prima  menjadi  roh  yang mendarah daging di seluruh organisasi. 

Seorang  pemimpin  dituntut  untuk  dapat  mengkomunikasikan  visi  dan  mengembangkan  budaya  yang  dimiliki  bersama  dan  menyusun  seperangkat  nilai‐nilai  pokok  di  dalam  organisasi  yang  menjadi  pedoman  utama  untuk 

(5)

sebagai  pemikir,  pelaksana  dan  mendorong  rasa  kebersamaan  akan  komitmen  dan  kepemilikan  organisasi.  Kepemimpinan  mendorong  kedekatan  emosional,  memberikan  penghargaan  pada  bawahan,  menunjukkan  bahwa  mereka  merupakan aset yang berharga bagi organisasi. Pemimpin menghargai kontribusi  orang  lain  dan  menunjukkan  pada  bawahan  bahwa  kontribusi  mereka  sangat  dihargai.  Pemimpin  mendorong  keberanian  untuk  menerima  kegagalan  dan  kesalahan,  mendengar  apa  yang  dikatakan  bawahan,  menunjukkan  kepercayaannya pada orang lain dan mau  belajar dari orang lain atau bawahan.  Pemimpin  dituntut  untuk  mempunyai  pemikiran  yang  terbuka,  mau  menerima  ide‐ide  baru,  rela  menerima  kritikan  dan  mau  belajar  serta  mendengarkan  kebenaran  yang  disampaikan  bawahannya.  Pemimpin  dituntut  untuk  menciptakan  hubungan  personal  dengan  orang  lain,  berempati  dengan  kebutuhan orang lain daripada kebutuhannya sendiri, dan secara tulus menerima  pertentangan  pendapat  daripada  menuntut  bawahan  untuk  patuh  dan  setuju  dengan  pendapatnya.  Pemimpin  harus  untuk  tidak  saja  menuntut  kualitas  produk  dan  pelayanan,  tetapi  dituntut  juga  untuk  menekankan  terciptanya  kualitas  hubungan  yang  baik  dengan  bawahan,  kualitas  komunikasi  yang  manusiawi, dan kualitas kesejahteraan antara pemimpin dan bawahannya. 

Terdapat  beberapa  teori  kepemimpinan  yang  dikenal,  diantaranya  adalah  menurut Desler (1982) yang membaginya dalam 3 pendekatan, yaitu: 

a.  Pendekatan Ciri; 

Pendekatan  ini  menganalisa  kepemimpinan  berdasarkan  ciri‐ciri/atribut  tertentu  dari  seorang  pemimpin  yang  efektif  dan  kurang  efektif.  Dalam  pendekatan ciri tersebut, ditetapkan enam ciri kepemimpinan efektif, yaitu:  1)   kemampuan untuk melaksanakan pengawasan (supervisor ability);  2)   berperetasi dalam pekerjaan (occupational achievement);  3)   cerdas (intelegent);  4)   membutuhkan aktualisasi diri (self actualization need);  5)   tegas (deciseveness) 

(6)

Selain  itu  juga  ciri‐ciri  kepemimpinan  efektif  lainnya  adalah  pemrakarsa/inisiatif,  percaya  diri,  tegas,  pintar  menganalisa  masalah,  mampu mengatasi permasalahan dan konsisten terhadap keputusan yang  dibuat. 

b.  Pendekatan Perilaku 

Pendekatan  ini  menganalisa  kepemimpinan  berdasarkan  fungsi  dan  gaya  kepemimpinan  dalam  organisasi.  Bidang  yang  dijadikan  sasaran  analisa  adalah  dimensi  tugas  dandimensi  manusia  dalam  organisasi.  Dalam  pendekatan  ini  aspek  perilaku  pemimpin  dijadikan  dasar  untuk  menjelaskan  kepemimpinan  efektif.  Fungsi  kepemimpinan  dipandang  memiliki dua fungsi utama yaitu: 

1) fungsi  untuk  memecahkan  masalah  yang  berhubungan  dengan  tugas  yang meliputi memberi usulan pemecahan masalah, memberi informasi  tambahan, dan memberi ide‐ide; 

2) fungsi  sosial  yang  meliputi  pertolongan  atau  dukungan  terhadap  kelompok  agar  bekerja  dengan  baik  seperti  menjadi  dukungan  terhadap kelompok agar bekerja dengan baik seperti menjadi penengah  bila  terjadi  konflik  di  dalam  kelompok,  mengembangkan  kemampuan  bawahan  dalam  pengambilan  keputusan  dan  menghargai  pendapat  bawahan. 

c.  Pendekatan Situasional 

Pendekatan ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai  tergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja. Menurut Stoner (1995)  pemimpin  yang  efektif  adalah  seorang  yang  menerapkan  gaya  kepemimpinan  yang  sesuai  atau  tepat  dengan  tuntutasn  situasi  tertentu,  agar pegawai mau dan dapat bekerja dengan baik. 

Salah  satu  pendekatan  situasional  tentang  kepemimpinan  adalah  teori  Situasional  Hersey  &  Blanchard.  Teori  ini  berfokus  pada  karakteristik  kematangan  bawahan  sebagai  kunci  pokok  situasi  yang  menentukan 

(7)

memiliki  tingkat  kesiapan  dan  kematangan  yang  berbeda‐beda  sehingga  pemimpin  harus  menyesuaikan  gaya  kepemimpinannya  agar  sesuai  dengan  situasi  kesiapan  dan  kematangan  bawahan  (Hersey  &  Blanchard,  1982). Terdapat 4 gaya kepemimpinan situasional yaitu: 

1)   Memberi tahu/telling (S1) 

Gaya  ini  ditandai  dengan  komunikasi  satu  arah,  bersifat  instruksi‐ instruksi  yang  mengusahakan  bawahan  secara  ketat  di  dalam  menyelesaikan  tugas‐tugasnya.  Pada  gaya  S1  ini  pemimpin  lebih  banyak  memberitahukan,  membimbing,  mengarahkan,  dan  menentukan peranan bawahan. Gaya ini sangat sesuai ketika kesiapan  dan  kematangan  anak  buah  rendah  (R1)  yang  ditandai  dengan  keterampilan  dan  keahlian  yang  rendah  serta  kurangnya  motivasi  dalam  bekerja.  Situasi  ini  menuntut  pemimpin  untuk  tegas  dalam  mengarahkan  dan  mengatasi  bawahan  sehingga  instruksi‐instruksi  yang diberikan oleh pemimpin menjadi pedoman pokok bagi bawahan  di  dalam  menyelesaikan  tugasnya.  Kesiapan  anak  buah  yang  rendah  yang  ditandai  dengan  ketidakmampuan  dan  kurangnya  motivasi,  membutuhkan  peran  pemimpin  yang  lebih  besar  agar  bawahan  tidak  salah  dalam  menyelesaikan  tugasnya  dan  agar  setiap  pekerjaan  bisa  diselesaikan bawahan secara baik. 

2)  Mempromosikan/selling (S1) 

Gaya  ini  ditandai  dengan  komunikasi  dua  arah  dari  pemimpin  walaupun  masih  memberikan  pengarahan  tetapi  pemimpin  meminta  masukan  dari  bawahan  sebelum  membuat  keputusan.  Pemimpin  juga  memberikan  dukungan  sosio  emosional  agar  bawahan  turut  bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Gaya ini sangat sesuai dengan  kesiapan  dan  kematangan  bawahan  yang  dalam  kategori  sedang  (R2)  yang  ditandai  dengan  kemampuan  serta  keahlian  yang  rendah  tetapi  memiliki  motivasi  yang  kuat.  Keadaan  ini  menuntut  pemimpin  untuk 

(8)

sedikit  kebebasan  untuk  aktualisasi  diri  agar  motivasi  bawahan  semakin  tinggi,  rasa  tanggung  ajwabnya  terhadap  pekerjaan  semakin  tinggi, dan akhirnya secara perlahan‐lahan bawahan semakin matang.  3) Berpartisipasi/participating (S3) 

