1.1. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh
berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi,
perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya.
Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk keruangan
di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik maupun non fisik, sebagai
wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan tersebut apabila tidak ditata
dengan baik akan mengakibatkan perkembangan yang tidak terarah dan
penurunan kualitas pemanfaatan ruang.
Secara alamiah, gejala perubahan iklim global telah memberi dampak
pada berbagai aspek kehidupan di berbagai tempat, termasuk Kabupaten Ngawi.
Lingkungan, terutama tanah, bereaksi atas perubahan suhu, curah hujan dan
terganggu. Kerusakan fungsi hutan di daerah hulu dan daerah-daerah
berkelerengan tinggi mempercepat proses instabilitas lingkungan.
Bentuk-bentuknya yang nyata terjadi beberapa waktu terakhir ini adalah bencana
longsor dan banjir, kekeringan, penurunan debet air waduk, dan sebagainya.
Di dalam perkembangannya, kegiatan pembangunan di Ngawi
dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah fisik spasial, sosial, ekonomi
maupun lingkungan. Permasalahan tersebut antara lain adalah belum
optimalnya sarana prsarana wilayah dalam mendukung kegiatan yang ada, baik
yang disebabkan oleh faktor keterbatasan kemampuan anggaran maupun
pertumbuhan alami. Kondisi ini berimplikasi terhadap semakin meningkatnya
penyediaan fasilitas dan sarana prasarana wilayah di Kabupaten Ngawi.
Disamping itu perkembangan penggunaan lahan dan persebaran sarana
prasarana wilayah yang cepat menuntut pengaturan yang optimal dengan
menyesuaikan antara demand dan supply dalam pemanfaatan ruang. Untuk
itulah diperlukan suatu arahan alokasi ruang yang tertuang dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
Faktor-faktor eksternal adalah adanya perubahan dan/atau
penyempurnaan peraturan dan/atau rujukan sistem penataan ruang; adanya
perubahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan/atau sektoral dari tingkat
Provinsi maupun kabupaten yang berdampak pada pengalokasian kegiatan
pembangunan yang memerlukan ruang berskala besar; adanya ratifikasi
kebijaksanaan global yang mengubah paradigma sistem pembangunan dan
pemerintahan serta paradigma perencanaan tata ruang; adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan seringkali radikal dalam hal
pemanfaatan sumberdaya alam meminimalkan kerusakan lingkungan; serta
adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola
pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budidaya maupun
lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana.
Peninjauan kembali RTRW Kabupaten Ngawi telah mendesak untuk
dilakukan, karena adanya perubahan perundangan yang ada di tingkat atas,
mulai dari UU no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Perda Provinsi
Jawa Timur No. 02 Tahun 2006 tetang RTRW Provinsi Jawa Timur telah
melahirkan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Jawa Timur yang
baru. Akibatnya terjadi perubahan pada sistem kegiatan, struktur ruang, sistem
kewilayahan dan sistem prasarana wilayah di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi menjadi hal yang perlu
untuk segera dilaksanakan, didorong oleh adanya perubahan yang signifikan
berdasarkan UU No 26 tahun 2007, Perda Provinsi Jawa Timur No 2 tahun 2006
maupun perkembangan yang ada di Kabupaten Ngawi sendiri. Selanjutnya
dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tersebut, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten seluruh Indonesia harus
melakukan penyesuaian. Tenggat waktu yang ditetapkan untuk proses
penyesuaian produk-produk rencana tata ruang adalah 3 (tiga) tahun.
RTRW akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian
pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. RTRW Kabupaten ini
dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih rinci yakni penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perdesaan, dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana -
rencana ini merupakan perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Ngawi.
