BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu hakekat matematika adalah matematika sebagai ratu dan pelayan
ilmu (Suherman, 2001:28). Hal ini menunjukkan bahwa matematika menjadi
sumber dari ilmu yang lain. Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan
pengembangannya bergantung pada matematika, misalnya fisika, kimia, biologi,
ekonomi dan lain-lain. Sehingga sangat jelas bahwa matematika memiliki peranan
yang sangat penting. Namun kenyataan yang terjadi banyak orang kurang
menyukai matematika dengan berbagai alasan. Mereka beranggapan bahwa
matematika merupakan pelajaran yang sulit, rumit, membosankan bahkan
menakutkan. Berbagai alasan yang dikemukakan mengakibatkan dampak terhadap
hasil belajar siswa pada pelajaran matematika menjadi rendah. Rendahnya hasil
belajar siswa pada pembelajaran matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor tersebut dapat muncul dari diri siswa itu sendiri maupun dari luar yakni
peran seorang guru dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika di SMP pada umumnya hanya sebatas
penyampaian informasi, tanpa banyak melibatkan siswa untuk dapat membangun
sendiri pemahamannya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh De Lange
(Turmudi, 2010) bahwa pembelajaran matematika sering kali ditafsirkan sebagai
kegiatan yang dilaksanakan guru dalam mengenalkan subjek, memberikan satu
atau dua contoh, lalu memberikan beberapa pertanyaan yang diakhiri dengan
mengerjakan soal latihan yang diambil dari buku. Pembelajaran berikutnya akan
berlangsung dengan aktivitas yang serupa.
Berdasarkan Standar Isi Permendiknas No. 22 (2006), mata pelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
(4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Menurut NCTM (2000) menyatakan bahwa pemecahan masalah bukanlah
sekedar tujuan dari belajar matematika tetapi merupakan alat utama untuk
melakukan atau bekerja dalam matematika. Terkait dengan hal ini, Wahyudin
(2003:3) mengatakan bahwa pemecahan masalah bukan sekedar keterampilan
untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika tetapi juga merupakan
keterampilan yang dibawa pada masalah-masalah keseharian siswa atau
situasi-situasi pembuatan keputusan, dengan demikian kemampuan pemecahan masalah
membantu seseorang secara baik dalam hidupnya. Selanjutnya Suryadi, dkk (Tim
MKPBM, 2001: 83) dalam surveinya tentang current situation on mathematics
and science education in Bandung yang disponsori oleh JICA, menyatakan bahwa
pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang
dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua tingkatan mulai dari
SD sampai SMU. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis menjadi salah satu orientasi pembelajaran matematika di
Indonesia.
Menurut Laporan Hasil Ujian Nasional Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia (Depdiknas, 2005), nilai rata-rata ujian nasional Matematika
2004/2005 siswa SMP/MTs adalah 6,58. Capaian ini menunjukkan bahwa prestasi
rata-rata matematika siswa di Indonesia cukup bagus. Namun demikian hasil tes
Trends in International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) yang
Desember 2004 menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa kelas dua
SMP Indonesia masih cukup memprihatinkan, yaitu berada di peringkat ke 35 dari
46 negara. Tes tersebut menempatkan negara tetangga dekat, yaitu Singapura
menduduki peringkat tertinggi dalam rata-rata pencapaian nilai TIMSS bidang
matematika, dan Malaysia berada di peringkat ke-10. Tercatat kemampuan siswa
SMP kelas dua Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah
matematis) masih sangat lemah, namun relatif baik dalam menyelesaikan
soal-soal tentang fakta dan prosedur (Purwanto, 2010).
Berdasarkan hasil analisis studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada
bulan Januari Tahun 2014 di salah satu SMPN di Kota Bandung, diperoleh hasil
bahwa: (1) siswa mengalami kesulitan dalam memilih metode dan strategi
pemecahan masalah; (2) siswa mengalami kesulitan terhadap soal-soal yang tidak
rutin; (3) siswa mengalami kesulitan dalam memahami keterkaitan konsep dengan
masalah. Ketiga hal tersebut termasuk dalam indikator kemampuan pemecahan
masalah, karena itu berdasarkan hal tersebut penulis mempunyai dugaan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih kurang.
Gagasan bahwa matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari ditunjukkan dengan Realistic Mathematic Education
(RME) (Purwanto. 2010). Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang
mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika
adalah merupakan aktivitas manusia. Karakteristik RME adalah menggunakan
konteks dunia nyata, model-model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan
intertwinment. Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika dengan pendekatan realistik dapat membuat matematika lebih
menarik, relevan, bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak. Selain
itu, pembelajaran matematika realistik mempertimbangkan tingkat kemampuan
siswa, menekankan belajar matematika pada learning by doing, memfasilitasi
penyelesaian masalah matematika dengan atau tanpa menggunakan penyelesaian
yang baku, dan menggunakan masalah-masalah kontekstual sebagai titik awal
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan di masa globalisasi ini, teknologi
menjadi salah satu media untuk dapat mentransfer pengetahuan. Teknologi,
khususnya komputer, berperan sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika. Komputer
menjadi media untuk menghubungkan antara ide matematika yang berbentuk
abstrak dengan ide matematika yang berbentuk kongkrit. Dalam bidang geometri
misalnya, dengan menggunakan komputer siswa dapat melihat visualisasi
bangun-bangun geometri sehingga tampak lebih nyata. Komputer membantu siswa untuk
merepresentasikan gagasan atau ide dalam berbagai cara, baik tulisan, gambar,
ataupun verbal.
