• Tidak ada hasil yang ditemukan

t ips 0806545 chapter2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t ips 0806545 chapter2"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa

adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar, dimana proses belajar

terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan

sekitarnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan

oleh John Dewey dengan “Learning By Doing”, dimana belajar

sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.

Belajar menurut Slameto (2010;2) diartikan sebagai “suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Demikian juga menurut Rusman (2010;1) belajar merupakan proses

interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Dimana

belajar merupakan suatu proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses

berbuat melalui pengalaman.

Menurut Winkel, W.S (2009;59), belajar merupakan suatu aktivitas

(2)

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

keterampilan dan nilai-sikap.

Ali, Mohammad (1984;4) menyatakan bahwa belajar merupakan

suatu proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan

lingkungan. Perilaku disini mengandung pengertian luas, hal ini

mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan

sebagainya. Setiap perilaku ada yang nampak/dapat diamati (Behavioral

Performance) dan ada yang tidak nampak/tidak bisa diamati

(Kecenderungan Perilaku/Behavioral Tendency). Setiap pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, sikap tidak dapat diidentifikasi kepada

kecendenderungan perilaku saja tetapi hal ini dapat diidentifikasi/diukur

dari penampilan (Behavioral Performance). Penampilan ini dapat dilihat

dari kemampuan menjelaskan, menyebutkan, atau melakukan sesuatu

perbuatan. Maka kita juga dapat mengidentifikasi hasil belajar melalui

suatu penampilan.

Begitupula pengertian lain yang dikemukakan oleh Gulo, W

(2008;8) belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri

seseorang yang mengubah tingkah lakunya dalam berfikir, bersikap dan

berbuat.

Dalam Abdillah, Husni menurut James O. Whittaker : belajar adalah

Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

(3)

Dari pengertian belajar menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan ataupun pengalaman

yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk

memperoleh tujuan tertentu.

2. Teori Belajar

Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar,

yaitu: teori behaviorisme; teori belajar kognitif menurut Piaget; teori

pemrosesan informasi dari Gagne, dan teori belajar gestalt.

a. Teori behavioralisme

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang

individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan

aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak

mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu

dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih

refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai

individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan

behaviorisme ini, diantaranya :

1) Teori Connectionism

Teori ini dikembangkan oleh Edward Lee Thorndike yang

menjelaskan bahwa terdapat kesamaan antara proses belajar

(4)

hubungan atau koneksi antara kesan yang ditangkap oleh

pancaindera atau Stimulus (S) dengan perbuatan atau Response

(R).

Thorndike mengajukan tiga hukum dasar tentang perilaku

belajar (Gintings, Abdorrakhman 2010;19) :

a) Law of Readiness menjelaskan tentang adanya hubungan antara kesiapan seseorang dalam merespon, menerima atau menolak terhadap stimulus yang diberikan. Maka pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien apabila peserta didik telah memiliki kesiapan belajar.

b) Law of Exercise menjelaskan bahwa hubungan antara perlakuan (S) dan tindakan (R) akan menjadi lebih kuat jika hubungan tersebut dilakukan berulang-ulang, sebaliknya hubungan tersebut akan melemah jika jarang dilakukan. Dalam hal ini menekankan pentingnya latihan atau pengulangan dalam menggunakan materi yang sedang dipelajari untuk memperkuat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tersebut.

c) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan

Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. Ini dijadikan sebagai penerapan prinsip hadiah atau reward dan sanksi atau hukuman atau punishment dalam pembelajaran.

2) Classical Conditioning

Teori ini dikembangkan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1927)

yang menjelaskan bahwa proses belajar dalam teori seseorang

bahwa suatu respon akan berlangsung sebagai akibat dari

terjadinya pengasosiasian ganjaran sebagai kondisi dan

(5)

3) Operant Conditioning

Teori ini dikembangkan oleh B.F. Skinner yang menjelaskan

terdapat dua macam respon yang berbeda yaitu (Gintings,

Abdorrakhman 2010;24):

a) Respondent response atau reflexive response yaitu respon tertentu yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu, dan

b) Operant response atau instrumental response yaitu respon yang timbulnya diikuti oleh munculnya perangsang-perangsang lain.