1.2. AZAS PENATAAN RUANG
Penyusunan RTRW Kabupaten dilakukan dengan berazaskan
kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian
dan kesinambungan dalam lingkup kabupaten dan kaitannya dengan Provinsi
dan kabupaten sekitarnya, dengan tidak mengesampingkan wawasan
perlindungan lingkungan terhadap sumber daya yang dimiliki daerah. RTRW
Kabupaten juga harus berlandaskan azas keterpaduan, keserasian, keselarasan
dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan kerberhasilgunaan,
keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan hukum,
Berikut ini penjelasan dari asas penataan ruang berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang :
1. Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas
wilayah dan lintas pemangku kepentingan.
2. Keselarasan atau keserasian adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang
dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan
lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar
daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.
3. Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang
penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang
dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin
terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
5. Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
6. Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
7. Perlindungan kepentingan hukum adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
8. Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan
peraturan-perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan
kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.
9. Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat
dipertanggungjawabkan baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.
1.3. VISI DAN MISI PENATAAN RUANG KABUPATEN NGAWI
Selanjutnya Kabupaten Ngawi telah menetapkan arah pembangunan
yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kabupaten Ngawi dengan visi pembangunan yakni ”Terwujudnya
Kabupaten Ngawi Sejahtera Dengan Bertumpu Pada Potensi Unggulan
Pertanian, Industri dan Perdagangan yang Maju dan Berkelanjutan”.
Berdasarkan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Ngawi tersebut
maka visi tata ruang Kabupaten Ngawi adalah “Terwujudnya Tata Ruang
Kabupaten Ngawi yang dapat menyejahterakan rakyatnya dengan Bertumpu
pada Potensi Pertanian, Industri dan Perdagangan yang Maju dan
Berkelanjutan”.
Kabupaten Ngawi memiliki 3 sektor ekonomi utama yang diunggulkan,
yaitu meliputi potensi Pertanian, Industri dan Perdagangan, yang bila di dalam
jangka waktu selama 20 tahun mendatang tren positif pada ketiga sektor
tersebut mampu dipertahankan atau semakin ditingkatkan, maka dapat
membawa masyarakat Kabupaten Ngawi menuju kepada kesejahteraan yang
adil dan merata. Namun demikian, terkait dengan permasalahan tata ruang
yang mulai berkembang pada masing-masing sektor saat ini dapat mengganggu
terwujudnya visi tata ruang dari Kabupaten Ngawi. Pertumbuhan pada sektor
pertanian hingga saat ini masih belum berada pada zona stabil, disebabkan oleh
semakin berkurangnya jumlah lahan persawahan yang ada di Kabupaten Ngawi
karena adanya kegiatan alih fungsi lahan yang signifikan. Pada sektor industri
dan perdagangan, tingkat pertumbuhan yang dibutuhkan juga masih belum
dapat memenuhi target yang diharapkan karena terkendala oleh keterbatasan
infrastruktur daerah, pusat pelayanan yang masih terkonsentrasi di wilayah
Visi pembangunan Kabupaten Ngawi diejawantahkan dalam misi
pembangunan jangka panjang yaitu :
1. Mengembangkan integrasi usaha dalam rangka optimalisasi pemberdayaan
potensi pertanian, industri dan perdagangan secara berkelanjutan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kemudahan
mendapatkan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan yang maju dan
berkualitas.
3. Mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang peduli terhadap
kualitas pelayanan masyarakat dan penerapan prinsip-prinsip
penatausahaan pemerintahan yang baik (good governance).
4. Mengembangkan hubungan kekerabatan yang harmonis sehingga mampu
menciptakan iklim kondusif bagi peningkatan kegiatan sosial ekonomi
masyarakat.
Dalam upaya untuk mewujudkan Visi dan misi pembangunan serta visi
penataan ruang tersebut di atas ditetapkan misi penataan ruang Kabupaten
Ngawi sebagai berikut :
1. Mengembangkan tata ruang yang dapat mendukung integrasi usaha dalam
rangka optimalisasi pemberdayaan potensi pertanian, industri dan
perdagangan secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam bentuk struktur ruang dan pola ruang
serta kawasan strategis yang didukung oleh fasilitas, sarana dan prasarana
pendukung yang merata di seluruh wilayah sesuai dengan kebutuhan setiap
kawasan.
