• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERW AKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI TNI/POLRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERW AKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI TNI/POLRI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERW AKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI TNI/POLRI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI TNI/POLRI

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2004 DAN NOTA KEUANGANNYA

JURU BICARA FRAKSI TNI/POLRI

JOHNY LAKSADIPURA, S.IP A-490

(2)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I.

FRAKSI TNI/POLRI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI TNI/POLRI

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2004 DAN NOTA KEUANGANNYA

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Salam sejahtera bagi kita sekalian Yth. Saudara Pimpinan Sidang,

Yth. Saudara Menteri Keuangan yang mewakili Pemerintah beserta jajarannya,

Yth. Saudara-saudara Anggota Dewan dan hadirin yang kami muliakan.

Marilah terlebih dahulu kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat menghadiri Sidang ini dalam rangka mengikuti Pemandangan Umum Fraksi-fraksi atas Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2004 (APBN 2004) dalam keadaan sehat wal'afiat.

(3)

Sidang Dewan yang kami hormati,

Sesuai dengan pembahasan terhadap perkembangan situasi, khususnya kinerja ekonomi nasional dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri pada tahun 2003, serta perkiraan ekonomi internasional tahun 2004 yang cenderung membaik, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi pada tahun 2004 mendatang melalui penyusunan APBN 2004.

APBN 2004 memiliki posisi, arti dan nilai yang sangat strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional kedepan, karena setidaknya ada dua kepentingan menyertainya, yaitu :

1. RAPBN 2004 sebagai implementasi Repeta yang merupakan penjabaran Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas tahun terakhir, disamping merupakan akumulasi kinerja ekonomi nasional dari pelaksanaan propenas 1999-2004, juga akan menjadi tolok ukur bagi keberhasilan bangsa dan negara, dalam mempercepat mengatasi krisis ekonomi sebagai pemicu terjadinya krisis multi dimensional.

2. APBN 2004 sangat strategis menentukan jalannya penyelenggaraan Pemerintahan berdasarkan sistem ketatanegaraan baru pasca penyempurnaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Langkah-langkah pemulihan ekonomi yang sudah membaik, diharapkan akan makin signifikan melalui keberhasilan APBN 2004 dalam rangka meletakan dasar yang kokoh dan positif terhadap stabilitas pemerintahan yang akan datang dalam rangka konsolidasi demokrasi dan pulihnya perekonomian nasional.

(4)

Sidang Dewan yang terhormat,

Mengacu pentingnya APBN 2004 tersebut diatas Fraksi TNI/Polri menyampaikan dasar pemikiran sebagai berikut :

Satu APBN 2004 harus senantiasa berpedoman pada Pasal 23 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat.

Dua APBN 2004 diharapkan mampu mempercepat penyelesaian krisis ekonomi, dalam rangka menuju sistem ketatanegaraan baru yang lebih baik, demokratis dan modem.

Tiga APBN 2004 pelaksanaannya bersamaan dengan agenda politik nasional pemilu legislatif dan pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2004 menjadi tanggung jawab segenap komponen bangsa untuk mau dan mampu mengsinergikan urgensi penting dan strategisnya APBN 2004 dalam rangka upaya mempercepat proses pemulihan perekonomian nasional sekaligus terciptanya suasana kondusif stabilitas politik dan keamanan nasional.

Sidang Dewan yang terhormat,

Menyimak Rancangan Anggaran Pendapatan Negara Tahun 2004 dan Nota Keuangannya, Fraksi TNI/Polri meyakini bahwa besaran-besaran APBN 2004 sudah melalui mekanisme penyusunan dan perhitungan yang matang dan cermat dengan berpedoman pada asumsi makro yang mendasarinya yaitu pertumbuhan ekonomi 5%,

(5)

laju inflasi 7%, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Rp. 8.700,-, tingkat suku bunga SBI tiga bulan 9%, harga minyak internasional US$ 21 per barel dan tingkat produksi minyak Indonesia 1,15 juta barel per hari.

