• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR PEMBERIAN ULOS PADA UPACARA KEMATIAN NCAYUR NTUA ADAT BATAK PAKAPAK. Oleh Formanty Padang Drs. James Silalahi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAK TUTUR PEMBERIAN ULOS PADA UPACARA KEMATIAN NCAYUR NTUA ADAT BATAK PAKAPAK. Oleh Formanty Padang Drs. James Silalahi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TINDAK TUTUR PEMBERIAN ULOS PADA UPACARA KEMATIAN NCAYUR NTUA ADAT BATAK PAKAPAK

Oleh

Formanty Padang Drs. James Silalahi

Penelitian ini membahas tentang tindak tutur yang digunakan dalam Pemberian Ulos Pada Upacara Kematian Ncayur Ntua Adat Batak Batak Pakpak, bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis tindak tutur yang digunakan pada upacara Kematian Adat Batak Pakpak dan maknanya. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini ialah Perkata-kata dalam upacara Kematian Adat BatakPakpak. Adapun kajian yang digunakan adalah kajian Tindak tutur dalam Pragmatik. Sebagai teori yang membahas bagaimana konteks mempengaruhi penafsiran kalimatDari hasil perolehan data ditemukan 29 Tuturan ilokusi, dalam acara kematian Ncayur Ntua Adat Batak Pakpak yang paling dominan adalah tindak tutur Asertif/representative sebanyak 12 tuturan (41.37%), selanjutnya tindak tutur Ekspresif sebanyak 4 tuturan (13.79%), tindak tutur direktif sebanyak 7 tuturan (24.13%), tindak tutur deklaratif sebanyak 2 tuturan (6.89%). dan yang terakhir tindak tutur komisif sebanyak 4 tuturan, (13.79%).

Kata Kunci: Tindak tutur, Pemberian Ulos, Kematian Ncayur Ntua

PENDAHULUAN

Masyarakat Batak Pakpak merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Mandailing. Salah satu yang menjadi cirri pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

Ahimsa (dalam Sobur, 2001:23) mengemukakan,bahasa merupakan bagian dari budaya, hubungan antara kebudayaan dan bahasa saling mempengaruhi, bahasa mempengaruhi kebudayaan atau sebaliknya kebudayaan mempengaruhi bahasa. Bahasa Batak Pakpak merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih digunakan oleh masyarakat pendukungnya dalam kehidupan berinteraksi sehari-hari.Namun bahasa ini dapat dikatakan sebagai bahasa pertama dalam komunikasi social dari berbagai lapisan masyarakat Batak Pakpak.Komunikasi dengan menggunakan bahasa merupakan pemahaman dan

(3)

pemberian respon yang kita berikan dapat berupa kalimat perintah, berita, pertanyaan, dan jawaban.

Masyarakat Batak Pakpak mengenal dua jenis upacara adat (disebut kerja), yang pertama disebut kerja baik berhubungan dengan pesta sukacita, misalnya pesta perkawinan, pesta kelahiran anak, panen, dan lainnya.Upacara yang kedua merupakan dari kebalikannya, disebut kerja njahat yang berhubungan dengan dukacita tepatnya pesta atau upacara kematian.Kedua upacara tersebut tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Batak Pakpak.

Dalam tradisi upacara kematian dalam Batak Pakpak orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasikan berdasarkan usia dan status yang meninggal dunia. Dapat dikatakan kematian Ncayur Tua ( meninggal sudah tua) apabila semua anak sudah berumah tangga dan tidak ada lagi hutang piutang kepada kula-kulanya, dan juga sudah mempunyai cucu dan cicit.

Kematian adalah gerbang menuju alam spiritual yang akan dilalui oleh manusia. Bagi etnis Batak Pakpak untuk menghormati leluhurnya mereka mengadakan upacara mulai dari prosesi kematian hingga pasca penguburan. Untuk menghindari atau meredamnya cara pengobatan penyakit atau prosesi kematian biasanya dilakukan dengan berbagai upacara sesuai dengan klasifikasi orang yang meninggal.

”Upacara adalah keyakinan atau rangkaian yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, satu kegiatan pesta tradisional yang diatur menurut tata dan adab atau hukum di masyarakat dalam rangka memperingati peristiwa-peristiwa atau lain-lain dengan ketentuan adat yang bersangkutan”

Menurut Koenjaraningrat (1987) menyatakan bahwa upacara adalah sistem aktivitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa tetapi yang biasa terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan.