4) Social Learning

Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura, teori belajar sosial

atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah

teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan

teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut behaviorisme

lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak

semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga

akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara

lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip

dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu

terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan

(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini

juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui

pemberian reward dan punishment, seorang individu akan

berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu

(6)

b. Teori belajar kognitif menurut J.Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai

pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya

yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami

perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan

perkembangan individu.

Dalam Gintings, Abdorrakhman (2010;30) menyatakan bahwa teori ini memandang setiap individu memiliki kemampuan untuk mengkontruksi sendiri pengetahuannya dengan jalan berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Pandangan ini berimplikasi menolak bahwa ilmu pengetahuan dapat di transfer.

Bahwa dalam pembelajaran harus disediakan bahan ajar yang secara

konkrit terkait dengan kehidupan nyata dan dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara aktif dengan

lingkungannya

c. Teori pemrosesan informasi dari Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran

merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.

Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses

penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga

menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam

pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi

internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal

(7)

hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.

Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan

yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan

fase (Sudrajat, Akhmad : 2008) yaitu,

1) Motivasi

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti

sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah

bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu

keseluruhan yang terorganisasikan.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran (Sudrajat,

Akhmad : 2008) antara lain :

(8)

hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

4) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

5) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

3. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan tindak lanjut dari proses belajar. Pada

hakikatnya pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan

siswa. Dimana perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah

(9)

Hill, Winfred F (2011;2) mengartikan bahwa “Pembelajaran

merupakan satu faktor penting yang menentukan siapa diri kita dan apa

yang kita kerjakan. Dimana jawabanya akan kita dapat melalui proses

dari pembelajaran itu sendiri”.

Dalam psikologi, apa yang kita pelajari tidak harus benar dan

adaptif, tidak harus dengan sadar atau sengaja dan tidak harus melibatkan

tindakan lahiriah (Hill, Winfred F 2011;1). Namun reaksi yang berlainan

seperti mengerjakan sesuatu, berlibur dengan senang, mempercayai

sesuatu ataupun tidak menyukai seseorang merupakan suatu hasil

pembelajaran.

Begitu pula dengan Rusman (2010;1) mengartikan bahwa

“Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai

komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya”.

Komponen tersebut meliputi ; tujuan, materi, metode dan evaluasi.

Semua komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru untuk

memilih dan menentukan model pembelajaran yang akan digunakan

dalam kegiatan pembelajaran karena pembelajaran merupakan suatu

proses yang meliputi aktivitas dalam bentuk interaksi belajar mengajar

guna mencapai suatu tujuan pembelajaran.

B. Model Pembelajaran

Model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau

(10)

merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi

atau tujuan pembelajaran yang diharapkan (Rusman, 2010;2).

Menurut Joyce, Bruce.,Marsha Weil dan Emily Calhoun (2009;30) model pembelajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran yang meliputi perilaku guru saat model tersebut diterapkan.model tersebut memiliki banyak kegunaan yang menjangkau segala bidang pendidikan diantaranya materi, kurikulum hingga tujuan intruksional termasuk program multimedia.

Dalam Rusman (2010;136) ada empat macam model pembelajaran

berdasarkan teori yaitu :

a. Model interaksi sosial, model ini didasari oleh teori belajar Gestalt.

Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu

dengan masyarakat.

b. Model pemrosesan informasi, model ini berdasarkan teori belajar kognitif

(Piaget). Yang berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi

yang dapat memperbaiki kemampuannya.

c. Model personal, model ini bertitik tolak dari teori humanistik yaitu

berorientasi terhadap pengembangan diri individu.

d. Model modifikasi tingkah laku, model ini bertitik tolak dari teori belajar

behavioristik yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk

mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan

cara memanipulasi penguatan.

Model pembelajaran diatas dijadikan pola pilihan para guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Dan model pembelajaran memberikan

(11)

C. Kajian Tentang Metode Latihan Keterampilan/Drill

1. Pengertian Metode Latihan Keterampilan/Drill

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk

kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran.(Sudrajat, Akhmad. 2008).

Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya

aktivitas, tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin akan berlangsung dengan

baik. Suatu metode dalam pembelajaran bertujuan untuk dapat

meningkatkan prestasi belajar serta terciptanya proses belajar mengajar

yang efektif dan efisien serta banyak mengandung makna, sehingga

proses belajar mengajar fokusnya bergeser ke proses pembelajaran.

Seorang siswa harus memiliki keterampilan dalam sesuatu. Oleh

karena itu dalam proses belajar mengajar diadakan latihan untuk

menguasai keterampilan tersebut. Latihan dimaksudkan agar

pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki siswa dapat siswa kuasai

sepenuhnya.

Adapun metode latihan keterampilan/drill menurut beberapa

pendapat yaitu :

Roestiyah (2008;125) mengemukakan bahwa “metode latihan/drill

adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan

kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki keterampilan yang lebih tinggi dari

(12)

Demikian juga menurut Setiani, Ani dalam diktat kuliah pengantar

perencanaan pengajaran UNPAS (2006;66)

“Teknik latihan/drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik untuk memperoleh keterampilan.”

“Model pembelajaran latihan dirancang berdasarkan asumsi bahwa

orang dapat belajar melalui observasi dan praktek. Keberhasilannya

ditunjukan melalui perilaku yang dapat diamati seperti kemampuan

membaca, menerbangkan pesawat, memecahkan permasalahan

matematis, mengajar, dll.”(Tim penyusun UPIbahan ajar PLPG 2008;14)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

latihan keterampilan/drill adalah sustu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.

Dari segi pelaksanaannya siswa terlebih dahulu dibekali dengan

pengetahuan secara teori secukupnya kemudian dengan tetap dibimbing

oleh guru, siswa mempraktekannya sehingga menjadi mahir dan

terampil.

2. Tujuan Metode Latihan Keterampilan/Drill

Tujuan metode latihan keterampilan/drill adalah untuk memeperoleh

suatu keterampilan dari apa yang telah dipelajari anak dengan cara

(13)

Adapun tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode latihan

menurut Roestiyah (2008;125) adalah :

a. Memiliki keterampilan motoris/gerak (menghafalkan kata-kata, menulis, menggunakan alat/membuat suatu benda, melakukan gerakan dalam olah raga.

b. Mengembangkan kecakapan intelek (berhitung, mengenal benda/bentuk)

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal lain (hubungan sebab akibat, antara tanda huruf dan bunyi, penggunaan lambing/symbol)

3. Karakteristik Metode Latihan Keterampilan/Drill

Menurut Punggul, Isman (2011) karakteristik metode latihan

keterampilan/drill adalah :

a. Memerlukan perencanaan yang matang.

b. Memerlukan keahlian dan keterampilan yang lebih dari guru.

c. Dapat memanggil narasumber ahli untuk membantu guru mengajarkan siswa membuat hasil karya..

d. Menentukan jenis latihan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan siswa.

e. Melatih keterampilan secara berulang hingga dikuasai oleh siswa.

f. Bertujuan membentuk kebiasaan dan pola pada siswa.

4. Kebaikan Metode Latihan Keterampilan/Drill

Menurut Punggul, Isman (2011) kelebihan metode latihan

keterampilan/drill adalah :

a. Siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. b. Meningkatkan motivasi siswa.

c. Menumbuhkan kecakapan motoris seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan peralatan. d. Mengembangkan kecakapan mental, seperti dalam operasi

hitung, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

e. Membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan (lebih terampil).

(14)

5. Kelemahan Metode Latihan Keterampilan/Drill

Menurut Punggul, Isman (2011) kelemahan metode latihan

keterampilan/drill adalah :

a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa karena lebih banyak diarahkan hingga kadang-kadang jauh dari pengertian. b. Menyebabkan penyesuaian secara statis/pasif terhadap

lingkungan.

c. Pembelajaran bisa menjadi monoton dan mudah membosankan siswa.

d. Dapat menimbulkan verbalisme (karena banyaknya hafalan).

e. Memerlukan waktu yang relatif lama.

f. Tidak sesuai untuk jumlah siswa yang banyak.

