• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI WACANA CERKAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI WACANA CERKAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 91

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI WACANA

CERKAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW Heni

henipoenya990@yahoo.com

Universitas Muhammmadiyah Purworejo ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan : (1) langkah-langkah pembelajaran memahami wacana cerkak pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 2 Adimulyo menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; (2) peningkatan hasil belajar kemampuan memahami wacana cerkak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 2 Adimulyo; (3) motivasi belajar siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Adimulyo terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran pemahaman wacana cerkak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Adimulyo. Objek penelitian ini adalah kemampuan memahami cerkak pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Adimulyo. Instrumen yang digunakan yaitu soal tes, lembar observasi, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil analisis data yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa (1) hasil pengamatan aktivitas siswa pada tahap pra siklus ke siklus I meningkat 26,6%, sedangkan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 10%, dan dari pra siklus ke siklus II meningkat 36,6%. (2) hasil belajar siswa pada pra siklus memiliki ketuntasan 11,1% dengan nilai rata-rata sebesar 48. Pada siklus I memiliki ketuntasan 66,7% dengan nilai rata-rata 71,8. Pada siklus II memiliki ketuntasan 86,1%, dengan nilai rata-rata sebesar 84,08. Dengan begitu antara pra siklus dengan siklus I mengalami peningkatan ketuntasan sebesar 55,6%. Kemudian pra siklus dengan siklus II meningkat sebesar 75%. Peningkatan ketuntasan siklus I dengan siklus II sebesar 19,4%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran memahami wacana cerkak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (3) motivasi belajar siswa berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa siswa termotivasi dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini terlihat dari tahap siklus I diperoleh skor gabungan 3,8 sedangkan siklus II skor gabungan diperoleh 4,04.

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 92

A. PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket yang peneliti lakukan pada siswa SMP N 2 Adimulyo, peneliti menemukan permasalahan diantaranya, penggunaan metode pembelajaran yang monoton dan kurang efektif. Siswa kurang antusias dalam pembelajaran, dan siswa merasa kesulitan dengan materi pembelajaran. Peneliti tertarik untuk menggunakan model pembelajran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII D di SMP N 2 Adimulyo untuk meningkatkan kemampuan memahami wacana cerkak.

Permasalahan pada penelitian ini yaitu: (1) bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran pemahaman wacana cerkak dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw; (2) bagaimanakah peningkatan kemampuan memahami wacana cerkak dalam pembelajaran bahasa Jawa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII D di SMP N 2 Adimulyo;(3) bagaimana pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran pemahaman struktur cerkak dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII D di SMP N 2 Adimulyo.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran pemahaman wacana cerkak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VIII D di SMP N 2 Adimulyo. Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan memahami wacana

cerkak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas

VIII D di SMP N 2 Adimulyo. Untuk mendeskripsikan pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran pemahaman wacana cerkak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VIII D di SMP N 2 Adimulyo.

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Wacana

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1552), dinyatakan bahwa wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti ucapan, perkataan, tuturan, keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan, dan wacana berarti satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 93

karangan yang utuh, seperti novel, buku, atau artikel. Abdul Chaer (2007:267), menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan satuan gramatikal tertinggi yang di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca jika berbentuk wacana tulis dan pendengar jika berbentuk wacana lisan.

2. Cerkak

Cerkak dalam bahasa Indonesia disebut dengan cerpen, yang memiliki

beberapa pengertian di antaranya, cerita pendek disingkat cerpen dalam bahasa Inggris disebut short story, cerpen sesuai dengan namanya, adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan di antaranya para pengarang dan para ahli. Edgar Allan Poe dalam Nurgiyantoro (2009:10), yang merupakan sastrawan ternama dari Amerika, mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat atau enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara kelompok/tim. Tim ini merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar, setiap anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim (Wina Sanjaya, 2010: 243-245).

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 94

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Trianto (2010:67), menyatakan ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif yaitu STAD (Student Teams Achievement Divisions), Jigsaw, TGT (Teams Games Tournaments), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think

Pair share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). Jigsaw telah

dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-teman dari Universitas Texas. Ujicoba tersebut diadopsi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins (Trianto, 2010: 73). Jigsaw adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot (1978), dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda seperti STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial, biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut (Slavin, 2005: 14).

