• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANTAUAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PESISIR MENGGUNAKAN DATA LANDSAT TM. STUDI KASUS DI TELUK BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANTAUAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PESISIR MENGGUNAKAN DATA LANDSAT TM. STUDI KASUS DI TELUK BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANTAUAN PERUBAHAN PENGGUNAAN

LAHAN PESISIR MENGGUNAKAN

DATA LANDSAT TM.

STUDI KASUS DI TELUK BALIKPAPAN

KALIMANTAN TIMUR

Alteration Monitoring of Coastal Area Utilization by

Using Landsat TM Data. A Case Study at Balikpapan Bay,

East Kalimantan

S

UPARJO1)

,

R

ISMAN

S

ITUMEANG2)

dan

S

UMARYONO2)

ABSTRACT

The aims of this research were to identify the conditions and changes around mangrove area at Balikpapan Bay and factors affecting the changes and the aspects and dominant visually caused by those changes. This research used satellite remote sensing using Landsat TM image data of 1994 and 1998.

The result showed that mangrove class and bare soil class area were decreased from 1994 to 1998. Mangrove area had decreased from 24,208.4 ha to 16,123.6 ha or it decreased 8,084.8 ha (33.39 %). Bare soil had decreased from 8,194.54 ha to 1,349.16 ha or decreased 6,845.38 ha (83.54 %). While the other classes areas were normally increased from 1994 to 1998. They were marine had increased from 34,972.95 ha to 43,830.00 ha or increased 8,857.05 ha (25.32 %); forest land increased from 26,116.10 ha to 28,502.13 ha or increased 2,386.03 ha (9.14 %); shrub class had increased from 39,455.80 ha to 39,983.10 ha or increased 527.3 ha (1.34 %); pond class (tambak) increased from 268.81 ha to 1,018.39 ha or increased 749.58 ha (275.85 %) and settlement area increased from 6,983.40 ha to 9,393.86 ha or increased 2,410.46 ha (34.5 %).

---

1) Politeknik Pertanian Negeri, Samarinda

(2)

The decreasing of mangrove area was caused by conversion to fish pond (tambak area), settlement, industry and other vegetation areas such as forestland and shrub. The density of mangrove canopy increased significantly in 4 years period. The density was expressed by average of NDVI value from 0.298 at 1994 to 0.345 at 1998.

Kata kunci: penggunaan, pantai, mangrove, tanah kosong, laut, tanah hutan, semak, kolam, penduduk.

I. PENDAHULUAN

Untuk lebih memberdayakan pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki, Pemerintah Daerah Kalimantan Timur sejak akhir pelita V (1993) membuat Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis Samarinda – Sanga-sanga – Muara Jawa – Balikpapan, yang selanjutnya dikenal dengan program Sasamba.

Dalam program tersebut wilayah yang terkait ditata berdasarkan strategi pengembangan kawasan strategis Sasamba menurut (ANONIM, 1993), meliputi: a) strategi pemanfaatan kawasan lindung, b) strategi pengembangan kawasan budidaya, c) strategi pengembangan sistem pusat-pusat pemukiman, d) strategi pengembangan sistem prasarana wilayah dan e) strategi pengembangan sub-sub kawasan prioritas.

Wilayah Kotamadya Balikpapan sebagian besar berbatasan dengan laut, terdiri dari laut lepas berupa pantai dan laut yang berada di teluk dengan kondisi ombak yang tenang, pada umumnya berupa hutan mangrove. Di wilayah Teluk Balikpapan bermuara sungai-sungai yang dapat dijadikan sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan daerah pantai dan daerah yang berada di darat, sehingga kawasan hutan mangrove di sekitar prasarana transportasi tersebut lebih mudah dijangkau oleh penduduk. Akibat yang ditimbulkan adalah gangguan terhadap hutan mangrove cenderung semakin besar. Sementara itu, keberadaan hutan mangrove sangat diperlukan karena fungsi-fungsinya yang sulit dicari penggantinya, seperti penahan erosi daratan oleh pukulan ombak, penahan sedimentasi yang dibawa oleh aliran air sungai, habitat flora dan fauna aquatik, pelindung daerah pemukiman di belakang hutan mangrove dari hembusan angin laut yang kencang, penahan intrusi air laut dan lain-lain.

