PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA IBU YANG MEMILIKI ANAK CEREBRAL PALSY DI YPAC SURAKARTA DENGAN IBU YANG
MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C YP SLB KERTEN
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan oleh : Jean Stevany Suryana Putri
J 500 100 011
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ABSTRAK
Jean Stevany Suryana Putri, J 500 100 011, 2014, Perbedaan Tingkat Depresi Antara Ibu yang Memiliki Anak Cerebral Palsy di YPAC Surakarta dengan Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental di SLB C YP SLB Kerten.
Depresi telah mempengaruhi 350 juta orang saat ini atau sekitar 17% pasien yang datang ke dokter merupakan pasien depresi. Di Indonesia, angka kejadian depresi dan kecemasan pada tahun 2007 sebesar 11,6% dari populasi dewasa di atas 15 tahun, yakni sekitar 19.000.000 jiwa. Perempuan lebih banyak mengalami depresi dari laki-laki. Data epidemiologi di negara barat menunjukkan bahwa sekitar 1,8-3,2% depresi terjadi pada laki-laki dan 2,0-9,3% pada perempuan. Penegakan diagnosa kelainan yang dialami anak dapat menimbulkan kecemasan bagi orang tua. Berbagai fase psikologis dialami orang tua sebelum memasuki fase penerimaan kondisi anak, di antaranya adalah fase terkejut, fase ketidakpercayaan, fase penolakan, fase marah, fase tawar menawar, dan fase depresi sebagai fase akhir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi antara ibu yang memiliki anak cerebral palsy di YPAC Surakarta dengan ibu yang memiliki anak retardasi mental di SLB C YP SLB Kerten. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 68 yang terdiri dari 34 ibu yang memiliki anak cerebral palsy dan 34 ibu yang memiliki anak retardasi mental. Jenis penelitian ini merupakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner data diri, kuesioner Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (LMMPI), dan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji t melalui program spss 19 for windows.
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji t didapatkan t hitung sebesar 3,766 dengan p value = 0,000, karena p value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara ibu yang memiliki anak cerebral palsy di YPAC Surakarta dengan ibu yang memiliki anak retardasi mental di SLB C YP SLB Kerten dimana ibu yang memiliki anak cerebral palsy lebih depresi daripada ibu yang memiliki anak retardasi mental.
Kata kunci : depresi, ibu, cerebral palsy, retardasi mental
ABSTRACT
Jean Stevany Suryana Putri, J 500 100 011, 2014, The Difference of Depression Level Between Mothers of Children with Cerebral Palsy in YPAC Surakarta with Mothers of Children with Mentally Retarded in SLB C YP SLB Kerten.
Depression has affected 350 million people currently or about 17 % of patients who come to the doctor is depression’s patient. In Indonesia, the incidence of depression and anxiety in 2007 amounted to 11.6 % of the adult population over 15 years, which is about 19 million inhabitants. Women more likely to have depression than men. Epidemiological data in Western countries show that depression occur approximately 1.8 to 3.2 % in men and 2.0 to 9.3 % in women. Diagnosis enforcement of children disorders can cause anxiety for parents. Various psychological phases experienced parent before enters to the acceptance phase of children conditions such as surprised phase, distrust phase, rejection phase, anger phase, bargaining phase, and depression phase as the final phase . This study aims to determine the difference of depression level between mothers of children with cerebral palsy in YPAC Surakarta with mothers of children with mentally retarded in SLB C YP SLB Kerten. The number of samples in this study is 68 mothers which consists of 34 mothers of children with cerebral palsy and 34 mothers of children with mental retardation. This type of research is an analytic observational study design with cross sectional approach. The research instrument used in this study are personal data questionnaire, Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (LMMPI) questionnaire, and the Beck Depression Inventory (BDI) questionnaire. The data obtained was analyzed using t-test through SPSS 19 program for windows .
Based on the analysis of data obtained using the t-test were got t-count of 3,766 with p value = 0.000, for p value < 0.05 then Ho is rejected and H1 is accepted. It can be concluded that there are significant difference depression level between mothers of children with cerebral palsy in YPAC Surakarta with mothers of children with mentally retarded in SLB C YP SLB Kerten where mothers of children with cerebral palsy is more depressed than mothers of children with mental retardation.