Gaya  ini  ditandai  dengan  kerjasama  antara  pemimpin  dan  bawahan  dalam  pengambilan  keputusan,  melalui  komunikasi  dua  arah,  dan  memberikan  kemudahan  akses  informasi  penting.  Pemimpin  selalu  melibatkan  bawahan  untuk  berpartisipasi  di  dalam  setiap  aktivitas  kerja.  Dengan  memberikan  kesempatan  partisipasi  luas  kepada  bawahan,  maka  motivasi  bawhan  akan  semakin  berkembang  dengan  baik.  Keyakinan  bawahan  akan  kemampuannya  semakin  mantap  sehingga bawahan akan bisa bekerja secara mandiri di kemudian hari.  Gaya ini sangat sesuai dengan kesiapan anak buah yang masuk dalam  kategori sedang (R3), yang ditandai dengan kemampuan dan keahlian  tinggi  yang  dimiliki  bawahan,  tetapi  kurang  motivasi  untuk  mengaktualkan  kemampuannya  tersebut.  Situasi  ini  akhirnya  menuntut  pemimpin  untuk  mengajak  peran  serta  bawahan  agar  mau  berpartisipasi  secara  aktif  sehingga  secara  perlahan‐lahan  motivasi  mereka  akan  berkembang  dengan  optimal.  Adanya  partisipasi  dari  bawahan  akan  menimbulkan  keyakinan  diri  bawahan  bahwa  mereka 

mampu  melaksanakan  tugas  yang  dibebankan  kepada  mereka  untuk  diselesaikan 

4) Mendelegasikan/delegating (S4) 

Gaya  ini  ditandai  dengan  kebebasan  dan  pendelegasian  tugas  serta  wewenang  yang  luas  kepada  bawahan.  Pemimpin  hanya  memberikan  sedikit memberikan pengarahan dan pengawasan, karena kemampuan  dan  keahlian  bawahan  yang  sangat  tinggi  dalam  menyelesaikan  tugasnya  dengan  efektif  dan  efisien.  Gaya    mendelegasikan  ini  sangat  sesuai  dengan  keadaan  bawahan  yang  masuk  di  dalam  kategori 

(9)

yang  tingi  dari  bawahan,  serta  adanya  motivasi  yang  tinggi  menjadi  syarat  utama  bagi  bawahan  sebelum  mereka  menerima  pendelegasian  tugas. 

 

4.2.1 Perilaku Tugas   

Perilaku tugas adalah kadar sejauh mana pemimpin menyediakan arahan kepada  orang‐orangnya,  dengan  memberitahukan  kepada  mereka  apa  yang  harus  dilakukan,  kapan  melakukannya,  dan  di  mana  melakukannya.  Hal  ini  berarti  bahwa  pemimpin  menyusun  tujuan  dan  menetapkan  peranan  mereka  (Hersey,  1992).    Tabel 4.1 Dimensi perilaku tugas dan indikatornya    Dimensi Perilaku Tugas  Indikator Pelaku    (Bagaimana pemimpin...)  Menyusun Tujuan  Menetapkan tujuan yang perlu dicapai bawahan  Mengorganisasikan  Mengorganisasikan situasi kerja bagi bawahan  Menetapkan batas waktu  Menetapkan batas waktu bagi bawahan  Mengarahkan  Memberikan arahan spesifik 

Mengendalikan  Menetapkan  dan  mensyaratkan  adanya  laporan  reguler tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan   

 

4.2.2 Perilaku Hubungan   

Perilaku  hubungan  adalah  kadar  sejauh  mana  pemimpin  melakukan  hubungan  dua  arah  dengan  orang‐orangnya,  menyediakan  dukungan,  dorongan  dan  memudahkan  perilaku  yang  berarti  pemimpin  secara  aktif  menyimak  dan  mendukung  upaya  orang‐orangnya  dalam  pelaksanaan  pekerjaan  mereka.  Perilaku  ini  ditunjukkan  dengan  kadar  upaya  pemimpin  untuk  membina  hubungan pribadi dengan para pegawainya. Hal ini berarti pemimpin secara aktif   menyimak dan mendukung upaya orang‐orangnya dalam pelaksanaan pekerjaan  mereka. 

(10)

Tabel 4.2  Dimensi perilaku hubungan dan indikatornya   

Dimensi Perilaku Tugas  Indikator Pelaku 

  (Sejauh mana pemimpin...) 

Memberikan dukungan  Memberikan  dukungan  dan 

dorongan 

Mengkomunikasikan  Melibatkan  bawahan  dalam  diskusi  yang  bersifat  “memberi”  dan  “menerima” aktivitas kerja 

Memfasilitasi interaksi  Memudahkan  interaksi  di  antara  bawahan 

Aktif Mendengarkan  Berusaha  mencari  dan 

mendengarkan  pendapat  dan  kerisauan bawahan 

Memberikan umpan balik  Memberikan  umpan  balik  tentang  prestasi orang‐orangnya 

   

4.2.3 Komponen Kematangan   

Menurut  McClelland  (1951,  dalam  Hersey,  1992)  terdapat  tiga  komponen  kematangan.  Pertama  orang‐orang  yang  bermotivasi  prestasi  memiliki  karakteristik tertentu yang sama, termasuk kematangan untuk menyusun tujuan  yang tinggi tetapi masih terjangkau, lebih menekankan prestasi pribadi daripada  imbalan keberhasilan, dan keinginan untuk memperoleh balikan atau tugas yang  dilakukan  daripada  balikan  sikap.  Kedua,  dalam  hubungannya  dengan  pendidikan  dan/atau  pengalaman  bahwa  tidak  ada  perbedaan  konseptual  di  antara  keduanya.  Ketiga,  pendidikan  dan/atau  pengalaman  mempengaruhi  kemampuan  dan  motivasi  prestasi  mempengaruhi  kemauan.  Dengan  demikian,  dalam  menentukan  kematangan  dalam  hubungannya  dengan  kemampuan  dan  kemauan  terdapat  dua  dimensi  yaitu  kematangan  kerja  (kemampuan)  dan  kematangan psikologis (kemauan).           

(11)

4.2.3.1 Kematangan Pekerjaan   

Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu.  Hal  ini  berkaitan  dengan  pengetahuan  dan  keterampilan.  Orang‐orang  yang  memiliki  kematangan  pekerjaan  yang  tinggi  dalam  bidang  tertentu  memiliki  pengetahuan,  kemampuan  danpengalaman  untuk  melaksanakan  tugas‐tugas  tertentu  tanpa  arahan  dari  orang  lain.  Seseorang  yang  tinggi  kematangan  kerjanya boleh jadi akan mengatakan: ”Saya benar‐benar berbakat dalam bagian  pekerjaan  saya.  Saya  dapat  bekerja  sendiri  tanpa  memerlukan  bantuan  dari  atasan.” 

 

4.2.3.2 Kematangan Psikologis   

Kematangan  psikologis  dikaitkan  dengan  kemauan  atau  motivasi  untuk  melakukan  sesuatu.  Hal  ini  erat  kaitannya  rasa  yakin  dan  keikatan  orang‐orang  yang sangat matang secara psikologis dalam bidang atau tanggung ajwab tertentu  merasa  bahwa  tanggung  jawab  memiliki  rasa  percaya  diri,    dan  merasa  dirinya  mampu  dalam  aspek  pekerjaan  tertentu    merupakan  hal  yang  penting.  Mereka  tidak  membutuhkan  dorongan  ekstensif  untuk  mau  melakukan  hal‐hal  dalam  bidang  tersebut,  Komentar  orang  yang  sangat  matang  secara  psikologis  kemungkinan besar adalah: ” saya sangat menyenangi aspek pekerjaan saya atau  atasan  saya  tidak  perlu  mengawasi  dengan  ketat  atau  mendorong  saya  untuk  melakukan pekerjaan dalam bidang ini.” 

 

4.2.4 Tingkat Kematangan   

Tingkat  kematangan  didefinisikan  sebagai  kemampuan  dan  kemauan  orang‐ orang  yang  memikul  tanggung  jawab  untuk  mengarahkan  perilaku  mereka  sendiri.  Tingkat  kematangan  pegawai  dapat  dibedakan  menjadi  empat  yaitu  rendah  (R1)  berarti  pegawai  tidak  mampu  dan  yakin,  rendah  ke  sedang  (R2)  bearti pegawai tidak mampu tetapi yakin atau mau, sdang ke tinggi (R3) berarti  pegawai mampu tetapi tidak yakin dan teakhir adalah tinggi (R4) berarti pegawai  mampu dan juga yakin atas apa yang dikerjakan. 