Di samping itu, dikaitkan dengan program Sasamba, terdapat kawasan hutan mangrove yang dikonversi menjadi kawasan industri, pelabuhan, pemukiman, tambak, yang praktis akan mengurangi luas kawasan hutan mangrove di Teluk Balikpapan. Jika luas hutan mangrove

(3)

yang tersisa tidak mampu berfungsi sebagai pelindung lingkungan lagi, maka dikhawatirkan ekosistem yang unik ini mengalami kerusakan. Fenomena ini banyak dialami oleh beberapa wilayah mangrove di Pulau Jawa yang berdekatan dengan kota, seperti Karawang dan Surabaya (DIMYATI, 1995a dan 1995b), serta Semarang (HASYIM dan PURWOKO, 1996). Dampak yang timbul akibat salah kelola hutan mangrove sangat luas, baik dampak sosial, ekonomi maupun lingkungan.

Untuk mengetahui perubahan kawasan hutan mangrove di wilayah Teluk Balikpapan tersebut, maka diperlukan data yang cukup akurat dan representatif secara periodik. Sementara itu, untuk mendapatkan data secara teristis dengan cakupan luas tentu memerlukan waktu, tenaga dan biaya cukup besar. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan yang lebih efektif dan biaya murah dibandingkan dengan metode konvensional, yaitu dengan penerapan teknik penginderaan jauh. Keuntungan penggunaan metode penginderaan jauh antara lain perolehan data yang kontinyu (repetitif), meliputi areal yang luas dalam waktu yang bersamaan (sinoptik) serta biaya operasional relatif murah. Dengan kata lain, data inderaja mampu menyediakan informasi obyektif, andal dan ekonomis dalam usaha inventarisasi, pemantauan maupun evaluasi sumberdaya alam.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

a. Mengetahui keadaan dan perubahan yang terjadi pada kawasan hutan mangrove Teluk Balikpapan.

b. Mencari faktor-faktor yang berperan terhadap perubahan wilayah mangrove di Teluk Balikpapan.

c. Mengetahui aspek-aspek yang muncul atau yang menonjol secara visual sebagai akibat dari perubahan tersebut.

Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui secara kuantitatif berupa luas kawasan hutan mangrove yang mengalami perubahan dan penyebab-penyebab terjadinya perubahan, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam membantu menentukan kebijakan pembangunan di Kotamadya Balikpapan.

II. METODE PENELITIAN

A.

W

AKTU DAN

L

OKASI

Penelitian ini berlokasi di wilayah Teluk Balikpapan Kalimantan Timur. Pengolahan data Landsat TM dilakukan di Bidang Matra Laut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Pekayon, Pasar

(4)

Rebo, Jakarta Timur. Pengecekan lapangan dilakukan di sepanjang Teluk Balikpapan dan sekitarnya.

Waktu yang diperlukan untuk penelitian adalah 7 bulan sejak Agustus 1998 sampai Februari 1999.

B.

B

AHAN DAN

P

ERALATAN

P

ENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan Citra Landsat TM yang direkam pada tanggal 14 Oktober 1994 dan 11 Februari 1998 dengan resolusi spasial 30 × 30 m pada kisaran: Kanal 1 = 0,45 – 0,52 µm, Kanal 2 = 0,52 – 0,60 µm, Kanal 3 = 0,63 – 0,69 µm, Kanal 4 = 0,76 – 0,90 µm, Kanal 5 = 1,55 – 1,75 µm dan Kanal 7 = 2,08 – 2,35 µm.

Data satelit diperoleh dari Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) Lapan. Tetapi data satelit tahun 1998 terdapat gangguan, yaitu adanya garis-garis secara sistematis (stripping) yang sulit diatasi. Gangguan ini terutama terdapat pada Kanal 3 mengingat sampai saat ini penerimaan satelit masih dilakukan oleh Landsat 5 yang seharusnya sudah diganti oleh seri satelit selanjutnya.

