commit to user
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 1996-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
OLEH :
M. FATIHUL AMIN ZEIN
NIM : F1107050
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN 1996-2010”. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro, M. S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia membagi waktu, pikiran, pengetahuan, nasehatnya dengan penuh
kesabarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Drs. Supriyono, M.Si selaku Kepala Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku pembimbing akademik.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi bekal ilmu
pengetahuan sehingga dapat menunjang selesainya penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
commit to user
v
7. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta beserta Staf atas
bantuannya dalam menyediakan data yang penulis butuhkan.
8. Bapak, Ibu, kakak dan adikku tercinta, terimakasih atas segala kasih sayang,
doa dan pengorbanannya.
9. Teman-temanku EP Non Reguler 2007, 2008, mas Jenggot, mas Anton, mas
Adi Grand, mas Cimpluk, mas Kampret, mas Kebo, mas Bogel, mas
Lampung, mas Bekasi, mas Gondrong, mas Soni, mas Lendra, mas Acong,
mas Simbah, mas Jhon, Bang Baron, mas Ajik, mas Putra, mas Pras, Mbak
Janti, Mbak Suci, Mbak Lupita, Mbak Selly, Mbak Lia, Mbak Dian, Mbak
Anjela, Mbak Tari, Mbak Ella, Mbak Nindya, Mbak Cesa, Mbak Fornia,
Mbak Fani, Mbak Tania, Mbak Reni, Mbak Anisa terimakasih atas
kebersamaan dan kekeluargaan yang telah tercipta.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
semua bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Maret 2012
Penulis
commit to user
vi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
ABSTRAK ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Pertumbuhan Ekonomi ... 7
1. Pengertian ... 7
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 10
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik ... 11
4. Model Pertumbuhan Agregat ... 12
5. Teori Pertumbuhan Baru ... 13
commit to user
vii
B. Investasi ... 14
C. Pendapatan Asli Daerah ... 19
D. Tenaga Kerja ... 26
E. Pengeluaran Pemerintah ... 27
F. Penelitian Terdahulu ... 30
G. Kerangka Pemikiran ... 33
H. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 36
B. Jenis dan Sumber Data ... 36
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36
D. Metode Pengumpulan Data ... 39
E. Metode Analisis Data ... 39
1. Uji Statistik ... 41
2. Uji Asumsi Klasik ... 45
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 48
1. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah ... 48
2. Keadaan Demografis ... 49
3. Keadaan Perekonomian ... 50
4. Keadaan Investasi ... 52
5. Keadaan Pendapatan Asli Daerah ... 56
commit to user
viii
7. Keadaan Pengeluaran Pemerintah ... 59
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 76
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perubahan Budget karena Adanya Pengeluaran Pemerintah ... 29
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 1996 – 2010 ... 49
Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karanganyar Tahun 1985 s/d 2006 ... 50
Tabel 4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten KaranganyarTahun 1996 s/d 2010 ... 52
Tabel 4.4 Perkembangan Realisasi Investasi Kabupaten Karanganyar Tahun 1996 s/d 2010... 53
Tabel 4.5 Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun 1996 s/d 2010 ... 57
Tabel 4.6 Perkembangan Tenaga Kerja Kabupaten Karanganyar Tahun 1996 s/d 2010 ... 57
Tabel 4.7 Belanja Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Karanganyar Tahun 1996 s/d 2010 ... 60
Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi ... 61
Tabel 4.9 Hasil Uji t ... 62
Tabel 4.10Hasil Uji Multikolinieritas ... 66
commit to user
commit to user ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1996-2010
M. FATIHUL AMIN ZEIN (NIM. F1107050)
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Dimana Tingkat PDRB dapat menggambarkan pertumbuhan Ekonimi suatu wilayah. Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah tersebut mengalami kemajuan dalam perekonomian. PDRB Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu Investasi, PAD, Tenaga kerja, dan Pengeluaran Pemerintah maka dari itu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Investasi, PAD, Tenaga kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1996-2010.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen yaitu Investasi, PAD, Tenaga kerja, dan Pengeluaran Pemerintah berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan Hasil uji asumsi klasik, menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan multikolinieritas, gangguan Autokorelasi dan gangguan Homoskedastisitas.
Dilihat dari hasil analisis data yang telah dilakukan disarankan kemajuan investasi memegang peranan penting, maka pemerintah daerah hendaknya menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui optimalisasi pelayanan, pendapatan asli daerah supaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar perlu lagi menggali potensi-potensi yang ada, dan memaksimalkan potensi yang ada, meningkatkan kualitas angkatan kerja yang tumbuh setiap tahun dengan pembekalan pendidikan dan pelatihan, mengalokasikan belanja daerah secara proporsional antara belanja rutin yang konsumtif dengan belanja pembangunan yang lebih memihak kepentingan public atau masyarakat
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi adalah proses mengubah struktur ekonomi
yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human
investment yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran penduduk atau
income per capita naik (Hasibuan, 1987:12). Menurut Suparmoko,
pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup
suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil
perkapita (2002:5). Tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk
meningkatkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan
produktivitas. Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada manusia
kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan
mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan
tertentu. Pembangunan ekonomi ini mempunyai tiga sifat penting, yaitu :
1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus
menerus.
2. Suatu usaha untuk menaikkan pendapatan per jiwa/income per capita.
3. Kenaikan income per capita itu harus terus-menerus dan pembangunan
itu dilakukan sepanjang masa (Hasibuan, 1987: 12).
