• Tidak ada hasil yang ditemukan

TataruangBAB I PENDAHULUAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TataruangBAB I PENDAHULUAN."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh

berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi,

perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya.

Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk keruangan

di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik maupun non fisik, sebagai

wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan tersebut apabila tidak ditata

dengan baik akan mengakibatkan perkembangan yang tidak terarah dan

penurunan kualitas pemanfaatan ruang.

Secara alamiah, gejala perubahan iklim global telah memberi dampak

pada berbagai aspek kehidupan di berbagai tempat, termasuk Kabupaten Ngawi.

Lingkungan, terutama tanah, bereaksi atas perubahan suhu, curah hujan dan

(2)

terganggu. Kerusakan fungsi hutan di daerah hulu dan daerah-daerah

berkelerengan tinggi mempercepat proses instabilitas lingkungan.

Bentuk-bentuknya yang nyata terjadi beberapa waktu terakhir ini adalah bencana

longsor dan banjir, kekeringan, penurunan debet air waduk, dan sebagainya.

Di dalam perkembangannya, kegiatan pembangunan di Ngawi

dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah fisik spasial, sosial, ekonomi

maupun lingkungan. Permasalahan tersebut antara lain adalah belum

optimalnya sarana prsarana wilayah dalam mendukung kegiatan yang ada, baik

yang disebabkan oleh faktor keterbatasan kemampuan anggaran maupun

pertumbuhan alami. Kondisi ini berimplikasi terhadap semakin meningkatnya

penyediaan fasilitas dan sarana prasarana wilayah di Kabupaten Ngawi.

Disamping itu perkembangan penggunaan lahan dan persebaran sarana

prasarana wilayah yang cepat menuntut pengaturan yang optimal dengan

menyesuaikan antara demand dan supply dalam pemanfaatan ruang. Untuk

itulah diperlukan suatu arahan alokasi ruang yang tertuang dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Faktor-faktor eksternal adalah adanya perubahan dan/atau

penyempurnaan peraturan dan/atau rujukan sistem penataan ruang; adanya

perubahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan/atau sektoral dari tingkat

Provinsi maupun kabupaten yang berdampak pada pengalokasian kegiatan

pembangunan yang memerlukan ruang berskala besar; adanya ratifikasi

kebijaksanaan global yang mengubah paradigma sistem pembangunan dan

pemerintahan serta paradigma perencanaan tata ruang; adanya perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan seringkali radikal dalam hal

pemanfaatan sumberdaya alam meminimalkan kerusakan lingkungan; serta

adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola

pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budidaya maupun

lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana.

Peninjauan kembali RTRW Kabupaten Ngawi telah mendesak untuk

dilakukan, karena adanya perubahan perundangan yang ada di tingkat atas,

mulai dari UU no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Perda Provinsi

Jawa Timur No. 02 Tahun 2006 tetang RTRW Provinsi Jawa Timur telah

melahirkan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Jawa Timur yang

baru. Akibatnya terjadi perubahan pada sistem kegiatan, struktur ruang, sistem

kewilayahan dan sistem prasarana wilayah di wilayah Provinsi Jawa Timur.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi menjadi hal yang perlu

untuk segera dilaksanakan, didorong oleh adanya perubahan yang signifikan

berdasarkan UU No 26 tahun 2007, Perda Provinsi Jawa Timur No 2 tahun 2006

maupun perkembangan yang ada di Kabupaten Ngawi sendiri. Selanjutnya

dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tersebut, Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten seluruh Indonesia harus

melakukan penyesuaian. Tenggat waktu yang ditetapkan untuk proses

penyesuaian produk-produk rencana tata ruang adalah 3 (tiga) tahun.

RTRW akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian

pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. RTRW Kabupaten ini

dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih rinci yakni penyusunan

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang

Kawasan Perdesaan, dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana -

rencana ini merupakan perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Ngawi.

1.2. AZAS PENATAAN RUANG

Penyusunan RTRW Kabupaten dilakukan dengan berazaskan

kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian

dan kesinambungan dalam lingkup kabupaten dan kaitannya dengan Provinsi

dan kabupaten sekitarnya, dengan tidak mengesampingkan wawasan

perlindungan lingkungan terhadap sumber daya yang dimiliki daerah. RTRW

Kabupaten juga harus berlandaskan azas keterpaduan, keserasian, keselarasan

dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan kerberhasilgunaan,

keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan hukum,

(3)

Berikut ini penjelasan dari asas penataan ruang berdasarkan

Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang :

1. Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan

mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas

wilayah dan lintas pemangku kepentingan.