PENDAHULUAN
Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan murung, lesu, hilangnya semangat hidup, putus asa dan perasaan tidak berguna (Hawari, 1997). Penyebab depresi bersifat multifaktorial, salah satunya adalah peristiwa kehidupan. Penegakan diagnosa kelainan yang dialami anak dapat menimbulkan kecemasan bagi orang tua. Reaksi awal yang biasa timbul dari kebanyakan kasus merupakan reaksi negatif karena kondisi yang dialami anak dapat menjadi stresor bagi kehidupan orang tua (Mahabbati, 2010).
Cerebral palsy (CP) merupakan salah satu kelainan yang dapat
dialami anak karena adanya hambatan pada bagian otak yaitu pyramidal tract dan
extrapyramidal tract yang berhubungan dengan pengendalian aktivitas motorik
tubuh (Purwanta, 2012). Kelainan lain yang dapat terjadi pada anak karena adanya hambatan di otak yaitu retardasi mental (Soetjiningsih, 1995).
Kelainan seperti CP dan RM dapat menimbulkan masalah psikososial bagi ibu yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan keadaan tubuhnya (Hung et
al., 2010). Ibu dari anak yang mengalami kelainan memiliki masalah emosional
lebih besar terkait dengan kondisi yang dialami anak (Sajedi et al., 2009).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai perbedaan tingkat depresi antara ibu yang memiliki anak cerebral palsy di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta dengan ibu yang memiliki anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa (SLB C YP SLB) Kerten.
TINJAUAN PUSTAKA
Depresi adalah gangguan mood dengan karakteristik satu atau lebih episode depresi yaitu setidaknya dua minggu gejala depresi atau hilangnya ketertarikan dalam semua kegiatan yang menyenangkan disertai dengan empat gejala tambahan seperti perubahan tidur, nafsu makan, berat badan dan aktivitas psikomotor, penurunan energi, perasaan tidak berharga, sulitnya berkonsentrasi serta timbulnya pikiran bunuh diri (American Psychiatric Association, 2013).
Cerebral palsy adalah salah satu bentuk cedera otak yang mempengaruhi
sistem motorik tubuh sebagai akibat lesi dalam otak atau suatu penyakit neuromuskular (Somantri, 2012). The American Association of Mental Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun (Kaplan dan Sadock, 2010).
Memelihara anak yang mengalami keterbatasan seperti CP dan RM melibatkan pengalaman emosional sebagai komponen penting dalam pengasuhan anak. Keadaan emosi pengasuh seperti depresi dan kemarahan akan mempengaruhi perilaku mereka terhadap anak (Pianta et al., 1996). Sosok ibu telah menjadi fokus perhatian dalam banyak studi. Ibu memiliki peran yang lebih besar dalam hal pemeliharaan anak sehingga ibu lebih banyak memiliki waktu untuk berinteraksi dengan anak daripada ayah (Perera et al., 2007).
Banyak penelitian telah menemukan bahwa ibu dari anak dengan keterbatasan secara signifikan melaporkan berbagai keluhan fisik yang dialami ibu serta meningkatnya tingkat depresi dan masalah emosional daripada ibu dari anak normal (Begum dan Desai, 2010). Depresi ibu dapat mengurangi rasa tanggung jawab ibu dalam mengurus anak dan mengurangi keterlibatan ibu terkait masalah pendidikan anak serta pemberian nutrisi yang tepat bagi anak (Olson, 2001).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di YPAC Surakarta dan SLB C YP SLB Kerten. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak CP di YPAC Surakarta dan ibu yang memiliki anak RM di SLB C YP SLB Kerten. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak CP dan ibu yang memiliki anak RM dalam keadaan sehat, ibu memiliki anak lebih dari 1,
pendidikan terakhir ibu minimal SMP, serta usia anak CP dan RM antara 6-12 tahun. Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu subjek menolak berpartisipasi dalam penelitian dan skor LMMPI ≥ 11. Variabel bebas pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak CP dengan ibu yang memiliki anak RM. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat depresi.