Pemberlakuan Undang-undang No. 32/ 2004 tentang “pelimpahan
commit to user
urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional negara
Republik Indonesia” dan pemberlakuan Undang-undang 33/2004 tentang
“perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah”,
diharapkan bisa memotifasi peningkatan kreatifitas dan inisiatif untuk lebih
menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap
daerah, dan dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan terarah agar
pembangunan disetiap daerah dapat benar-benar sesuai dengan prioritas
dan potensi daerah.
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan
pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi
peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas kolusi, korupsi dan
nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem negara
dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
peneyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah
otonomi, Kabupaten/Kota sangat penting bagi roda perekonomian dan
koordinator yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab
menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip
keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggung jawaban kepada
masyarakat.
Pembangunan di Kabupaten Karanganyar yang berlangsung secara
commit to user
masyarakat. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan
masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 17 kecamatan di Kabupaten
Karanganyar yang tidak terlepas dari usaha keras bersama-sama antara
pemerintah dan masyarakat Namun di sisi lain berbagai kendala dalam
memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih
dihadapi oleh penentu kebijakan pemerintah.
Dalam teori ekonomi makro, dari sisi pengeluaran, pendapatan
regional bruto adalah penjumlahan dari berbagai variabel termasuk di
dalamnya adalah investasi. Ada beberapa hal yang sebenarnya berpengaruh
dalam soal investasi ini. Investasi sendiri dipengaruhi oleh investasi asing dan
domestik. Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi pemerintah
dan investasi swasta dapat berasal dari investasi pemerintah dan investasi
swasta. Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun
luar negeri (asing). Investasi pemerintah dilakukan guna menyediakan barang
publik. Besarnya investasi pemerintah dapat dihitung dari selisih antara total
anggaran pemerintah dengan belanja rutinnya.
Selain investasi, maka tenaga kerja merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi output suatu daerah. Angkatan kerja yang besar akan
terbentuk dari jumlah penduduk yang besar. Namun pertumbuhan penduduk
dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang buruk terhadap pertumbuhan
ekonomi. Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk yang cepat
mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek
commit to user
kependudukan yang timbul bukan karena banyaknya jumlah anggota
keluarga, melainkan karena mereka terkonsentrasi pada daerah perkotaan saja
sebagai akibat dari cepatnya laju migrasi dari desa ke kota. Namun demikian
jumlah penduduk yang cukup dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan
memiliki skill akan mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Dari
jumlah penduduk usia produktif yang besar maka akan mampu meningkatkan
jumlah angkatan kerja yang tersedia dan pada akhirnya akan mampu
meningkatkan produksi output di suatu daerah.
Pertumbuhan PDRB, sebagai tolok ukur pertumbuhan suatu ekonomi
regional juga tidak bisa lepas dari peran pengeluaran pemerintah di sektor
layanan publik. Pengeluaran pemerintah daerah diukur dari total belanja rutin
dan belanja pembangunan yang dialokasikan dalam anggaran daerah.
Semakin besar pengeluaran pemerintah daerah yang produktif maka semakin
memperbesar tingkat perekonomian suatu daerah (Wibisono,2003).
Anaman (2004) menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah
yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran
pemerintah yang proporsional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pengeluaran konsumsi pemerintah yang boros akan menghambat
pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya pengeluaran pemerintah membawa
dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. pemerintah daerah sebagai sub
sistem negara dimaksudkan untuk meningkatkan.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tingkat investasi, pendapatan
commit to user
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar. Apabila nilai
dari masing-masing variabel meningkat maka peningkatan juga terjadi
pada pertumbuhan ekonomi. Dengan hal tersebut maka perlu adanya suatu
penelitian yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi demi
kelangsungan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar. Hal ini
yang melatarbelakangi penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten
Karanganyar Tahun 1996-2010”.
B. Rumusan Masalah
Pelaksanaan otonomi daerah dengan fokus pembangunan lebih
diletakkan pada daerah Kabupaten/Kota maka sangat menarik untuk mengkaji
faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Salah satu
indikator yang digunakan adalah PDRB. Oleh karena itu untuk mengkaji
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar dapat diamati dari
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Karanganyar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka pertanyaan
penelitian yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh realisasi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana pengaruh realisasi pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Karanganyar?
3. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di
commit to user
4. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh realisasi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Karanganyar.
2. Menganalisis pengaruh realisasi pendapatan asli daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar
3. Menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Karanganyar.
4. Menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, Sebagai sarana untuk mempraktekkan teori yang sudah
didapat pada masa kuliah terhadap masalah yang sesungguhnya terjadi
di Kabupaten Karanganyar.
2. Bagi pihak yang terkait, penelitian ini diharapkan sebagai informasi
dalam menentukan kebijaksanaannya yang berkaitan dengan
dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
3. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
tambahan pengetahuan tentang masalah yang sama dan sebagai bahan
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pertumbuhan Ekonomi
1. Pengertian
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat
(Sukirno, 1994: 10). Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan
GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang bahwa kenaikan itu
lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa
memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya (Suryana,
2000: 5). Menurut Zaris, (1987: 82) pertumbuhan ekonomi adalah
sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur
dengan besarnya pertumbuhan domestik regional bruto per kapita
(PDRB per kapita). Samuelson (1995: 436) mendefinisikan bahwa
pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan
dari Gross Domestic Product potensial/output dari suatu negara. Ada 4
faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi :
a. Sumber daya manusia.
Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua
commit to user
teknologi, bisa dibeli atau dipinjam dari negara lain. Tetapi penerapan
teknik-teknik produktivitas tinggi atas kondisi-kondisi lokal hampir
selalu menuntut tersedianya manajemen, ketrampilan produksi, dan
keahlian yang hanya bisa diperoleh melalui angkatan kerja terampil
yang terdidik.
b. Sumber daya alam.
Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami
merupakan faktor yang paling berharga. Selain tanah, sumber daya
alam yang penting antara lain minyak-minyak gas, hutan air dan
bahan-bahan mineral lainnya.
c. Pembentukan modal.
Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa
pengurangan konsumsi, yang mungkin berlangsung selama beberapa
puluh tahun. Pembentukan modal modal dan investasi ini sebenarnya
sangat dibutuhklan untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi.
d. Perubahan teknologi dan inovasi.
Salah satu tugas kunci pembangunan ekonomi adalah memacu
semangat kewiraswastaan. Perokonomian akan sulit untuk maju apabila
tidak memiliki para wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko
usaha dengan mendirikan berbagai pabrik atau fasilitas produksi,
menerapkan teknologi baru, mengadapi berbagai hambatan usaha,
hingga mengimpor berbagai cara dan teknik usaha yang lebih maju
commit to user
Menurut Sukirno, (1994: 415) bahwa istilah pertumbuhan ekonomi
menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan dari suatu
perekonomian, sedangkan dalam analisis makro ekonomi tingkat
pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dari
perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara.
Menurut Boediono, (1992: 9) pertumbuhan ekonomi adalah suatu
proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu yang panjang.
Pertumbuhan ekonomi disini meliputi 3 aspek yaitu :
a. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis)
suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu.
b. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output
perkapita, dalam hal ini ada 2 aspek penting yaitu output total dan
jumlah penduduk.Output perkapita adalah output total dibagi jumlah
penduduk.
c. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka
panjang. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang waktu yang
cukup lama (5 tahun) mengalami kenaikan output.
Para ahli ekonomi menyatakan bahwa istilah pertumbuhan
ekonomi berbeda dengan istilah pembangunan ekonomi. Menurut Suryana,
(2000: 3) menerangkan bahwa pembangunan ekonomi diartikan sebagai
suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu
masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi ini
commit to user
a. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang
terus- menerus yang didalamnya telah mengandung unsur-unsur
kekuatan sendiri untuk investasi baru.
b. Usaha meningkatkan pendapatan perkapita. Kenaikan pendapatan
perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk (lihat Arsyad,1999). Unsur pokok dari sistem
produksi suatu negara ada tiga :
a. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar
dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya
alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan
suatu perekonomian.
b. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam
proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan
menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.
c. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat
pertumbuhan output.
Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas
sektor-sektor dalam menggunakan factor-faktor produksinya.Produktivitas
dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan
commit to user
Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan
ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 1994).
Persamaannya adalah :
Δ Y = f (ΔK, ΔL, ΔT)
Keterangan :
Δ Y = tingkat pertumbuhan ekonomi
Δ K = tingkat pertambahan barang modal
Δ L = tingkat pertambahan tenaga kerja
Δ T = tingkat pertambahan teknologi
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Dalam l pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo
Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah
sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis
yakni:
. . 1
Y Ae t K L
Keterangan :
Y = Produk Domestik Bruto
K = stok modal fisik dan modal manusia
L = tenaga kerja non terampil
A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar
commit to user
α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni
persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1%
penambahan modal fisik dan modal manusia.
Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan
output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni
kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal
(tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000).
4. Model Pertumbuhan Agregat
Glasson (1997) menyatakan bahwa teori pertumbuhan regional
jangka panjang harus memperhitungkan faktor-faktor yang dianalisis
jangka pendek diasumsikan konstan, yakni seperti penduduk, upah, harga,
eknologi dan distribusi pendapatan. Mobilitas faktor-faktor terutama
tenaga kerja dan modal harus menjadi pertimbangan yang sangat penting.
Pada umunya orang sependapat bahwa pertumbuhan regional dapat terjadi
sebagai akibat dari penentu-penentu endogen maupun eksogen yakni
faktor-faktor yang terdapat pada daerah yang bersangkutan ataupun
faktorfaktor di luar daerah atau kombinasi dari keduanya. Faktor-faktor
penentu penting penting dari dalam daerah meliputi distribusi faktor-faktor
seperti tanah, tenaga kerja dan modal, sedangkan salah satu faktor penentu
dari luar daerah yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain
terhadap komoditas yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
Suatu pendekatan yang lebih baru untuk menjelaskan faktor
commit to user
penggunaan model ekonomi makro. Model ini berorientasi pada segi
penawaran dan berusaha menjelaskan output regional menurut
faktor-faktor regional tertentu yang masingmasing dapat dianalisa secara
sendiri-sendiri (Glasson,1977) dan dapat ditulis sebagai berikut :
On = fn (K, L, Q, Tr, T, So)
Keterangan:
On = Output potensial dari daerah n
K = Modal (Capital)
L = Tenaga Kerja (Labor)
Q = Tanah (SDA)
Tr = Sumberdaya pengangkutan
T = Teknologi
So = Sistem Sosial Politik
5. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)
Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis
pertumbuhan yang bersifat endogen, Pertumbuhan ekonomi merupakan
hasil dari dalam sistem ekonomi. Teori ini menganggap bahwa
pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi, bukan
berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang
endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku
ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar
dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan
commit to user
Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan
ekonomi. Definisi modal/kapital diperluas dengan memesukkan model
ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Perubahan teknologi
bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau eksogen tapi teknologi
merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi.
Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal
fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka
panjang. Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan ( Mankiw, 2000).
6. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah
daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk
menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pekembangan kegiatan
ekonomi dalam wilayah tersebut (Lincoln Arsyad,1999). Pada saat ini
tidak ada satupun teori yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi
daerah secara komprehensif, namun beberapa teori secara parsial dapat
membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah
dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi daerah.
B. Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan
commit to user
menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan
untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan” .
Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sektor
produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok
yang digunakan atau untuk perluasan pabrik.
Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan
barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau
pendapatan di masa mendatang. Persyaratan umum pembangunan ekonomi
suatu negara menurut Todaro (1981) adalah:
1. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan
fisik dan sumber daya manusia.
2. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga
kerja dan keahliannya.
3. Kemajuan teknologi.
Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau
proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk
memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk
mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian
mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk
mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi dibidang
pengembangan sumber daya manusia akan meningkatkan kemampuan
sumberdaya manusia, sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat
commit to user
Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan
suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting
dari kegiatan investasi, yakni
1. investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat,
pendapatan nasional serta kesempatan kerja
2. pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah
kapasitas produksi
3. investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
Suryana (2000) menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara
berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut:
1. Kecilnya jumlah mutlak kapita material
2. Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk
3. Rendahnya investasi netto.
Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang mempunyai
sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang
masih potensial. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas maka
perlu mempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan
pengembangan sumberdaya manusia melalui investasi di bidang pendidikan
dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan (vicious
commit to user
1. Ketidak mampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup.
2. Kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal.
3. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relative rendah
merupakan tiga factor utama yang menghambat terciptanya pembentukan
modal di negara berkembang.
Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan
ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut
menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan
dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 1997). Beberapa
asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:
1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh.
2. Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti
sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada.
3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original
(nol).
4. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output
Ratio = COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental Capital
Output Ratio).
Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan
commit to user
jangka panjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal
tidak konstan, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan
mempengaruhi investasi.
Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi
akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar.
Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang
sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal
(eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi
kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui
memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan
endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk
menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan
potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment)
dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau
kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan
manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk
memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara
menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif
mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana
sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini
menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan
commit to user
Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik
maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor
swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di
suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya
PDRB.
C. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai
usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan
daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun
pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian
laba usaha milik daerah, dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah
(NN, 2003). Sutrisno (1984: 200) pendapatan asli daerah adalah suatu
pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk menghimpun
sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah. Jadi pengertian
pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari
usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi
sumber-sumber keuangan untuk membiayai tugas-tugas dan tanggungjawabnya.
Menurut pasal 6 Undang-undang No. 32 tahun 2004 pendapatan asli daerah
berasal dari :
1. Hasil pajak daerah.
2. Hasil retribusi daerah.
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
commit to user
4. Penerimaan dari dinas dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pasal 6 Undang-undang tahun 2004 tentang pendapatan asli daerah
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pajak Daerah
Pajak merupakan iuran yang dapat dipaksakan kepada wajib
pajak oleh pemerintah dengan balas jasa yang tidak langsung dapat
ditunjuk. Pada pokoknya pajak memiliki dua peranan utama yaitu sebagai
sumber penerimaan negara (fungsi budget) dan sebagai alat untuk
mengatur (fungsi regulator) (Suparmoko, 2002: 135). Mardiasm (1997:
51) mendefinisikan pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah
berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk
kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah tersebut.
Menurut Undang-undang No.34 tahun 2000 pajak daerah yang
selanjutnya disebut pajak yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah.
Terdapat banyak batasan tentang pajak yang dikemukakan para
ahli, tetapi pada dasarnya isinya hampir sama yaitu pajak adalah
pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan
commit to user
(Suparmoko, 1997: 277). Dari batasan atau definisi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah :
a. Iuran masyarakat kepada negara
b. Berdasarkan undang-undang
c. Tanpa balas jasa secara langsung
d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah
Berdasarkan kewenangan memungutnya pajak digolongkan
menjadi dua yaitu pajak negara dan pajak daerah. Pengertian pajak daerah
adalah sama dengan pajak negara, perbedaannya terletak pada :
a. Pajak negara ditetapkan dan dikelola oleh pemerintah pusat (dalam hal
ini Direktorat Jendral Pajak)
b. Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan dengan peraturan daerah
atau pajak negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan
kepada daerah (Sutrisno, 1984: 203).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah
adalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut
berdasarkan peraturan perundangan yang dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
pusat karena seseorang atau badan hukum menggunakan jasa dan barang
pemerintah yang langsung dapat ditunjuk (Sutrisno, 1984: 202). Peraturan
commit to user
menyebutkan bahwa retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Menurut
Undang-undang No. 34 tahun 2000 retribusi daerah yang selanjutnya disebut
retribusi yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Pada dasarnya retribusi adalah pajak tetapi merupakan jenis pajak
khusus karena ciri-ciri dan atau syarat-syarat tertentu masih dapat dipenuhi
(Sutrisno, 1984:139). Syarat-syarat tertentu tersebut antara lain
berdasarkan undang-undang atau peraturan yang sederajat harus disetor ke
kas negara atau daerah dan tidak dapat dipaksakan. Batasan pengertian
retribusi ini sendiri merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah
karena seseorang dan atau badan hukum menggunakan barang dan jasa
pemerintah yang langsung dapat ditunjuk. Dari definisi di atas terlihat
bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah adalah :
a. Retribusi dipungut oleh daerah.
b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah
yang langsung dapat di tunjuk.
c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang atau
commit to user
Lapangan retribusi daerah adalah seluruh lapangan pungutan yang
diadakan untuk keperluan keuangan daerah sebagai pengganti jasa yang
diberikan oleh daerah.