2. Keselarasan atau keserasian adalah bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang

dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan

lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar

daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.

3. Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan

menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung

lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.

4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang

penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang

dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin

terwujudnya tata ruang yang berkualitas.

5. Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan

memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.

6. Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

7. Perlindungan kepentingan hukum adalah bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.

8. Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan

peraturan-perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan

mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan

kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.

9. Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat

dipertanggungjawabkan baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.

1.3. VISI DAN MISI PENATAAN RUANG KABUPATEN NGAWI

Selanjutnya Kabupaten Ngawi telah menetapkan arah pembangunan

yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Kabupaten Ngawi dengan visi pembangunan yakni ”Terwujudnya

Kabupaten Ngawi Sejahtera Dengan Bertumpu Pada Potensi Unggulan

Pertanian, Industri dan Perdagangan yang Maju dan Berkelanjutan”.

Berdasarkan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Ngawi tersebut

maka visi tata ruang Kabupaten Ngawi adalah “Terwujudnya Tata Ruang

Kabupaten Ngawi yang dapat menyejahterakan rakyatnya dengan Bertumpu

pada Potensi Pertanian, Industri dan Perdagangan yang Maju dan

Berkelanjutan”.

Kabupaten Ngawi memiliki 3 sektor ekonomi utama yang diunggulkan,

yaitu meliputi potensi Pertanian, Industri dan Perdagangan, yang bila di dalam

jangka waktu selama 20 tahun mendatang tren positif pada ketiga sektor

tersebut mampu dipertahankan atau semakin ditingkatkan, maka dapat

membawa masyarakat Kabupaten Ngawi menuju kepada kesejahteraan yang

adil dan merata. Namun demikian, terkait dengan permasalahan tata ruang

yang mulai berkembang pada masing-masing sektor saat ini dapat mengganggu

terwujudnya visi tata ruang dari Kabupaten Ngawi. Pertumbuhan pada sektor

pertanian hingga saat ini masih belum berada pada zona stabil, disebabkan oleh

semakin berkurangnya jumlah lahan persawahan yang ada di Kabupaten Ngawi

karena adanya kegiatan alih fungsi lahan yang signifikan. Pada sektor industri

dan perdagangan, tingkat pertumbuhan yang dibutuhkan juga masih belum

dapat memenuhi target yang diharapkan karena terkendala oleh keterbatasan

infrastruktur daerah, pusat pelayanan yang masih terkonsentrasi di wilayah

(4)

Visi pembangunan Kabupaten Ngawi diejawantahkan dalam misi

pembangunan jangka panjang yaitu :

1. Mengembangkan integrasi usaha dalam rangka optimalisasi pemberdayaan

potensi pertanian, industri dan perdagangan secara berkelanjutan dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kemudahan

mendapatkan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan yang maju dan

berkualitas.

3. Mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang peduli terhadap

kualitas pelayanan masyarakat dan penerapan prinsip-prinsip

penatausahaan pemerintahan yang baik (good governance).

4. Mengembangkan hubungan kekerabatan yang harmonis sehingga mampu

menciptakan iklim kondusif bagi peningkatan kegiatan sosial ekonomi

masyarakat.

Dalam upaya untuk mewujudkan Visi dan misi pembangunan serta visi

penataan ruang tersebut di atas ditetapkan misi penataan ruang Kabupaten

Ngawi sebagai berikut :

1. Mengembangkan tata ruang yang dapat mendukung integrasi usaha dalam

rangka optimalisasi pemberdayaan potensi pertanian, industri dan

perdagangan secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dalam bentuk struktur ruang dan pola ruang

serta kawasan strategis yang didukung oleh fasilitas, sarana dan prasarana

pendukung yang merata di seluruh wilayah sesuai dengan kebutuhan setiap

kawasan.

2. Mengembangkan struktur ruang dan pola ruang yang dapat mendukung

peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kemudahan

mendapatkan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan yang maju dan

berkualitas.

3. Mewujudkan pola ruang wilayah yang seimbang antara kawasan lindung

dan budidaya sesuai dengan daya dukung wilayah.

4. Mewujudkan tata ruang wilayah yang unggul di bidang agraris.

5. Mewujudkan tata ruang wilayah yang memiliki infrastruktur yang baik yang

mendukung pengembangan agraris.