Kematian adalah salah satu masa peralihan yang dianggap penting oleh masyarakat.Masa peralihan ini selalu dilaksanakan melalui suatu upacara yaitu

(4)

upacara kematian. Seperti yang diungkapkan oleh Koenjaraningrat (1993:46) bahwa dalam adat istiadat semua suku bangsa di Indonesia, ada serangkaian ritus dan upacara, yang berkaitan dengan peristiwa seperti hamil tua, kelahiran, pemberian nama, perkawinan dan kematian.

Dalam tradisi upacara kematian dalam Batak Pakpak orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasikan berdasarkan usia dan status yang meninggal dunia. Dapat dikatakan kematian Ncayur ntua ( meninggal sudah tua) apabila semua anak sudah berumah tangga dan tidak ada lagi hutang piutang kepada kula-kulanya, dan juga sudah mempunyai cucu dan cicit.

Pesta Adat orang meninggal dan tingkatannya :

Meninggal lanjut usia (mate ncayur ntua), meninggal dunia anaknya masih remaja disebut mate ntua, meninggal dalam usia muda (lajang/gadis) dalam bahasa pakpak disebut Mate cender atau bunga-bunga cipako, meninggal pada saat anak-anak disebut Bura-bura Koning, meninggal saat bayi. Biasanya kuburan tidak diijinkan jauh dari rumah (dibawah tetesan hujan) dalam bahasa pakpak disebut I teruh pas pasan, meninggal tanpa ada keturunan disebut mate Mpusa (Tompet), meninggal hanya meninggalkan anak anak perempuan saja disebut Mpono, meninggal sesudah tukar cincin laki-laki maupun perempuan disebut Mbalu menatap, meninggal sudah berumah tangga tapi belum ada anaknya disebut Mate Ntalpek.

Upacara adat kematian Ncayur ntua bagi masyarakat Batak Pakpak tidak terlepas dari pemberian ulos. Menurut sejarahnya, ulos adalah sebuah tanda yang bisa mengayomi dan memberikan kehangatan bagi pemakainya.Tetapi dalam hal ini, ulos diartikan sebgai sebuah sarana pelindung yang mampu memberikan perlindungan, kasih sayang oleh si pemberi kepada si penerima ulos.Saat pemberian ulos tersebut, maksud dan tujuan si pemberi memberikan ulos tersebut terucapkan.

Tindak tutur pemberian ulos pada acara kematian Ncayur ntua adat Batak Pakpak tidak terlepas dari maksud yang hendak disampaikan oleh pengarang

(5)

kepada pendengar (penyimak).Dalam menelaah tindak tutur harus benar-benar disadari betapa pentingnya konteks ucapan atau ungkapan.Teori tindak tutur adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik itu sendiri merupakan bagian dari performasi linguistik.

Jalannya upacara dipandu oleh perkata kata.Seorang perkata-kata ditentukan sebelum acara upacara dimulai.Seorang perkata-kata harus memiliki beberapa kriteria, yang pertama adalah pandai berbicara dan berwawasan luas, kedua mengenal secara keseluruhan aspek kehidupan Batak Pakpak (sejarah, hukum, adat, budaya).Adapun yang menjadi tugas seorang perkata-kata ialah memandu jalannya acara upacara kematian ncayur tua.Perkata-kata inilah yang bertugas menyampaikan atau bertutur dalam bahasa Pakpak berupa petuah atau wejengan kepada peserta pesta sepanjang pesta kerja njahat berlangsung.

Percakapan dianggap satu komunikasi yang wajar apabila pembicara dan pendengar saling memahami topik pembicaraan, dalam kenyataannya tidak semua percakapan berjalan lancar seperti yang dikehendaki karena terkadang suatu pertanyaan tidak ditanggapi wajar oleh pendengar.

Percakapan yang dilakukan sehari-hari baik formal maupun informal mengikuti aturan yang sudah disepakati oleh kedua pihak pembicara dan pendengar untuk mencapai satu tujuan.Percakapan pada hakikatnya tindak bahasa lisan antara dua orang partisipan atau lebih.

Petuah yang disampaikan perkata-kata lewat tindak tutur kepada seluruh peserta acara upacara kematian tidak semua maksudnya ditanggapi maknanya sesuai maksud dari perkata-kata tersebut, sehingga tidak jarang terjadi kesalahpahaman.