Data penunjang yang digunakan adalah:

o Peta acuan, yaitu peta rupa bumi daerah Balikpapan dan sekitarnya yang dikeluarkan Bakosurtanal dengan skala 1 : 50.000 edisi tahun 1991. o Peta Rencana Umum Tata Ruang Kota Balikpapan.

o Data sosial ekonomi penduduk Balikpapan dan data hasil checking di lapangan.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

o Seperangkat alat digitasi peta dengan software AutoCad–Digitizer. o Seperangkat komputer untuk analisis data lengkap dengan software

IDRISI for Windows untuk pengolahan Citra Landsat TM dengan Microsoft Power Point untuk mencetak gambar klasifikasi citra.

o Satu unit Global Positioning System (GPS) tipe Magellen GPS NAV 5000 PRO untuk menentukan koordinat di lapangan.

o Peralatan lapangan, seperti kompas, kamera, kendaraan, speedboat dan alat tulis.

C.

P

ROSEDUR

P

ENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama orientasi lapangan yang dimaksudkan agar dalam pengelolaan citra di laboratorium telah memiliki gambaran lapangan sehingga dapat

(5)

membimbing dalam pengolahan citra terutama proses klasifikasi. Dalam tahap pertama ini diukur koordinat beberapa titik di lapangan.

Tahap kedua adalah pengolahan citra meliputi kegiatan utama, yaitu pemulihan citra, klasifikasi dan deteksi perubahan. Tahap ketiga adalah pengecekan hasil klasifikasi citra di lapangan. Secara ringkas prosedur penelitian dapat dilihat pada skema Gambar 1.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

K

EADAAN

D

AERAH

P

ENELITIAN

Berdasarkan data statistik, luas areal Kotamadya Balikpapan adalah 503,31 km2 atau 50.331,02 ha. Secara geografis, terletak antara 1° – 1°30’ LS dan antara 116°30’ – 117° BT dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kotamadya Samarinda dan Kabupaten Kutai, sebelah timur Selat Makassar, sebelah selatan Selat Makassar dan sebelah barat Kabupaten Pasir.

Secara administratif, Kotamadya Balikpapan terdiri dari 3 kecamatan meliputi:

Kecamatan Balikpapan Utara seluas 143,24 km2 atau 28,46 % Kecamatan Balikpapan Barat seluas 179,95 km2 atau 35,75 % Kecamatan Balikpapan Timur seluas 180,11 km2 atau 35,79 %

Berdasarkan PP No. 38 Tahun 1996 tanggal 16 Juni 1996, secara administratif Kotamadya Balikpapan dimekarkan menjadi lima kecamatan meliputi: Kecamatan Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah pecahan Kecamatan Balikpapan Utama, Balikpapan Timur, Balikpapan Selatan pecahan Kecamatan Balikpapan Timur dan Balikpapan Barat. Tetapi baru diberlakukan sejak tanggal 24 Februari 1997 sehingga data sampai dengan tahun 1996 masih menggunakan data 3 kecamatan.

(6)

Training area Analisis indeks vegetasi (kanal 4 dan 3)

Pembuatan spectral signature hasil training area

Analisis NDVI absolut dengan membagi nilai ke dalam

kelas-kelas kerapatan

Klasifikasi penutupan lahan dengan metode MLC

Pembuatan pallet warna hasil NDVI

Reklas dan pallet warna Pembuatan kombinasi antara hasil

MLC dan NDVI absolut setiap tahun dan pembuatan pallet warna

Perhitungan luas kelas penutupan lahan dan perubahannya setiap

tahun pengamatan

Analisis perubahan setiap tahun pengamatan ber-dasarkan kombinasi MLC, NDVI dan pengukuran perubahan

luas antara 1994 dan 1998

Analisis fenomena perubahan dan faktor-faktor penyebabnya

Konversi format data ke format Power Point

Citra Landsat TM Tahun 1994 dan 1998

Pemotongan daerah penelitian dari CD-Room (cropping data)

Koreksi geometrik dan registrasi citra

Pembuatan citra komposit 4, 5, 3 (RGB) dan poligon daerah penelitian

Hasil orientasi

Koreksi radiometrik

Peta rupa bumi 1:50.000 sebagai

acuan

(7)

1. Topografi

Topografi Balikpapan terdiri dari sekitar 85 % daerah berbukit-bukit dan hanya 15 % merupakan daerah datar yang sempit dan terletak di daerah sepanjang pantai dan daerah di antara perbukitan. Struktur lahan terdiri atas lahan podsolik merah kuning, lahan aluvial dan pasir kwarsa. Dari ketiga jenis ini, yang paling banyak terdapat di daerah ini adalah jenis lahan podsolik merah kuning yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah disebabkan karena lapisan topsoil yang tipis dan batuan muda, sehingga lahannya bersifat labil, terdapat pada daerah perbukitan yang mempunyai kemiringan di atas 15 %, bila curah hujan tinggi akan mengakibatkan lahan tersebut mudah merosot.

