• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROJECT IDEA NOTE PENGELOLAAN HUTAN YANG BERKELANJUTAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN KAMPUNG YAPASE YANG RENDAH EMISI KARBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROJECT IDEA NOTE PENGELOLAAN HUTAN YANG BERKELANJUTAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN KAMPUNG YAPASE YANG RENDAH EMISI KARBON"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROJECT IDEA NOTE

PENGELOLAAN HUTAN YANG BERKELANJUTAN BERBASIS

MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN KAMPUNG YAPASE

YANG RENDAH EMISI KARBON

POKJA Inisiatif Pembangunan Rendah Emisi Kabupaten Jayapura

(2)

Judul Proyek Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan Berbasis Masyarakat dalam Pembangunan Kampung Yapase yang Rendah Emisi Karbon

Lokasi Proyek –

Negara/Provinsi/Kecamatan

Kampung Yapase, Distrik Drepapre Kabupaten Jayapura Propinsi Papua

Koordinator Proyek & Kontak Detail

POKJA IPRE Kabupaten Jayapura Kantor BAPPEDA Kabupaten Jayapura

[email protected]; 081343006543

Ringkasan Kegiatan yang diajukan

(Maks. 30 kata)

Melakukan penjagaan kawasan hutan dengan pembentukan lembaga pengelola hutan dan pembangunan menara pantau. Selain itu juga akan dilakukan penanaman tanaman MPTS dengan sisitem agroforestry di zona bekas kebun dan semak belukar seluas ±100 ha.

Ringkasan Kelompok Sasaran yang diajukan (Maks. 30 kata)

Kelompok Tani Kanawari 15 orang, Masyarakat Kampung Yapase 313 jiwa atau 67 KK.

(3)

PROJECT IDEA NOTE YAPASE

iii

Daftar isi

Ringkasan Informasi ... ii

Daftar isi ... iii

Daftar Gambar ... iv

Daftar Tabel ... iv

A. Maksud & Tujuan ... 1

B. Lokasi Proyek ... 1

B1 Deskripsi Lokasi ... 1

C. Identifikasi Kelompok dan Masyarakat Sasaran ... 5

D. Kepemilikan Tanah & Hak Karbon ... 5

E. Intervensi and Aktivitas Proyek ... 5

F. Identifikasi Setiap Kegiatan yang Tak Layak ... 5

G. Pendorong Keberlanjutan Jangka Panjang ... 5

H. Organisasi Pemohon & Struktur Pemerintahan yang Diajukan ... 6

H1 Struktur Organisasi Proyek (Ketentuan PV 3.1-3.6) ... 6

H2 Organisasi pemohon (tidak harus koordinator proyek) harus memberikan informasi berikut tentang dirinya sendiri: ... 6

I. Rancangan Rencana Berbasis Masyarakat ... 7

J. Analisis Adisionalitas ... 7

K. Notification of Relevant Bodies & Regulations Pemberitahuan Badan Terkait & Peraturan ... 7

(4)

Daftar Gambar

Gambar 1. Peta Kawasan hutan di Kampung Yapase ... 1 Gambar 2. Partisipasi penduduk Kampung Yapase dalam berbgai Jenjang pendidikan ... 4

Daftar Tabel

Tabel 1. Pengklasifikasian lahan berdasarkan pada jenis tutupan lahan oleh penduduk Kampung Yapase .... ... 2 Tabel 2. Pengklasifikasian lahan berdasarkan pada aktivitas pemanfaatan oleh penduduk Kampung Yapase ... 3

(5)

1

A. Maksud & Tujuan

Maksud kegiatan ini adalah mempertahankan keberadaan hutan primer pada wilayah pemanfaatan adat dan memanfaatkan jasa lingkungan oleh masyarakat adat yang terdapat di Kampung Yapase. Kegiatan ini juga dimaksudkan agar masyarakat adat di Kampung Yapase dapat memanfaatkan areal dengan tipe tutupan lahan berupa semak belukan dengan melakukan aktivitas yang dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian penduduk atau masyarakat adat setempat.