Tindak tutur perkata-kata yang terjadi dalam pesta ncayur tua menunjukan rasa hormat sesama perkata-kata, sehingga dapat dijaga kesopanan kekerabatan, karena terkait oleh struktur sosial dalam adat istiadat Batak Pakpak. Struktur social yang dikenal dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Pakpak disebut dengan sangkp nggeluh atau dalihan natolu dalam Batak Toba, yaitu kula-kula, dengan sibelltek dan berru, yang disebut kula-kula ialah pihak perempuan, sedangkan Berru pihak laki-laki dimana Berru harus tunduk pada kula-kula, dan Dangan

(6)

Sibeltek ialah keluarga masing-masing. Sehingga sangatlah penting tindak tutur dalam hal apapun terkhusus ketika upacara besar atau sakral. Tindak tutur dalam hal ini masuk dalam wacana lisan, Pragmatik mengkaji maksud yang secara tersurat maupun tersirat sesuai dengan konteks pembicaraan, Pragmatik focus pada bagaimana penutur atau penulis menggunakan pengetahuan mereka untuk menyatakan suatu makna kepada pendengar sehingga komunikasi berjalan wajar.

Menurut Leech (1983:19) Pragmatik sangat berhubungan erat dengan tindak tutur bahasa, karena pragmatic menelaah makna dengan kaitannya terhadap kontek atau disebut situasi tuturan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis memilih pesta kerja njahat Kematian Ncayur Ntua Adat Batak Pakpak sebagai objek penelitian, mengingat dalam upacara kematian ncayur tua salah satu pesta terbesar bagi masyarakat Pakpak yang memiliki nilai dan makna bagi masyarakat Pakpak, masih dipertahankan dan menggunakan bahasa Batak Pakpak sebagai bahasa utama. Penulis merasa tertarik untuk meneliti ini karena pernah mengikuti acara Kematian Ncayur Ntua di lingkungan sekitarnya, dan ingin mengetahui bagaimana sebenarnya adat Pakpak itu sendiri serta ingin melestarikan budaya Adat Batak Pakpak.

Searle mengemukakan bahwa secara pragmatik ada tiga jenis tindak bahasa yang dapat diwujudkan seorang penutur yaitu (1) tindak lokusi (2 ) tindak ilokusi (3) tindak perlokusi. Pragmatik mengkaji unsur makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan melalui referensi langsung pada pengungkapan ujaran, pragmatik mengkaji studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan dasar pengetahuan tentang dunia pendengar /pembaca, melibatkan keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan konteks. Melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu, sebuah tuturan selain berfungsi mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan melakukan sesuatu (Searle 1969).Konteks merupakan hal yang sangat penting dalam bahasa, untuk menentukan fungsi, makna jenis suatu tuturan. Konteks dan pragmatik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, Jika membicarakan pragmatik kita juga harus membicarakan konteks atau sebaliknya juga. Pragmatik harus mengkaji bahasa dan konteks secara bersamaan

(7)

guna memahamai makna secara utuh dalam sebuah percakapan, konteks sangat penting dalam kajian pragmatik (leech 1983:13).

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlangsung secarasimultan dengan kegiatan menganalisis data berupa ucapan atau tulisan, atau perilaku dari subjek sendiri.

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini memvideokan dan wawancara, video yang diperoleh digunakan untuk mengetahui setiap tuturan yang ada dalam upacara Kematian Ncayur Ntua adat Batak Pakpak, wawancara dilakukan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam setiap tuturan yang ada, wawancara dilakukan dengan perkata-kata dalam pesta tersebut yang memahami adat istiadat Batak Pakpak

Menurut Arikunto (2005:88) sumber data merupakan benda, hal, orang atau tempat peneliti, mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Bertolak pada pengeertian tersebut maka sumber data dalam penelitian ini yaitu, Perkata-kata dalam upacra kematian ncayur ntua suku pakpak khusus pada upacara adatnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ketiga jenis tindak tutur menurut Searle, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi, hanya ditemukan jenis tindak tutur Ilokusi yaitu Asertif, Ekspresif, Direktif, Deklaratif, Komisif. sama seperti yang dikemukakan Searle bahwa tindak tutur berfokus pada tindak tutur Ilokusi. Peneliti membaginya dalam tiga kategori yaitu tindak tutur dari pihak kula-kula puang pengamaki, kula-kula puang benna,dan kula-kula pemuatan berru.