6. Pelaksanaan Metode Latihan Keterampilan/Drill

Adapun prosedur yang harus disusun seorang guru guna

mencapai kesuksesan pelaksanaan metode latihan keterampilan/drill

Roestiyah (2008;127) yaitu :

a. Latihan digunakan untuk pelajaran yang bersifat tindakan seperti menghafal, berhitung, berlari, dll.

b. Guru harus dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan yang dilakukan dalam pembelajaran.

c. Latihan digunakan sebagai alat diagnosa. Guru harus mampu memberikan latihan mulai dari latihan yang sifatnya sederhana hingga latihan yang sifatnya kompleks. d. Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan

latihan secara tepat kemudian diperhatikan kecepatan agar siswa dapat melakukan kecepatan atau keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan.

e. Guru memperitungkan waktu latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan tetapi sering dilakukan dalam kesempatan lain.

f. Latihan harus menarik perhatian siswa dan menggembirakan sehingga dapat menjadi motivasi bagi kreatifitas siswa.

(15)

Sedangkan hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan

metode latihan keterampilan/drill menurut Joesafira, Delsa (2010) :

a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan

b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan

c. Lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa d. Selingilah latihan agar tidak membosankan

e. Perhatikan kesalahan - kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara kiasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula

D. Pembelajaran Akuntansi

Ilmu ekonomi merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya

yang bersifat tidak terbatas dengan alat pemenuhan kebutuhan berupa barang

dan jasa yang bersifat langka serta memiliki kegunaan alternatif. (Supardan,

Dadang 2009;387)

Ekonomi adalah ilmu yang mengkaji kondisi dan hukum yang

mempengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi kemakmuran atau materi

untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Dalam pembelajaran ekonomi pada materi siklus akuntansi perusahaan

jasa harus menguasai beberapa hal guna pencapaian kompetensi yang

diharapkan. Dalam hal ini siswa harus belajar lebih mendalam menggenai apa

itu akuntansi, konsep dasar akuntansi keuangan, serta siklus akuntansi baik

untuk perusahaan jasa maupun untuk perusahaan dagang.

Pengetahuan tersebut sangat penting untuk dikuasai oleh siswa untuk

(16)

kompetensi yang diharapkan, ada beberapa hal yang harus dimiliki siswa,

diantaranya :

a. Membuat jurnal dari berbagai jenis transaksi.

b. Melakukan posting dari jurnal ke buku besar.

c. Menyusun neraca saldo berdasarkan saldo dalam buku besar.

d. Mengoreksi apabila terjadi kesalahan dalam neraca saldo.

e. Membuat jurnal penyesuaian

f. Menyusun kertas kerja.

g. Menyusun laporan laba-rugi berdasarkan saldo akun dalam kertas kerja.

h. Menyusun laporan perubahan modal berdasarkan saldo akun dalam

kertas kerja.

i. Menyusun neraca berdasarkan saldo akun dalam kertas kerja.

j. Membuat jurnal penutup.

k. Membuat buku besar penutup

l. Menyusun neraca saldo setelah penutupan.

Komponen diatas merupakan proses pencatatan siklus akuntansi pada

perusahaan jasa. Komponen tersebut harus dikuasai siswa, agar siswa

mmampu mencapai kompetensi yang diharapkan serta agar siswa memiliki

keterampilan khusus dalam menyusun laporan keuangan. Komponen tersebut

sangat berkaitan satu sama lain, sehingga apabila salah satu tahapan tidak

dapat terselesaikan dengan baik maka akan berpengaruh pada tahapan

(17)

E. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa merupakan kompetensi yang dimiliki siswa setelah ia

melakukan proses pembelajaran. Untuk mengetahui ketercapaian kompetensi

tersebut maka diperlukan adanya kegiatan penilaian. Hasil belajar selalu

dikaitkan dengan nilai perolehan siswa setelah mengikuti evaluasi sebagai

tolak ukur penguasaan siswa terhadap isi bahan pengajaran yang telah

diberikan.

Seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu pasti akan

mendapatkan hasil. Demikian pula dengan kegiatan belajar di sekolah tentu

akan mendapatkan suatu hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan yaitu

dengan adaya suatu perubahan.