(12)

                                          Gambar 4.3  Gaya Kepemimpinan dikaitkan dengan Tingkat Kematangan   

Hubungan  antara  perilaku  kematangan  yang  berkaitan  dengan  tugas  dan  gaya  kepemimpinan dijelaskan pada gambar 4.3 di atas. 

   

4.2.5 Gaya  kepemimpinan  yang  sesuai  dalam  kaitannya  dengan  berbagai  level kematangan      Tabel. 4.3 Kesesuaian Gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan    Level Kematangan  Gaya yang sesuai    R1  Rendah  Tidak mampu dan tidak mau atau  tidak yakin  S1  Memberitahukan  Perilaku tugas tinggi dan hubungan  rendah  R2  Rendah ke sedang  Tidak mampu tetapi mau atau yakin  S1  Mempromosikan  Perilaku tugas tinggi dan hubungan tinggi  

(13)

R3  Sedang ke tinggi  mampu tetapi tidak mau atau tidak  yakin  S3  Mengikutsertakan  Perilaku tugas rendah dan hubungan  tinggi  R4  Tinggi  Mampu dan mau atau yakin  S4  Mendelegasikan  Perilaku tugas rendah dan hubungan  rendah     

Kepemimpinan  situasional  tidak  hanya  mengajukan  gaya  kepemimpinan  yang  paling tinggi kemungkinan efektivitasnya bagi berbagai level kematangan, tetapi  juga  menunjukkan  kemungkinan  berhasil  dari  konfigurasi  gaya  lainnya  apabila  pemimpin tidak dapat menerapkan gaya yang diinginkan. Kemungkinan berhasil  dari  masing‐masing  gaya  bagi  keempat  level  kematangan  ini  tergantung  pada  sejauh  mana  gaya  tersebut  dari  gaya  yang  memiliki  kemungkinan  efektif  paling  tinggi  di  sepanjang  kurva  preskritif  dalam  porsi  gaya  pemimpin  pada  model  tersebut sebagai berikut:      Tabel 4.4 Nilai kurva preskitif dalam porsi gaya pemimpin pada model  kepemimpinan Hersey and Blanchard      S1  S2  S3  S4  R1  4  3  2  1  R2  3  4  2  1  R3  1  3  4  2  R4  1  2  3  4    Keterangan Tabel :    R1 kemungkinan berhasil dengan S1 tinggi, S2 kedua, S3 ketiga dan S4 keempat  R2 kemungkinan berhasil dengan S2 tinggi, S1 kedua, S3 ketiga dan S4 keempat  R3 kemungkinan berhasil dengan S3 tinggi, S2 kedua, S4 ketiga dan S1 keempat  R4 kemungkinan berhasil dengan S4 tinggi, S3 kedua, S2 ketiga dan S1 keempat           

(14)

4.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data    

4.3.1 Kuesioner   

Kuesioner  diperlukan  untuk  mendukung  hasil  pengamatan  mengenai  aktivitas  yang terjadi. Data yang diambil merupakan fakta‐fakta yang sudah terjadi. Oleh  karena  itu  kuesioner  merupakan  alat  yang  tepat,  baik  ditinjau  dari  segi  waktu,  biaya dan situasinya. 

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seperti pada Lampiran.  Dalam  kuesioner  diberikan  petunjuk‐petunjuk  agar  pelaksanaan  pengisian  kuesioner berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Kuesioner terdiri  atas  30  pertanyaan  disamping  data  identitas  responden  yang  diperlukan.  Pertanyaan dalam kuesioner diusahakan sesedikit mungkin, agar waktu maupun  tenaga  yang  harus  diluangkan  reponden  untuk  mengisi  kuesioner  tidak  sampai  membuat repot  4.3.2 Kuesioner untuk Atasan  4.3.2.1 Kuesioner Bagian I  Kuesioner ini berisi data pribadi atasan, terdiri dari data jabatan,  direktorat, dan  sub direktorat,  4.3.2.2 Kuesioner Bagian II  Kuesioner untuk atasan ini untuk menilai gaya kepemimpinan yang  dilakukannya dalam menjadi pimpinan. Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan. 

Pertanyaan‐pertanyaan  dalam  kuesioner  dapat  dikelompokkan  menjadi  10  kelompok. 

ƒ Kelompok  pertama  adalah  pertanyaan  nomor  1.  Kelompok  pertanyaan  ini  bertujuan untuk mengetahui perilaku atasan dalam menyusun tujuan.  

(15)

ƒ Kelompok kedua adalah pertanyaan nomor 2. Pertanyaan ini bertujuan untuk  mengetahui  bagaimana  tindakan  atasan  dalam  nelaksanakan  fungsi  mengorganisasikan. 

ƒ Kelompok ketiga adalah pertanyaan nomor 3. Pertanyaan ini bertujuan untuk  mengetahui tindakan atasan dalam menetapkan batas waktu tugas bawahan.   ƒ Kelompok  keempat  adalah  pertanyaan  nomor  4  sampai  dengan  nomor  6. 

Kelompok pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui perilaku atasan dalam  mengarahkan. 

ƒ Kelompok  kelima  adalah  pertanyaan  nomor  7  sampai  dengan  nomor  9.  Kelompok pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui perilaku atasan dalam  melaksanakan fungsinya mengendalikan.  

ƒ Kelompok  keenam  adalah  pertanyaan  nomor  10  sampai  dengan  nomor  12.  Kelompok pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui perilaku atasan dalam  memberikan dukungan pada bawahannya. 

ƒ Kelompok  ketujuh  adalah  pertanyaan  nomor  13.  Pertanyaan  ini  bertujuan  untuk mengetahui gaya atasan dalam berkomunikasi dengan bawahannya.  ƒ Kelompok  kedelapan  adalah  pertanyaan  nomor  14.  Pertanyaan  ini 

bertujuan.mengetahui interaksi atasan terhadap bawahan 

ƒ Kelompok kesembilan adalah pertanyaan nomor 15 sampai dengan nomor 18.  Kelompok  pertanyaan  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  gaya  atasan  dengan  bawahan dalam memberikan umpan balik. 

ƒ Kelompok kesepuluh adalah pertanyaan nomor 19 sampai dengan nomor 20.  Kelompok pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui perhatian atasan pada  anak buahnya 

Dalam  Tabel  4.5  akan  diperlihatkan  kisi‐kisi  dari  kuesioner  mengenai  gaya  kepemimpinan situasional. 

 

(16)

Tabel 4.5 Kisi‐kisi Kuesioner Gaya Kepemimpinan Atasan 

No  Indikator  Pertanyaan  No 

Kuesioner 

Jumlah 

1  Menyusun tujuan  Tindakan  yang  dilakukan  jika 

performansi  kerja  bawahan  menurun  drastis bahkan kualitas kerjanya tidak 

lagi  bisa  diterima,  padahal 

sebelumnya  dapat  bekerja  secara  efektif. 

1  1 

2  Mengorganisasikan  Tindakan  yang  dilakukan  jika  ada 

bawahan  yang  dipindahkan  dari  divisi  lain  hanya  mempunyai  sedikit  pengalaman  di  bidang  tersebut, 

sedangkan  selama  ini  bawahan 

tersebut  mengerjakan  tugasnya 

dengan baik 

2  1 

3  Menetapkan  batas 

waktu 

Tindakan  yang  dilakukan  jika  tugas  bawahan  tidak  diselesaikan  tepat  waktu 

3  1 

4  Mengarahkan  a.  Tindakan  yang  dilakukan  jika 

bawahan  yang  di  masa  lalunya 

diberikan  petunjuk  dan 

mendukung  usaha‐usaha  yang  dilakukan  bawahan,  dikerjakan  dengan  baik  walaupun  hanya  seikit  dorongan  yang  diberikan 

atasan,  dan  sekarang  akan 

diberikan  tugas  baru  pada 

bawahan tersebut; 

b.  Tindakan  yang  dilakukan  jika 

atasan  menerapkan  prosedur 

kerja  baru,  tetapi  bawahan  tidak  mempunyai  keterampilan  untuk 

melakanakannya  walaupun 

bawahan menginginkannya;  c.  Tindakan  yang  dilakukan  jika 

dengan  dukungan  dan  dorongan  tugas  yang  diberikan  kepada  bawahan  dikerjakan  dengan  baik 

dan  oleh  atasan  diberikan 

kembali  tugasnya  kepada 

bawahan  untuk  diselesaikan 

tahun berikutnya.    4                  5            6    3 

(17)

