• Tidak ada hasil yang ditemukan

t ind 0909625 chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t ind 0909625 chapter5"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN ANALISIS

STILISTIKA DAN NILAI BUDAYA PUISI INDONESIA

Pengertian model menurut Dilworth (1992:74) adalah sebagai berikut “A

model is an abstract representation of some real world process, system,

subsystem. Model are used in all aspect of life. Model are useful in depicting

alternatives and in analysing their performance”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa model merupakan representasi abstrak dari proses, sistem,

atau subsistem yang konkret. Model digunakan dalam seluruh aspek kehidupan.

Model bermanfaat dalam mendeskripsikan pilihan-pilihan dan dalam menganalisis

tampilan-tampilan pilihan tersebut.

Sedangkan menurut Dewey (1916) suatu model pengajaran merupakan

suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita sebagai guru saat

model tersebut diterapkan. Model-model ini memiliki banyak kegunaan yang

menjangkau segala bidang pendidikan, mulai dari materi, perencanaan dan

kurikulum hingga materi perancangan instruksional (Bruce. 2009. Terj. 30)

Kegunaan model-model dalam pembelajaran adalah merespon informasi

(Information-processing models) menekankan cara-cara dalam meningkatkan

dorongan alamiah untuk membentuk makna tentang dunia (sense of the world)

dengan memperoleh dan mengolah data, merasakan masalah-masalah dan

menghasilkan solusi-solusi yang tepat, serta mengembangkan konsep dan bahasa

(2)

untuk pengembangan kualitas pendidikan dan termasuk baru adalah metode

sinektik.

Sinektik adalah sebuah metode pembelajaran yang muncul sebagai sebuah

solusi kemandekan berfikir akibat dari formalisme teori yang terlalu ketat,

sehingga menghambat kreatifitas. Sinektik muncul dari logika berfikir induktif,

dimana sesuatu disimpulkan dari permasalah yang bersifat khusus kepada sesuatu

yang bersifat umum. Logika berfikir ini memberikan kebebasan setiap individu

untuk memberikan sebuah penafsiran terhadap sesuatu, yang nantinya akan

dianalogikan secara bersama-sama dan nantinya akan ditarik sebuah kesimpulan

bersama yang tidak akan terlepas dari mainstream masing-masing individu.

Secara etimologi sinektik berasal dari bahasa Yunani synectikos yang berarti

menyatukan hal yang tercerai berai menjadi satu kesatuan yang utuh. Sinektik

secara istilah kehususannya dalam pembelajaran mempunyai banyak pengertian.

Sinektik menurut Vincen Nolan adalah “Synectics is a set of process tools

derived from video analysis of the methods used successfully in a variety of

situations. The tools may be used in a specific sequence (as in the original

Invention Model) or individually according to the needs of the situation, resulting

in a variety of meeting models and techniques for enhancing personal

effectiveness” (Vincen Nolan 2006). Sinectik adalah satu set alat proses yang

berasal dari metode analisis video yang sukses digunakan dalam berbagai situasi.

Alat-alat yang dapat digunakan dalam urutan tertentu (seperti dalam Model

(3)

mengakibatkan pertemuan berbagai model dan teknik untuk meningkatkan

efektivitas pribadi.

Menurut Wiliam N. Dunn, Sinektik adalah metode yang dibuat untuk

mengembangkan pengenalan masalah secara analogis (William N. Dunn).

Sinektik yang mengacu pada penemuan kesamaan-kesamaan akan membantu

analis menggunakan analogi yang kreatif dalam pengembangan model.

Menurut Gordon “Synectics (Gordon, 1961) provides an approach to

creative thinking that depends on looking at, what appears on the surface as,

unrelated phenomenon and drawing relevant connections. Its main tools,

analogies or metaphors. The approach, often used in groupwork, can help

students develop creative responses to problem solving, to retain new information,

to assist in generating writing, and to explore sosial and disciplinary problems. It

helps users break existing minds sets and internalize abstract concepts. Synectics

works well with all ages as well as those who withdraw from traditional methods

(Couch, 1993)”.