Berdasarkan berbagai hal tersebut diatas, diharapkan dengan

tersusunnya RTRW Kabupaten Ngawi yang baru diharapkan akan menjadikan

arahan pembangunan yang lebih harmonis, serasi, selaras dan seimbang antar

sektor, antar wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam

pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Selanjutnya pelaksanaan

pembangunan yang mengacu pada RTRW Kabupaten Ngawi ini diharapkan akan

semakin mendorong kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat

Kabupaten Ngawi secara keseluruhan.

1.4. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP

Pengertian dan ruang lingkup ini diambil dari peraturan tata ruang yang

baru yaitu UU No. 26 tahun 2007. adapun pengertian ruang adalah sebagai

berikut :

1.4.1. Pengertian

Ketentuan umum ini disesuaikan dengan Undang-undang No. 26 Tahun

2007, yakni memuat tentang pengertian-pengertian yang digunakan dan

berkaitan dengan Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten

Ngawi, sebagai berikut :

1. Kabupaten adalah Kabupaten Ngawi.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Ngawi.

3. Bupati adalah Bupati Ngawi.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngawi sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang

(5)

tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan

memelihara kelangsungan kehidupannya.

6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan

sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan

fungsional;

8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

untuk fungsi budidaya.

9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi

pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.

11. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum

bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan

ruang.

12. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja

penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah,

dan masyarakat.

13. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan

ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang

dan pengendalian pemanfaatan ruang.

14. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan

ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

15. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur

ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan pan penetapan rencana

tata ruang.

16. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan

pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan

program beserta pembiayaannya.

17. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib

tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

18. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

19. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTRW adalah hasil

perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Ngawi.

20. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap

unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan/atau aspek fungsional.

21. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai

jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.

22. Wilayah Pengembangan yang selanjutnya disebut WP adalah suatu

wilayah yang terdiri atas satu atau beberapa kecamatan yang memiliki satu

kesatuan sistem pelayanan sosial, ekonomi, dan masyarakat

23. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.

24. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam

dan sumberdaya buatan.

25. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,

sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

26. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

27. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih

pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian

(6)

keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman

dan sistem agrobisnis.

28. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

29. Kawasan perikanan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan yang

berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan

lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai

dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis

perikanan

30. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang

ditetapkan untuk melindungi dan dikembangkan secara konsisten guna

menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan

pangan nasional.

31. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional

terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,

sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah

ditetapkan sebagai warisan dunia.

32. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

33. Kawasan strategis Daerah adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

Kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

34. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara

nasional yang digunakan untuk kepentingan nasional.

35. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh

tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja

ditanam.

36. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan

pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

37. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

38. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

dalam bidang penataan ruang.

39. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk

masyarakat hukum adat, korporasi, dan/ atau pemangku kepentingan

nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

40. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

41. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut

BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung

pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam

koordinasi penataan ruang di wilayah kabupaten.

1.4.2. Ruang Lingkup Perencanaan

Lingkup ruang perencanaan atau lokasi pekerjaan Penyusunan

Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Ngawi meliputi seluruh wilayah

Kabupaten Ngawi. Secara geografis wilayah Kabupaten Ngawi terletak di antara

1110 07’ - 1110 40’ Bujur Timur dan 70 21’ - 7031’ Lintang Selatan.

Adapun batas-batas wilayah kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kab. Bojonegoro (Jawa Timur), Kab. Grobogan, Kab. Blora (Jawa Tengah)

 Sebelah Selatan : Kab. Madiun dan Kab. Magetan

(7)

 Sebelah Barat : Kab. Karanganyar dan Kab. Sragen (Jawa Tengah)

Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,98 Km2 atau 2,71% dari

luas Provinsi Jawa. Secara administratif Kabupaten Ngawi terbagi dalam 19

Kecamatan dan 217 Desa. Adapun kecamatannya adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Sine

2. Kecamatan Ngambe

3. Kecamatan Jogorogo

4. Kecamatan Kendal

5. Kecamatan Geneng

6. Kecamatan Gerih

7. Kecamatan Kwadungan

8. Kecamatan Pangkur

9. Kecamatan Karangjati

10.Kecamatan Bringin

11.Kecamatan Padas

12.Kecamatan Kasreman

13.Kecamatan Ngawi

14.Kecamatan Paron

15.Kecamatan Pitu

16.Kecamatan Kedunggalar

17.Kecamatan Widodaren

18.Kecamatan Mantingan

19.Kecamatan Karanganyar

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 1.1. Orientasi Wilayah

Kabupaten Ngawi Lingkup Provinsi Jawa Timur dan Peta 1.2. Batas Administrasi

Kabupaten Ngawi.