5  Mengendalikan  a.  Tindakan  yang  dilakukan  jika 

bawahan  lamban  dalam 

mengerjakan  tugas  dan  tidak  disiplin 

b.  Tindakan  yang  dilakukan  jika  bawahan  tidak  peduli  dengan 

tanggung  jawab  yang 

diserahkannya 

c.   Tindakan yang dilakukan jika ada  pergantian  atasan  yang  banyak 

memberikan  dorongan  dan 

pengawasan  ketat  yang 

menghasilkan  performansi  baik  menyebabkan  performansi  kerja  menurun. Bawahan tampak asyik 

melakukan  aktivitas  sosial 

daripada mengerjakan tugasnya    7        8        9    3  6  Memberikan  dukungan 

a.  Tindakan  yang  dilakukan  jika  atasan  yakin  bawahan  memiliki 

ketrampilan  dalam 

menyelesaikan  tugasnya, 

sedangkan  bawahan  tidak  yakin  akan kemampuannya 

b.  Tindakan  yang  dilakukan  jika 

bawahan  belum  mempunyai 

pengalaman  dan  kurang  percaya  diri, sedangkan atasannya merasa  bawahannya  mempunyai  potenti  untuk mengerjakan sorang diri  c.    Tindakan  yang  dilakukan  jika 

bawahan  yang  mempunyai 

cukup  pengalamam  dengan 

tugasnya  namun  tidak  dapat  mengerjakannya seorang diri.  10          11            12  3 

7  Mengkomunikasikan  Tindakan  yang  dilakukan  jika 

bawahan merasa tidak mampu dalam  melakukan tugas barunya 

13  1 

8  Memfasilitasi 

interaksi 

Tindakan  yang  dilakukan  jika 

bawahan  yang  dapat  bekerja  sendiri  secara  efisien  dan  produktif  meminta  bantuan  atasan  karena  merasa  tidak  mampu  mengatasi  masalah  dalam  pekerjaannya 

(18)

9  Memberikan  umpan  balik 

a.    Tindakan  yang  dilakukan  jika  suatu  tim  kerja  mengajukan  perubahan  jadwal  kerja  mereka,  dan selama  ini tim mereka selalu  bekerja dengan baik  

b.  Tindakan  yang  dilakukan  jika 

bawahan  yang  sebelumnya 

bekerja  lamban  dapat 

memperbaiki  performansi 

kerjanya  

c.  Tindakan  yang  dilakukan  jika  bawahan  mampu  memberikan  saran  yang  berguna,  sehingga 

atasan  percaya  kemampuan 

bawahan tersebut. 

d.  Tindakan  yang  dilakukan  jika  bawhan  sangat  kompeten  dan 

mandiri,  dan  atasan 

mendelegasikan  tanggung  jawab  utama pada bawahan tersebut  15          16        17          18    4 

10  Aktif Mendengarkan  a.  Tindakan  yang  dilakukan  jika 

menemukan  bawahan  berdiskusi 

dengan  penuh  semangat 

mengenai  tugas  yang  diberikan  kepada mereka 

b..  Tindakan  yang  dilakukan  jika  atasan  yang  beberapa  kali  tidak  hadir  dalam  suatu  pertemuan  komite menemukan kemajuan ke  arah  pencapaian  tujuan,  namun  atasan  tidak  tahu  bagaimana  menempatkan  diri  dalam  komite  tersebut  dan  peran  apa  yang  harus dimainkannya  19          20  2         

(19)

 

4.3.3 Kuesioner untuk Kelompok Bawahan   4.3.3.1 Kuesioner Bagian I 

Kuesioner  ini  berisi  data  pribadi  bawahan,  terdiri  dari  data  direktorat,  sub  direktorat, lama bekerja di perusahaan, pendidikan terakhir, dan jenis kelamin 

4.3.3.2 Kuesioner Bagian II 

Kuesioner  ini  diberikan  pada  bawahan  untuk  menilai  karakteristik  bawahan  dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Kuesioner ini terdiri dari 30  pertanyaan. 

Pertanyaan‐pertanyaan  dalam  kuesioner  dapat  dikelompokkan  menjadi  10  kelompok. 

ƒ Kelompok  pertama  adalah  pertanyaan  nomor  1  sampai  dengan  nomor  3.  Kelompok  pertanyaan  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  tingkat  pengetahuan  bawahan. 

ƒ Kelompok  kedua  adalah  pertanyaan  nomor  4  sampai  dengan  nomor  6.  Kelompok  pertanyaan  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  apakah  bawahan  mempunyai pengalaman yang relevan. 

ƒ Kelompok  ketiga  adalah  pertanyaan  nomor  7  sampai  dengan  nomor  8.  Kelompok pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bawahan.   ƒ Kelompok  keempat  adalah  pertanyaan  nomor  9  sampai  dengan  nomor  10.  Kelompok pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah para karyawan  mempunyai kepercayaan diri dalam bekerja. 

ƒ Kelompok  kelima  adalah  pertanyaan  nomor  11  sampai  dengan  nomor  14.  Kelompok pertanyaan ini bertujuan untuk tingkat komitmen bawahan dalam  melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.  

ƒ Kelompok  keenam  adalah  pertanyaan  nomor  15  sampai  dengan  nomor  17.  Kelompok  pertanyaan  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  motivasi  dalam  bekerja, 

(20)

ƒ Kelompok  ketujuh  adalah  pertanyaan  nomor  18  sampai  dengan  nomor  19.  Kelompok pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui sikap dalam menerima  perubahan. 

ƒ Kelompok kedelapan adalah pertanyaan nomor 20 sampai dengan nomor 21.  Kelompok  pertanyaan  ini  bertujuan  untuk  mengetahui    pengembangan  keterampilan bawahan. 

ƒ Kelompok kesembilan adalah pertanyaan nomor 22 sampai dengan nomor 26.  Kelompok  pertanyaan  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  harapan  bawahan  terkait dengan kinerjanya. 

ƒ Kelompok kesepuluh adalah pertanyaan nomor 27 sampai dengan nomor 30.  Kelompok  pertanyaan  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  hubungan  dengan  lingkungan kerja 

Dalam  penelitian  ini,  pengukuran  dilakukan  pada  situasi  yang  nyata  dilihat  menurut  penilaian  responden  tentang  apa  yang  dialami,  bukan  apa  yang  diinginkan.  Dalam  Tabel  4.6  disajikan  kisi‐kisi  dari  kuesioner  mengenai  gaya  kepemimpinan situasional dan kematangan. 

Tabel 4.6  Kisi‐kisi kuesioner Bawahan   

No.  Indikator  Nomor Kuesioner  Jumlah 

1   Tingkat pengetahuan  1,2,3  3  2   Pengalaman yang relevan  4,5,6  3  3   Kemampuan bawahan  7,8,9  3  4   Mengarahkan  10,11,12  3  5   Kepercayaan diri  13,14,15  3  6   komitmen  16,17,18  3  7   Sikap menerima perubahan  19,20,21  3  8   Pengembangan keterampilan  22,23,24  3  9   Kinerja  25,26,27  3  10   Hubungan dengan lingkungan kerja  28,29,30  3     Jumlah     30 

(21)

Dalam  kuesioner  setiap  item  diberi  alternatif  jawaban  dengan  bobot  yang  bervariasi, yaitu diberi bobot mulai dari angka 1 sampai dengan 5, seperti berikut: 

STS    =  Sangat Tidak Setuju  diberi bobot 1  TS     =    Tidak Setuju  diberi bobot 2  AS  =  Agak Setuju  diberi bobot 3 

S  =  Setuju  diberi bobot 4 

SS  =  Sangat Setuju  diberi bobot 5   

Sebelum kuesioner dilaksanakan untuk mengambil data, telah dilakukan ujicoba  pada beberapa  sample. Hal  ini  dilakukan  untuk  mendapatkan hasil  yang benar‐ benar dapat mengukur apa yang dimaksud. 