Instrumen data yang digunakan untuk mengetahui tingkatan depresi pada penelitian ini yaitu kuesioner Beck Depression Inventory (BDI). Penilaian tingkat depresi yang didapatkan dari instrumen ini adalah tidak depresi skor BDI 0-13, depresi ringan skor BDI 14-19, depresi sedang skor BDI 20-28, dan depresi berat skor BDI 29-63. Data diuji dengan menggunakan program Statistical Product and
Service Solution (SPSS) for windows release 19 dengan uji analisis uji t.
HASIL
Tabel 1. Distribusi Tingkat Depresi Ibu Berdasarkan Skor BDI
Ibu Tingkat Depresi Jumlah Tidak Depresi Depresi Depresi
depresi ringan sedang berat
Ibu anak CP 22 12 0 0 34 Ibu anak RM 32 2 0 0 34 Jumlah 54 14 0 0 68
Tabel 2. Independent Sample Test Perbedaan Tingkat Depresi Antara Ibu yang Memiliki Anak Cerebral Palsy dan Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental
Tabel 2 merupakan merupakan tabel uji beda yaitu uji t-test didapatkan nilai t2 hitung > t2 tabel ( 3,766 > 1,67), p value (sig-2 tailed) (0,000< 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat rata-rata tingkat depresi yang bermakna antara ibu yang memiliki anak cerebral pasly di YPAC Surakarta dengan ibu yang memiliki anak retardasi mental di SLB C YP SLB Kerten.
Tabel 3. Distribusi Jumlah Sampel Ibu Berdasarkan Jenis Kelamin Anak
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-tailed ) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Score BDI Equal variances assumed 4.868 .031 3.766 66 .000 4.765 1.265 2.238 7.291 Equal variances not assumed 3.766 62.766 .000 4.765 1.265 2.236 7.293
Ibu Jenis Kelamin Anak Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan
Ibu anak CP 24 10 34 50%
Ibu anak RM 20 14 34 50% Jumlah 44 24 68 100%
Tabel 4. Independent Sample Test
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper skor bdi Equal variances assumed 1.707 .196 1.875 66 .065 2.659 1.418 -.173 5.491 Equal variances not assumed 1.958 53.606 .055 2.659 1.358 -.064 5.382
Dari tabel 4 didapatkan nilai t2 hitung > t2 tabel ( 1,875 > 1,67), p value (sig-2 tailed) (0,065 > 0,05). Dari hasil tersebut berarti terdapat perbedaan rata-rata tingkat depresi ibu berdasarkan jenis kelamin anak dimana ibu yang memiliki anak laki-laki lebih depresi dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak perempuan. Namun karena nilai p > 0,05 maka perbedaan tersebut tidak signifikan.
Tabel 5. Distribusi Jumlah Sampel Ibu Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu
Ibu Jenis Kelamin Anak Jumlah Persentase Ibu Rumah Tangga Pekerja
Ibu anak CP 25 9 34 50%
Ibu anak RM 11 23 34 50% Jumlah 36 23 34 100%
Tabel 6. Uji Mann-Whitney
Dari tabel 6 didapatkan asymp sig (2-tailed) adalah 0,103 atau probabilitas di atas 0,05 (0,103 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat depresi ibu antara ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan ibu yang bekerja sebagai pekerja di luar rumah.