1.4.3. Lingkup Kegiatan Perencanaan

Lingkup kegiatan yakni materi yang akan dikaji atau output yang akan

dihasilkan dari Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Ngawi,

yang sesuai dengan Undang-undang No. 26 Tahun 2007, meliputi :

1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

2. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten;

3. Rencana pola ruang wilayah kabupaten;

4. Penetapan kawasan strategis kabupaten;

5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; serta

6. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

1.4.4. Waktu Perencanaan

Waktu perencanaan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah

Kabupaten Ngawi yaitu selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi dalam 5

tahunan, yaitu :

 Penyusunan : 2008 - 2009

 Tahap I : 2010 - 2015

 Tahap II : 2016 - 2020

 Tahap III : 2021 - 2025

 Tahap IV : 2026 – 2030

1.5. DASAR HUKUM

Dasar hukum yang digunakan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

di Wilayah Kabupaten Ngawi ini berlandaskan pada :

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok

Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

(8)

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3317);

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3419);

7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469) ;

8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

10.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

11.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4412);

12.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

13.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

14.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

15.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

16.Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4433);

17.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah

beberapakali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

18.2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

19.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 132);

20.Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkereta-apian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65 );

21.Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan

(9)

1.1

Peta Bakosurtanal

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

(10)

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

(11)

22.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

23.Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69 );

24.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4966) ;

25.Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batu Bara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4);

26.Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96) ;

27.Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan LN

Nomor 5059);

28.Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 149) ;

29.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

30.Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3445);

31.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor

104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);

32.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

33.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk

Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

34.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

35.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

36.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur;

37.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

38.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86);

39.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

40.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4664);

41.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan

(12)

42.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4737);

43.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4814);

44.Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4828);

45.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (RTRWN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 48);

46.Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber

Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

47.Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4859);

48.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

49.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas

Pereturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88);

50.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

21);

51.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Peran serta

Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5160);

52.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;

53.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman

Perencanaan Kawasan Perkotaan;

54.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara

Evaluasi Raperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah.

55.Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

02/PER/M.KOMINFO/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan

Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi;

56.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang

Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Perda Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;

57.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

58.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman

Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

59.Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman

Teknis Kawasan Industri;

60.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur tahun

(13)

61.Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 –

2014.

62.Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2006 tentang

Pemanfaatan Ruang pada Kawasan PengendalianKetat Skala Regional di

Provinsi Jawa Timur;

63.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 53 Tahun 1989 tentang

Kawasan lndustri.

64.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 33 tahun 1989 tentang

Pengelolaan Kawasan Budidaya.

65.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang

Pengelolaan Kawasan Lindung.

52.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 97 Tahun 1993 tentang Tata

Cara Penanaman Modal.

53.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang

Kawasan Industri.

54.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 tentang

Koordinasi Penataan Ruang Nasional.

55.Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

56.Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,

Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai.

57.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1986, tentang Pelaksanaan

Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia.

58.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan

Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat

dalam Penataan Ruang.

59.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang di Daerah;

60.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran

Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah.

61.Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;

62.Peraturan Menteri P.U. No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan

RTRW Kabupaten.

63.Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/UM/1980 dan No.

683/Kpts/UM/II/1981 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan.

64.Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 147 Tahun 2004 tentang Pedoman

Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

65.Keputusan Menteri Perhubungan No. 54 Tahun 2002 tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;

66.Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2004 tentang

Pelabuhan Perikanan.

67.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 50 Tahun 1997

tentang Standar Teknis Kawasan Industri.

68.Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327 Tahun 2002 tentang Penetapan

Pedoman Bidang Penataan Ruang.

69.Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentang Penataan Ruang

Terbuka Hijau.

70.Perda Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 11 Tahun 1991 tentang

Penetapan Kawasan Lindung di Provinsi Dati I Jawa Timur.

71.Perda Provinsi Jawa Timur No. 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan di

Jawa Timur.

72.Perda Provinsi Jawa Timur No. 6 Tahun 2005 tentang Penertiban dan

Pengendalian Hutan Produksi di Provinsi Jawa Timur;

73.Perda Provinsi Jawa Timur No. 8 Tahun 2005 tentang RPJM Daerah.

74.Perda Provinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2006 tentang RTRW Provinsi Jawa

(14)

75.Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 61 Tahun 2006 Tentang Pemanfaatan

Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa

Timur.

76.Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 38 Tahun 1988

tentang Penetapan Lokasi/Letak Tempat dan Pembebasan Tanah untuk

Usaha/Kegiatan Bukan Pertanian.