 

4.4 Populasi dan Sample   

Populasi dalam penelitian adalah seluruh karyawan di lingkungan Kantor Pusat  PT  (Persero)  Angkasa  Pura  II.  Populasi  berjumlah  400  orang,  terdiri  dari  karyawan yang mempunyai jabatan Vice President setingkat, Manager, Assistant  Manager, dan kelompok pelaksana. 

Dari jumlah populasi tersebut di atas, ditetapkan sample sebanyak 40 karyawan  yang  menjabat  Vice  President  setingkat  dan  Manager  dan  40  karyawan  yang  menjabat  Assistant  Manager  dan  Pelaksana.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Arikunto, bahwa tidak ada ketentuan berapa sample yang diambil dari populasi,  tetapi  sebagai  estimasi  apabila  responden  kurang  dari  100,  semuanya  diambil  sebagai  subyek  penelitian,  dan  apabila  lebih  dari  100,  maka  dapat  diambil  10%  sampai dengan 15%, 20% sampai dengan 25%, atau selebihnya. 

Dalam  usaha  memperoleh  informasi  yang  relevan  dengan  tujuan  penelitian  digunakan  teknik  purposive  sampling,    sehingga  tidak  semua  populasi  memiliki  kesempatan  yang  sama  sebagai  calon  responden  atau  sampel  (non  probability  sampling) (Sukardi, 2002) 

(22)

Sampel  dikelompokkan  ke  dalam  beberapa  kelompok  sampel  secara  sederhana.  Penyebaran sample dapat dilihat pada Tabel 4.7. 

 

Tabel 4.7 Kelompok sampel berdasarkan jabatan   

No.  Kelompok   Keterangan 

1   Vice President setingkat  16  2   Manager  24  3   Asssistant Manager  20  4   Pelaksana  20    Total  80            4.5 Pengolahan data     Penelitian survey merupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan data pada  saat tertentu dengan tujuan utama (Sukardi, 2002) yaitu :  ƒ Mendeskripsikan keadaan pada saat itu  ƒ Mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang  ƒ Menentukan hubungan yang ada diantara kejadian 

Dapat  menggunakan  satu  metode  atau  lebih  teknik  pengumpulan  data  seperti  wawancara, dokumentasi, angket atau kuesioner. 

Hipotesa  penelitian  survey  berbentuk  hipotesis  yang  menunjukkan  arah  yang  pasti dan arah yang belum pasti atau masih dua arah. 

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel untuk  data  gathering  .  Sedangkan  penggunaan  paket  program  Statistical  Package  for  the  Social Sciences (SPSS) diperlukan untuk sebagai alat bantu dalam analisa. 

Dalam  Riset  Bisnis  (Wibisono  Dermawan,  2003),  penggambaran  ukuran  tepusat  dari distribusi menggunakan rata‐rata (mean), nilai tengah (median) atau nilai yang 

(23)

Analisis  Data  Statistik  (Cornelius  Trihendardi,  2005)  Crosstabs‐Correlation  adalah  suatu analisis hubungan antar variable dari data ordinal.  Dengan menggunakan  program  SPSS  dapat  hasilkan  Tabel  Chi‐Square  Test  yang  menunjukkan  nilai  Approximate Significant Ordinal by Ordinal Spearman. 

Nilai yang digunakan dalam pengolahan data untuk analisis setiap elemen adalah  nilai rata‐rata dari jumlah bobot yang diberikan. 

Pengukuran  deskriptif  pada  dasarnya  memaparkan  secara  numerik  ukuran  tendensi sentral, dispersi dan distribusi suatu data. 

Tendensi  sentral  mengukur  pemusatan  data.  Ada  beberapa  ukuran  umum  tendensi sentral, antara lain :  ƒ Mean atau rata‐rata adalah nilai terukur suatu data.  ƒ Median adalah niai tengah data setelah data tersebut diurut.  ƒ Modus adalah nilai yang sering muncul dari suatu data  Dispersi mengukur penyebaran suatu data. Ada beberapa ukuran umum dispersi,  antara lain :  ƒ Standar Deviasi adalah nilai simpangan baku. 

ƒ Standar  Error  Mean  adalah  estimasi  standar  deviasi  dari  suatu  distribusi  rata‐rata 

Distribusi  mengukur  distribusi  suatu  data.  Ada  beberapa  ukuran  umum  distribusi, antara lain : 

ƒ Skewness adalah nilai kemencengan distribusi data. Apabila bernilai positif  maka distribusi data akan menceng ke kanan, apabila negatif sebaliknya.  ƒ Kurtosis adalah nilai keruncingan atau tinggi distribusi data 

ƒ Kenormalan suatu data dapat dilihat dari perbandingan Skewness dengan  Standar  Error  Skewness  dan  perbandingan  Kurtosis  dengan  Standar  Error  Kurtosis harus diantara ‐2 dan 2 

Hipotesis Analisis Crosstabs‐Correlations : 

(24)

H1 =  Ada perbedaan penilaian yang signifikan terhadap elemen kuesioner.  Jika  Approximate  Significant  Spearman  Correlation  hitung  >  α,  maka  Ho  diterima. 

Jika  Approximate  Significant  Spearman  Correlation  hitung  <  α,  maka  Ho  ditolak.  Dengan interval kepercayaan 95%, maka nilai α = 0.05      4.6 Analisis dan Interpretasi Hasil   

Penelitian  dilakukan  dengan  teknik  pengumpulan  data  menggunakan  seperangkat  kuesioner  yang  dirancang  khusus  untuk  itu.  Dari  sejumlah  instrumen  yang  telah  digunakan,  disadari  tidak  luput  dari  berbagai  kelemahan  yang tidak dapat dihindari, diantaranya : 

ƒ Jawaban‐jawaban  yang  telah  diberikan  mungkin  belum  sepenuhnya  mencerminkan  tentang  kenyataan  yangsesungguhnya,  sehingga  masih  patut dipertanyakan dan dicari tahu secara lebih lanjut 

ƒ Di antara responden, memiliki social setting yang berbeda, sehingga dengan  kenyataan itu sudah tentu responden juga memiliki intensitas pengetahuan  yang  berbeda,  baik  pada  tataran  pemahaman  maupun  dalam  praktisnya  yang juga akan berbeda 

ƒ Mengingat penelitian ini menyangkut tentang masalah perusahaan, maka  dalam  menjawab  pertanyaan‐pertanyaan  kelihatannya  responden  sangat  hati‐hati  dan  ada  diantaranya  yang  tidak  terungkap  secara  nyata,  utamanya  menyangkut  hal‐hal  yang  terkait  dengan  faktor  budaya,  sehingga  dengan  demikian  masih  diperlukan  pengungkapan‐ pengungkapan  faktor‐faktor  tersebut  dalam  suasana  yang  lebih  spesifik  dan trasnsparan 

   

(25)

4.6.1 Kematangan Bawahan   

Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang analisis data tentang profile responden  dapat dilihat dalam Lampiran, pada pembahasan penelitian berikut ini dijabarkan  profil  responden  karyawan  pada  kantor  Pusat  PT  (Persero)  Angkasa  Pura  II  berdasarkan unit kerja, sebagai berikut: 

 

ƒ Unit Kerja 

Berdasarkan  unit  kerja  dikelompokkan  kedalam  kelompok  unit  kerja  General, SDM, Finance, Komersial, Operasi dan Teknik  dengan komposisi  seperti dalam Gambar 4.4    UNITKERJ 17,5% 17,5% 15,0% 15,0% 20,0% 15,0% teknik sdm operasi komersial general financial     Gambar 4.4 Kelompok Responden Bawahan Berdasarkan Unit Kerja    Tabel 4.8 Tabel Kelompok Responden Bawahan Berdasarkan Unit Kerja 

    Frequency  Percent  Valid Percent  Cumulative 

Percent  Valid  financial  6  15.0  15.0  15.0    general  8  20.0  20.0  35.0    komersial  6  15.0  15.0  50.0    operasi  6  15.0  15.0  65.0    sdm  7  17.5  17.5  82.5    teknik  7  17.5  17.5  100.0 

(26)

 

Setelah seluruh data penelitian dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan  tabulasi.  Dari  pengamatan  dan  hasil  pengolahan  data  hasil  dapat  disajikan  sebagai berikut : 

a. Tingkat Pengetahuan 

   

  Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  tingkat  pengetahuan  yang  dikumpulkan  mempunyai  rentangan  4‐5,  diperoleh  nilai  terendah  4,  nilai  tertinggi 5. Dari analisis data diperoleh rata‐rata 4.22, median 4 dan modus  4  seperti terlihat dalam Tabel 4.9.    Tabel 4.9  Skor tingkat pengetahuan  N  Valid  40    Missing  0  Mean     4.22  Std. Error of Mean     .075  Median     4.00  Mode     4  Std. Deviation     .474  Variance     .224  Skewness     .387  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     ‐1.206  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     1  Minimum     4  Maximum     5  Sum     169  Percentiles  10  3.67     25  3.75     50  4.00     75  4.67     90  5.00           

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =‐0.387  (bernilai  negatif).  Jadi  distribusi  data  menceng  kekiri.  Perbandingan  skewness  dengan  standar  error  skewness  =  ‐ 0.374.  Nilai  tersebut(x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Kurtosis  =  ‐1.206  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  ‐0.733.  Nilai 

(27)

tersebut (x) dalam rentang –2<x<2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa respoden  cenderung setuju dengan pernyataan kuesioner.  PENGETAH 5.00 4.75 4.50 4.25 4.00 3.75 PENGETAH F req ue n c y 14 12 10 8 6 4 2 0 Std. Dev = .47 Mean = 4.22 N = 40.00    

Gambar 4.5 Distribusi data Tingkat Pengetahuan

 

Perbandingan  skewness  dengan  standar  error  skewness  dan  kurtosis  dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.5  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat pengetahuan bawahan. 

Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah  data  yang  valid  adalah  40  kuesioner.  Dengan  komposisi  General  (8), Financial (6), Personal (7), Commercial (6), Technic (7) dan Operation(6)  ƒ tingkat  pengetahuan  bawahan  berada  pada  nilai  4.22  dalam  skala  5  yang  berarti bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan bawahan di kantor  pusat termasuk dalam kategori tinggi. 

ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai  Approximate Significant Ordinal by Ordinal Spearman Correlation adalah 0.717  ƒ Berdasarkan hipotesis (0.717) > (0.05), maka tidak ada perbedaan penilaian 

yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda  terhadap tingkat pengetahuan 

(28)

b.  Pengalaman Yang Relevan   

Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  tingkat  pengalaman  yang  relevan  yang  dikumpulkan  mempunyai  rentangan  3‐5,  diperoleh  nilai  terendah  3,  nilai  tertinggi  5.  Dari  analisis  data  diperoleh  rata‐rata  3.70,  median 4 dan modus 4 seperti terlihat dalam Tabel 4.10    Tabel 4.10 Skor Pengalaman    N  Valid  40     Missing  0  Mean     3.70  Std. Error of Mean     .111  Median     4.00  Mode     4  Std. Deviation     .699  Variance     .489  Skewness     ‐.244  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     ‐.719  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     2  Minimum     3  Maximum     5  Sum     148  Percentiles  10  2.67     25  3.00     50  4.00    75  4.00    90  4.33     

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =‐0.244  (bernilai  negatif).  Jadi  distribusi  data  menceng  kekiri.  Perbandingan  skewness  dengan  standar  error skewness = ‐0.374. Nilai tersebut(x) dalam rentang –2<x<2. Kurtosis = ‐ 0.719  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  ‐0.733.  Nilai  tersebut  (x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  respoden  cenderung  setuju  dengan  pernyataan  kuesioner 

(29)

PENGALAM 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50

PENGALAM

F req uenc y 20 10 0 Std. Dev = .70 Mean = 3.70 N = 40.00   Gambar 4.6  Distribusi Data Pengalaman      Perbandingan skewness dengan standar error skewness dan kurtosis dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.6  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat pengalaman bawahan. 

Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah  data  yang  valid  adalah  40  kuesioner.  Dengan  komposisi  General (8), Financial (6), Personal (7), Commercial (6), Technic (7) dan  Operation (6) 

ƒ Tingkat  pengalaman  bawahan  berada  pada  nilai  3.70  dalam  skala  5  yang berarti bahwa secara keseluruhan tingkat pengalaman bawahan di  kantor pusat termasuk dalam kategori tinggi  

ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai  Approximate  Significant  Ordinal  by  Ordinal  Spearman  Correlation  adalah  0.775 

(30)

Berdasarkan hipotesis (0.775) > (0.05), maka tidak ada perbedaan penilaian  yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda  terhadap tingkat pengalaman. 

 

c.  Kemampuan bawahan   

Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  tingkat  kemampuan  yang  dikumpulkan  mempunyai  rentangan  3‐4  diperoleh  nilai  terendah  3,  nilai  tertinggi  5.  Dari  analisis  data  diperoleh  rata‐rata  3.36,  median  3,33  dan  modus 3 seperti terlihat dalam Tabel 4.11    Tabel 4.11  Skor Tingkat Kemampuan Bawahan                 

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =‐0.077  (bernilai  negatif).  Jadi  distribusi  data  menceng  kekiri.  Perbandingan  skewness  dengan  standar  error skewness = ‐0.374. Nilai tersebut(x) dalam rentang –2<x<2. Kurtosis = ‐ 0.527  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  ‐0.733.  Nilai  tersebut  (x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Sehingga  dapat 

N  Valid  40     Missing  0  Mean     3.36  Std. Error of Mean     .059  Median     3.33  Mode     3  Std. Deviation     .373  Variance     .139  Skewness     .077  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     ‐.527  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     1  Minimum     3  Maximum     4  Sum     134  Percentiles  10  3.00     25  3.00     50  3.33     75  3.67     90  4.00 

(31)

disimpulkan  bahwa  respoden  cenderung  setuju  dengan  pernyataan  kuesioner.  KEMAMPUA 4.00 3.75 3.50 3.25 3.00 2.75 KEMAMPUA Fr e que nc y 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Std. Dev = .37 Mean = 3.36 N = 40.00     Gambar 4.7  Distribusi Data Tingkat kemampuan bawahan    Perbandingan skewness dengan standar error skewness dan kurtosis dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.7  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat kemampuan bawahan. 

Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah  data  yang  valid  adalah  40  kuesioner.  Dengan  komposisi  General (8), Financial (6), Personal (7), Commercial (6), Technic (7) dan  Operation (6) 

ƒ tingkat pengalaman bawahan berada pada nilai 3.36 dalam skala 5 yang  berarti  bahwa  secara  keseluruhan  tingkat  kemampuan  bawahan  di  kantor pusat termasuk dalam kategori sedang ke tinggi  

ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai  Approximate  Significant  Ordinal  by  Ordinal  Spearman  Correlation  adalah  0.732. 

Berdasarkan hipotesis (0.732) > (0.05), maka tidak ada perbedaan penilaian  yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda 

(32)

d. Mengarahkan   

Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  tingkat  mengarahkan  yang  dikumpulkan  mempunyai  rentangan  3‐4  diperoleh  nilai  terendah  3,  nilai  tertinggi 5. Dari analisis data diperoleh rata‐rata 3.98, median 4 dan modus  4  seperti terlihat dalam Tabel 4.12    Tabel 4.12 Skor Mengarahkan  N  Valid  40     Missing  0  Mean     3.98  Std. Error of Mean     .051  Median     4.00  Mode     4  Std. Deviation     .324  Variance     .105  Skewness     ‐1.082  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     1.220  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     1  Minimum     3  Maximum     4  Sum     159  Percentiles  10  3.37     25  4.00     50  4.00     75  4.33     90  4.33   

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =‐0.244  (bernilai  negatif).  Jadi  distribusi  data  menceng  kekiri.  Perbandingan  skewness  dengan  standar  error  skewness  =  ‐1.082.  Nilai  tersebut(x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Kurtosis  =  1.220  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  ‐0.733.  Nilai  tersebut  (x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  respoden  cenderung  setuju  dengan  pernyataan  kuesioner. 

(33)

MENGARAH 4.25 4.00 3.75 3.50 3.25 3.00 MENGARAH Fr equency 30 20 10 0 Std. Dev = .32 Mean = 3.98 N = 40.00   Gambar 4.8 Distribusi Data Mengarahkan    Perbandingan skewness dengan standar error skewness dan kurtosis dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.8  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat mengarahkan bawahan. 