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu tindakan untuk mengubah kondisi nyata yang ada dalam suatu kelas ke arah yang lebih baik. Waktu dan tempat penelitian, waktu penelitian dilaksanakn bulan januari 2013, bertempat di SMP N 2 Adimulyo yang beralamat di jalan Kemujan no. 23 Adimulyo kebumen. Subjek penelitian yaitu siswa SMP N 2 Adimulyo kelas VIII D dengan jumlah 36 siswa yang terdiri dari 18 putra dan 18 putri. Objek penelitian yaitu kemampuan memahami wacana cerkak pada siswa kelas VIII D di SMP N 2 Adimulyo. Desain penelitian pada penelitian ini yaitu terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu teknik tes dan teknik non tes, teknik tes terdiri dari tes isian singkat dan uraian. Teknik nontes pada penelitian ini yaitu observasi, angket, catatan lapangan dan dokumentasi foto. 1. Observasi

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 95

Menurut Nurgiyantoro (2010:93) observasi adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Penggunaan instrumen observasi sebagai langkah untuk mengetahui perilaku-perilaku belajar siswa melalui pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung, baik perilaku positif maupun perilaku negatif

2. Angket

Menurut Nurgiyantoro (2010:91) mengemukakan bahwa angket adalah serangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan pada peserta didik mengenai masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari peserta didik tersebut. Angket dapat bersifat terbuka dan tertutup atau gabungan keduanya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tertutup, yaitu jawaban yang harus dipilih sudah tersedia

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan kegiatan yang dilakukan seiring dengan pengamatan (observasi), karena pengamataan selalu disertai dengan pencatatan terhadap sesuatu yang diamati. Oleh karena itu, kegiatan pencatatan atau catatan lapangan merupakan bagian dari observasi.

4. Dokumentasi Foto

Dokumentasi foto adalah pemberian atau pengumpulan bukti gambar (foto) dengan disertai keterangan. Dokumen ini digunakan sebagai bahan untuk dianalisis. Dalam penelitian tindakan kelas, foto merupakan salah satu unsur yang penting karena dengan adanya foto dapat tergambar semua kegiatan pembelajaran pada penelitian tersebut. Adapun aktivitas-aktivitas siswa yang akan didokumentasikan antara lain: kegiatan siswa pada awal pembelajaran, kegiatan siswa pada proses pembelajaran dan kerjasama dengan kelompok asal dan kelompok ahli, dan kegiatan siswa saat mengerjakan tugas.

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan instrumen yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes berisi soal yang harus dikerjakan oleh siswa pada akhir kegiatan pembelajaran membaca pemahaman wacana cerkak, sedangkan jenis instrumen nontes dalam penelitian tindakan kelas ini adalah angket, pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi foto.

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 96

Validitas instrumen yang digunakan pada penelitian yaitu validitas isi. Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes (Mardapi dalam Nurgiyantoro, 2001:152). Pengujian validitas ini diuji oleh guru mata pelajaran bahasa Jawa yaitu ibu Sri Handayani, S.Pd. Penelitian ini menggunakan validitas isi. Menurut Gronlund dan Popham dalam Nurgiyantoro (2001:155), validitas isi adalah validitas yang pembuktiannya berdasarkan isi (Content-Related Evidence). Validitas isi adalah proses penentuan sejauh mana alat tes itu relevan dan dapat mewakili ranah yang dimaksudkan. Instrumen yang diuji validitaskan meliputi, RPP, Silabus dan soal tes yang akan digunakan pada penelitian ini.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif dan deskripsi kualitatif. Tujuan teknik analisis data ini adalah untuk mengetahui secara terperinci cara memperoleh data dan perkembangan hasil penelitian.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran wacana cerkak.

a. Kegiatan Pra Siklus

Kegiatan prasiklus merupakan kegiatan awal untuk mengetahui keadaan kelas dan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca wacana cerkak. Pada kegiatan pembelajaran ini, peneliti belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, peneliti masih menggunakan metode ceramah. Peneliti menjelaskan materi dari pengertian cerkak dan unsur-unsur pembangun cerkak. Pada saat peneliti menjelaskan materi tentang cerkak, beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan peneliti. Ada siswa yang bercanda dengan teman sebangkunya, kemudian ada siswa yang melamun dan mengantuk sehingga kurang memperhatikan penjelasan peneliti. Pada kegitan prasiklus ini peneliti juga memberikan contoh memahami wacana cerkak, peneliti lalu menyuruh siswa secara bergantian untuk menjawab pertanyaan peneliti tentang wacana cerkak. Pada saat itu banyak siswa yang masih kurang

