Agung Farid Agustian, 2014
BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan bagaimana penelitian ini dilakukan sehingga dapat
menjawab apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Adapun yang
menjadi cakupan pembahasannya adalah tujuan penelitian, desain penelitian,
pengumpulan data dan analisis data.
3.1 Tujuan Penelitian
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam Bab 1, tujuan umum
penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi dan tujuan yang muncul dari alih
kode (code-switching) yang merupakan bentuk komunikasi pada masyarakat di
perbatasan Karawang dan Bekasi tepatnya di pasar Rengasdengklok. Untuk
mencapai tujuan umum tersebut, secara lebih rinci tujuan-tujuan dari penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
3.1.1 Apa bentuk alih kode (code-switching) dari masyarakat pasar
Rengasdengklok ketika terlibat dalam komunikasi?
3.1.2 Apa motivasi masyarakat pasar Rengasdengklok menggunakan alih
Agung Farid Agustian, 2014
BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif. Penelitian ini merupakan
kajian kualitatif karena data yang diambil merupakan tuturan-tuturan yang
digunakan masyarakat perbatasan dalam berinteraksi dikeseharian mereka.
Pengertian penelitian kualitatif itu sendiri adalah proses penyelidikan mengenai
pemahaman berdasarkan tradisi penyelidikan yang menyelidiki sebuah masalah
sosial dan kemanusiaan. Peneliti membangun sebuah gambaran luas, menganalisa
kata-kata, melaporkan pandangan detail dari informan, dan melakukan penelitian
dalam seting natural (Creswell, 1998:15).
Penelitian kualitatif mengimplementasi pendekatan holistik dalam
penelitiannya. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengisolasi fenomena dan
mencoba untuk mengidentifikasi hubungan antarvariable dengan mengedepankan
observasi secara natural dari seting yang kompleks (Richard dan Schmidt,
2002:435). Menurut Richard dan Schmidt (2002:435) prosedur penelitian
kualitatif menggunakan nonnumerical data (data non-numerik) seperti
wawancara, studi kasus, atau observasi pertisipan.
Sampel dalam penelitian adalah masyarakat perbatasan antara Karawang
dengan Bekasi yaitu tepatnya Pasar Rengasdengklok Kabupaten Karawang yang
merupakan masyarakat perbatasan. Sampel penelitian bersifat stratified random
sampling (Sugiyono, 2011:120). Sampel berjumlah 14 responden atau sebanyak
10% dari total 140 populasi. Responden terdiri dari 5 sampel di blok pedagang
Agung Farid Agustian, 2014
BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3. Pengumpulan Data
3.3.1.Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di Pasar Rengasdengklok Kabupaten
Karawang. Pemilihan lokasi penelitian dalam hal ini sesuai dengan variabel
penelitian, yaitu daerah perbatasan Kab. Karawang dengan Kab. Bekasi. Di bawah
ini adalah peta dari daerah Rengasdengklok.
Gambar 3.1 Peta Rengasdengklok
3.3.2.Pengambilan Data
Dalam penelitian ini data diambil lewat dua prosedur. Pengambilan data
pertama dalam penelitian ini adalah pengambilan data rekaman percakapan.
Agung Farid Agustian, 2014
BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3.2.1. Perekaman Data Percakapan
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara merekam percakapan
sehari-hari. Alat rekam yang digunakan adalah Sony Dcr. Proses pengambilan
data rekaman ini dilakukan selama satu bulan.
3.3.2.2. Penyebaran Angket
Pengambilan data yang kedua adalah dengan penyebaran angket. Pokok
bahasan dari angket dalam penelitian ini adalah apa motivasi dalam alih kode dari
masyarakat pasar Rengasdengklok. Pokok bahasan dari angket membahas
mengenai motivasi dalam alih kode. Jika dilihat dari kacamata motivasi menurut
Gardner dan Lambert (1959 dalam Gardner 1985:10) maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi integratif dan instrumental mempunyai dua faktor diantaranya
adalah:
1. Motivasi integratif dalam alih kode adalah motivasi yang berkaitan dengan
motivasi dari dalam diri penutur disebabkan keinginan untuk
mengakomodir dan diakomodir orang lain.
2. Motivasi instrumental dalam alih kode adalah motivasi dimana alih kode
sebagai alat atau instrument dalam meraih tujuan kepraktisan dan
dipengaruhi oleh kondisi dari luar.
Angket dalam penelitian ini terlampir pada halaman 120. Poin-poin yang
ditanyakan dalam angket adalah sebagai berikut.