Sinektik (Gordon, 1961) adalah sebuah pendekatan untuk berpikir kreatif

yang didasarkan pada pemahaman bersama, bahwa apa yang tampaknya berbeda

dapat dikaitkan bersama. Alat utamanya adalah analogi atau metafora.

Pendekatan, yang sering digunakan oleh kelompok-kelompok, dapat membantu

siswa mengembangkan tanggapan kreatif untuk memecahkan masalah, untuk

menyimpan informasi baru, untuk membantu dalam menghasilkan tulisan, dan

untuk mengeksplorasi masalah-masalah sosial dan disiplin. Ini membantu

(4)

konsep-konsep abstrak. Sinektik dapat digunakan pada semua usia terutama mereka yang

menarik diri dari metode tradisional (Couch, 1993).

Kreatifitas adalah mental dan proses sosial yang melibatkan penemuan baru,

ide-ide konsep atau asosiasi-asosiasi baru dari pemikiran kreatif antara ide-ide dan

konsep. Kreatifitas didorong oleh proses wawasan yang didapat secara sadar

maupun tidak sadar. Alternatif konsep kreativitas (berdasarkan pada etimologi)

adalah bahwa itu hanyalah tindakan membuat sesuatu yang baru. Dari sudut

pandang ilmiah, produk-produk dari pemikiran kreatif (kadang disebut sebagai

pemikiran yang berbeda) biasanya dianggap memiliki kedua orisinalitas dan

kepatutan. Meskipun secara intuitif fenomena sangatlah sederhana, tetapi itu

sebenarnya cukup kompleks. Hal ini telah dipelajari dalam psikologi perilaku,

psikologi sosial, psikometri, filsafat, estetika, sejarah, seni, ekonomi dan lain

sebagainya.

Sinektik adalah metode pemecahan masalah yang merangsang proses

berpikir yang mungkin tidak disadari oleh subjek. Metode ini dikembangkan oleh

George M. Prince (April 5, 1918 - 9 Juni 2009) dan William JJ Gordon, yang

berasal dari Arthur D. Little Invention Desain Unit pada 1950-an. Mereka

mendirikan Synectics Inc (sekarang Synecticsworld) pada tahun 1960 dan

metodologi yang telah berkembang secara substansial dalam 50 tahun berikutnya.

5.1Wujud kreatifitas dan proses sinektik

Beberapa proses sinektik tertentu dikembangkan dari beberapa asumsi

tentang psikologi kreatifitas (the psychology of creativity). Asumsi pertama

(5)

bantuan-bantuan eksplisit menuju kreatifitas, kita dapat secara langsung

meningkatkan kapasitas kreatif secara individu maupun kelompok.

Asumsi yang kedua adalah bahwa “komponan emosional lebih penting dari

pada intelektual, irasional lebih penting dari pada rasional”. Kreatifitas

merupakan pengembangan pola-pola mental baru. Interaksi yang tidak masuk akal

menyisakan ruang bagi pemikiran yang terus-menerus yang dapat menuntun pada

kondisi mental dimana banyak gagasan-gagasan baru muncul. Kondisi analogistik

merupakan lingkungan mental yang terbaik dalam mengeksplorasi dan

mengembangkan gagasan-gagasan, tetapi ia bukanlah tahap membuat keputusan.

Gordon tidak menilai kecerdasan linier; dia berasumsi bahwa logika digunakan

untuk membuat keputusan dan kompetensi teknik digunakan untuk menyusun

gagasan di berbagai bidang. Akan tetapi ia percaya bahwa kreatifitas pada

dasarnya merupakan proses emosional, yang mensyaratkan unsur-unsur

irasionalitas dan emosi untuk meningkatkan proses intelektual. Banyak

pemecahan masalah yang rasional dan cerdas, tetapi dengan menambah hal-hal

yang tidak irrasional, kita akan dapat menciptakan kemungkinan-kemungkinan

lain yang dapat kita pergunakan untuk meningkatkan gagasan-gagasan yang segar.