Berkenaan dengan hal tersebut, Fraksi TNI/Polri menyampaikan tanggapannya sebagai berikut :

Satu Perbedaan angka pertumbuhan ekonomi yang tercantum pada Nota Keuangan sebesar 4,5% dengan angka yang tercantum pada pengantar nota keuangan yang dibacakan Presiden sebesar 5 % perlu mendapat pelurusan dan kepastian, karena perbedaan angka ini justru terjadi pada salah satu asumsi makro yang fundamental, yaitu angka pertumbuhan ekonomi. Selisih 0,5 % akan berpengaruh dan memiliki konsekuensi pada asumsi dan aspek-aspek ekonomi lainnya misalnya terhadap PDB dan sektor perpajakan. Sedangkan secara politis menunjukkan bahwa pemerintah kurang hati-hati dan kurangnya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait dalam bidang ini. Sehubungan dengan hal tersebut, terhadap perbedaan ini,

harus dipastikan angka yang akan digunakan sebagai acuan penyusunan APBN 2004.

Dua Kebijakan Post Program Monitoring yang ditetapkan Pemerintah pasca pemutusan perjanjian kerjasama dengan IMF, merupakan alternatif yang mengandung resiko paling kecil. Namun dalam rangka mekanisme pembayarannya diharapkan tidak dilunasi sampai 100%; Hal ini untuk menjaga tersedianya cadangan devisa yang cukup dan aman dari kemungkinan terjadinya perkembangan diluar kebijakan dalam tahun 2004 yang diperkirakan masih

(6)

banyak mengandung tantangan dal~m perekonomian Indonesia. Yang salah satunya antara lain adalah tidak ada lagi rescheduling utang luar negeri melalui Paris Club sebesar Rp. 27 triliun; Oleh karena itu, Fraksi TNI/Polri perlu mempertanyakan kepada pemerintah untuk mengatasi gejolak fiskal yang mungkin muncul pasca lepas dari IMF, termasuk kesiapan untuk melaksanakan pemantauan berbagai program ekonomi yang telah ditetapkan.

Tiga Kinerja investasi yang belum menopang pertumbuhan ekono·mi. Selama ini pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh sektor konsumsi baik oleh konsumsi masyarakat maupun oleh konsumsi pemerintah, sedangkan kontribusi dari sektor investasi dirasakan masih rendah. Besaran investasi yang telah dicapai sampai saat

ini belum mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang diharapkan, karena masih rentannya Country Risk yang dapat menjadi resiko investasi. Bahkan secara hati-hati dan cenderung pesimis, pemerintah memperkirakan nilai PMA (Penanaman Modal Asing) 2004 akan negatif 3,659 milyar dollar AS. Perkiraan pesimis ini

dapat menimbulkan persepsi dan dampak psychologis bagi dunia usaha karena kalau pemerintah saja sudah pesimis, apalagi para pelaku usaha. Sehubungan dengan hal itu, pemerintah diharapkan lebih focus dan serius dalam menangani sumber-sumber Country Risk guna menciptakan iklim kondusif bagi dunia usaha dan investasi.

Em pat Penurunan suku bunga SBI sampai dengan 9%, belum diimbangi dengan penurunan suku bunga pinjaman yang

(7)

sangat diharap-harapkan oleh kelompok pengusaha, khususnya kelompok usaha kecil, menengah, mikro dan koperasi. Sejalan dengan kondisi tersebut, kelompok UKMK ini mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses terhadap sumber-sumber permodalan, mengalami keterbatasan dalam jaringan pemasaran dan masih kalah bersaing dengan produk-produk impor yang ditengarai membanjimya pasar dalam negeri. Hal ini