3. Laba Perusahaan Daerah
Perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang
diharapkan dalam memberikan kontribusinya bagi pendapatan daerah, tapi
sifat utama dari perusahaan daerah bukanlah berorientasi pada keuntungan,
akan tetapi justru dalam memberikan jasa dan menyelenggarakan
kemanfaatan umum, dengan perkataan lain perusahaan daerah
menjalankan fungsi ganda yang harus terjamin keseimbangannya yaitu
fungsi ekonomi (Kaho, 1998: 169). Pemerintah daerah mendirikan
perusahaan daerah atas dasar berbagai pertimbangan: menjalankan
ideologi yang dianutnya bahwa sarana produksi milik masyarakat; untuk
melindungi konsumen dalam hal ada monopoli alami, seperti angkutan
umum atau telepon; dalam rangka mengambil alih perusahaan asing; untuk
menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi
daerah; dianggap cara yang “efisien” unutk menyediakan layanan
masyarakat, dan untuk menghasilkan penerimaan untuk pemerintah daerah
(Devas, 1989: 111).
Sumber pendapatan asli daerah yang ketiga yaitu adalah laba dari
perusahaan daerah. Karena berbentuk perusahaan maka prinsip
pengelolaannya berdasarkan atas asas-asas ekonomi perusahaan. Dengan
commit to user
sebagian dari keuntungan tersebut diserahkan ke kas daerah. Fungsi pokok
dari perusahaan daerah adalah :
a. Sebagai dinamisator perekonomian daerah, yang berarti perusahaan
daerah harus mampu memberikan rangsangan bagi berkembangnya
perekonomian daerah.
b. Sebagai penghasil pendapatan daerah yang berarti harus mampu
memberikan manfaat ekonomis sehingga terjadi keuntungan yang dapat
diserahkan ke kas daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka perusahaan daerah merupakan
salah satu komponen yang diharapkan mampu memberikan kontribusinya
bagi pendapatan daerah. Sifat utama perusahaan daerah berorientasi pada
keuntungan, dapat memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan
umum atau dengan kata lain perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda
yang harus terjamin keseimbangannya yaitu fungsi sosial dan fungsi
ekonomi. Artinya pemenuhan fungsi sosial perusahaan daerah dapat
berjalan seiring dengan pemenuhan fungsi ekonomi sebagai badan hukum
yang bertujuan mendapatkan laba. Sedangkan lapangan hasil perusahaan
daerah adalah sebagian dari perusahaan daerah yang bergerak di bidang
produksi jasa dan perdagangan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
4. Penerimaan Dinas-dinas dan Pendapatan Lain-lain
Penerimaan dinas-dinas merupakan penerimaan yang berasal dari
commit to user
penerimaan pajak, retribusi ataupun laba perusahaan daerah. Fungsi pokok
dari penerimaan dinas-dinas daerah (kecuali dinas pendapatan daerah)
pada umumnya adalah bukan mencari pendapatan daerah, tetapi
melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah yang bersifat pembinaan
atau bimbingan kepada masyarakat. Penerimaan lain-lain, di lain pihak
adalah penerimaan pemerintah daerah di luar penerimaan-penerimaan
dinas, pajak, retribusi dan bagian laba perusahaan daerah. Penerimaan ini
antara lain berasal dari sewa rumah dinas milik daerah, hasil penjualan
barang-barang (bekas) milik daerah, penerimaan sewa kios milik daerah
dan penerimaan uang langganan majalah daerah (Hirawan, 1987: 204).
Fungsi utama dari dinas-dinas daerah adalah memberikan
pelayanan umum kepada masyarakat tanpa terlalu memperhitungkan
untung dan ruginya, tetapi dalam batas-batas tertentu dapat didayagunakan
untuk bertindak sebagai organisasi ekonomi yang memberikan pelayanan
dengan imbalan jasa. Penerimaan lain-lain membuka kemungkinan bagi
pemerintah daerah untuk melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan
baik yang berupa materi dalam hal kegiatan bersifat bisnis, maupun non
materi dalam hal kegiatan tersebut untuk menyediakan, melapangkan
atau memantapkan suatu kebijakan pemerintah daerah dalam suatu bidang
tertentu.
Jadi di satu pihak dapat menghimpun dana sebagai salah satu
sumber penerimaan daerah dan tidak bertentangan dengan ketentuan
commit to user
kepada publik service dan bersifat penyuluhan yaitu tidak mengambil
keuntungan, melainkan hanya sekedar untuk menutup resiko biaya
administrasi yang dikeluarkan.
D. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15-64
tahun. Penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. (Suparmoko, 2002: 114). Secara
ringkas, tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang
terlibat atau masih berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yang
menghasilkan barang dan jasa. Menurut Suparmoko (2002: 114) angkatan
kerja adalah penduduk yang belum bekerja namun siap untuk bekerja atau
sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Angkatan kerja
terdiri atas golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur dan
mencari pekerjaan (Simanjuntak, 1985: 3).
Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah
mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan
golongan lain-lain atau penerima pendapatan (Simanjuntak, 1985: 3). Jika
yang digunakan sebagai satuan hitung tenaga kerja adalah orang, maka disini
dianggap bahwa semua orang mempunyai kemampuan dan produktifitas kerja
yang sama dan lama waktu kerja yang dianggap sama. Penggunaan tenaga
kerja hanya bisa diwujudkan kalau tersedia dua unsur pokok, yang pertama
commit to user
memberikan imbalan yang baik. Dan yang kedua, adalah tenaga kerja yang
mempunyai kemampuan dan semangat kerja yang cukup tinggi.