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 97

memahami wacana cerkak. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan soal pada masing-masing siswa untuk dikerjakan.

b. Kegiatan Siklus I

Pada kegiatan siklus I ini peneliti telah melakukan perencananan pembelajaran materi cerkak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi,

angket dokumentasi foto dan membuat catatan lapangan untuk memperoleh data non tes. Pada kegiatan siklus I ini peneliti membagi kelas menjadi 6 kelompok yang tiap kelompok beranggotakan 6 siswa, kelompok ini disebut dengan kelompok asal. Siswa yang telah masuk dalam kelompok asal akan mendapatkan subbab yang berbeda-beda tiap anggota kelompoknya. Siswa yang mendapatkan subbab yang sama dengan subbab yang sama dengan anggota kelompok asal yang lain maka hurus berkumpul untuk membentuk kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli, pada kelompok ahli ini siswa akan belajar bersama atau berdiskusi materi yang didapatkan. Setelah siswa selesai berdiskusi dengan kelompok ahlinya, siswa harus kembali lagi dengan kelompok asalnya untuk bertanggung jawab menjelaskan materi yang dibahas dengan kelompok ahli. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan soal dan lembar angket untuk diisi oleh siswa.

c. Kegiatan Siklus II

Pada kegiatan siklus II, hampir sama dengan kegiatan siklus I, hanya saja pada kegiatan siklus II dilakukan perbaikan dari kegiatan siklus I. Langkah-langkah pembelajaran siklus II sama dengan siklus I yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dimana satu kelompok beranggotakan 6 anggota kelompok ini dinamakan kelompok asal. Setiap anggota kelompok asal mendapatkan subbab yang berbeda tiap anggotanya, setelah itu anggota yang mendapatkan subbab yang sama harus berkumpul menjadi satu untuk membentuk kelompok baru kelompok ini disebut dengan kelompok ahli. Kelompok ahli harus bekerjasama untuk mempelajari materi yang telah diperoleh, peneliti dan guru mendampingi jalannya diskusi siswa. Setelah

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 98

selesai berdiskusi dengan kelompok ahli siswa harus kembali lagi dengan kelompok asalnya untuk bertanggung jawab menjelaskan materi yang dipelajari dengan kelompok ahlinya. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan lembar soal kepada kesetiap siswa. Setelah selesai mengerjakan soal kemudian siswa diberikan lembar angket motivasi untuk diisi oleh siswa. 2. Peningkatan hasil belajar membaca pemahaman wacana cerkak

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. a. Pra siklus

Pada kegiatan pra siklus untuk menguji sejauh mana kemampuan membaca wacana cerkak, sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka diadakan pretest dengan indikator penilaian meliputi unsur-usur pembangun cerkak dan membuat sinopsis cerkak sebagai pedoman untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam memahami wacana cerkak. Dari hasil pretest diperoleh mean sebesar 48,8 dengan nilai terendah 18 dan nilai tertiggi 84. Siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 4 siswa dengan ketuntasan sebesar 11,1%.

b. Siklus I

Hasil evaluasi pada siklus I setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran wacana cerkak mengalami peningkatan. Hasil nilai posttest I pada siklus I diperoleh mean sebesar 71,8 dengan nilai terendah 59 dan niali tertinggi 89. Siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 24 siswa dengan ketuntasan sebesar 66,7%.

c. Siklus II

Indikator penilaian pada siklus II sama dengan indikator penilaian siklus I yaitu meliputi, unsur-unsur pembangun cerkak dan siswa mampu membuat sinopsis cerkak. Adapun hasil nilai posttest II pada siklus II yaitu rata-rata 84,08 dengan ketuntasan belajar adalah 86,08%. Nilai tertinggi siklus II adalah 95 dan nilai terendah 66.

Berdasarkan rekapitulasi nilai di atas dapat diketahui bahwa pada kegiatan prasiklus nilai rata-rata ketuntasan yang diperoleh yaitu sebesar 11,1% dan belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75% dari jumlah kelas, maka dilakukan tindakan pada siklus I, nilai ketuntasan meningkat

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 99

menjadi 66,7%. Pada siklus I belum memenuhi KKM meskipun mengalami peningkatan maka diadakan perbaikan pada siklus II, hingga ketuntasan menjadi 86,08% dan telah memenuhi nilai KKM.