2. Mengembangkan struktur ruang dan pola ruang yang dapat mendukung
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kemudahan
mendapatkan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan yang maju dan
berkualitas.
3. Mewujudkan pola ruang wilayah yang seimbang antara kawasan lindung
dan budidaya sesuai dengan daya dukung wilayah.
4. Mewujudkan tata ruang wilayah yang unggul di bidang agraris.
5. Mewujudkan tata ruang wilayah yang memiliki infrastruktur yang baik yang
mendukung pengembangan agraris.
Berdasarkan berbagai hal tersebut diatas, diharapkan dengan
tersusunnya RTRW Kabupaten Ngawi yang baru diharapkan akan menjadikan
arahan pembangunan yang lebih harmonis, serasi, selaras dan seimbang antar
sektor, antar wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Selanjutnya pelaksanaan
pembangunan yang mengacu pada RTRW Kabupaten Ngawi ini diharapkan akan
semakin mendorong kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat
Kabupaten Ngawi secara keseluruhan.
1.4. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
Pengertian dan ruang lingkup ini diambil dari peraturan tata ruang yang
baru yaitu UU No. 26 tahun 2007. adapun pengertian ruang adalah sebagai
berikut :
1.4.1. Pengertian
Ketentuan umum ini disesuaikan dengan Undang-undang No. 26 Tahun
2007, yakni memuat tentang pengertian-pengertian yang digunakan dan
berkaitan dengan Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten
Ngawi, sebagai berikut :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Ngawi.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Ngawi.
3. Bupati adalah Bupati Ngawi.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngawi sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan kehidupannya.
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan
fungsional;
8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
11. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum
bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan
ruang.
12. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja
penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah,
dan masyarakat.
13. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
14. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
15. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan pan penetapan rencana
tata ruang.
16. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
program beserta pembiayaannya.
17. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
18. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
19. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTRW adalah hasil
perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Ngawi.
20. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
21. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.
22. Wilayah Pengembangan yang selanjutnya disebut WP adalah suatu
wilayah yang terdiri atas satu atau beberapa kecamatan yang memiliki satu
kesatuan sistem pelayanan sosial, ekonomi, dan masyarakat
23. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
24. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam
dan sumberdaya buatan.
25. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
26. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
27. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman
dan sistem agrobisnis.
28. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
29. Kawasan perikanan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai
dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
perikanan
30. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang
ditetapkan untuk melindungi dan dikembangkan secara konsisten guna
menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan
pangan nasional.
31. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
32. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
33. Kawasan strategis Daerah adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
Kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
34. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara
nasional yang digunakan untuk kepentingan nasional.
35. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
36. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
37. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
38. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam bidang penataan ruang.
39. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/ atau pemangku kepentingan
nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
40. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
41. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam
koordinasi penataan ruang di wilayah kabupaten.
1.4.2. Ruang Lingkup Perencanaan
Lingkup ruang perencanaan atau lokasi pekerjaan Penyusunan
Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Ngawi meliputi seluruh wilayah
Kabupaten Ngawi. Secara geografis wilayah Kabupaten Ngawi terletak di antara
1110 07’ - 1110 40’ Bujur Timur dan 70 21’ - 7031’ Lintang Selatan.