2. Iklim

Berdasarkan hasil pencatatan stasiun 313 dan 313d terdapat data tentang rataan unsur iklim seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan temperatur, curah hujan, kelembapan udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya matahari di Kotamadya Balikpapan tahun 1996

Faktor iklim Tercatat

Temperatur (°C): 1) Rataan 2) Maksimum 3) Minimum 26,6 33,8 21,5 Curah hujan (mm) 3.060,0 Kelembapan udara (%) 86,0 Tekanan udara (mb) 1.010,2

Kecepatan angin (knots) 0,5

Penyinaran matahari (%) 48,0

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kotamadya Balikpapan

3. Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil sensus pada tahun 1996, jumlah penduduk Kotamadya Balikpapan 428.701 jiwa yang terdiri dari 222.064 jiwa laki-laki dan 206.637 jiwa perempuan. Perkembangan penduduk setiap kecamatan di Kotamadya Balikpapan tidak merata tetapi terkonsentrasi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Balikpapan Utara dan Balikpapan Timur. Untuk mengetahui bagaimana kondisi perkembangan penduduk Kotamadya Balikpapan dari tahun 1991 hingga 1996 dapat dilihat pada Gambar 2.

(8)

Perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Balikpapan Utara paling pesat dan cenderung stabil. Demikian pula di Kecamatan Balikpapan Barat, meskipun kecepatannya tidak secepat Balikpapan Utara, namun cukup stabil. Kecepatan perkembangan jumlah penduduk Balikpapan Timur berfluktuasi dan tercepat antara tahun 1993 hingga 1994.

4. Pemulihan Citra Landsat TM

Pelaksanaan proses pemulihan citra meliputi koreksi radiometrik, koreksi geometrik dan registrasi citra. Koreksi radiometrik dilakukan dengan tujuan untuk mengeliminir distorsi yang diakibatkan oleh pengaruh atmosfir. Koreksi geometrik dilakukan untuk menghilangkan distorsi yang diakibatkan oleh lengkung permukaan bumi, relief permukaan bumi dan goncangan satelit, sedangkan registrasi citra merupakan suatu teknik yang dilakukan agar citra multitemporal dapat di-overlay (tumpang susun) secara tepat.

Dalam koreksi geometrik secara sistematik digunakan titik kontrol berdasarkan data acuan dari stasiun bumi penerima. Hasilnya terdapat pergeseran sehingga dilakukan pergeseran citra (koreksi ulang) berdasarkan ground control point (titik kontrol medan) yang telah diukur pada saat orientasi lapangan menggunakan GPS. Sembilan titik kontrol medan yang telah diukur tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 2. Perkembangan jumlah penduduk setiap Kecamatan di Kotamadya Balikpapan

60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000 91 92 93 Tahun 94 95 96 J um la h P e ndu duk (j iw a )

(9)

Tabel 2. Hasil pengukuran titik kontrol medan menggunakan GPS Titik kontrol medan Kedudukan Altitude (m) Keterangan U T M Lon / Lat 1 486300 9873041 E N 01°08,55 116°52,37 S E 40 Pemukiman bercampur

kebun, belukar, tanah kosong

2 484588 9874342 E N 01°08,13 116°51,41 S E

37 Hutan Lindung Sungai Wain

3 481810 9873331 E N 01°08,46 116°50,11 S E

4 Dam Sungai Wain, sekitar

hutan dan padang rumput

4 484619 9870638 E N 01°10,13 116°51,42 S E 72 Lapangan golf/padang rumput 5 482083 9866599 E N 01°12,23 116°50,18 S E