Asumsi ketiga adalah bahwa unsur-unsur emosional, irrasional harus

dipahami dalam rangka meningktakan kemungkinan sukses dalam situasi

pemecahan masalah. Dengan kata lain, analisis terhadap proses irasional dan

emosional tertentu dapat membantu individu dan kelompok untuk meningkatkan

kreatifitas mereka dengan menggunakan irasionalitas secara konstruktif.

(6)

melalui penggunaan metafora dan analog secara seksama, merupakan objek

sinektik.

1. Aktifitas metaforis

Melalui aktifitas metaforis dalam model sinektik, kreatifitas menjadi proses

yang dapat dijalankan secara sadar. Metafora-metafora membangun hubungan

perumpamaan, perbandingan satu objek atau gagasan dengan objek atau gagasan

lain, dengan cara menukarkan posisi keduanya. Melalui substitusi ini, proses

kreatif muncul, yang dapat menghubungkan sesuatu yang familiar dengan yang

tidak familiar atau membuat gagasan baru dari gagasan-gagasan yang biasa.

Metafora memperkenalkan jarak konseptual (conceptual distance) antara

orang dengan materi, objek atau subjek dan mendorong pemikiran-pemikiran

orisinil. Contoh, dengan meminta siswa berfikir tentang buku tulis sebagai sepatu

tua atau sebagai sungai, kita sebenarnya tengah menyediakan sebuah struktur,

sebuah metafora, di mana siswa dapat berfikir tentang sesuatu yang familiar

dengan cara yang baru. Sebaliknya kita dapat meminta siswa untuk berfikir

tentang topic baru. Katakanlah tubuh manusia, dengan cara yang lama, yakni

dengan meminta mereka membandingkan dengan system transportasi. Aktifitas

metaforis kemudian tergantung pada dan berasal dari pengetahuan siswa,

membantu mereka menghubungkan gagasan-gagasan dari materi yang familiar

pada gagasan-gagasan dari materi yang baru, atau melihat materi yang familiar

dari perspektif yang baru. Startegi-strategi sinektik yang kemudian menggunakan

(7)

darinya siswa dapat membebaskan diri dari mereka dalam mengembangkan

imajinaasi dan wawasan dalam setiap aktifitas sehari-hari. Tiga jenis analogi ynag

dipergunakan sebagai basis latihan sinektik : analogi personal (personal analogy),

analogi langsung (direct analogy) dan konflik padat (compressed conflict)

1) Analogi personal

Membuat analogi personal mengharuskan siswa untuk berempati pada

gagasan-gagasan atau subjek-subjek yang dibandingkan. Siswa harus merasa

bahwa mereka menjadi bagian dari unsur fisik dari masalah tersebut. Identifikasi

untuk analogi ini dapat diterapkan pada orang, tumbuhan, hewan, atau

benda-benda mati. Dalam tema-tema sejarah sebagai contoh, siswa diminta “ menjadi Sukarno pada detik-detik proklamasi. Apa yang kalian rasakan? Deskripsikan

bagaimana perasaan kalian ketika Sukarno diculik angkatan muda dan didaulat

untuk membaca teks Proklamasi. Hakikat analogi personal adalah pada

keterlibatan empatik.

Analogi personal mengharuskan lepasnya identitas diri sendiri menuju

ruang atau objek lain. Jarak konseptual yang lebih besar tercipta oleh hilangnya

diri atau identitas seseorang (siswa). Ini hanya dapat dilakukan jika siswa lebih

kreatif dan inovatif membuat analogi tersebut. Gordon mengidentifikasi empat

tingkat keterlibatan dalam analogi personal

1. Deskripsi orang pertama terhadap fakta-fakta. Orang tersebut

menceritakan daftar fakta-fakta yang terkenal, tetapi tidak menghadirkan

cara baru dalam memandang obyek atau hewan dan tidak menunjukkan

(8)

mungkin berkata “ saya merasa telah mewakili bangsa Indonesia untuk

kemerdekaannya”.