 

Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah  data  yang  valid  adalah  40  kuesioner.  Dengan  komposisi  General  (8), Financial (6), Personal (7), Commercial (6), Technic (7) dan Operation(6)  ƒ tingkat  pengalaman  bawahan  berada  pada  nilai  3.98  dalam  skala  5  yang  berarti bahwa secara keseluruhan tingkat mengarahkan bawahan di kantor  pusat termasuk dalam kategori tinggi. 

ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai  Approximate Significant Ordinal by Ordinal Spearman Correlation adalah  0.732 

Berdasarkan hipotesis (0.732) > (0.05), maka tidak ada perbedaan penilaian  yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda  terhadap tingkat kemampuan. 

       

(34)

e. Kepercayaan diri   

Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  tingkat  mengarahkan  yang  dikumpulkan  mempunyai  rentangan  3‐4  diperoleh  nilai  terendah  3,  nilai  tertinggi 5. Dari analisis data diperoleh rata‐rata 4.08, median 4 dan modus  4 seperti terlihat dalam Tabel 4.13    Tabel 4.13 Skor Kepercayaan Diri  N  Valid  40     Missing  0  Mean     4.08  Std. Error of Mean     .067  Median     4.00  Mode     4  Std. Deviation     .425  Variance     .181  Skewness     ‐.419  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     ‐.647  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     1  Minimum     3  Maximum     5  Sum     163  Percentiles  10  3.33     25  4.00     50  4.00     75  4.33     90  4.67           

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =‐0.419  (bernilai  negatif).  Jadi  distribusi  data  menceng  kekiri.  Perbandingan  skewness  dengan  standar  error skewness = ‐0.419. Nilai tersebut(x) dalam rentang –2<x<2. Kurtosis = ‐ 0.647  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  0.733.  Nilai  tersebut  (x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  respoden  cenderung  setuju  dengan  pernyataan  kuesioner. 

(35)

PERCYDIR 4.75 4.50 4.25 4.00 3.75 3.50 3.25

PERCYDIR

F requ enc y 14 12 10 8 6 4 2 0 Std. Dev = .43 Mean = 4.08 N = 40.00       Gambar 4.9 Distribusi Data Kepercayaan Diri    Perbandingan skewness dengan standar error skewness dan kurtosis dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.9  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat kepercayaan diri bawahan. 

 

Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah  data  yang  valid  adalah  40  kuesioner.  Dengan  komposisi  General (8), Financial (6), Personal (7), Commercial (6), Technic (7) dan  Operation (6) 

ƒ Tingkat  pengalaman  bawahan  berada  pada  nilai  4.08  dalam  skala  5  yang  berarti  bahwa  secara  keseluruhan  tingkat  kepercayaan  diri  bawahan di kantor pusat termasuk dalam kategori tinggi. 

ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai  Approximate  Significant  Ordinal  by  Ordinal  Spearman  Correlation  adalah 0.732 

(36)

ƒ Berdasarkan  hipotesis  (0.732)  >  (0.05),  maka  tidak  ada  perbedaan  penilaian  yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda terhadap tingkat kemampuan 

 

f. Komitmen   

Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  tingkat  mengarahkan  yang  dikumpulkan  mempunyai  rentangan  3‐4  diperoleh  nilai  terendah  3,  nilai  tertinggi 5. Dari analisis data diperoleh rata‐rata 4.13, median 4 dan modus  4  seperti terlihat dalam Tabel 4.14  Tabel 4.14 Skor Komitmen                                               

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =‐0.315  (bernilai  negatif).  Jadi  distribusi  data  menceng  kekiri.  Perbandingan  skewness  dengan  standar  error skewness = 0.374. Nilai tersebut(x) dalam rentang –2<x<2. Kurtosis = ‐ 1.069  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  0.733.  Nilai  tersebut  (x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  respoden  cenderung  setuju  dengan  pernyataan 

N  Valid  40     Missing  0  Mean     4.13  Std. Error of Mean     .075  Median     4.00  Mode     4  Std. Deviation     .476  Variance     .227  Skewness     ‐.315  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     ‐1.069  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     1  Minimum     3  Maximum     5  Sum     165  Percentiles  10  3.33     25  4.00     50  4.00     75  4.67     90  4.67 

(37)

KOMITMEN 4.75 4.50 4.25 4.00 3.75 3.50 3.25 KOMITMEN Fr eq uency 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Std. Dev = .48 Mean = 4.13 N = 40.00           Gambar 4.10 Distribusi Data Komitmen      Perbandingan skewness dengan standar error skewness dan kurtosis dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.10  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat komitmen bawahan 

 

Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah data yang valid adalah 40 kuesioner, dengan komposisi General  (8),  Financial  (6),  Personal  (7),  Commercial  (6),  Technic  (7)  dan  Operation (6) 

ƒ tingkat komitmen bawahan berada pada nilai 4.13 dalam skala 5 yang  berarti bahwa secara keseluruhan tingkat komitmen bawahan di kantor  pusat termasuk dalam kategori tinggi  

ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai  Approximate  Significant  Ordinal  by  Ordinal  Spearman  Correlation  adalah  0.732 

ƒ Berdasarkan  hipotesis  (0.732)  >  (0.05),  maka  tidak  ada  perbedaan  penilaian  yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda terhadap tingkat kemampuan 

     

(38)

g. Sikap menerima perubahan   

Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  tingkat  mengarahkan  yang  dikumpulkan  mempunyai  rentangan  2‐5  diperoleh  nilai  terendah  2,  nilai  tertinggi  5.  Dari  analisis  data  diperoleh  rata‐rata  3.58,  median  3.67  dan  modus 4 seperti terlihat dalam Tabel 4.15    Tabel 4.15 Skor Sikap Menerima Perubahan               

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =‐0.284  (bernilai  negatif).  Jadi  distribusi  data  menceng  kekiri.  Perbandingan  skewness  dengan  standar  error  skewness  =  0.374.  Nilai  tersebut(x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Kurtosis  =  0.322  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  0.733.  Nilai  tersebut  (x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  respoden  cenderung  setuju  dengan  pernyataan  kuesioner.  N  Valid  40     Missing  0  Mean     3.58  Std. Error of Mean     .123  Median     3.67  Mode     4  Std. Deviation     .776  Variance     .603  Skewness     ‐.284  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     .332  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     3  Minimum     2  Maximum     5  Sum     143  Percentiles  10  2.33     25  3.33     50  3.67     75  4.00     90  4.93 

(39)

CHANGE 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 CHANGE F requency 30 20 10 0 Std. Dev = .78 Mean = 3.58 N = 40.00         Gambar 4.11 Distribusi Data Sikap Menerima Perubahan     

Perbandingan  skewness  dengan  standar  error  skewness  dan  kurtosis  dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.11  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat sikap menerima perubahan  bawahan 

 

Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah  data  yang  valid  adalah  40  kuesioner.  Dengan  komposisi  General  (8),  Financial  (6),  Personal  (7),  Commercial  (6),  Technic  (7)  dan  Operation  (6) 

ƒ tingkat  sikap  menerima  perubahan  berada  pada  nilai  3.58  dalam  skala  5  yang berarti bahwa secara keseluruhan tingkat sikap menerima perubahan  bawahan di kantor pusat termasuk dalam kategori tinggi  

ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai  Approximate Significant Ordinal by Ordinal Spearman Correlation adalah 0.732  ƒ Berdasarkan hipotesis (0.732) > (0.05), maka tidak ada perbedaan penilaian 

yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda  terhadap tingkat sikap menerima perubahan. 