Adapun batas-batas wilayah kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kab. Bojonegoro (Jawa Timur), Kab. Grobogan, Kab. Blora (Jawa Tengah)
Sebelah Selatan : Kab. Madiun dan Kab. Magetan
Sebelah Barat : Kab. Karanganyar dan Kab. Sragen (Jawa Tengah)
Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,98 Km2 atau 2,71% dari
luas Provinsi Jawa. Secara administratif Kabupaten Ngawi terbagi dalam 19
Kecamatan dan 217 Desa. Adapun kecamatannya adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Sine
2. Kecamatan Ngambe
3. Kecamatan Jogorogo
4. Kecamatan Kendal
5. Kecamatan Geneng
6. Kecamatan Gerih
7. Kecamatan Kwadungan
8. Kecamatan Pangkur
9. Kecamatan Karangjati
10.Kecamatan Bringin
11.Kecamatan Padas
12.Kecamatan Kasreman
13.Kecamatan Ngawi
14.Kecamatan Paron
15.Kecamatan Pitu
16.Kecamatan Kedunggalar
17.Kecamatan Widodaren
18.Kecamatan Mantingan
19.Kecamatan Karanganyar
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 1.1. Orientasi Wilayah
Kabupaten Ngawi Lingkup Provinsi Jawa Timur dan Peta 1.2. Batas Administrasi
Kabupaten Ngawi.
1.4.3. Lingkup Kegiatan Perencanaan
Lingkup kegiatan yakni materi yang akan dikaji atau output yang akan
dihasilkan dari Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Ngawi,
yang sesuai dengan Undang-undang No. 26 Tahun 2007, meliputi :
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
3. Rencana pola ruang wilayah kabupaten;
4. Penetapan kawasan strategis kabupaten;
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; serta
6. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
1.4.4. Waktu Perencanaan
Waktu perencanaan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah
Kabupaten Ngawi yaitu selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi dalam 5
tahunan, yaitu :
Penyusunan : 2008 - 2009
Tahap I : 2010 - 2015
Tahap II : 2016 - 2020
Tahap III : 2021 - 2025
Tahap IV : 2026 – 2030
1.5. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
di Wilayah Kabupaten Ngawi ini berlandaskan pada :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3317);
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469) ;
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
10.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
11.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
12.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
13.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
14.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
15.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
16.Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4433);
17.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah
beberapakali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
18.2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
19.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 132);
20.Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkereta-apian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65 );
21.Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
1.1
Peta Bakosurtanal
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI
22.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
23.Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69 );
24.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4966) ;
25.Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4);
26.Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96) ;
27.Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan LN
Nomor 5059);
28.Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 149) ;
29.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
30.Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3445);
31.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);
32.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
33.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);
34.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
35.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
36.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur;
37.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4624);
38.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86);
39.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
40.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4664);
41.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan
42.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
43.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4814);
44.Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828);
45.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48);
46.Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
47.Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
48.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
49.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas
Pereturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88);
50.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
21);
51.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Peran serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5160);
52.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;
53.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman
Perencanaan Kawasan Perkotaan;
54.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Evaluasi Raperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah.
55.Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
02/PER/M.KOMINFO/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan
Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi;
56.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Perda Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
57.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
58.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
59.Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman
Teknis Kawasan Industri;
60.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur tahun
61.Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 –
2014.
62.Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2006 tentang
Pemanfaatan Ruang pada Kawasan PengendalianKetat Skala Regional di
Provinsi Jawa Timur;
63.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 53 Tahun 1989 tentang
Kawasan lndustri.
64.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 33 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya.
65.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung.
52.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 97 Tahun 1993 tentang Tata
Cara Penanaman Modal.
53.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang
Kawasan Industri.
54.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 tentang
Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
55.Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
56.Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai.
57.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1986, tentang Pelaksanaan
Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia.
58.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
dalam Penataan Ruang.
59.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang di Daerah;
60.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah.
61.Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;
62.Peraturan Menteri P.U. No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
RTRW Kabupaten.
63.Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/UM/1980 dan No.
683/Kpts/UM/II/1981 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan.
64.Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 147 Tahun 2004 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
65.Keputusan Menteri Perhubungan No. 54 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;
66.Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2004 tentang
Pelabuhan Perikanan.
67.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 50 Tahun 1997
tentang Standar Teknis Kawasan Industri.
68.Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327 Tahun 2002 tentang Penetapan
Pedoman Bidang Penataan Ruang.
69.Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau.
70.Perda Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 11 Tahun 1991 tentang
Penetapan Kawasan Lindung di Provinsi Dati I Jawa Timur.