2. Identifikasi orang pertama terhadap emosi. Orang tersebut menceritakan

emosi-emosi umum, tetapi tidak menghadirkan wawasan-wawasan baru:

“saya merasa bersemangat dan berani” (sebagai sosok Sukarno)

3. Identifikasi empatik terhadap makhluk hidup. Siswa mengidentifikasi

secara emosional dan kinestetik subjek analogi. “ketika anda tersenyum seperti itu, saya selalu ingin tertawa”

4. Identifikasi empatik terhadap benda mati. Level ini mengharuskan

komitmen penuh. Orang tersebut melihat dirinya sebagai obyek anorganik

dan mencoba mengkesplorasi masalah dari pandangan simpatik: “saya

merasa bangga. Saya tidak dapat membayangkan kita akan benar-benar

bisa menentukan jalan sendiri.

Tujuan memperkenalkan tingkatan-tingkatan analogi personal ini bukan

untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk aktifitas metaforis, melainkan untuk

menyediakan petunjuk tentang bagaimana jarak konseptual yang baik terbangun.

Gordon percaya bahwa fungsionalitas analogi-analogi secara langsung sebanding

dengan jarak yang tercipta. Semakin lebar jarak, semakin dekat siswa mampu

mendapatkan gagasan-gagasan baru

2) Analogi langsung

Analogi langsung merupakan perbandingan dua objek atau konsep.

Perbandingan tidak harus selalu identik dalam segala hal. Fungsinya cukup

(9)

permasalahan yang asli pada situasi lain untuk menghadirkan pandangan baru

tentang gagasan atau masalah. Hal ini melibatkan identifikasi pada orang,

tumbuhan, hewan, atau benda mati. Gordon menceritakan pengalaman seorang

teknisi yang melihat shipworm yang sedang menggali lubang di dalam

pepohonan. Saat ulat itu masuk kedalam pepohonan dalam membuat semacam

tabung untuk dirinya sendiri, teknisi tersebut, Sir March Isumbard Bruneil,

merasakan gagasan tentang kaison-kaison dalam membangun terowongan di

bawah tanah (Gordon,1961 a: 40-41). Contoh lain dalam analogi langsung muncul

ketika sebuah kelompok berusaha membuka kaleng dengan tutup yang dapat

digunakan untuk menutupi kaleng tersebut. Dalam contoh ini analogi kacang

polong secara bertahap muncul, yang menghasilkan gagasan tentang jahitan yang

dapat membuat semacam jarak pada kaleng tersebut, sehingga tutupnya dapat

digeser sedemikian rupa.

3) Konflik padat

Bentuk metafora ketiga adalah konflik padat, yang secara umum

didefinisikan sebagai frase yang terdiri dari dua kata dimana kata-kata tersebut

tampak berlawanan dengan kata yang lain. Agresif yang lesu dan musuh yang

bersahabat adalah dua contoh. Contoh-contoh yang dibuat Gordon, misalnya

perusak yang menyelamatkan hidup dan api yang bergizi. Dia juga mencuplik

ekspresi Pasteur, perlawanan yang aman. Konflik padat, menurut Gordon

menyediakan wawasan luas dalam subjek yang baru. Konfik-konflik ini

(10)

dengan tetap berpedoman pada satu subjek. Semakin besar jarak antara kerangka

rujukan, semakin besar fleksibilitas mental.

2. Latihan-latihan peregangan: menggunakan metafora

Tiga jenis metafora tadi membentuk dasar rangkaian aktifitas dalam model

penggajaran ini. Tiga jenis metafora tersebut juga dapat diterapkan secara terpisah

menurut kelompok-kelompok, sebagai penghangat pada proses kreatif yaitu pada

pemecahan masalah. Kami menyebut proses ini sebagai latihan perpanjangan

(strectcing exercises)

Latihan peregangan menyediakan pengalaman pada tiga jenis aktifitas

metaforis, tetapi latihan tersebut tidak berhubungan dengan situasi permasalahan

tertentu dan tidak mengikuti rangkaian tahap-tahap. Latihan tersebut mengajarkan

siswa proses-proses berfikir metaforis sebelum mereka diminta menggunakannnya

untuk memecahkan masalah, membuat rancangan atau mengeksplorasi konsep.

Siswa hanya diminta untuk merespon gagasan-gagasan seperti berikut ini:

Analogi langsung

Analogi langsung dimunculkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang

menuntut adanya perbandingan secara langsung.