       

(40)

h. Pengembangan keterampilan   

Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  tingkat  mengarahkan  yang  dikumpulkan  mempunyai  rentangan  2‐4  diperoleh  nilai  terendah  2,  nilai  tertinggi  4.  Dari  analisis  data  diperoleh  rata‐rata  3.23,  median  3.33  dan  modus 3 seperti terlihat dalam Tabel 4.16    Tabel 4.16 Skor Tingkat Pengembangan Keterampilan    N  Valid  40     Missing  0  Mean     3.23  Std. Error of Mean     .075  Median     3.33  Mode     3  Std. Deviation     .473  Variance     .223  Skewness     ‐.174  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     ‐.542  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     2  Minimum     2  Maximum     4  Sum     129  Percentiles  10  2.67     25  3.00     50  3.33     75  3.58     90  4.00   

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =‐0.174  (bernilai  negatif).  Jadi  distribusi  data  menceng  kekiri.  Perbandingan  skewness  dengan  standar  error skewness = 0.374. Nilai tersebut(x) dalam rentang –2<x<2. Kurtosis = ‐ 0.322  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  0.733.  Nilai  tersebut  (x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  respoden  cenderung  setuju  dengan  pernyataan  kuesioner 

(41)

KETERAMP 4.00 3.50 3.00 2.50 KETERAMP Fr eq ue n c y 30 20 10 0 Std. Dev = .47 Mean = 3.23 N = 40.00       Gambar 4.12 Distribusi Data Pengembangan Keterampilan    Perbandingan skewness dengan standar error skewness dan kurtosis dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.12  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat pengembangan keterampilan  bawahan.  Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah  data  yang  valid  adalah  40  kuesioner.  Dengan  komposisi  General (8), Financial (6), Personal (7), Commercial (6), Technic (7) dan  Operation (6) 

ƒ tingkat  pengembangan  keterampilan  bawahan  berada  pada  nilai  3.23  dalam  skala  5  yang  berarti  bahwa  secara  keseluruhan  tingkat  pengembangan keterampilan bawahan di kantor pusat termasuk dalam  kategori sedang ke tinggi  

ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai  Approximate  Significant  Ordinal  by  Ordinal  Spearman  Correlation  adalah  0.732 

 

Berdasarkan hipotesis (0.732) > (0.05), maka tidak ada perbedaan penilaian  yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda  terhadap tingkat pengembangan keterampilan. 

(42)

i.  Kinerja 

Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  tingkat  mengarahkan  yang  dikumpulkan  mempunyai  rentangan  2‐4  diperoleh  nilai  terendah  2,  nilai  tertinggi  4.  Dari  analisis  data  diperoleh  rata‐rata  3.53,  median  3.67  dan  modus 4 seperti terlihat dalam Tabel 4.17    Tabel 4.17 Skor Kinerja    N  Valid  40     Missing  0  Mean     3.53  Std. Error of Mean     .099  Median     3.67  Mode     4  Std. Deviation     .627  Variance     .393  Skewness     ‐.757  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     ‐.337  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     2  Minimum     2  Maximum     4  Sum     141  Percentiles  10  2.33     25  3.33     50  3.67     75  4.00     90  4.33   

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =‐0.757  (bernilai  negatif).  Jadi  distribusi  data  menceng  kekiri.  Perbandingan  skewness  dengan  standar  error skewness = 0.374. Nilai tersebut(x) dalam rentang –2<x<2. Kurtosis = ‐ 0.337  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  0.733.  Nilai  tersebut  (x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  respoden  cenderung  setuju  dengan  pernyataan  kuesioner. 

(43)

KINERJA 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 KINERJA F re quen c y 20 10 0 Std. Dev = .63 Mean = 3.53 N = 40.00         Gambar 4.13 Distribusi data kinerja    Perbandingan skewness dengan standar error skewness dan kurtosis dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.13  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat kinerja  bawahan. 

Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah  data  yang  valid  adalah  40  kuesioner.  Dengan  komposisi  General (8), Financial (6), Personal (7), Commercial (6), Technic (7) dan  Operation (6) 

ƒ tingkat kinerja berada pada nilai 3.53 dalam skala 5 yang berarti bahwa  secara  keseluruhan  tingkat  kinerja  bawahan  di  kantor  pusat  termasuk  dalam kategori ke tinggi  

ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai  Approximate  Significant  Ordinal  by  Ordinal  Spearman  Correlation  adalah  0.732 

 

Berdasarkan hipotesis (0.732) > (0.05), maka tidak ada perbedaan penilaian  yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda 

(44)

 

j.  Hubungan dengan lingkungan kerja   

Berdasarkan  data  hasil  penelitian  untuk  skor  hubungan  dengan  lingkungan kerja yang dikumpulkan mempunyai rentangan 4‐5 diperoleh  nilai terendah 2, nilai tertinggi 4. Dari analisis data diperoleh rata‐rata 4.37,  median 4.33 dan modus 4 seperti terlihat dalam Tabel 4.18    Tabel 4.18 Skor Hubungan dengan lingkungan kerja  N  Valid  40     Missing  0  Mean     4.37  Std. Error of Mean     .064  Median     4.33  Mode     4  Std. Deviation     .405  Variance     .164  Skewness     .070  Std. Error of Skewness     .374  Kurtosis     ‐1.042  Std. Error of Kurtosis     .733  Range     1  Minimum     4  Maximum     5  Sum     175  Percentiles  10  4.00     25  4.00     50  4.33     75  4.67     90  5.00   

Berdasar  rentang  nilai  tersebut,  skewness  =0.070  (bernilai  positif).  Jadi  distribusi data menceng ke kanan. Perbandingan skewness dengan standar  error skewness = 0.374. Nilai tersebut(x) dalam rentang –2<x<2. Kurtosis = ‐ 1.042  (keruncingan  rendah).  Perbandingan  kutosius  dengan  standar  error  kurtosis  =  0.733.  Nilai  tersebut  (x)  dalam  rentang  –2<x<2.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  respoden  cenderung  setuju  dengan  pernyataan  kuesioner. 

(45)

LINGK 5.00 4.75 4.50 4.25 4.00 3.75

LINGK

F req ue n c y 14 12 10 8 6 4 2 0 Std. Dev = .41 Mean = 4.37 N = 40.00     Gambar 4.14 Distribusi Data Hubungan dengan lingkungan kerja   

Perbandingan  skewness  dengan  standar  error  skewness  dan  kurtosis  dengan  standar  error  kurtosis  dapat  disimpulkan  dalam  Gambar  4.14  yang  memperlihatkan  grafik  histogram  dan  kurva  normal  dari  distribusi  data  responden mengenai tingkat hubungan dengan lingkungan  kerja bawahan.   

Hasil analisis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 

ƒ Jumlah  data  yang  valid  adalah  40  kuesioner.  Dengan  komposisi  General  (8),  Financial  (6),  Personal  (7),  Commercial  (6),  Technic  (7)  dan  Operation  (6) 

ƒ tingkat hubungan lingkungan kerja bawahan berada pada nilai 4.37 dalam  skala  5  yang  berarti  bahwa  secara  keseluruhan  tingkat  hubungan  dengan  lingkungan bawahan di kantor pusat termasuk dalam kategori tinggi   ƒ Hasil  analisis  Crosstabs‐Correlations  menunjukkan  bahwa  nilai 

Approximate Significant Ordinal by Ordinal Spearman Correlation adalah 0.732   

Berdasarkan hipotesis (0.732) > (0.05), maka tidak ada perbedaan penilaian  yang  signifikan  oleh  responden  yang  berasal  dari  unit  kerja  berbeda  terhadap tingkat hubungan lingkungan kerja bawahan. 

Gambar

Tabel 4.2  Dimensi perilaku hubungan dan indikatornya   
Tabel 4.6  Kisi‐kisi kuesioner Bawahan   
Tabel 4.7 Kelompok sampel berdasarkan jabatan   
Gambar 4.5  Distribusi data Tingkat Pengetahuan   
+2

Referensi

Dokumen terkait

aspek perilaku prokrastinasi akademik ter- bagi menjadi 4 (empat) bahasan meliputi: menunda ketika akan memulai maupun ketika akan menyelesaikan suatu pekerjaan

2.1.4 Pendugaan Curah Hujan Menggunakan Sensor Radar Satelit Penggunaan radar pada media luar angkasa pertama kali digunakan pada satelit TRMM, karena pada umumnya pengukuran

Adapun faktor yang mempengaruhi Lingkungan internal organisasi yaitu (1). Faktor-faktor internal organisasi yang mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi antara

Untuk menghindarinya, pastikan tidak ada kesalahan sebelum perekaman jantung dengan melakukan pengecekan ulang pada sebelum perekaman jantung dengan melakukan pengecekan

Pekerjaan rumah adalah suatu bentuk praktik interaktif dimana pembelajar berinteraksi dengan materi pelajaran. Pekerjaan rumah adalah perpanjangan dari pembelajaran di

Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka permasalahan dalam penelitian

113 Pemerintah