Pertanyaan terkait motivasi integratif dalam alih kode terinspirasi dari
penelitian pendahuluan mengenai alih kode. Poin-poin pertanyaannya adalah
Agung Farid Agustian, 2014
BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk diterima oleh orang lain atau
dimasyarakat (Gutierrez-Clellen, et al. 2009),
2. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk mempertahankan atau
melindungi bahasa daerah anda (Dahl, et al),
3. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk memperlihatkan kekuatan
(power) (Myers-Scotton. 1998),
4. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk menunjukan kebanggaan
(prestise) tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan (Myers-Scotton. 1998),
5. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk menunjukan identitas diri
(berasal dari suku dan daerah asal) (Myers-Scotton. 1998),
Angket juga mengeksploitasi motivasi instrumental dalam alih kode.
Poin-poin dalam angket mengkonfirmasi apakah:
1. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk mendapat pelanggan atau
pekerjaan (Gardner dan Lambert. 1959 (dalam Gardner. 1985),
2. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk mendapatkan kemudahan
tertentu seperti meminjam uang, menagih utang dll (Gardner dan
Lambert. 1959 (dalam Gardner. 1985),
3. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk menambah makna atau arti
dalam percakapan (Li Wei. 1998),
4. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk mengisi kekurangan
Agung Farid Agustian, 2014
BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. alih kode (campur bahasa) bertujuan untuk menentukan maksud atau topik
pembicaraan (Moyer. 1998).
3.4. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi analisis data rekaman
dan analisis data angket.
3.4.1. Analisis Data Rekaman
Langkah pertama analisis adalah data rekaman ditranskripsi. Setelah tahap
pertama, tahap kedua dalam analisis adalah dengan mengidentifikasi kemunculan
alih kode menggunakan teori matrix language frame (Myers-Scotton, 1998)
dengan penjelasan sebagai berikut.
Matrix language frame terdiri dari matrix language dan embedded
language merupakan konstituensi campuran (mixed konstituen) matrix language
dan embedded language. Matrix language (ML) adalah bahasa yang menetapkan
bentuk gramatikal dalam konstituensi campuran (mixed constituent) sedangkan
embedded language adalah morfem sisipan dari bahasa yang lain.
Contoh kemunculan:
No porque quiero dispressare a mi ‘language italiaan’
Alih kode __________________________________________
Matrix language __________________________________________
Embedded language ________________
Agung Farid Agustian, 2014
BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Embedded language (Bahasa Inggris)
Tahap selanjutnya dari analisis data rekaman adalah pengklasifikasian
bentuk alih kode. Didalam alih kode dapat terjadi antara kalimat (intersentential)
atau dalam satu kalimat (intrasentential). Dikatakan bentuk alih kode dalam
kalimat atau intrasentential adalah ketika terjadi pergantian bahasa dalam satu
kalimat sedangkan alih kode intersentential terjadi pada tataran antar kalimat.
Contoh klasifikasi:
Alih kode intrasentensial
………..
1st: I love that Kleid
………
Alih kode intersentensial
…………
1st speaker: battone ieio (o) voio
button ieio it want
2nd speaker: was mo¨ chtest du?
“What do you want?”
1st speaker: il battone
Setelah tahap pengklasifikasian alih kode, tahap selanjutnya adalah
melihat frekuensi kemunculan bentuk alih kode. Dalam penelitian ini untuk
Agung Farid Agustian, 2014
BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
persentasi dari total kemunculan untuk melihat tren kemunculan dari bentuk alih
kode.
3.4.2. Analisis Data Angket
Langkah pertama dalam analisis data angket adalah dengan menghitung
jumlah skor dari 14 responden berdasarkan penilaian skala Likert. Setelah skor
dari ke 14 responden didapat langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan skor
berdasarkan tinggi rendahnya kecenderungan dari skor total.
Kriteria penilaian
Skor jawaban dengan menggunakan skala Likert dari Hatch dan Farhady (1982:40)
Sangat setuju : 5
Setuju : 4
Tidak Berpendapat : 3
Tidak setuju : 2
Sangat tidak setuju : 1
Interpretasi skor menurut Akdon dan Hadi (2005:120)
Penilaian skor total
Nilai skor terkecil = 70 (1X5X14)
Nilai skor terbesar = 350 (5X5X14)
Agung Farid Agustian, 2014
BENTUK DAN MOTIVASI ALIH KODE PADA MASYARAKAT PERBATASAN KARAWANG DAN BEKASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria penilaian item pertanyaan no 1-5 untuk mengukur motivasi integratif
70-126 = Sangat rendah
127-183 = Rendah
184-240 = Sedang
241-297 = Tinggi
298-354 = Sangat Tinggi
Kriteria penilaian item pertanyaan no 6-10 untuk mengukur motivasi instrumental
70-126 = Sangat rendah
127-183 = Rendah
184-240 = Sedang
241-297 = Tinggi
298-354 = Sangat Tinggi
3.5.Penutup
Demikian penjelasan Bab III ini dilakukan, yaitu tujuan penelitian, desain
penelitian, pengambilan data, dan analisis data. Dalam bab selanjutnya, akan
disajikan hasil analisis data beserta pembahasannya, sesuai dengan apa yang