1 Mangrove kerapatan tinggi

6 482029 9866644 E N 01°12,23 116°50,18 S E

1 Mangrove kerapatan tinggi

7 482035 9867872 E N 01°11,45 116°50,19 S E

5 Tambak berair dan tambak

kering 8 484437 9865872 E N 01°12,48 116°51,36 S E

86 Lahan kosong rencana

perumahan 9 485452 9866645 E N 01°12,23 116°52,09 S E

66 Perumahan Bangun Reksa

Dalam registrasi citra ini digunakan 45 titik kontrol dan ternyata nilai RMS-nya masih lebih besar dari 0,5 pixel. Oleh karena itu masing-masing titik kontrol yang nilai RMS-nya lebih dari 0,5 pixel dihapus sehingga nilai RMS rataan menjadi lebih kecil dari 0,5 pixel. Jumlah terakhir titik kontrol 28 titik atau dihapus sebanyak 17 titik seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah titik kontrol, nilai galat RMS hasil klasifikasi geometrik dan registrasi

Citra yang dikoreksi Peta/Citra acuan Jumlah titik kontrol Nilai RMS

Awal Akhir

Landsat TM 1998 Peta Rupa Bumi 04 04 0,000

Landsat TM 1994 Landsat TM 1998 45 28 0,487

5. Klasifikasi Penutupan Lahan

Berdasarkan hasil analisis digital citra tahun 1994, penutupan lahan diklasifikasi menjadi 10 kelas. Dari sepuluh kelas penutupan lahan tersebut dilakukan klasifikasi ulang (reclass) menjadi 7 kelas. Berdasarkan citra

(10)

Landsat TM tahun 1998 diklasifikasi ke dalam 9 kelas penutupan lahan. Dari kesembilan kelas penutupan lahan di atas dilakukan klasifikasi ulang menjadi 7 kelas utama penutupan lahan.

6. Ketelitian Hasil Klasifikasi

Distribusi nilai ketelitian klasifikasi MLC keseluruhan hasil interpretasi citra disajikan pada confussion matrix seperti berikut.

Tabel 4. Ketelitian keseluruhan klasifikasi berdasarkan MLC

1994 Mgr1 Mgr2 Htn Blk Laut Pmk Tbk T.kos Awan B.wn C D (%) Mgr1 8,26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 826 100,0 Mgr2 0 621 0 0 0 0 0 0 0 0 621 100,0 Htn 0 0 2940 10 0 0 0 0 0 0 2940 99,6 Blk 0 0 0 391 0 0 0 0 0 0 391 100,0 Laut 0 0 0 0 17810 0 0 0 0 12 17822 99,9 Pmk 0 0 0 0 0 130 1 0 0 0 131 99,0 Tbk 0 0 0 0 0 0 38 0 0 0 38 100,0 T.ks 0 0 0 0 0 0 0 121 0 0 121 100,0 Awan 0 0 0 0 0 0 0 3 2812 2415 99,9 B.wn 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1136 1137 99,9 26415 26442 A 826 621 2930 401 17810 131 39 124 2412 1148 26441 B (%) 100 100 100 98 100 99 97 98 100 99 99,8 1998 Mgr1 Mgr2 L.dlm L.dnk Htn Blk Tbk Pmk T.ks C D (%) Mgr1 3444 77 0 0 15 0 0 0 0 3936 98 Mgr2 32 1245 0 0 21 3 0 13 0 1314 95 L.dlm 0 0 42815 339 0 0 17 15 0 43186 99 L.dnk 0 0 12 8227 0 0 3 1 0 8243 100 Htn 131 747 0 0 73012 91 0 3 0 73984 99 Blk 0 51 0 0 24 1088 5 2 516 132 11610 94 Tbk 0 1 0 0 0 0 152 0 0 153 99 Pmk 0 53 1 0 9 397 12 5149 53 5665 82 T.ks 0 0 0 0 0 44 0 6 1206 1256 96 146026 148847 A 4007 2174 42828 8566 73081 11420 186 5194 1391 148847 B (%) 96 57 100 96 100 95 82 89 87 90 Mgr1 = mangrove 1 Mgr2 = mangrove 2 Htn = hutan Blk = belukar Pmk = pemukiman Tbk = tambak

Tks = lahan kosong B.wan = bayangan awan A = jumlah pixel hasil training area. B = ketelitian individu

(11)

7. Luas Penutupan Lahan Berdasarkan Hasil Klasifikasi

Setelah diklasifikasi ulang, penutupan lahan daerah sekitar Teluk Balikpapan diklasifikasikan menjadi 7 kelas pada tahun 1998. Untuk keperluan analisis perubahan penutupan lahan, kelas laut, awan dan bayangan awan dikeluarkan dengan asumsi bahwa ketiga kelas tersebut tidak berhubungan langsung dengan aktifitas manusia.