1) Tindak Tutur Refrensentatif (Asertif)

(8)

Tindak tutur Refrensentatif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Tindak tutur Asertif sering juga disebut dengan tindak tutur Refrensentatif.Tindak tutur jenis ini berupa tuturan yang menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian dan menyebutkan.

Tuturan (1) : Roh kami gancih ni tangis nami mi namberu en, sodip nami mi Tuhan i petading namberu en, merandal mo aremben acara nta, soh mi cuaca bagak mo nemuken asa berjalan lancar acara nta na lako peberkat ken namberu enda.

(Kami datang pada acara meninggalnya nambru ini,dan kami berdoa semoga acara kita berjalan lancar dan cuaca pun ikut mendukung dalam acara mengantarkan nambru ini).

Konteks : Disampaikan oleh Puang Pengamaki, bahwa mereka datang dan ikut turut berduka cita atas meninggalnya orang tua dan berdoa semoga acara lancar.

b. Tindak Tutur Asertif Menjelaskan

Tuturan (2): Jadi kula-kula nami puang pengamaki karna nggo sakat oles tatakenken nami mendahi ke, lot deng ngo acara tatak nde tapi beli soh mo lebe tatak oles mi puang benna.

(kepada kula- kula kami puang pengamaki, karna sudah kami serahkan oles tadi, masih adanya acara kalian setelah oles ke puang benna kami serahkan).

Konteks : penutur menjelaskan kepada kula-kula puang pengamaki bahwa acara mereka belum selesai.

Tuturan (3) : En mo pedemen mu namberu sai memasu-masu mo tendimu mi karina pinemparmu

( ini lah tempat tidur mu namberu belagan (sejenis anyaman berupa tikar kecil yang bisa dibawa ke adat pesta, roh dan jiwa mu lah yang melindungi semua keturunanmu)

Konteks : Dituturkan sambil mebentangkan belagan (tikar) dibawah yang meninggal untuk alasnya di peti.

2) Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan yang berupa mengucapkan

(9)

terimakasih, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan dan mengkritik.

a. Tindak Tutur Ekspresif Menyanjung

Tuturan (4) : Merbenna ngo nasa silot I dunia en, merbenna simerandal, merbenna simende, karina sinasa ulanta sidarien.

( semua yang ada di dunia ini pasti ada permulaannya, berawal dari yang baik dan berawal dari bagus dan semua yang ada dalam acara kita hari ini)

Konteks : Kata pujian atau ucapan syukur yang dituturkan saat acara adat berlangsung dengan baik.

Tindak tutur yang memuji atau mengucap syukur yang dituturkan karena merasa senang atas jalannya peseta berlangsung dengan baik, bagus dan tidak ada halangan dan menghasilkan yang baik pula dikemudian hari.

3) Tindak Tutur Deklaratif

Tindak tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, dengan membenarkan tuturan sebelumnya, Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal status, keadaan dan sebagainya yang baru. Tuturan yang termasuk dalam jenis ini adalah tuturan dengan maksud mengesankan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengangkat, mengampuni dan memaafkan.

a. Tindak tutur Deklaratif menyatakan

Tuturan (4) : Mula kita merdengan sibeltek, sada kula-kula, sada berru, ucang-ucang baka ndilo tangka-tangka marga tumangger, kalak sibeltek sada utang sada ido dekker sada ulaen. (kita semua yang bersaudara harus sama-sama merasakan yang susah dan senangnya)

Konteks : Tuturan Puang Pengamaki saat menasihati sukut yang sedang melangsungkan kerja njahat.

Pada tuturan di atas puang pengamaki meminta kepada mereka yang merdengan sibeltek agar satu hutang satu ido dalam adat, artinya adalah apa yang

(10)

kita peroleh dari dengan Sibeltek Si Sada Utang Ido, maka itu pula lah yang dapat kita berikan padanya.

4) Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Bentuk dari tindak tutur ini berupa tuturan yang meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, memohon, menantang dan memberi aba-aba.

a. Tindak Tutur Direktif Meminta

Tuturan (5): Gancih sora genderang imo music, mla najolokin glarna memasuki mi batang mo orang tua name en, bain kemo si sangkar roh I

( ganti suara genderang, kalau jaman dahulu namanya untuk memasukkan orang tua ke peti, music yang sering di putar adalah musik si sangkarroh i).