Tujuan kegiatan ini adalah

1. Meningkatkan tutupan hutan dan serapan carbon melalui kegiatan penanaman jenis tanaman agroforestry.

2. Meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat adat Kampung Yapase.

B. Lokasi Proyek

B1 Deskripsi Lokasi

Kampung Yapase terletak pada terletak di sebelah utara Kota Sentani Kabupaten Jayapura, dengan luas 987 Ha dan berada pada ketinggian 95 – 500m dpl. Keadaan topografi Kampung Yapase umumnya bergelombang sampai dengan kemiringan kurang dari 100m pada ketinggian 46m.

Gambar 1. Peta Kawasan hutan di Kampung Yapase

Tutupan hutan yang mendominasi Kampung Yapase berupa hutan primer, hutan sekunder kerapatan tinggi, dan semak belukar. Namun demikian, secara tradisional penduduk

(6)

Kampung Yapase telah mendeskripsikan tutupan hutan berdasarkan pada pengetahuan lokal berdasarkan pada jenis vegetasi, suksesi alami, dan aktivitas penduduk. Selain itu berdasarakan aktivitas penduduk Kampung Yapase membagi wilayah pemanfaatan kedalam beberapa bentuk atau jenis pemanfaatan. Pengklasifikasian hutan berdasarakan pada tutupan lahan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengklasifikasian lahan berdasarkan pada jenis tutupan lahan oleh penduduk

Kampung Yapase

NO

JENIS TUTUPAN LAHAN

KETERANGAN BAHASA

INDONESIA BAHASA LOKAL

1 Hutan primer Sena Yang dimaksud dengan Zona Sena adalah kawasan hutan primer yang jarang disentuh oleh tangan manusia atau tekanan akibat aktivitas pertanian, penebangan hutan jarang terjadi.

2 Hutan sekunder Sena Seke Adalah bagian hutan primer yang telah dibuka menjadi lahan pertanian, kemudian dibiarkan/ditinggalkan setelah panen sampai ditumbuhi oleh semak dan pohon-pohon kecil. Sena Seke akan dimanfaatkan setelah 15 tahun – 20 tahun ketika pada areal tersebut telah kembali menjadi hutan sekunder tua.

3 Lahan Pertanian Emi Zona emi adalah perubahan dari Sena (hutan Primer) yang dibuka menjadi daerah emi (lahan pertanian). Zona emi juga dapat berupa sena seke yang dipertahankan sebagai zona emi. Sena Seke sering juga dipertahankan menjadi sena (hutan primer). 4 Dusun Sagu Pi Pau Pau sendiri mengandung pengertian dataran yang luas, sehingga Pi Pau dapat diaryikan sebagai dataran/bentuk bentang alam yang ditumbuhi oleh sagu, ditanami dengan sagu. Pi Pau sebenarnya terbentuk dari Pi Buso. (Pi Buso adalah rumpun rumpun sagu yang tumbuh terpisah pada satu tipe lanskape. 7 Bekas Kebun Emi Seke Adalah Lahan yang diperuntukan untuk

bertani (Lahan Pertanian)

8 Dusun Buso Adalah lahan yang diperuntukan untuk tanaman jangka panjang (agroforest) 9 Lahan Kritis Aya bura Adalah lahan kritis yang jenis timbuhannya

hanya semak belukar.

(7)

PROJECT IDEA NOTE YAPASE

3

Berdasarkan pada jenis aktivitas pemanfaatan lahan dalam wilayah adat Masyarakat Kampung Yapase, wilayah pemanfaatan dibagi menjadi 9, seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengklasifikasian lahan berdasarkan pada aktivitas pemanfaatan oleh penduduk

Kampung Yapase

NO JENIS TUTUPAN LAHAN KETERANGAN

BAHASA INDONESIA BAHASA LOKAL

1. Wilayah lindung Sena Yang dimaksud dengan Zona Sena adalah

kawasan hutan primer yang jarang disentuh oleh tangan manusia atau tekanan akibat aktivitas pertanian, penebangan hutan jarang terjadi. 2. Lokasi Bercocok Tanam Emi (Lahan Pertanian

tanaman semusim)

Zona emi adalah perubahan dari Sena (Hutan Primer) yang dibuka menjadi daerah emi (lahan pertanian). Zona emi juga dapat berupa sena seke yang dipertahankan sebagai zona emi. Sena Seke sering juga dipertahankan menjadi sena hutan primer).