Tabel 7. Distribusi Jumlah Sampel Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
Test Statisticsa
Score BDI
Mann-Whitney U 444.000
Wilcoxon W 972.000
Z -1.629
Asymp. Sig. (2-tailed) .103
Ibu Tingkat Pendidikan Ibu Jumlah Persentase SMP SMA Lulus Perguruan Tinggi Ibu anak CP 3 21 10 34 50% Ibu anak RM 2 21 11 34 50% Jumlah 5 42 21 68 100% Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper BD I Equal variances assumed .667 .422 -.410 24 .686 -1.276 3.114 -7.704 5.151 Equal variances not assumed -.359 5.328 .734 -1.276 3.558 -10.255 7.702
Dari tabel 8 didapatkan nilai t2 hitung < t2 tabel (-0,410 < -1,710), p value (sig-2 tailed) (0,686> 0,05). Karena nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat depresi ibu berdasarkan tingkat pendidikan ibu.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini berdasar uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata tingkat depresi yang bermakna antara ibu yang memiliki anak
cerebral pasly di YPAC Surakarta dengan ibu yang memiliki anak retardasi
mental di SLB C YP SLB Kerten dimana ibu yang memiliki anak cerebral palsy lebih depresi dibandingkan ibu yang memiliki anak retardasi mental dengan nilai p < 0,05 dan t2 hitung > t2 tabel ( 3,766 > 1,67).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eisenhower (2005) yang membuktikan bahwa kelainan autisme dan cerebral
palsy menduduki peringkat pertama dan kedua yang dapat memicu timbulnya
depresi ibu dari 10 gangguan keterlambatan perkembangan anak.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak laki-laki lebih depresi jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak perempuan namun hasil tersebut tidak signifikan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fry (1989) yang menemukan bahwa orang tua anak laki-laki mengalami stres lebih besar. Ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus merasa khawatir memikirkan masa depan anaknya (Hamid, 1997). Kekhawatiran ibu menyangkut kepedulian anak terhadap dirinya dan kemampuan anak untuk mencari nafkah di masa depan (Lam dan Mackenzie, 2002).
Hasil studi yang dilakukan oleh Al Qaisy (2012) berkebalikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fry (1989), Hamid (1997), serta Lam dan Mackenzie (2002) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat depresi berdasarkan jenis kelamin anak yang memiliki keterbatasan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat depresi ibu adalah status pekerjaan ibu. Pada penelitian ini didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan tingkat depresi ibu berdasarkan status pekerjaan ibu. Temuan ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Firat (2002) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja di luar rumah memiliki tingkat depresi lebih tinggi daripada ibu yang tidak bekerja.
Hasil penelitian tentang perbedaan tingkat depresi ibu berdasarkan tingkat pendidikan ibu di dalam penelitian ini didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar (2008) yang menunjukkan bahwa orang tua dengan status pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat stres psikologis yang lebih rendah dan strategi coping yang lebih tinggi dalam menerima keadaan anak.
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang menyebabkan hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada populasi umum karena penelitian ini hanya dilakukan di YPAC Surakarta dan SLB C YP SLB Kerten. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat depresi adalah faktor lingkungan sosial, tingkat sosial ekonomi keluarga, masalah pribadi ibu, dan tipe kepribadian ibu.
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan tingkat depresi antara ibu yang memiliki anak
cerebral palsy di YPAC Surakarta dengan ibu yang memiliki anak retardasi
mental di SLB C YP SLB Kerten, dimana ibu yang memiliki anak cerebral palsy memiliki tingkat depresi lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak retardasi mental.
SARAN
1. Bagi para ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus, khususnya ibu yang memiliki anak cerebral palsy dan ibu yang memiliki anak retardasi mental lebih memperbanyak informasi tentang kelainan yang dialami anak agar ibu mengetahui cara mengatasi berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh anak.
2. Adanya dukungan dari lingkungan keluarga terhadap ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus serta keterlibatan keluarga dalam perawatan anak
berkebutuhan khusus membantu mengurangi stres sosial dan emosional ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang mengambil tema mengenai depresi ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus, perlu diperhatikan berbagai faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat depresi sehingga hasil penelitian yang didapatkan dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Al Eithan MH, Robert AA, Al Saeed AH., 2010. Mood Problems of Mother with Disabled in Saudia Arabia. Saudia Med J. 31:1161-65.
Altindag et al., 2007. Anxiety and Depression in Mother of Children with Cerebral Palsy. Turk J Phys Med Rehab. 53:22-4.
Al Qaisy, LM., 2012. Mother’s Stress in Families of Children with Mental Handicap. 8(2):80-2.
American Psychiatric Association., 2013. Women And Depression
http://www.apa.org/about/gr/issues/women/depression.aspx. Diakses tanggal 27 April 2013.
Beck AT, Steer RA, Ranieri W., 1996. Comparison of Beck Depression Inventories-IA and –II in Psychiatrics Outpatients. Journal of Personality
Asessment. 67 (3):588-97.