77.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 295 Tahun

1984 tentang Tata Cara Penyediaan Pembebasan Hak Atas Tanah bagi

Perusahaan yang Tidak Menggunakan Fasilitas Penanaman Modal;

78.Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 1993, tentang Tata Cara bagi

Perusahaan untuk Memperoleh Pencadangan Tanah, Ijin Lokasi, Pemberian

Perpanjangan dan Pembaharuan Hak Atas Tanah serta Penerbitan

Sertifikatnya.

1.6. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Berdasarkan pada Undang-undang No. 26 Tahun 2007, penyusunan

Rencana Tata Ruang Kabupaten meliputi :

1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

2. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan

nasional yang terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah

pelayanannya dan sistem jaringan prasarana utama;

3. Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung

kabupaten dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis kabupaten;

4. Penetapan kawasan strategis kabupaten;

5. Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka

menengah lima tahunan; dan

6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi

indikasi arahan peraturan zonasi sistem kabupaten, arahan perizinan,

arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Maka sistematika penyajian dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang di

Wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang; rumusan masalah;

azas penataan ruang, visi dan misi penataan ruang, pengertian dan

ruang lingkup, dasar hukum, dan sistematika penyajian.

BAB II POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH

Pada bab ini menggambarkan potensi, masalah dan prospek sesuai

dengan kondisi yang ada, yang nantinya akan digunakan untuk

mengisi bagian strategi.

BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

WILAYAH KABUPATEN NGAWI

Pada bab ini berisikan tentang tujuan, sasaran, kebijakan dan

strategi penataan ruang yang digunakan untuk mencapai rencana

pengembangan sesuai dengan prospek pengembangan di Kabupaten

Ngawi.

BAB IV RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

Pada bab ini berisikan tentang rencana sistem struktur

pemanfaatan ruang kawasan perkotaan; sistem pusat kegiatan

perdesaan dan perkotaan; rencana sistem jaringan prasarana

wilayah serta rencana pengelolaan kawasan.

BAB V RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

Bab ini berisikan tentang rencana pola pemantapan kawasan

lindung; rencana pengembangan kawasan budidaya; pola ruang

wilayah; rencana pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya.

BAB VI PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN NGAWI

Pada bab ini berisikan tentang penetapan kawasan strategis

meliputi, kawasan ekonomi, kawasan sosio-kultural, dan kawasan

(15)

BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

Pada bab ini berisikan tentang perumusan kebijakan strategis

operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang

kawasan strategis berisikan koordinasi penataan ruang dan

penataan ruang; serta prioritas dan tahapan pembangunan

berisikan prioritas pelaksanaan pembangunan dan indikasi

program.

BAB VIII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

KABUPATEN NGAWI

Pada bab ini berisikan tentang pengendalian pemanfaatan ruang

melalui pengaturan zonasi; ketentuan perizinan yang berisikan izin

lokasi dan izin peruntukan penggunaan tanah (IPPT); ketentuan

insentif dan disinsentif; serta arahan sanksi.

BAB IX HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM

PENATAAN RUANG

Bab ini berisikan tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam

penataan ruang; sanksi administratif yang diberikan jika ada

pelanggaran serta partisipasi / peran serta masyarakat.

BAB X PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari Laporan Rencana

kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten

Ngawi sebagai arahan pengembangan pada masa yang akan datang,

serta rekomendasi yang seharusnya dilakukan guna menunjang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis sidik ragam, penambahan tepung wortel dengan berbagai variasi memberi pengaruh yang berbeda terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur pada biskuit..

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai dengan tanggal 30 Juni 2020 , Pendapatan Negara dan Hibah dan Belanja Negara diakui

Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model PAIKEM pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pembelajaran

Latihan kondisi fisik umum adalah latihan fisik yang belum dikaitkan dengan cabang olahraga tertentu. Dengan kata lain pembentukan kondisi fisik tersebut masih

Kedua, aspek kelembagaan, untuk indikator akreditasi institusi dan akreditasi program studi versi BAN PT mengalami peningkatan signifikan untuk yang terakreditasi A, hanya

Menurut FASB, kewajiban dalam rerangka konseptual adalah (SFAC No. 35) : Menurut FASB, kewajiban dalam rerangka konseptual adalah (SFAC No. 35) : kewajiban adalah pengorbanan

Setelah mengamati video kegiatan nelayan, siswa dapat mengidentifikasi pengamalan Pancasila sila ke tiga dalam kehidupan sehari-hari dengan tepat1. Setelah mengamati

Dalam melatih peserta didik untuk selalu menghayati nila-nilai Pendidikan Agama Islam biasanya dilakukan dengan cara yang simpati, memotivasi, dengan lemah lembut,