Pi Pau (Dusun Sagu) daerah luas yang ditubuhi oleh tumbuhan sagu.

Pau sendiri mengandung pengertian dataran yang luas, sehingga Pi Pau dapat diartikan sebagai dataran/bentuk bentang alam yang ditumbuhi oleh sagu, ditanami dengan sagu. Pi Pau sebenarnya terbentuk dari Pi Buso. Pi Buso adalah rumpun rumpun sagu yang tumbuh terpisah pada satu tipe lanskape.

Buso: Lokasi yang dipergunakan untuk menanam sagu To Emi: lokasi nyang dipergunakan untuk menanam Kelapa.

Tempat berkebun yang lama ditinggalkan, sebelum areal tersebut ditinggalkan, daerah tersebut ditanami kelapa.

3. Areal pemukiman Yo: lokasi pemukiman

(kampung)

Adalah lahan yang diperuntukan untuk membangun pemukiman/perkampungan Yo Sena (Bekas

Kampung)

Adalah Kampung tua yang ditinggalkan pada jaman dahulu

4. Tempat Khusus Euw Deko Adalah tempat khusus yang sifanya pribadi

yang tidak boleh dimasuki oleh orang lain.

5. Tempat Pemakaman

Umun

Yo Dere Adalah tempat yang diperuntukan khusus untuk

pemakaman Umum Kampung.

B2 Deskripsi Konteks Sosio-Ekonomi (Ketentuan PV 7.2.2-7.2.5)

Penduduk Kampung Yapase berjumlah 313 jiwa 67 kk yang terdiri dari 19 marga. Berdasarkan pada mata pencaharian, penduduk Kampung Yapase berprofesi sebagai petani dan nelayan tradional. Bertani dan nelayan adalah aktifitas yang dilakukan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bertani dan nelayan dilakukan secara bersama-sama oleh semua Penduduk Kampung Yapase.

(8)

Sekalipun melakukan aktivitas pertanian dan nelayan, ketergantungan masyarakat terhdap hutan masih sangat tinggi. Ketergantungan terhadap hutan tersebut dapat dibuktikan dengan kebiasaan masyarakat mengambil bahan makanan dari hutan baik untuk konsusmsi dalam rumah tangga tetapi juga untuk dijual. Kebutuhan bahan makanan yang yang diperoleh dari hutan berupa sayur sayuran, beberapa jenis umbi umbian yang tidak di budidaya namun dapat diperoleh penduduk dari dalam hutan dan hewan buruan.

Untuk membangun rumah, masyarakat Kampung Yapase masih mengandalkan hutan sebagai salah satu agen penyedia bahan bangunan. Penduduk Kampung Yapase masih mengenal sistem pengobatan trasional dengan memanfaatkan jenis jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Jenis-jenis tumbuhan tersebut diperoleh masyarakat dari dalam hutan dan juga dilokasi sekitar Kampung.

Perumahan penduduk adalah idnikator dari dampak peendapatan masyarakat di kamoung Yapase. Berdasarkan pada pernyataan diatas maka perumahan pendudukkampung Yapase dikategorikan kedalam beberapa kategori yaitu: Permanen, semi permanen dan non-permanen. Tigapuluh kepala Keluarga (KK) memiliki rumah permanen, 6 KK memiliki 6 KK memiliki rumah semi permanen, 19 KK memiliki rumah non-permanen, dan 12 KK tidak memiliki rumah.

Pendidikan adalah salah satu penentu utama keberhasilan dalam pembangunan kampung. Dari 100% angka partisipasi anak usia sekolah di Kampung Yapase, 71,18% dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Partisipasi peserta didik pada berbagai jenjang pendidikan turut ditentukan oleh kemampuan pembiayaan yang disediakan oleh orang dan juga pemerintah Kampung. Partisipasi penduduk Kampung Yapase pada berbagai jenjang pendidikan dapat seperti ditampilkan pada grafik dibawah ini.