Komputer memiliki banyak software yang dapat digunakan untuk
membantu proses belajar, khususnya matematika. Salah satu software yang
mendukung pembelajaran matematika yaitu GeoGebra. Menurut David Wees
dalam Mahmudi (2010) GeoGebra memungkinkan siswa untuk aktif dalam
membangun pemahaman geometri. Software ini memungkinkan visualisasi
sederhana dari konsep-konsep geometri, sehingga memudahkan siswa untuk
membuat representasi matematis.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Matematika
Realistik Berbantuan GeoGebra untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis antara siswa SMP yang memperoleh pembelajaran matematika
realistik berbantuan GeoGebra, siswa SMP yang memperoleh pembelajaran
matematika realistik tanpa berbantuan Geogebra, dan siswa SMP yang
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
yang menggunakan pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra
lebih tinggi secara signifikan daripada pembelajaran matematika
konvensional?
3. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
yang menggunakan pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra
lebih tinggi secara signifikan daripada pembelajaran matematika realistik
tanpa berbantuan GeoGebra?
4. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP
yang menggunakan pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan
GeoGebra lebih tinggi secara signifikan daripada pembelajaran matematika
konvensional?
5. Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika
realistik berbantuan GeoGebra?
C. TUJUAN PENELITIAN
Setiap kegiatan yang dilakukan memiliki tujuan. Begitu juga dalam
penelitian ini, tujuannya sebagai berikut:
1. Menganalisis apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis antara siswa SMP yang menggunakan pembelajaran
matematika realistik berbantuan GeoGebra, siswa SMP yang mendapat
pembelajaran matematika realistik tanpa berbatuan Geogebra, dan siswa
SMP yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Menganalisis apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa SMP yang menggunakan pembelajaran matematika realistik
berbantuan GeoGebra lebih tinggi secara signifikan daripada siswa SMP
yang mendapat pembelajaran konvensional.
3. Menganalisis apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa SMP yang menggunakan pembelajaran matematika realistik
yang mendapat pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan
Geogebra.
4. Menganalisis apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa SMP yang menggunakan pembelajaran matematika realistik
tanpa berbantuan GeoGebra lebih tinggi secara signifikan daripada siswa
SMP yang mendapat pembelajaran konvensional
5. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang diterapkan
yaitu dengan pendekatan matematika realistik berbantuan GeoGebra.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra yang digunakan
diduga dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis dan motivasi siswa dalam belajar matematika.
2. Bagi Guru
Pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan khususnya tentang pembelajaran matematika realistik
berbantuan GeoGebra sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Agar pada kajian penelitian ini tidak terjadi kesalahpahaman, kerancuan
makna, atau perbedaan persepsi, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara
operasional. Istilah-istilah tersebut adalah :
Pembelajaran matematika realistik yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pendekatan dalam pembelajaran matematika yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut (Purwanto, 2010):
a. Menempatkan masalah-masalah kontekstual dalam proses
pembelajaran.
b. Penggunaan model dalam penyelesaian masalah matematika.
c. Produksi dan kontruksi siswa.
d. Penggunaan metode interaktif.
e. Keterkaitan (intertwinment).
2. GeoGebra
Software atau program komputer yang digunakan untuk membantu
pembelajaran matematika khususnya dalam bidang geometri dan aljabar.
GeoGebra dikembangkan oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001.
Software ini dapat diunduh secara gratis oleh siapapun di alamat
www.GeoGebra.com. GeoGebra dapat membantu siswa untuk
merepresentasikan ide atau gagasan matematis.
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimaksud dalam
penelitian ini dengan indikator sebagai berikut menurut (Depdiknas, 2009):
a. Kemampuan menunjukkan pemahaman masalah.
b. Kemampuan mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan
dalam pemecahan masalah.
c. Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah
secara tepat.
d. Kemampuan mengembangkan strategi pemecahan masalah.
e. Kemampuan membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu
masalah.
f. Kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Pembelajaran matematika secara konvensional adalah pembelajaran
matematika yang secara umum banyak dilakukan oleh guru di sekolah.
Pembelajaran diawali dengan pemberian konsep-konsep matematika dengan
cara ceramah dilanjutkan dengan tanya jawab seperlunya dan latihan soal
5. Pembelajaran Matematika Realistik berbantuan GeoGebra
Pembelajaran matematika realistik berbantuan software GeoGebra adalah
pendekatan dalam pembelajaran matematika yang didasarkan pada hal-hal
yang nyata yang pernah dialami siswa agar siswa aktif dalam proses
penemuan konsep-konsep matematika dengan berbantuan media visualisasi
software GeoGebra untuk setiap kegiatan pembelajaran.
6. Pembelajaran Matematika Realistik tanpa berbantuan Geogebra
Pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan software GeoGebra
adalah pendekatan dalam pembelajaran matematika yang didasarkan pada
hal-hal yang nyata yang pernah dialami siswa agar siswa aktif dalam proses
penemuan konsep-konsep matematika dengan tidak berbantuan media