Analogi personal

Analogi personal dimunculkan dengan meminta siswa untuk berpura-pura

menjadi sebuah objek, tindakan gagasan, atau peristiwa.

Konflik padat

Praktik konflik padat dimunculkan dengan menghadirkan beberapa benda

(11)

3. Model Pengajaran

1) Struktur pengajaran

Sebenarnya ada dua strategi atau model pengajaran yang didasarkan pada

prosedur-prosedur sinektik. Salah satu dari dua strategi tersebut, yakni membuat

sesuatu yang baru (creating something new), dirancang untuk membuat hal-hal

yang familiar menjadi asing, untuk membantu siswa melihat masalah-masalah,

gagasan-gagasan dan hasil-hasil yang lama dengan cara yang baru, pandangan

lebih kreatif. Sedangkan strategi yang lain, yakni membuat yang asing menjadi

familiar (making the strange familiar), dirancang untuk membuat

gagasan-gagasan yang baru dan tidak familiar menjadi lebih bermakna. Meskipun dua

strategi ini menggunakan tiga jenis analogi tadi, sasaran, struktur, dan

prinsip-prinsip tanggapan keduanya berbeda. Kami menyebut membuat sesuatu menjadi

baru sebagai strategi pertama dan membuat sesuatu yang asing menjadi familiar

sebagai strategi kedua.

Strategi pertama membantu siswa melihat sesuatu yang biasa dengan

cara-cara yang tidak biasa dengan menggunakan analogi-analogi untuk membuat jarak

konseptual. Kecuali pada langkah terakhir dimana siswa kembali pada masalah

yang semula, mereka tidak membuat perbandingan-perbanding sederhana.

Sasaran strategi ini adalah untuk mengembangkan pemahaman baru: berempati

dengan / pada sikap yang sedikit berlagak dan mengertak: merancang jalan masuk

yang baru: memecahkan masalah-masalah sosial atau interpersonal, seperti

(12)

pribadi seperti bagaiamana berkonsentrasi dengan lebih baik saat membaca buku.

Peran guru adalah berhati-hati terhadap analisis atau kesimpulan yang terlalu dini.

STRUKTUR STRATEGI PERTAMA: MEMBUAT SESUATU YANG BARU

Tahap pertama: mendeskripsikan situasi saat ini

Guru meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka

lihat saat ini.

Tahap kedua: analogi langsung

Siswa mengusulkan analogi-analogi langsung, memilihnya, dan

mengeksplorasi (mendeskripsikan) lebih jauh.

Tahap ketiga: analogi personal

Siswa menjadi analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi.

Tahap keempat: konflik padat

Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga,

mengusulkan beberapa analogi konflik padat dan memilih salah satunya.

Tahap kelima: analogi langsung

Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain, yang didasarkan

pada analogi konflik padat.

Tahap keenam: memeriksa kembali tugas awal

Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan

menggunakan analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektiknya.

Transkrip sesi sinektik menunjukkan seorang guru membantu

siswa-siswanya melihat konsep yang biasa dengan cara-cara segar. Pada awalnya siswa

(13)

penulisan. Hal ini menggambarkan enam tahap model tersebut (Gordon, 1971:

7-11)

Model sinektik menstimulasi siswa untuk melihat dan merasakan gagasan

orisinil dengan cara-cara yang baru, yang lebih segar. Jika siswa ingin

menyelesaikan masalah, kita berharap mereka akan melihat masalah itu dengan

lebih bijaksana dan mengembangkan solusi-solusi yang dapat mereka eksplorasi.

Sebaliknya, strategi kedua, membuat sesuatu yang asing menjadi familiar,

mencari untuk meningkatkan pemahaman siswa dan internalisasi materi yang baru

dan sulit secara substantif. Dalam strategi ini metafora digunakan untuk

menganalisis, tidak untuk membuat jarak konseptual sebagaimana dalam strategi

pertama. Contoh, guru mungkin menyajikan konsep kebudayaan pada

siswa-siswanya. Dengan menggunakan analogi-analogi yang familiar (seperti dapur atau

rumah) siswa mulai menjabarkan/membatasi/mejelaskan

karakteristik-karakteristik yang hadir dan tidak ada dalam konsep. Strategi ini bersifat analitis

dan kovergen: siswa secara terus menerus bergantian antara mendefinisikan

karakteristik subjek yang lebih familiar dengan membandingkan subjek-subjek

tersebut dengan karakteristik-karakteristik topik yang tidak familiar.