Gambar 2. Partisipasi penduduk Kampung Yapase dalam berbgai Jenjang pendidikan

71.18 42.37 23.72 5.08 0 10 20 30 40 50 60 70 80 SD SLTP SLTA PT/AKADEMI Keberhasilan

(9)

PROJECT IDEA NOTE YAPASE

5

C. Identifikasi Kelompok dan Masyarakat Sasaran

Pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh masyarakat dilakukan berdasarkan pada kepemilikan secara adat yang dimiliki oleh 19 marga yang bermukim di Kampung Yapase. Sekalipun pengelolaan dan pemanfaatan lahan berdasarkan pada hak kepemilikan marga, namun sistem penggunaannya tetap mempertimbangkan keikut sertaan marga lain untuk menggunakan lahan yang sama atau masih memberlakukan aspek sosial dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan.

D. Kepemilikan Tanah & Hak Karbon

Kepemilikan atas lahan 987 Ha tersebut berdasarkan pada kepemilikan hak adat yang berlaku di tanah Papua berdasarkah hasil pemetaan partisipatif bersama masyarakat Kampung Yapase tahun 2014. Untuk memperkuat kepemilikan masyarakat adat, Pemerintah Propinsi Papua mengeluarakan pertauran daerah khusus (Perdasus) No. 22 tahun 2008 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Masyarakat Hukum Adat dan peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura No. 319 Tahun 2014 Tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di kabupaten Jayapura.

E. Intervensi and Aktivitas Proyek

Intervensi dan aktivitas utama proyek ini adalah melakukan penjagaan kawasan hutan dengan pembentukan lembaga pengelola hutan dan pembangunan menara pantau. Selain itu juga akan dilakukan penanaman tanaman Multipurpose tree species (MPTS) dengan sistem

agroforestry di zona bekas kebun dan semak belukar seluas ±100 ha.

F. Identifikasi Setiap Kegiatan yang Tak Layak

Kegiatan yang dilakukan berdasarkan pada jenis tanaman yang diingini oleh masyarakat dan bukan jenis tanaman yang invasif. Kegiatan penanaman tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat mencemarkan lingkungan. Penanaman akan dilakukan dengan cara tradisional. Pembangunan menara pantau menggunakan bahan baku yang berasal dari jenis tanaman lokal dengan memperhatikan nilai nilai budaya setempat.

G. Pendorong Keberlanjutan Jangka Panjang

Dalam jangka panjang, potensi hasil hutan bukan kayu dari penanaman yang dilakukan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Melalui pembangunan menara pantau yang dipergunakan untuk pengawansan dan pengamatan burung dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga hutan melalui wisata alam. Kegiatan ini akan menambah perekonomian masyarakat sehingga dapat terus berlanjut.

(10)

H. Organisasi Pemohon & Struktur Pemerintahan yang Diajukan

H1 Struktur Organisasi Proyek (Ketentuan PV 3.1-3.6)

Pengawas Kegiatan : Hugo Yoteni

Koordinator Lapangan 1 : Hendrik Yapasedanya Koordinator Lapangan 2 : Philipus Yaroseray Fasilitator Kampung 1 : Ephradus Wafumilena Fasilitator Kampung 2 : Elsa Ayuan

H2 Organisasi pemohon (tidak harus koordinator proyek) harus memberikan

informasi berikut tentang dirinya sendiri: • Pokja IPRE Kabuten Jayapura.

Inisiatif Pembangunan Rendah Emisi (IPRE) Kabupaten Jayapura adalah Kelompok Kerja multistakehoder yang dibentuk dengan tujuan untuk menyatukan berbagai kelompok kepentingan terhadap penggunaan lahan dalam hal berdiskusi dan bernegosiasi dalam rangka pencapaian pembangunan rendah emisi. Sejak tahun 2013 – 2017 IPRE telah menghasilakan:

1. Pemetaan Partisipatif bersama penduduk di Kampung Wambena, Kampung Yapase dan Kampung Asey Besar

2. Menyusun tools monitoring dan evaluasi Penggunaan lahan, pengukuran karbon, potensi keanekaragamana hayati, dan hidrologi

3. Monitoring dan evalusi penghidupan masyarakat

4. Monitoring dan evaluasi ekonomi hijau dan investasi hijau.

5. Penyusunan dokumen Strategi dan rencana Aksi Provinsi (SRAP) pelaksanaan REDD+ di Kabupaten Jayapura.

(11)

PROJECT IDEA NOTE YAPASE

7

• Pemerintah Kampung Yapase

Pemerintah Kampung Yapase ditetapkan sebagai Kampung secara definitif sejak tahun 1987. Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kampung dalam upaya pembangunan rendah emisi adalah:

1. Terlibat dalam pemetaan partisipatif.

2. Terlibat dalam pelatihan monitoring dan evaluasi keaneragaman Hayati, pengukuran Karbon, monitoring dan evaluasi kualitas air.