Begum R, Desai O., 2010. A Comparative Study To Evaluate Psychological Status of Mothers of Children with Cerebral Palsy and Mother of Normal Children. The Indian Journal of Occupational Therapy. XLII:3-8.
Dahlan, MS., 2012. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika pp. 62-7.
Departemen Kesehatan RI., 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Departemen Kesehatan pp. 150.
Departemen Kesehatan RI., 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penderita
Gangguan Depresi. http://www.binfar.depkes.go.id/bimsimages/13615178
5.pdf. Diakses tanggal 27 April 2013.
Departemen Kesehatan RI., 2011. Tujuh Kementerian Berkoordinasi Tanggulangi
http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1588-tujuh-kementerian berkoordinasi-tanggulangi-masalah-kesehatan-jiwa-di-indonesia.html. Diakses tanggal 21 Juni 2013.
Direktorat Pembinaan PK-LK Dikmen., 2012. Informasi Mengenai Pendidikan
Untuk Anak Tuna Daksa. http://www.pkplkdikmen.net/tunadaksa. Diakses
tanggal 13 Juni 2013.
Diwan S, Chovatiya H, Diwan J., 2011. Depression and Quality of Life in Mother of Children with Cerebral Palsy. NJIRM. 2(4):11-3.
Dorland., 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta : EGC pp. 301.
Efendi, Mohammad., 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : PT Bumi Aksara pp. 7:16-7:113-6:124.
Eisenhower AS, Baker BL, Blacher J., 2005. Preschool Children with Intellectual Disability : Syndrome Specificity, Behaviour Problems, and Maternal Well-Being. J Intellect Disability Res. 49:657-671.
Firat et al., 2002. Comparison of Psychopathology in the Mothers of Autistic and Mentally Retarded Children. J Korean Med Sci. 17:679-85.
Fry K, Greenbery M, Fewell R., 1989. Stress and Coping Among the Parents of Handicapped Children, a Multidimensional Approach. American Journal
of Mental Retardation. 94:240-9.
Hamid, AYS., 1997. Pengalam Keluarga & Nilai Anak Tuna Grahita. http://www.journal.ui.ac.id/indez.php/jkepi/issue/view/336. Diakses tanggal 11 Januari 2014.
Hawari, Dadang., 1997. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa pp. 45:54:78-83.
Hawari, Dadang., 2009. Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta : FKUI pp. 56-63.
Hawari, Dadang., 2011. Manajemen Stres cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI pp. 91-2.
Henn F, Vollmayr B, Sartorius A., 2004. Mechanism of Depression : The Role of
Neurogenesis.
http://www.sfu.ca/~mfs2/SUMMER%202010/HSCI%20214/NEUROPLA STICITY/Mechanisms%20of%20depression%20the%20role%20of%20ne urogenesis.pdf. Diakses tanggal 29 Juli 2013.
Hung J, Yeh H., 2004. Comparing Stress Levels of Parent of Children with Cancer and Parents of Children with Physical Disabilities. Psycho
Oncology. 13(12):893-903.
Hung et al., 2010. Mental Health of Parents having Children with Physical Disabilities. Chang Gung Med J. 33:82-91.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Tanggerang : Binarupa Aksara
pp. 794-802.
Kuhsali et al., 2007. Comparison of Social Adaptation between Mothers of Educable Mental Retarded Children with Mothers of Normal Children in Kashan. J Rehabilit Psychol Dis. 40-6.
Kumar, VG., 2008. Psychological Stress and Coping Stratergies of the Parents of Mentally Challenged Children. Journal of The India Academy of Applied
Psychology. 34(21):227-31.
Lam LW, Mackenzie AE., 2002. Coping with a Child with Down Syndrome : The Experiences of Mothers in Hong Kong. Qualitative Health Research.
12(2):223-37.
Lambrenos et al., 1996. The Effect of a Child’s Disability on Mother’s Mental Health. Arch Dis Child. 74:115-20.
Lopez et al., 2008. Stress and Coping in Families of Children with and without Developmental Delays. JODD. 14:98-103.