Pada tahap pertama dalam strategi kedua ini, yakni menjelaskan topik baru,

siswa disediakan informasi. Pada tahap kedua, guru atau siswa mengusulkan

analogi langsung. Tahap ketiga meminta siswa untuk “menjadi hal-hal yang familiar” (mempersonalisasi analogi langsung). Pada tahap keempat, siswa

mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara analogi dengan

(14)

antara analogi-analogi. Untuk mengukur perolehan-perolehan informasi baru,

siswa dapat mengusulkan dan menganalisis analogi-analogi familiarnya pada

tahap keenam dan tahap ketujuh.

STRUKTRUR STRATEGI KEDUA: MEMBUAT SESUATU YANG ASING

MENJADI FAMILIAR

Tahap pertama: input substantif

Guru menyediakan informasi tentang topik baru

Tahap kedua: analogi langsung

Guru mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa

mendeskripsikannya.

Tahap ketiga: analogi personal

Guru meminta siswa menjadi analogi langsung

Tahap keempat: mebandingkan analogi-analogi

Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi

baru dengan analogi langsung.

Tahap kelima: menjelaskan perbedaan-perbedaan

Siswa menjelaskan dimana saja analogi-analogi yang tidak sesuai

Tahap keenam: eksplorasi

Siswa mengeksplorasi kembali topik asli

Tahap ketujuh: membuat analogi

Siswa menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi

(15)

Berikut ini merupakan salah satu ilustrasi dari strategi kedua yang telah

terprogram. Siswa diminta untuk membuat perbandingan antara demokrasi (topik

baru) dengan tubuh manusia (topik yang biasa). Sampel yang disajikan disini

tidak menyertakan analogi personal (tahap ketiga), yang kami rekomendasikan

sebagai bagian dari strategi ini. Kami merasa bahwa meminta siswa untuk

“menjadi sesuatu” sebelum meminta mereka membuat hubungan-hubungan

intelektual akan meningkatkan pemikiran mereka. Pada contoh ini siswa

pertama-tama disajikan sebuah paragraf pendek yang cukup substantif.

Sistem sosial

Baik model-model maupun strategi-strategi pengajaran sinektik

sebenarnya dapat disusun dengan mudah, asalkan guru dapat memprakarsai

rangkaian dan membimbing penggunaan mekanisme-mekanisme operasional.

Guru dapat membantu siswa mengintelektualkan proses-proses mental mereka.

Namun, siswa punya kebebasan dalam diskusi terbuka mereka agar melibatkan

diri dalam pemecahan masalah metaforis. Norma-norma kerjasama, “permainan khayalan”, dan kualitas intelektual yang emosional penting untuk membangun

setting dalam pemecahan masalah secara kreatif. Reward datang dari kepuasan

dan kenyamanan siswa dalam aktifitas pembelajaran.

Peran/tugas guru

Guru harus memperhatikan menjangkau siswa-siswa mana yang pola

pikirnya perlu diatur sedemikian rupa. Begitu pula mereka perlu mendorong

(16)

Selain itu mereka juga menggunakan hal-hal yang tidak rasional untuk mendorong

siswa-siswa yang enggan dalam memanjakan hal yang tidak relevan dan

perangkat-perangkat lainnya yang penting untuk memunculkan saluran-saluran

pemikiran. Oleh karena guru berposisi sebagai panutan yang penting dalam

metode ini mereka harus belajar menerima hal-hal yang aneh dan tidak biasa.

Mereka harus bisa menerima seluruh respon siswa untuk meyakinkan bahwa

siswa merasa tidak ada penghakiman eksternal terhadap ekspresi kreatif mereka.