Kesempatan kerja dapat tercipta jika terjadi permintaan akan tenaga
kerja di pasar kerja. Besarnya tenaga kerja dalam jangka pendek tergantung
dari besarnya efektifitas permintaan untuk tenaga kerja yang dipengaruhi oleh
kemampuan-kemampuan substitusi antara tenaga kerja dan faktor produksi
yang lain, elastisitas permintaan akan hasil produksi, dan elastisitas
penyediaan faktor-faktor pelengkap lainnya. Dalam statistik ketenagakerjaan
di Indonesia kesempatan kerja merupakan terjemahan bagi employment yang
berarti sebagai jumlah orang yang bekerja tanpa memperhitungkan berapa
banyak pekerjaan yang dimiliki tiap orang, pendapatan dan jam kerja mereka.
E. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah merupakan seperangkat produk yang
dihasilkan yang memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah
untuk menyediakan barang-barang publik dan pelayanan kepada masyarakat
Total pengeluaran pemerintah merupakan penjumlahan keseluruhan dari
keputusan anggaran pada masing-masing tingkatan pemerintahan (pusat –
propinsi – daerah).
Pada masing-masing tingkatan dalam pemerintahan ini dapat
mempunyai keputusan akhir – proses pembuatan yang berbeda dan hanya
beberapa hal pemerintah yang dibawahnya dapat dipengaruhi oleh
pemerintah yang lebih tinggi (Lee Robert, Jr and Ronald W. Johnson,
commit to user
pemerintah pusat (daerah) maka harus mengetahui keragaman fungsi yang
dibebankannya. Fungsi tersebut adalah :
1. Fungsi penyediaan pelayanan yang berorientasi pada lingkungan
dan kemasyarakatan.
2. Fungsi pengaturan, yakni merumuskan dan menegakkan pusat
perundangan
3. Fungsi pembangunan, keterlibatan langsung maupun tidak langsung
dalam bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan penyediaan prasarana
4. Fungsi perwakilan, yaitu menyatakan pendapat daerah di luar
bidang tanggungjawab eksekutif
5. Fungsi koordinasi, yakni melaksanakan koordinasi dan perencanaan
investasi dan tata guna tanah regional (daerah).
Adanya pengeluaran publik disebabkan adanya kegagalan pasar.
adapun menurut Rao (1998) kegagalan pasar tersebut disebabkan karena :
1. Tidak semua barang dan jasa diperdagangkan.
2. Barang-barang yang menyebabkan ekternalitas dalam produksi maupun
konsumsi memaksa suatu pertentantangan antara harga pasar dengan
penilaian sosial dan pasar, dan pasar tidak bisa memastikan untuk
memenuhi kondisi yang diinginkan.
3. Beberapa barang mempunyai karakteristik increasing returs to scale.
Dalam kondisi monopoli alami seperti itu masyarakat dapat memperoleh
harga lebih rendah dan output lebih tinggi apabila pemerintah berperan
commit to user biaya karena berproduksi secara optimal.
4. Informasi asimetri antara produsen dan konsumen di bidang jasa seperti
asuransi sosial dapat memberi peningkatan moral hazard dan pemilihan
kurang baik Oleh karena itu intervensi negara diperlukan agar menjamin
pendistribusian kembali pendapatan.
Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari
kebijakan fiskal (Sadono Sukirno,2000) yakni suatu tindakan pemerintah
untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya
penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin
dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional.
Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga,
tingkat output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi.
Secara teoritis efek pengeluaran pemerintah jika dihubungkan
dengan konsep budget line dapat dijelaskan sebagai berikut:
A Barang lain
Barang sosial
O B C
Gambar 2.1
Perubahan Budget karena Adanya Pengeluaran Pemerintah
commit to user
yang dibatasi oleh garis anggaran AB. Adanya pengeluaran pemerintah untuk
barang sosial, misalnya : subsidi untuk meringankan sekolah membuat garis
anggaran bergeser ke kanan yakni garis AC . Sehingga dapat dikatakan
bahwa pengeluaran pemerintah dapat memperluas pilihan manusia.
F. Penelitian Terdahulu
Eva Ervanimengadakan penelitian dengan judul Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun 1980 –
2004. Analisis data yang dilakukan dengan Metode (ordinary least square),
dengan menggunakan persamaan regresi adalah :
PDB riil = β0 + β1 INV riil + β2 HC + β3 FD riil + β4 RD riil + μ
Keterangan:
PDB riil = pendapatan perkapita riil dalam Juta US $
INV riil = tingkat efisiensi investasi
HC = investasi sumber daya manusia
FD riil = rasio jumlah uang beredar dalam arti luas (%)
RD riil = tingkat bunga deposito riil (%)
μ = residual
β0 = Konstanta regresi/ intersep
β1, β2, β3 = Koefisien regresi
Hasil pengujian secara individual menunjukkan bahwa variabel
tingkat efisiensi investasi, investasi sumber daya manusia, tingkat bunga
commit to user
Ekonomi di Indonesia dan variabel rasio jumlah uang beredar tidak signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Nasara, 1997 mengadakan penelitian dengan judul Pertumbuhan
Ekonomi Regional Indonesia dengan menggunakan model persamaan :
Ln Y = Ln A + β Ln Xo + β Ln X1 + β Ln X3 +β Ln X3 + μ
keterangan :
Y = PDRB
A = Konstanta
Xo =Tenaga kerja
X1 =Pembentukan modal
X2 = Kualitas sumber daya manusia
X3 =Aglomerasi
μ =Variabel pengganggu
Hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh penggunaan
variable demografi dalam model pertumbuhan ekonomi daerah pada 25
propinsi di Indonesia adalah bahwa variabel pembentukan modal, tenaga
kerja, mutu modal manusia dan aglomerasi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap PDRB masing-masing daerah penelitian tersebut.