Konteks : Puang Pengamaki meminta musik Sisangkar Roh I ( nama musik pakpak) di putar.

Tuturan tersebut dari pihak puang pengamaki agar tukang keyboard memutar musik Pakpak Si Sangkar Roh I ( musik pakpak yang biasa digunakan saat memasukkan mayat kedalam peti) saat mereka mau memasukkan mayat orang tua ke dalam petinya.

Tuturan (6) : Jadi asa tumatak ma kami nalako memere pasu-pasu, bainke musik na merdemu misi.

(kami mau menari untuk memberikan pasu-pasu kepada mereka, meminta music yang biasa di pakai ketika kula-kula memasu-masu). Konteks : Setelah Puang pengamaki memasukkan Mayat orang tua, mereka ingin

memasu-masu keluarga yang ditinggalkan.

Tindak tutur meminta dalam tuturan diatas terlihat pada” bainke musik na merdemu misi” Puang Pengamaki meminta agara di putarkan musik yang cocok ketika mereka memberikan pasu-pasu kepada sukut ( keluarga yang berduka).

(11)

Tuturan (7) : Karna nggo situbennai gendang mula-mula, naing I pesakat kami mo oles tataken kami mi kula-kula nami puang pengamaki, bain ke music na merdemu misi.

(karena suda diawali dengan gendang mula-mula, kami mau memberikan oles kepada kula-kula kami puang pegamaki, buat kalian dulu gendang memasu-masu ).

Konteks: Meminta musik yang cocok ketika sukut ingin memeberikan oles kepada kula-kula puang pengamaki.

5) Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya, bentuk tuturannya bersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan, menawarkan sesuatu.

a. Tindak Tutur Komisif Memesan

Tuturan (8) : Sada mo ukur nde, sada taki mo ndene asa saut krina ulaen en soh sidung nan.

( satu lah hati kalian, satu pendapat supaya lancar semua acara ini sampai selesai)

Konteks : Dituturkan Puang Pengamaki kepada sukut supaya mereka kompak saat acara berlangsung

Tuturan (9) : Sada mo ukurta na lako memasukkan bangke ni turang en mi rumah-rumah na.

( kita harus sependapat untuk memasukkan Turang ini kedalam rumah-rumahnya (peti).

Konteks : Tuturan Puang Pengamaki kepada sukut ketika memasukkan mayat ke dalam peti.

Dalam tindak tutur tersebut yang termasuk tuturan memesan ialah “ sada mo ukur ndene, sada taki ndene asa saut krina ulaen en soh sidung nan” dan tuturan kedua “ Sada mo ukurta nalako memasukkan bangke ni turang en mi rumah-rumah na” penutur memesankan agar sukut sependapat dalam mengatur acara pada saat itu juga dan agar tidak terjadi perubahan terhadap kesepakatan Adat dan kesalahpahaman antara mereka.

(12)

10 PEMBAHASAN PENELITIAN

1. Jenis Tindak Tutur yang digunakan

Jenis tindak tutur yang terdapat dalam penelitian ini hanyalah jenis tindak tutur Ilokusi, sesuai yang dikemukakan oleh Searle bahwa kajian Tindak tutur berfokus pada tindak tutur Ilokusi, yaitu Asertif/representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Peneliti membagia tiga bagian yaitu yang pertama tindak tutur dari pihak puang pengamaki (turang dari marga istri), Tindak tutur yang kedua yaitu dari pihak Laki-laki Puang Benna. Tindak tutur yang ketiga yaitu dari pihak kula-kula pemuatan berru.

Tindak tutur Asertif penutur dalam hal ini menggunakan tuturan untuk menjelaskan segala kewajiban Adat baik dari pihak kula-kula puang pengamaki, puang benna,dan pemuatan berru. Tujuan dari tuturan ini menjelaskan agar setiap yang hadir mengetahui dan memahami maksud penutur sesuai dengan konteks. Contoh salah satu data Asertif : En mo pedemen mu namberu sai memasu-masu mo tendimu mi karina pinemparmu

(ini lah tempat tidur mu namberu belagan (sejenis anyaman berupa tikar kecil yang bisa dibawa ke adat pesta, roh dan jiwa mu lah yang melindungi semua keturunanmu).