mengindikasikan, bahwa kebijakan pemerintah untuk mendukung pembangunan UKMK pada tahun 2003, belum berhasil sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu kebijakan pemerintah untuk mendukung pengembangan UKMK pada APBN 2004 harus dilaksanakan lebih serius lagi, k~rena keberhasilan membangkitkan dan mengembangkan sektor UKMK disamping akan menjadi basis yang kuat bagi perekonomian Indonesia juga akan menciptakan kesempatan dan lapangan kerja. Secara normatif kebijakan untuk mendukung pengembangan UKMK telah dirumuskan pada RAPBN 2004 namun pertanyaannya sampai sejauh mana kesungguhan pemerintah akan mewujudkan kebijakan tersebut dilapangan secara sungguh-sungguh.

Lima Target devisit anggaran tahun 2004 sebesar 1,2% dari PDB yang lebih rendah 0,6% dari target devisit tahun 2003. sebesar 1,8% dari PDB, masih mengandung kerawanan-kerawanan dalam pembiayaannya. Dalam mencari solusi pencapaian target tersebut dan pembiayaannya, Fraksi TNI/Polri mendukung usaha pemerintah untuk melanjutkan konsolidasi viskal yang menitik beratkan pada peningkatan pendapatan negara, pengendalian dan

(8)

En am

penajaman prioritas alokasi belanja negara dan menerapkan manajemen pengelolaan hutang yang sehat. Untuk lebih meyakinkan, Fraksi TNI/Polri perlu mengajukan pertanyaan apakah sumber-sumber yang akan digunakan untuk menutupi devisit anggaran tersebut dapat dijamin besarannya sesuai yang ditargetkan ?

Presiden dalam pengantar RAPBN 2004 dan Nota Keuangannya menjelaskan bahwa RAPBN 2004 disusun dengan mempertimbangkan tantangan-tantangan yang dihadapi yaitu salah satunya menjaga keutuhan NKRI dari berbagai ancaman. Dalam tahun 2004 nanti, ancaman yang masih akan kita hadapi adalah separati.sme, pelanggaran perbatasan darat, laut dan udara, terorisme dan gangguan keamanan lain. Kinerja untuk mengatasi tantangan dan ancaman tersebut, akan tergantung besaran anggaran yang mendukungnya. Besar anggaran pembangunan untuk Sektor Pertahanan dan Keamanan yang akan diterima adalah Rp. 10,5 triliun, yang dialokasikan untuk Subs-sektor Pertahanan sebesar Rp. 7,666 triliun dan Subs-Subs-sektor Keamanan sebesar Rp. 2,86 triliun. Sedangkan anggaran rutin untuk Sektor Pertahanan dan Keamanan sebesar Rp.

21,65 triliun dialokasikan masing-masing untuk : Subs-sektor Pertahanan sebesar Rp. 13,74 triliun dan Subs-Subs-sektor Keamanan sebesar Rp. 6,73 triliun. Secara nominal, besaran angka untuk Sektor Pertahanan dan ~eamanan memang ada kenaikan yaitu untuk anggaran pembangunan naik hampir Rp. 2,9 triliun dan anggaran rutinnya naik kurang lebih Rp. 3,4 triliun. Namun kenaikan tersebut, jika dihadapkan dengan kebutuhan riil dan beban tugas untuk menghadapi ancaman, ternyata masih sangat kurang atau

(9)

jauh dari memadai. Gambarannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Alokasi anggaran rutin 2004 untuk Subs-sektor Pertahanan sebesar Rp. 13,74 triliun, hampir 65% atau Rp. 8,793 triliun untuk belanja pegawai TNI-AD,AL,AU sedangkan sisanya sebesar Rp. 4,9 triliun diperuntukkan belanja barang, pemeliharaan dan perjalanan, yang total memerlukan anggaran sebesar Rp. 16,1 triliun. Pada Subs-sektor Keamanan juga mengalami kekurangan hampir Rp. 3 triliun. Sehubungan dengan kekurangan ini, perlu dipertanyakan kepada pemerintah alokasi anggaran yang mana untuk digunakan menghadapi dan mengatasi aksi-aksi separatisme, pelanggaran wilayah darat, laut dan udara, terorisme dan gangguan-gangguan keamanan lainnya serta dalam menghadapi kontijensi jika dalam Pemilu 2004 terjadi gejolak yang mengganggu stabilitas keamanan?