Hasil analisis penutupan lahan berdasarkan metode MLC diperoleh variasi luas seperti terlihat pada Tabel 5, yang mana terlihat bahwa kelas mangrove dan lahan kosong mengalami penurunan luas, sedangkan kelas belukar, hutan, tambak dan pemukiman mengalami penambahan luas.

Tabel 5. Hasil analisis penutupan lahan daerah sekitar Teluk Balikpapan

Kelas penutupan lahan

Tahun 1994 Tahun 1998 Perubahan (ha)

ha % ha % + – Mangrove 24.208,40 17,27 16.123,60 11,50 0,00 8.084,80 Laut 34.972,95 24,94 43.830,00 31,26 8.857,05 0,00 Hutan 26.116,10 18,63 28.502,13 20,33 2.386,03 0,00 Belukar 39.455,80 28,14 39.983,10 28,52 527,03 0,00 Tambak 268,81 0,19 1.018,39 0,73 749,58 0,00 Pemukiman 6.983,40 4,98 9.393,86 6,70 410,46 0,00 Lahan kosong 8.194,54 5,84 1.349,16 0,96 0,00 6.845,38 J u m l a h 140.200,00 100,00 140.200,00 100,00 Keterangan: + peningkatan luas. – penurunan luas

a. Mangrove

Luas hutan mangrove pada tahun 1994 seluas 24.208,4 ha (17,27 %) turun menjadi 16.123,6 ha (11,5 %) atau mengalami penurunan luas 8.084,8 ha (33,4 %). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, penurunan luas kawasan mangrove disebabkan karena konversi menjadi tambak dan kawasan industri. Lahan tambak baru banyak ditemukan di daerah pesisir Penajam sampai Waru, sedangkan di daerah muara Sungai Wain dan Sungai Sumber kurang ditemukan lahan tambak baru karena daerah tersebut merupakan kawasan pelestarian mangrove, sehingga diduga kurangnya intensitas pembukaan lahan tambak dikarenakan faktor pengawasan. Namun demikian di sepanjang pesisir Kecamatan Balikpapan Barat banyak dibuka industri, seperti pelabuhan batu bara, industri kayu lapis dan beberapa industri galangan kapal yang tentunya banyak mengkonversi kawasan mangrove.

(12)

b. Lahan kosong

Lahan kosong juga mengalami penurunan luas, yang mana pada tahun 1994 seluas 8.194,54 ha (5,85 %) turun menjadi 1.349,16 ha (0,96 %) pada tahun 1998 atau mengalami penurunan luas 6.845,38 ha (83,54 %). Sebagaimana diketahui pada tahun 1994 terjadi kebakaran hutan cukup besar yang dapat mengakibatkan terjadinya pembukaan lahan. Namun pada kurun waktu selanjutnya lahan kosong tersebut telah banyak ditumbuhi vegetasi semak sehingga lahan kosong mengalami penurunan.

c. Belukar

Belukar pada tahun 1994 seluas 39.455,8 ha (28,14 %) meningkat menjadi 39.983,31 ha (28,52 %) pada tahun 1998, berarti mengalami peningkatan 527,3 ha (1,34 %). Persentase belukar yang cukup besar tersebut menunjukkan betapa besarnya jumlah luas lahan tidak produktif di wilayah Kotamadya Balikpapan. Dengan demikian sudah selayaknya lahan tidak produktif ini menjadi prioritas utama dikonversi menjadi lahan produktif atau peruntukan lain.

d. Hutan

Hutan daratan pada tahun 1994 seluas 26.116,1 ha (18,63 %) berubah menjadi 28.502,13 ha (20,33 %) pada tahun 1998 atau meningkat 2.386,03 ha (9,14 %). Peningkatan hutan daratan diduga diakibatkan oleh kegiatan reboisasi atau pembangunan HTI oleh pemegang HPH PT Inhutani dan PT ITCI yang sebagian arealnya termasuk ke dalam daerah penelitian.