71.Perda Provinsi Jawa Timur No. 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan di
Jawa Timur.
72.Perda Provinsi Jawa Timur No. 6 Tahun 2005 tentang Penertiban dan
Pengendalian Hutan Produksi di Provinsi Jawa Timur;
73.Perda Provinsi Jawa Timur No. 8 Tahun 2005 tentang RPJM Daerah.
74.Perda Provinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2006 tentang RTRW Provinsi Jawa
75.Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 61 Tahun 2006 Tentang Pemanfaatan
Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa
Timur.
76.Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 38 Tahun 1988
tentang Penetapan Lokasi/Letak Tempat dan Pembebasan Tanah untuk
Usaha/Kegiatan Bukan Pertanian.
77.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 295 Tahun
1984 tentang Tata Cara Penyediaan Pembebasan Hak Atas Tanah bagi
Perusahaan yang Tidak Menggunakan Fasilitas Penanaman Modal;
78.Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 1993, tentang Tata Cara bagi
Perusahaan untuk Memperoleh Pencadangan Tanah, Ijin Lokasi, Pemberian
Perpanjangan dan Pembaharuan Hak Atas Tanah serta Penerbitan
Sertifikatnya.
1.6. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Berdasarkan pada Undang-undang No. 26 Tahun 2007, penyusunan
Rencana Tata Ruang Kabupaten meliputi :
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan
nasional yang terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana utama;
3. Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis kabupaten;
4. Penetapan kawasan strategis kabupaten;
5. Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan; dan
6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi sistem kabupaten, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Maka sistematika penyajian dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang di
Wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang; rumusan masalah;
azas penataan ruang, visi dan misi penataan ruang, pengertian dan
ruang lingkup, dasar hukum, dan sistematika penyajian.
BAB II POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH
Pada bab ini menggambarkan potensi, masalah dan prospek sesuai
dengan kondisi yang ada, yang nantinya akan digunakan untuk
mengisi bagian strategi.
BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
WILAYAH KABUPATEN NGAWI
Pada bab ini berisikan tentang tujuan, sasaran, kebijakan dan
strategi penataan ruang yang digunakan untuk mencapai rencana
pengembangan sesuai dengan prospek pengembangan di Kabupaten
Ngawi.
BAB IV RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI
Pada bab ini berisikan tentang rencana sistem struktur
pemanfaatan ruang kawasan perkotaan; sistem pusat kegiatan
perdesaan dan perkotaan; rencana sistem jaringan prasarana
wilayah serta rencana pengelolaan kawasan.
BAB V RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI
Bab ini berisikan tentang rencana pola pemantapan kawasan
lindung; rencana pengembangan kawasan budidaya; pola ruang
wilayah; rencana pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya.
BAB VI PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN NGAWI
Pada bab ini berisikan tentang penetapan kawasan strategis
meliputi, kawasan ekonomi, kawasan sosio-kultural, dan kawasan
BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI
Pada bab ini berisikan tentang perumusan kebijakan strategis
operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang
kawasan strategis berisikan koordinasi penataan ruang dan
penataan ruang; serta prioritas dan tahapan pembangunan
berisikan prioritas pelaksanaan pembangunan dan indikasi
program.
BAB VIII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
Pada bab ini berisikan tentang pengendalian pemanfaatan ruang
melalui pengaturan zonasi; ketentuan perizinan yang berisikan izin
lokasi dan izin peruntukan penggunaan tanah (IPPT); ketentuan
insentif dan disinsentif; serta arahan sanksi.
BAB IX HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM
PENATAAN RUANG
Bab ini berisikan tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam
penataan ruang; sanksi administratif yang diberikan jika ada
pelanggaran serta partisipasi / peran serta masyarakat.
BAB X PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari Laporan Rencana
kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten
Ngawi sebagai arahan pengembangan pada masa yang akan datang,
serta rekomendasi yang seharusnya dilakukan guna menunjang