Deddy Rustiono mengadakan penelitian dengan judul analisis
pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi di propinsi jawa tengah dengan menggunkan
persamaan :
commit to user keterangan:
L_Y = Logaritma pertumbuhan ekonomi
L_PMA = Logaritma realisasi nilai Penanaman Modal Asing(PMA)
L_PMDN = Logaritma realisasi nilai Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN)
L_AK = Logaritma jumlah Angkatan Kerja
L_EXP = Logaritma jumlah Pengeluaran Pemerintah
e = error term
β0 = Konstanta regresi/ intersep
β1, β2, β3 = Koefisien regresi
Hasil penelitian yang dilakukan tentang analisis pengaruh investasi,
tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di
propinsi jawa tengah adalah bahwa variabel investasi, tenaga kerja, dan
pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di propinsi jawa tengah.
Wiratno Bagus Suryono, 2008 mengadakan penelitian dengan judul
Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Investasi dan Tenaga
Kerja terhadap PDRB Jawa Tengah dengan menggunakan metode peneksiran
model yang digunakan adalah regresi berganda Ordinary Least Square (OLS)
dengan spesifikasi model :
LnY = α + β1Ln X1 + β2Ln X2 + β3Ln X3 +μi
keterangan :
commit to user LnX1 : Pendapatan Asli Daerah
LnX2 : Tingkat Investasi
LnX3 : Tenaga Kerja
β1, β2, β3 : koefisien masing-masing variabel
α : konstanta
μi : Residu
Hasil penelitian yang dilakukan tentang analisis pengaruh pendapatan
asli daerah, tingkat investasi dan tenaga kerja terhadap PDRB Jawa Tengah
adalah bahwa variable pendapatan asli daerah, investasi, tenaga
kerja,mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB di propinsi jawa
tengah.
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digunakan untuk menunjukkan arah penyusunan
penelitan ini dan mempermudah dalam menganalisa masalah yang dihadapi,
maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran
penelitian untuk mencapai kesimpulan. Adapun kerangka pemikiran dari
penelitian ini adalah:
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Investasi
Pendapatan Asli Daerah
Tenaga kerja
Pengeluaran Pemerintah
commit to user
Pemberlakuan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah
daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan daerah merupakan titik tolak pemberdayaan
pemerintah daerah secara lebih mandiri. Pembangunan daerah dengan sistem
otonomi daerah ditujukan demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi (PDRB)
dan kesejahteraan masyarakat. Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi
yang dicerminkan dengan peningkatan nilai PDRB dibutuhkan sumber dana
maupun sumber daya manusia untuk mencapai hal itu, Kabupaten
Karanganyar menggali dana dari investasi yang ada dan menggali potensi
daerahnya. Untuk melihat pengaruh tingkat investasi, Pendapatan Asli
Daerah, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan
ekonomi (PDRB) maka digunakan analisis regresi berganda. Investasi pada
hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi, investasi dapat
dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan
swasta. Pendapatan asli daerah merupakan sumber dana yang diperoleh
pemerintah daerah dari pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber daya
yang dimiliki oleh daerah tersebut yang dapat digunakan untuk membiayai
pembangunan daerah. Tenaga kerja merupakan sumber daya potensial
sebagai pengerak, penggagas dan pelaksana daripada pembangunan di daerah
tersebut, sehingga dapat memajukan daerah tersebut. Pengeluaran pemerintah
semakin meningkat menyebabkan peningkatan perlindungan keamanan dan
pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, ubanisasi yang
commit to user
menjadi pendorong untuk tumbuh dan berkembangnya suatu perekonomian di
daerah tersebut. Dengan demikian tingkat investasi, pendapatan asli daerah,
tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah dapat dijadikan indikator dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi (PDRB).
H. Hipotesis
Untuk dapat mengarahkan hasil penelitian, disampaikan suatu
hipotesis penelitian. Hipotesis ini akan diuji kebenarannya dan hasil ujian ini
akan dapat dipakai sebagai masukan dalam menentukan kebijakan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang
dikemukakan dan masih lemah kebenarannya. Hipotesis juga dipandang
sebagai konklusi yang sifatnya sementara. Sesuai dengan masalah di atas
dapat diambil hipotesa sebagai berikut :
1. Diduga realisasi Investasi berpengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar tahun 1996-2010.
2. Diduga realisasi Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar tahun
1996-2010.
3. Diduga Tenaga Kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar tahun 1996-2010.
4. Diduga realisasi Pengeluaran Pemerintah berpengaruh negatif signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar tahun
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini mengambil ruang lingkup pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Karanganyar, Penulisan dilakukan dengan mencari
data sekunder tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Karanganyar.
B. Jenis PenelitianDan Sumber Data
Jenis penelitian dari segi pendekatan dibagi menjadi dua macam
yaitu, pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
pada dasarnya menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka)
yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif
dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan
menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan
penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh
signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel
yang diteliti (Azwar, 2001: 5).