e. Tambak

Lahan tambak pada tahun 1994 seluas 268,81 ha (0,19 %) meningkat menjadi 1.018,39 ha (0,73 %) atau mengalami peningkatan luas 749,58 ha (278,85 %). Jika dilihat dari peningkatan luas selama kurun waktu 4 tahun tersebut, maka peningkatan tersebut masih relatif kecil jika dibandingkan dengan penutupan lahan lainnya. Tetapi jika dilihat dari persentase peningkatannya, maka hal itu merupakan peningkatan luas yang luar biasa dan perlu mendapatkan perhatian.

f. Pemukiman

Pemukiman pada tahun 1994 seluas 6.983,4 ha (4,98 %) meningkat menjadi 9.393,86 ha (6,7 %) pada tahun 1998 atau meningkat 410,46 ha (5,88 %). Pada periode tersebut pembangunan perumahan di Kotamadya Balikpapan cukup pesat, didukung oleh banyaknya perusahaan pengembang. Perkembangan perumahan ini tidak terlepas dari perkembangan jumlah penduduk di Kotamadya Balikpapan. Berdasarkan data Kantor Statistik Kotamadya Balikpapan, laju pertambahan penduduk rata-rata dari tahun 1991 hingga 1997 sebesar 12.752 jiwa per tahun atau 3,55 % per tahun.

(13)

Pada tahun 1994 luas laut 34.972,95 ha (24,94 %). Pada tahun 1998 meningkat menjadi 43.830 ha (31,26 %) atau mengalami peningkatan 8.858,05 ha (25,32 %). Salah satu penyebabnya adalah pengaruh pasang surut pada saat perekaman oleh satelit. Namun berdasarkan data pasang surut tidak menunjukkan adanya peningkatan. Dengan demikian diduga bahwa peningkatan luas laut akibat kesalahan interpretasi. Kesalahan interpretasi dapat diakibatkan antara lain karena kendala seperti stripping, liputan awan dan lain-lain.

8. Perubahan Kualitatif Berdasarkan Indeks Vegetasi

Hasil analisis kerapatan vegetasi dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan untuk vegetasi non mangrove tidak dilakukan analisis. Pada kelas kerapatan sangat rapat masih mendominasi kondisi hutan mangrove, yang mana pada tahun 1994 kelas kerapatan sangat rapat luasnya 6.660,57 ha (71,6 %) dan pada tahun 1998 kelas hutan mangrove sangat rapat tersebut masih tetap dominan, yaitu 6.247,23 ha (58,9 %). Kondisi demikian dapat digunakan sebagai ukuran bahwa gangguan terhadap hutan mangrove masih relatif kecil, namun bila kerusakan mangrove didasarkan pada laju perubahan luas per tahun yaitu sebesar 5,15 %, maka kondisi ini sudah saatnya mendapat perhatian agar laju perubahannya dapat ditekan. Menurunnya kerapatan hutan mangrove di daerah pemukiman banyak diakibatkan oleh faktor pemanfaatan kayu untuk kayu bakar, tetapi penduduk yang menggunakan bahan bakar kayu relatif kecil yang mungkin disebabkan tingkat pendapatan penduduk umumnya relatif tinggi.

Tabel 7. Hasil analisis kerpatan vegetasi mangrove

Kerapatan Kisaran nilai

kerapatan

Luas (ha) Perubahan luas (ha)

1994 1998 + – S. jarang 0,01 sampai < 0,18 5,54 190,52 184,98 Jarang 0,18 sampai < 0,32 7,83 430,08 422,25 Sedang 0,32 sampai < 0,42 820,66 724,90 95,76 Rapat 0,42 sampai < 0,49 1.807,26 3.020,75 1.213,49 S. rapat 0,49 sampai < 0,70 6.660,57 6.247,23 413,34 Jumlah 9.301,86 10.613,48 Kerapatan rataan 0,298 0,345 S = sangat

(14)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Perubahan fisik kawasan pesisir Teluk Balikpapan dan sekitarnya dari tahun 1994 hingga 1998 dapat dipantau dengan menggunakan data Landsat TM. Kelas penggunaan lahan yang dapat dipantau meliputi kelas hutan mangrove, hutan daratan, laut (perairan), tambak, belukar, pemukiman dan lahan kosong.