Mahabbati, Aini., 2010. Penerimaan dan Kesiapan Pola Asuh Ibu terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132318126/Artikel%202010_Peneri maan%20dan%20kesiapan%20pola%20asuh%20ibu%20yang%20anaknya %20berkebutuhan%20khusus.pdf. Diakses tanggal 11 Juni 2013.
Manuel et al., 2003. Stress and Adaptation in Mother of Children with Cerebral Palsy. J Pediatri Psychol. 28:197-201.
Maramis, WF., 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University press pp. 270
Merlina M, Kusnadi Y, Artati., 2012. Prospek Terapi Sel Punca untuk Cerebral
Palsy.
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_198Prospek%20Terapi%20Sel% 0Punca%20untuk%20Cerebral%20Palsy.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2013.
Mu’ala EA, Rabati AA, Shwani SS., 2008. Psychological Burden of a Child with Cerebral Palsy Upon Caregiver in Erbil Governorate. The Iraqi
Postgraduate Medical Journal. 7(2):129-133.
Murti, Bhisma., 2013. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press pp. 119.
Notoatmodjo, Soekidjo., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta pp. 115-25.
Nurali, IA., 2011. Olahraga Bagi Penyandang Cacat Sumbangsi Bagi
Peningkatan Derajat Kesehatan Nasional.
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/798. Diakses tanggal 20 Juli 2013.
Olsson MB, Hwang CP., 2001. Depression in Mothers and Fathers of Children with Intellectual Disability. J Intellect Disabil Research. 45:535-43. Ones et al., 2005. Assessment of the Quality of Life of Mothers of Children with
Cerebral Palsy (Primary Caregivers). Neurorehabil Neural Repair. 19:223-7.
Pianta et al., 1996. Mother’s Resolution of Their Children’s Diagnose: Organized Patterns of Caregiving Representations. Infant Mental Health Journal. 17(3):239-256.
Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH., 2011. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : EGC pp. 169-170.
Purwanta, Edi., 2012. Modifikasi Perilaku Alternatif Penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Pustaka Pelajar pp. 107.
Raina et al., 2005. The Health and Well Being of Caregivers of Children with Cerebral Palsy. Pediatrics. 115:626-36.
Rentinck., 2009. Parental Adaptation in Families of Young Children with
Cerebral Palsy. http://igitur-archive.library.uu.nl/dissertations/2009-1019
200125/rentinck.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2013.
Sabih F, Sajid WB., 2008. There is Significant Stress among Parents Having Children with Autism. Rawal Medical Journal. 33:214-6.
Relation to Severity and Type of Cerebral Palsy. Acta Medica Iranica. 48:250-254.
Sastroasmoro S, Ismael S., 2008. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinik
Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto pp. 47-52:84.
Shariati N, Davarmanesh A., 2005. The Effects of Mental Retardation of Child on Family. Welfare Organzation of Iran.
Sherwood, Lauralee., 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC pp. 153:764-6.
Sigarlaki, HJO., 2003. Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Infomedika pp. 70.
Soetjiningsih., 1995. Tumbuh kembang Anak. Jakarta : EGC pp. 121-2:178: 224-6:237-8.
Somantri, Sutjihati., 2012. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama pp. 4-5:121-2.
Sousa AD, Singhvi., 2011. Depresssive Symptoms in Mothers of Children with Cerebral Palsy. JPPS. 8(1):12-7.
Spitze, G., 1998. Women’s Employment and Family Relations; a Review.
J Marriage Fam. 50:595-618.
Sugiyono., 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta. Sularyo TS, Kadim M., 2000. Retardasi Mental.
http://saripediatri.idai.or.id/pdffile/2-3-8.pdf. Diakses tanggal 18 Juli 2013. Vijesh PV, Sukumaran PS., 2007. Stress Among Mothers of Children with
Cerebral Palsy Attending Special Schools. Asia Pacific Disability
Rehabilitation Journal. 18:76-89.
World Health Organization., 2012. Depression A Global Public Health Concern. http://www.who.int/mental_health/management/depression/who_paper_de pression_wfmh_2012.pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2013.