Menurut Sudijono, Anas (2009;31) evaluasi hasil belajar dapat dikatakan

terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang

pada tiga prinsip yaitu :

a. Prinsip keseluruhan

Bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik

apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh menyeluruh

artinya harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat

menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku pada diri

peserta didik.

b. Prinsip kesinambungan

Bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan baik apabila dilaksanakan

(18)

mampu memberikan gambaran mmengenai kemajuan atau

perkembangan peserta didik.

c. Prinsip obyektivitas

Bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan baik apabila dapat terlepas

dari factor-faktor yang sifatnya subyektif.

Dalam KBK Kompetensi didefinisikan sebagai perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam

kebiasaan berfikir dan bertindak.

Tujuan intruksional terdapat dalam taksonomi Bloom dalam Winkel,

W.S (2009;273) yang mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan

psikomotor.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif menurut Bloom dan kawan-kawan meliputi pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis dan evaluasi.

1) Aspek pengetahuan berkaitan dengan kemampuan mengingat bahan

pelajaran yang telah dipelajari, dimana siswa dapat menjawab suatu

pertanyaan dengan berdasarkan kepada hapalan saja.

2) Pemahaman siswa memiliki kemampuan dalam memahami arti atau

makna dari suatu konsep dengan kata-katanya sendiri.

3) Aplikasi atau penerapan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

(19)

4) Analisis berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguraikan

suatu materi ke dalam bagian atau komponen yang lebih mudah

dimengerti.

5) Sintesis yaitu berkaitan dengan kemampuan dalam menyatukan

unsur-unsur dalam satu kesatuan yang utuh, ini berkaitan dengan

kreatifitas siswa dlam merumuskan pola yang baru dalam merangkai

materi pembelajaran.

6) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguji suatu

materi dengan kriteria tertentu.

b. Ranah afektif

Ranah ini berkaitan dengan minat dan sikap siswa terhadap suatu mata

pelajaran (Tim Penyusun UPI bahan ajar PLPG 2008;53) ,. Menurut

Bloom dan kawan kawan dalam Winkel, W.S (2009;274), ranah ini

meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi

dan pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotor

Ranah ini berkaitan dengan gerakan atau apresiasi yang dilakukan siswa

dalam suatu kegiatan pembelajaran. Menurut klasifikasi Simpson dalam

Winkel, W.S (2009;274), ranah ini meliputi persepsi, kesiapan, gerakan

terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian

(20)

Ketiga ranah diatas berperan penting guna pencapaian kompetensi siswa

setelah melakukan proses pembelajaran. Menurut Sudijono, Anas (2009;62)

Penilaian hasil belajar di sekolah dikenal adanya dua macam teknik, yaitu

dilakukan melalui teknik tes dan teknik non tes. Adapun macam-macam

teknik tersebut adalah sebagai berikut :

a. Teknik tes merupakan penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai

alat pengukur perkembangan/kemajuan peserta didik. Tes ini dapat

dibedakan menjadi enam golongan yaitu : tes seleksi, tes awal, tes akhir,

tes diagnostic, tes formatif dan tes sumatif dalam Sudijono, Anas

(2009;68)

b. Teknik nontes adalah penilaian yang dilakukan dengan tanpa menguji

peserta didik melainkan dengan melakukan pengamatan secara sistematis

(observasi), melakukan wawancara, menyebar angket, memeriksa atau

meneliti dokumen-dokumen dalam Sudijono, Anas (2009;76)

Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau

pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Jadi berhasil tidaknya

seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

Menurut Slameto (2010 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan

(21)

Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang

berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor ekstern itu antara lain :

a. Latar belakang pendidikan orang tua

Latar belakang pendidikan orang tua paling mempengaruhi prestasi

belajar. Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka anak dituntut harus

lebih berprestasi dengan berbagai cara dalam pengembangan prestasi

belajar anak.

b. Status ekonomi sosial orang tua

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak

yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Jika

anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang

terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu. Akibatnya, belajar anak

juga terganggu.

c. Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah

Sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan

sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar di sekolah. Sekolah harus mempunyai ruang kelas, ruang guru,

perpustakaan, halaman sekolah dan ruang kepala sekolah. Sedangkan di

rumah diperlukan tempat belajar dan bermain, agar anak dapat berkeasi

sesuai apa yang diinginkan. Semua tujuan untuk memberikan kemudahan

(22)

d. Media yang di pakai guru

Media digunakan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan

di sekolah tergantung dari baik tidaknya media yang digunakan dalam

pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi yang tersedia melahirkan

media yang baik dalam pendidikan yang berlainan untuk setiap sekolah.

e. Kompetensi guru

Kompetensi guru adalah cara guru dalam pembelajaran yang

dilakukannya terhadap siswa dengan metode atau program tertentu

Metode atau program disusun untuk dijalankan demi kemajuan

pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik

tidaknya program pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi yang

tersedia melahirkan metode pendidikan yang berlainan untuk setiap

sekolah.

Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yang

berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara lain :

a. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Siswa yang kesehatannya baik akan lebih mudah

dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kondisi kesehatannya

kurang baik, sehingga hasil belajarnya juga akan lebih baik.

b. Kecerdasan / intelegensia

Kecerdasan/intelegensia besar pengaruhnya dalam menentukan seseorang

(23)

tinggi akan lebih cepat dalam menghadapi dan memecahkan masalah,

dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi rendah. Dengan

demikian intelegensi memegang peranan dalam keberhasilan seseorang

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula dalam prestasi

belajar. Siswa yang memiliki intelegensia tinggi, prestasi belajarnya juga

akan tinggi, sementara siswa yang memiliki intelegensia rendah maka

prestasi yang diperoleh juga akan rendah.

c. Cara belajar

Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya.

Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan

ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

d. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang belajar

sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang

yang belajar di luar bakatnya.

e. Minat

Seorang siswa yang belajar dengan minat yang tinggi maka hasil yang

akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang

(24)

f. Motivasi

Motivasi sebagai faktor intern berfungsi menimbulkan, mendasari,

mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya motivasi maka siswa

akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula sebaliknya.

F. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disampaikan beberapa hasil penelitian yang terdahulu mengenai

metode latihan keterampilan/drill. Namun semua sumber penelitian tedahulu

yang didapatkan belum memberikan kontribusi terhadap penelitian ini

dikarenakan semua penelitian terdahulu berkaitan dengan pembelajaran

olahraga yang menggunakan metode latihan/drill yaitu untuk perlakuan

latihan fisik bukan untuk perlakuan dari materi pembelajaran yang diberikan.

1. Wulan Wahyu Widyaningsih. 2009. Perbedaan Metode Latihan Drill

antara Drill Bebas dan Drill Terfokus Terhadap Ketepatan Pukulan Lob

dalam Permainan Bulutangkis Pada Atlet Pemula PB Pendowo

Semarang Tahun 2008. Menurutnya bahwa kelompok yang dilatih

dengan drill terfokus mencapai 69,00 dan lebih baik dibandingkan

kelompok yang dilatih dengan drill bebas yang hanya mencapai 61,00.

2. H.Mamad Widya 2007 “Metode latihan kondisi fisik dalam

pengembangan komponen dasar kebugaran jasmani siswa tunanetra

(Penerapan metode latihan fisik intensitas rendah melalui latihan pada

treadmill dan ergocycle dalam pengembangan unsure daya tahan

(25)

latihan intensitas rendah dengan menggunakan media treadmill dan

ergocycle dapat meningkatkan daya tahan aerobic siswa tunanetra di

SLBN A.

3. Widyawati, Reny. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri

untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa

Kelas VII-3 SMPN 1 Tanjunganom, Nganjuk. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Mengenai keterlaksanaan pelaksanaan model

pembelajaran Latihan Inkuiri dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan

terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa secara

keseluruhan.

Dari hasil penelitian-penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

metode latihan/drill apabila diterapkan dalam suatu pembelajaran dapat

menghasilkan suatu keterampilan yang diinginkan.

G. Kerangka Pemikiran

Tujuan utama pembelajaran adalah memberikan suatu perubahan positif

yang lebih berarti pada diri anak guna melakukan hal yang baik untuk

kehidupannya di masa yang akan datang.