2. Alokasi anggaran pembangunan 2004 untuk Subs-sektor Pertahanan sebesar Rp. 7,66 · triliun dibandingkan dengan alokasi kebutuhan pembangunan yang diusulkan sebesar Rp. 6,323 triliun untuk mendukung pembangunan sistem, personil, materiil dan fasilitas terdapat kelebihan kurang lebih Rp. 1,34 triliun; Dari kelebihan anggaran pembangunan ini, perlu dipertanyakan apakah anggaran untuk pembelian 4 pesawat Sukhoi dan 2 helikopter, sudah termasuk didalamnya ?

(10)

Kemudian dari pada itu, Fraksi TNI/Polri menghargai kepedulian pemerintah menaikan uang lauk pauk prajurit TNI . dan Polri sebesar Rp. 2.500,-; mudah-mudahan, kenaikan tersebut akan lebih memotivasi prajurit TNI/Polri dalam melanjutkan perjuangan dan pengabdiannya bagi nusa dan bangsa.

Gambaran umum tentang tanggapan Fraksi TNI/Polri terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan Negara Tahun 2004 dan Nota Keuangannya, mencerminkan adanya suatu kepedulian terhadap perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena Fraksi TNI/Polri menyadari bahwa semua kondisi dan masalah yang diakibatkan oleh terhambatnya perkembangan pembangunan di Indonesia khususnya terganggunya stabilitas keamanan akan merupakan bagian tugas dan tanggung jawab TNI serta Polri untuk ikut memecahkan dan mengatasinya.

Sidang Dewan yang kami hormati,

Setelah mempelajari dengan seksama Rancangan Undang-Undang APBN Tahun Anggaran 2004 dan Nota Keuangannya, serta mencermati keterangan Pemerintah, /1

maka Fraksi TNI/Polri setu.ju

agar Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2004 dan Nota Keuangannya dibahas

dalam Pembicaraan Tingkat selanjutnya oleh Panitia Anggaran

DPR-RI bersama Pemerintah

11

Mengakhiri Pemandangan Umum ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Sidang, Saudara Menteri Keuangan dan para Anggota Dewan yang terhormat, serta para hadirin yang telah mengikuti Pemandangan Umum Fraksi TNI/Polri secara seksama sampai selesai.

(11)

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuknya kepada kita semua. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 21 Agustus 2003

Juru Bicara,

MARS A TNI OHNY LAKSADIPURA S.II

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode eksperimen di laboratorium, dilaksanakan 3 (tiga) tahapan penelitian yaitu : 1) Menentukan sifat fisik dan

Several tests that included sieve analysis were carried out on constituents of terracrete (granite and laterite) to determine their particle size distribution and performance

Penelitian ini berusaha mengamati lebih dalam hubungan antara penerapan IT (information technology) dengan kinerja organisasi, dimana seiring dengan perkembangan teknologi

The scholarship selection selection page is a page that allows students to determine the final recipient of the scholarship based on the calculation of the

Proses menggambarkan class diagram digunakan simbol-simbol khusus yang mewakili masing-masing komponen di dalam sistem yang akan digambarkan.. Simbol class

Ruteng(Lelang Ulang) maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian Kualifikasi terhadap Dokumen Penawaran saudara yang akan dilaksanakan pada :.

Dengan berlakunya Peraturan Pelaksanaan Majelis Jemaat (PPMJ) ini, maka semua peraturan lain yang mengatur tentang SIDANG MAJELIS JEMAAT (SMJ), RAPAT dan PERTEMUAN WARGA

Bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011