3. Menyusun rencana penggunaan lahan melalui musrembang Kampung.

I. Rancangan Rencana Berbasis Masyarakat

Keterlibatan project participant dilakukan di setiap tahapan dan aktivitas di Kampung Yapase. Bentuk kegiatan dan hasil perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat kampong dilaksanakan Yapase melalui musrembang Kampung.

J. Analisis Adisionalitas

Kawasan hutan tersebut telah ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Konservasi oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan SK Menteri Pertanian tentang penetapan Kawasan Konsevasi di Papua. Sekalipun telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, namun kepemilikan secara adat masih tetap berlaku di atas kawasan yang ditetapkan tersebut sampai saat ini. Secara turun temurun masyarakat Kampung Yapase masih menggantungkan kehidupan mereka pada kawasan tersebut.

K. Notification of Relevant Bodies & Regulations Pemberitahuan Badan Terkait & Peraturan

• P. 36/Menhut-II/2009 tentang Tata cara perijinan usaha pemanfaatan penyerapan dan/atau/ penyimpanan carbon pada hutan produksi dan hutan lindung

• PP 61 Tahun 2011 Tentang RAN GRK

• P.20/Menhut-II/2012 Tentang Penyelenggaran Karbon Hutan • P.11/Menhut-II/2013 tentang perubahan atas P.36/Menhut-II/2009 • UU No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Papua

• Perdasus No. 22 tahun 2008 tentan perlindungan dan pengelolaan SDA masyarakat hukum adat Papua.

• Surat Keputusan Bupati Jayapura No. 319 tahun 2013 tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak Hak Masyarakat Adat Kabupaten Jayapura.

(12)

L. Identifikasi Tentang Pendanaan Awal

Pendanaan awal akan menggunakan Alokasi Dana Kampung (ADK) tahun 2017 dan Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2017 yang dianggarkan oleh pemerintah Kampung dan disetujui dalam Musrembang Tingkat Kampung.

Gambar

Gambar 1. Peta Kawasan hutan di Kampung Yapase
Tabel 1. Pengklasifikasian lahan berdasarkan pada jenis tutupan lahan oleh penduduk  Kampung Yapase
Tabel 2.   Pengklasifikasian lahan berdasarkan pada aktivitas pemanfaatan oleh penduduk  Kampung Yapase
Gambar 2. Partisipasi penduduk Kampung Yapase dalam berbgai Jenjang pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

54 Tahun 2010, dengan ini disampaikan hasil evaluasi Sampul I (administ rasi dan t eknis) Pekerjaan Pengaw asan Pembangunan Terminal Tipe A Takengon Tahap II , sebagai berikut

Bersama ini diumumkan bahwa setelah diadakan penelitian menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku serta sesuai dengan Penetapan Pemenang Pelelangan Nomor

[r]

[r]

Standar waktu larut tablet effervescent yang digunakan pada pengamatan penelitian pendahuluan ini adalah standar yang umum digunakan pada produk farmasi yaitu tidak

Jumlah pertanyaan yang masuk pada aplikasi SPSE dari peserta berkaitan dengan masalah Dokumen Pemilihan ataupun Dokumen Kualifikasi sebanyak : Tidak ada

pada saat Klarifikasi dan Pembuktian Kualifikasi penyedia jasa adalah yang tercantum dalam akta perusahaan dengan membawa surat kuasa dari pimpinan perusahaan dengan bermaterai

Hasil pengujian didapatkan pada ampul 1 (ampul yang disterilkan pada suhu 115ºC) maupun ampul 2 (ampul yang disterilkan pada suhu 121ºC) menunjukkan hasil negatif, karena kadar