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur asertif menjelaskan. Tuturan tersebut disampaikan oleh kula-kula puang pengamaki pada saat memberikan belagan (tikar) untuk dibentangkan dibawah orang yang meninggal sebagai alas nya. Tuturan ini melibatkan pihak kula-kula puang pengamaki. Tuturan ini dinyatakan jenis tindak tutur asertif berupa pernyataan berisi pernyataan bahwa kula-kula pihak puang pengamaki datang untuk menunjukan bahwa mereka masih ada untuk mengasihi pihak sukut. Tuturan ini disampaikan pada saat pembentangan tikar dibawah orang yang meninggal.

2. Tindak tutur yang dominan

Jenis tuturan yang diucapkan dalam kematian Ncayur Ntua adat Batak Pakpak didasari pada status social dalam system adat istiadat Batak., tindak tutur

(13)

yang paling dominan dalam acara kematian ncayur ntua adat batak pakpak adalah Asertif/Representatif sampai mencapai 12 tuturan, dalam acara pemberian ulos pada upacara kematian ncayur ntua adat batak pakpak yang dituturkan oleh kula-kula dengan bermaksud memberkati, menjelaskan tanggung jawab mereka dan apa maksud tuturan itu. Dan yang paling sedikit tuturannya terdapat dalam jenis tindak tutur deklaratif yang terdiri dari 2 tuturan, yang menjelaskan maksud tuturan mereka ketika memberikan ulos pada yang melangsungkan pesta selanjutnya tindak tutur Ekspresif sebanyak 4 tuturan, tindak tutur direktif sebanyak 7 tuturan, dan yang terakhir tindak tutur komisif sebanyak 4 tuturan.

(14)

39

Berdasarkan hasil analisis tindak tutur yang terdapat dalam acara kematian ncayur ntua adat Batak Pakpak berdasarkan kajian Tindak tutur dalam subdisiplin ilmu Pragmatik, maka tidak ditemukan tindak tutur lokusi dan perlokusi tetapi hanya tindak tutur Ilokusi menurut teori Searle yaitu Asertif, Direktif, Deklaratif, Komisifdan Ekspresif. Berdasrkan temuan tindak tutur yang memiliki makna tersirat telah terjawab oleh kajian pragmatik,

Dari hasil perolehan data ditemukan 29 tuturan ilokusi, dalam acara kematian ncayur ntua adat batak pakpak yang paling dominan adalah tindak tutur Asertif/representatif sebanyak 12 tuturan (41,37%), selanjutnya tindak tutur Ekspresif sebanyak 4 tuturan (13,79%), tindak tutur direktif sebanyak 7 tuturan (24,13%), tindak tutur deklaratif sebanyak 2 tuturan (6,89%). dan yang terakhir tindak tutur komisif sebanyak 4 tuturan, (13,79%).

DAFTAR PUSTAKA

Austin. 1962. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa Bandung.

Berutu, Lister & Nurbani Padang. 2006. Pertuturan Pakpak: Istilah Adat Sopan Santun Kekerabatan Pada Masyarakat Pakpak. Salak: PT. Grasindo Monoratama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa Bandung. Maibang. 2012. Hatoren Adat Pakpak Terenget Kalak Ncayur Ntua Dekket

Mengkurak Tulan. Medan: Penerbit Mitra.

Manik, Mansehat. 2010. Kerja Njahat Mate Ncayur Tua Dekket Kerja Mende Merbayo Sinima-nima. Medan: Penerbit Mitra.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sesuai dengan agenda yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu evaluasi formatif sampai tahun belajar 2015-2016 dan evaluasi sumatif pada tahun belajar 2016

7 Therefore, hydroxyapatite (HA) powder from white barramundi fish scales could be considered as bone graft alternative materials in bone defect regeneration as supported by

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternakan ayam ras petelur di Dusun Passau Timur Desa Bukit Samang Kecamatan Sendana, Kabupaten

melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh geometri pahat ( radial rake angle dan nose radius) dan kondisi pemotongan (kecepatan potong dan kecepatan makan) terhadap

(Si está presentando esta queja en nombre de una persona que usted alega ha sido discriminada, en la mayoría de los casos necesitaremos un Formulario de consentimiento firmado

Data dianalisis menggunakan Indeks Williamson yaitu suatu analisis untuk mengetahui daerah Satuan Wilayah Pembangunan II (SWP II) Propinsi Jawa Timur yang

The mechanism of protein re-methylation inhibition is supported by results of studies that have indicated that successful treatment regimen could lower its concentration