2) Berdasarkan hasil klasifikasi, telah terjadi penurunan luas kelas mangrove dan lahan kosong, sedangkan kelas penggunaan lahan lainnya mengalami peningkatan, di mana peningkatan luas terbesar terjadi pada kelas tambak, yaitu sebesar 275,85 % dengan laju perubahan rataan 68,96 % per tahun. Persentase perubahan terkecil terjadi pada kelas belukar, yaitu sebesar 1,34 % dengan laju perubahan rataan 0,34 % per tahun dalam daerah studi seluas 140.200 ha.

3) Hutan mangrove masih didominasi oleh kelas kerapatan sangat lebat, baik pada tahun 1994 maupun 1998. Indeks kerapatan vegetasi rataan meningkat dari 0,297 pada tahun 1994 menjadi 0,345 pada tahun 1998. Kondisi ini dapat dijadikan indikasi bahwa mangrove yang terdapat di areal penelitian masih mengalami proses suksesi yang sangat dinamis. Kegiatan penebangan perlu dikendalikan melalui penerapan sistem pengelolaan yang tepat dan pengawasan intensif.

4) Penggunaan metode Analisis Komponen Utama (PCA) memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan dalam memantau perubahan fisik lingkungan, terutama memantau objek-objek tertentu yang mudah dideteksi. Penggunaan C1 dan C2 sudah cukup mewakili (93,27 %) sehingga lebih efisien dalam proses analisis perubahan.

Saran

1) Pemanfaatan metode penginderaan jauh dalam memantau perubahan tata ruang di Kotamadya Balikpapan disarankan untuk digunakan pada masa-masa mendatang.

2) Dapat pula diamati perbedaan ketelitian dalam analisis perubahan menggunakan pendekatan: a) band ratio, b) image difference, c) klasifikasi, d) principal component analysis (PCA), sehingga diperoleh informasi metode mana yang memberikan ketelitian tertinggi.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1993. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis Samarinda – Sanga-sanga – Muara Jawa – Balikpapan Tahun 1992 – 2003. Pemerintah Daerah Tingkat I Kalimantan Timur.

Dimyati, R.D. 1995a. Analysis of Mangrove Changes by Remote Sensing in the Case of Karawang – Bekasi Coastal Area, West Java, Indonesia. Master Thesis, Kyoto University.

Dimyati, R.D. 1995b. Perubahan Mangrove di Delta Brantas Jawa Timur Menggunakan Data Landsat Multi Temporal. Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan VI MAPIN, Ujung Pandang.

Hasyim, B. dan Purwoko. 1996. Pemanfaatan Data PJ Satelit untuk Pengamatan Perubahan Garis Pantai dan Penggunaan Lahan Wilayah Semarang dan Sekitarnya. Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan VI MAPIN. Ujung Pandang.

Gambar

Gambar 1. Tahap-tahap analisis perubahan menggunakan citra Landsat TM
Gambar 2.   Perkembangan jumlah penduduk setiap   Kecamatan di Kotamadya Balikpapan
Tabel 4. Ketelitian keseluruhan klasifikasi berdasarkan MLC

Referensi

Dokumen terkait

validation, tidak terdapat perbedaan hasil yang cukup nyata antara hasil estimasi elevasi pada data topografi di wilayah FMIPA Universitas Mulawarman dengan menggunakan

fermentation processes&#34;, Bioprocess Engineering, 1999 Publication km.plnbatam.com Internet Source recyclearea.wordpress.com Internet Source iei-asia.org

Melihat dari penelitian yang dilakukan secara keseluruhan penggunaan anggaran keuangan tahun 2010 s.d 2012 pada kantor Camat Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai

Abstrak - Beberapa keluarga di Indonesia berkendara dengan membawa anak- anaknya. Tidak menutup kemungkinan para orang tua mengemudikan mobilnya dengan membawa

[r]

Dari hasil penelitian, kondisi optimum MAE adalah daya 450 W, pelarut etanol 60%, perbandingan simplisia – pelarut 1 : 8 dan lama ekstraksi 8 menit untuk menghasilkan

berjudul “Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi

Pada penelitian ini akan membangun sebuah prototype robot yang di kendalikan untuk dapat memindahkan barang dengan menggunakan flex sensor dan accelerometer sensor