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu gejala yang bervariasi. Variabel juga
commit to user
dari suatu penelitian (Arikunto: 1998: 99). Variabel dalam penelitian ini
antara lain :
1. Variabel Bebas (Independent Variables)
Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya
mempengaruhi variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas
adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui
(Azwar, 2001: 62). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
antara lain :
a. Tingkat Investasi
Tingkat investasi merupakan jumlah uang yang ditanamkan
untuk pembangunan industri atau proyek-proyek Penanaman Modal
Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri. Investasi adalah
pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal untuk menambah
kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Diukur dalam satuan Juta Rupiah) (Sukirno, 1994: 107).
b. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah yaitu pendapatan yang berasal dari
dalam daerah yang bersangkutan yang merupakan hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil laba perusahaan milik daerah dan juga
pendapatan lainnya daerah yang sah. PAD adalah suatu pendapatan
yang menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk menghimpun
commit to user
1984: 200). Menurut pasal 6 Undang-undang No. 32 tahun 2004, PAD
berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba perusahaan
daerah, dan penerimaan dinas dan pendapatan lain-lain yang disahkan
(Diukur dalam satuan juta Rupiah).
c. Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15
sampai dengan 64 tahun (Suparmoko, 2002: 114). Mulyadi Subri (2002:
57), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja atau jumlah seluruh
penduduk dalam suatu negara dalam memproduksi barang dan jasa jika
ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau
berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Di ukur dalam satuan orang).
d. Pengeluaran pemerintah
Pengeluaran pemerintah merupakan seperangkat produk yang
dihasilkan yang memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh
pemerintah untuk menyediakan barang-barang publik dan pelayanan
kepada masyarakat. Total pengeluaran pemerintah merupakan
penjumlahan keseluruhan dari keputusan anggaran pada masing-masing
tingkatan pemerintahan ( pusat – propinsi – daerah).
2. Variabel terikat/tergantung (Dependent Variables)
Variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk
mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel yang lain. Besarnya efek
membesar-commit to user
mengecilnya, dan berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat
perubahan pada variabel lain termasud (Azwar, 2001: 62).
Variabel terikat atau tergantung dalam penelitian ini adalah PDRB.
PDRB yaitu jumlah nilai produksi netto dari suatu barang dan jasa yang
dihasilkan daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun yg diukur
dalam juta rupiah).
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang berupa data time series periode tahun 1996-2010. Data sekunder adalah
data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti
dari subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Azwar, 2001: 91).
Data yang digunakan meliputi : data PDRB, data investasi, data
pendapatan asli daerah, data tenaga kerja, dan data pengeluaran pemerintah.
Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
E. Metode Analisis Data
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana (Ordinary
Least Square). Penyelesaian regresi berganda yang dilinearkan dengan
menggunakan log, sehingga diperoleh tersebut dilakukan dengan bantuan
program EVIEWS 3. Fungsi persamaan dalam penelitian ini adalah :
commit to user
Kemudian persamaan diatas di tansformasikan kedalam bentuk
Logaritma natural menjadi :
t
PDRB t = Produk Domestik Regional Bruto (Milliar Rp)
INVt = realisasi Investasi (Milliar Rp)
Selanjutnya persamaan regresi ditransformasikan ke logaritma
berganda dengan menggunakan logaritma (L) menjadi sebagai berikut :
t
Menurut Gujarati (dalam Putra, 2010:58) alasan menggunakan analisis
regresi dalam transformasi log adalah :
1. Parameter (β) dapat langsung menunjukkan koefisien elastisitas, yaitu
persentase perubahan dalam variabel dependen untuk persentase
perubahan tertentu dalam variabel independen.
2. Gejala heterokedastisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma
commit to user
Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi dari model
yang akan digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi
klasik. Pengujian yang dilakukan meliputi uji terhadap gejala
mutikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Selain itu, juga
dilakukan pengujian secara statistika yang meliputi uji signifikansi
bersama-sama (uji statistik F), uji signifikansi parameter individu (uji statistik t), dan
uji koefisien determinasi (R2). Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Uji Statistik
Uji Statistik adalah uji yang didasarkan pada teori statistik yang
meliputi uji t, uji F dan uji R. Sedangkan uji ekonomi teori merupakan
pengujian yang didasarkan pada konsep yang terdapat dalam teori – teori
ekonomi dimana pegujian ini akan berhubungan dengan tanda koefisien
yang menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel dependen serta
menunjukkan seberapa pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependen.
a. Uji t
Merupakan pengujian variabel-variabel independent secara
individu dilakukan untuk melihat signifikansi dari variabel independen
sementara variabel yang lain konstan. Langkah pengujian t test dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
1) Perbandingan hasil t table dengan t-hitung.
a) Menyusun formulasi H0 dan H1
H0 : β1 = 0
commit to user b) Kriteria pengujian
Daerah tolak
Keterangan :
K : Banyaknya variabel atau banyaknya parameter
N : Banyaknya sample data yang digunakan
commit to user
independen yang diuji nyata berpengaruh terhadap variabel
dependen.
2) Dengan melihat perbandingan probabilitas t dengan tingkat derajat
signifikansi.
a) Jika nilai probabilitas t kurang dari tingkat signifikansi (misalnya
5% = 0,05) maka secara statistik, variable independent tersebut
mempunyai pengaruh terhadap variable dependent. Artinya
koefisien regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 5%.
b) Dan apabila nilai probabilitas t lebih dari tingkat signifikansi
(misalnya 5% = 0,05) maka secara statistik, variable independent
tersebut tidak pengaruh terhadap variable dependent. Artinya
koefisien regresi tersebut tidak signifikan pada tingkat
signifikansi 5%.
b. Uji F
Uji F merupakan pengujian secara bersama-sama variabel
independen yang dilakukan untuk melihat variabel independen secara
keseluruhan terhadap variabel dependen.
Langkah – langkah pengujian F test terdapat 2 (dua) macam
cara. Penjelasan langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1) Dengan membandingkan hasil F-hitung dengan F-tabel
a) Menyusun formula H0 dan Hi
H0 : β0 = β1 = β2