Proses Pembelajaran mengandung dua unsur penting yaitu proses dan

hasil belajar. Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah berupa

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

(26)

Pelajaran ekonomi merupakan bagian dari pembelajaran IPS di sekolah

menengah. Dalam pembelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan

jasa ,siswa diharapkan memiliki suatu pengetahuan serta keterampilan

khususnya dalam bidang akuntansi dengan tujuan siswa mampu

mengaplikasikan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Metode latihan keterampilan/drill merupakan metode yang mengarahkan

siswa pada banyaknya latihan-latihan yang diberikan sehingga siswa

memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu dan siswa memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang lebih dari apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran ekonomi dalam materi siklus akuntansi menuntut siswa

memiliki keterampilan dalam mencatat transaksi, menghitung, melakukan

mengidentifikasi, membuat laporan, melakukan pengukuran atas hasil

pelaporan hingga mengambil kesimpulan atas laporan yang dibuat. Sehingga

perlu adanya latihan yang mampu mendatangkan keterampilan tersebut.

Alur pemikiran penelitian ini berawal dari kajian tentang rendahnya hasil

belajar akuntansi siswa di kelas XI IPS SMAN 1 Sukatani Kabupaten

Purwakarta. Yang diakibatkan dari rendahnya ketuntasan belajar ekonomi

materi siklus akuntansi, rendahnya minat belajar dan rasa ingin tahu siswa

terhadap mata pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi sehingga diperlukan

adanya suatu inovasi pembelajaran. Dalam hal ini peneliti akan mencoba

untuk menerapkan suatu metode pembelajaran yang baru yaitu metode latihan

keterampilan/drill mata pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan

(27)

Diharapkan dari implementasi pembelajaran dengan metode latihan

keterampilan pada pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan jasa

dapat melatih dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa

dalam pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi.

Berikut disampaikan kerangka berfikir dalam penelitian ini :

FEEDBACK

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Kristalisasi Hasil Pemikiran

Mencermati hal-hal di atas, tercermin bahwa metode latihan

keterampilan/drill membuka peluang siswa untuk melatih dirinya agar

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam materi siklus akuntansi.

Dengan tujuan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya baik

untuk dirinya ataupun orang disekitarnya.

INPUT

•Rendahnya hasil belajar siswa

(28)

H. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan antara hasil Pre-test dan Post-test pada pembelajaran

dengan perlakuan metode latihan keterampilan/drill

2. Tidak terdapat perbedaan antara hasil Pre-test dengan Post-test pada

pembelajaran tanpa perlakuan metode latihan keterampilan/drill.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang mendapat

perlakuan metode latihan keterampilan/drill sebagai kelompok

eksperimen dengan kelas yang tidak mendapat perlakuan metode latihan

keterampilan/drill sebagai kelompok kontrol pada pengukuran akhir

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Kristalisasi Hasil Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan ini memegang peranan penting dalam pemecahan masalah, karena siswa yang tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam memahami substansi materi yang ada pada

Seperti telah dijelaskan bahwa yang memegang peranan penting Seperti telah dijelaskan bahwa yang memegang peranan penting dalam suatu organisasi tergantung pada

Organisasi memegang peranan penting dalam perkembangan kepribadian remaja kaitannya yang menjadi wadah pengembangan diri untuk memiliki kemampuan leadership, public

Dalam arti sempit intelegensi dapat diartikan kemampuan untuk mencapai prestasi. Intelegensi memegang peranan penting dalam mencapai prestasi. Sedangkan minat adalah

Dilihat dari hasil analisis data yang telah dilakukan disarankan kemajuan investasi memegang peranan penting, maka pemerintah daerah hendaknya menciptakan iklim

Kemampuan ini memegang peranan penting dalam pemecahan masalah, karena siswa yang tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam memahami substansi materi yang ada pada

Agribisnis perkebunan memegang peranan penting dan tetap diharapkan memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Di samping secara konsisten memberi kontribusi

Media pembelajaran memegang peranan penting dalam pembelajaran. Bahkan media pembelajaran merupakan komponen yang memegang peranan tersendiri dalam pembelajaran[1]