3. Motivasi belajar siswa terhadap penggunaan metode jigsaw dalam pembelajaran memahami wacana cerkak.

a. Pra siklus

Pada kegiatan pra siklus, motivas belajar siswa terhadap pembelajaran

cerkak masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya

perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan selanjutnya yaitu siklus 1 dilakukan dengan menerapkan metode Jigsaw dalam pembelajaran memahami wacana cerkak, agar dapat meningkatkan motivasi siswa.

b. Siklus I

Berdasarkan hasil angket motivasi sikap siswa terhadap pembelajaran wacana cerkak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siklus I diperoleh data siswa lebih termotivasi dan bersemangat mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Motivasi belajar meingkat dari kegiatan pembelajaran siswa pada kegiatan pra siklus, pada siklus I siawa mengaku termotivasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

c. Siklus II

Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran pemahaman wacana cerkak terlihat peningkatan motivasi belajar siswa, hal ini ditunjukan dengan hasil angket motivasi siswa yang memperoleh skor gabungan 4,04.

E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN

Hasil analisis data yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa (1) hasil pengamatan aktivitas siswa pada tahap pra siklus ke siklus I meningkat 26,6%, sedangkan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 10%, dan dari pra siklus ke siklus II meningkat 36,6%. (2) hasil belajar siswa pada pra siklus memiliki ketuntasan 11,1% dengan nilai rata-rata sebesar 48. Pada siklus I memiliki ketuntasan 66,7% dengan nilai rata-rata 71,8. Pada siklus II

(10)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 100

memiliki ketuntasan 86,1%, dengan nilai rata-rata sebesar 84,08. Dengan begitu antara pra siklus dengan siklus I mengalami peningkatan ketuntasan sebesar 55,6%. Kemudian pra siklus dengan siklus II meningkat sebesar 75%. Peningkatan ketuntasan siklus I dengan siklus II sebesar 19,4%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran memahami wacana cerkak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (3) motivasi belajar siswa berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa siswa termotivasi dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini terlihat dari tahap siklus I diperoleh skor gabungan 3,8 sedangkan siklus II skor gabungan diperoleh 4,04.

2. SARAN

Penulis memberikan saran-saran agar penelitian ini lebih baik di masa yang akan datang. Bagi peneliti hendaknya dapat melanjutkan penelitian ini supaya memperoleh hasil yang memuaskan, bagi para pendidik penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyampaikan pelajaran khususnya tentang sastra, dan bagi para siswa hendaknya menambah pengetahuan dengan banyak membaca.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana, teori, metode dan aplikasi prinsip-prinsip

analisis wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis

kompetensi. Yogyakarta: BPEF.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogakarta: GADJAH Mada University Press.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: kencana pramada media group.

Salvin, E Robert. 2005. Cooperatif Learning, Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: nusa media.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif. Jakarta: kencana pramada media group. (konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

(11)

Referensi

Dokumen terkait

dengan tepat dan benar menguraikan Root yang digunakan dalam istilah yang berkaitan dengan system otot dengan tepat dan benar menguraikan prefi yang digunakan dalam

Penjelasan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik adalah (1) Asas kepastian hukum yaitu asas yang megutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam

Yang berhak hadir dalam Rapat tersebut adalah pemegang saham atau kuasa pemegang saham Perseroan yang sahamnya telah masuk dan belum masuk dalam Penitipan Kolektif pada PT

Adapun UKM Sanora yang memproduksi unthuk yuyu juga mengalami kendala proses produksi yang masih menggunakan alat yang sederhana seperti pemarutan kelapa, penggilingan

Kandungan Cadmium yang melampaui baku adalah di mata air Buyan dan di Pura Teratai Bang yang masing-masing 0,013 dan 0,012 mg/l, yang mana melampaui baku mutu 0,01 mg/l.. Nilai

Dari data tersebut maka peneliti berinisiatif untuk merancang software yang berfungsi untuk mendeteksi anak ADHD ( attention deficit and hyperactive disorder ) berbasis

KAMPUS JAKARTA PANDUAN PENGAMBILAN MATA KULIAH PROGRAM SARJANA TERAPAN.

Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada produk, berdasarkan pada asumsi bahwa desain model pendidikan karakter berbasis ideologi lima-I sebagai