Semakin sulit masalah yang dipecahkan, semakin penting bagi guru untuk

menerapkan dan menerima analogi-analogi yang tidak masuk akal sehingga siswa

dapat mengembangkan perspektif-perspektif segar tentang masalah yang mereka

hadapi.

Pada strategi yang kedua, hendaknya guru hati-hati pada analisis yang

terlalu dini. Mereka perlu mangklarifikasi dan meringkas perkembangan aktifitas

pembelajaran dan oleh karena itu, perkembangan perilaku pemecahan masalah

siswa.

Sistem pendukung

Pada hakekatnya siswa tetap membutuhkan fasilitas dari seorang

pemimpin yang kompeten dalam merancang dan menerapkan prosedur-prosedur

analisis. Mereka juga memerlukan, dalam hal masalah-masalah ilmiah atau sains,

sebuah laboratorium yang dapat membangun model-model dan perangkat

perangkat lain untuk membuat masalah menjadi konkret dan menciptakan

inovasi-inovasi praktis lain. Bagaimanapun satu kelas membutuhkan ruang kerja suatu

(17)

yang biasa mungkin dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan seperti ini, tetapi

kelas yang sering dirancang dalam bentuk kelompok-kelompok mungkin akan

terlalu besar untuk aktivitas-aktivitas sinektik. Dengan demikian,

kelompok-kelompok kecil perlu dibuat.

Penerapan

Menggunakan sinektik dalam kurikulum

Sinektik dirancang untuk meningkatkan kreatifitas individu dan kelompok.

Mendiskusikan pengalaman sinektik dapat membangun perasaan kebersamaan

antarsiswa. Siswa belajar tentang kawan sekelasnya saat mereka merespon

gagasan atau masalah. Pemikiran-pemikiran dinilai sebagai kontribusi potensial

dalam proses kelompok. Prosedur-prosedur sinektik membantu menciptakan

komunitas kesetaraan dimana berfikir merupakan basis tunggal di dalamnya.

Standar yang sangat cukup menyenangkan seperti ini tentu akan memberikan

dukungan pada peserta didik yang sangat pemalu.

Prosedur-prosedur sinektik bisa diterpkan pada siswa dalam semua bidang

kurikulum, baik sains maupun seni. Prosedur-prosedur ini dapat dihubungkan

dengan diskusi guru-siswa dalam kelas dan pada materi-materi yang dibuat guru

siswa. Hasil atau kendaraan aktivitas sinektik tidak selalu harus ditulis; hasil ini

dapat dilisankan, atau hasil-hasil tersebut dapat berbentuk aktifitas-aktifitas

bermain paran (role plays), seperti melukis dan menggambar, atau

perubahan-perubahan dalam perilaku. Ketika menggunakan sinektik untuk melihat

massalah-masalah sosial atau perilaku anda mungkin ingin memberitahukan perilaku

(18)

perubahan-perubahan. Hal ini juga menarik dilakukan untuk memilih gaya-gaya akspresif

yang berbeda dengan topik awal, seperti meminta siswa melukis gambar tentang

kerugian atau diskriminasi. Konsep abstrak, tetapi gaya ekspresinya harus

konkret.

Sinektik dapat diterapkan pada siswa di semua tingkatan umur, meskipun

dengan siswa yang sangat muda, sinektik adalah cara terbaik untuk memberikan

latihan-latihan peregangan (stretching exercises). Lebih dari itu pengaturannya

juga sama seperti pendekatan laian dalam pengajaran –cermat bekerja dalam pengalaman, memperkaya penggunaan materi yang konkret, menerapkan secara

hati-hati, dan merangkum prosedur-prosedur dengan jelas.

Model ini sering kali berfungsi secara efektif, khususnya pada siswa-siswa

yang mundur dari aktifitas-aktifitas pembelajaran akademik karena tidak rela

untuk mengambil risiko yang salah. Sebaliknya siswa-siswa yang unggul yang

hanya merasa nyaman saat memberikan respon yang mereka yakini benar sering

kali merasa segan untuk berpartisipasi. Untuk alasan ini kami percaya bahwa

sinektik bernilai bagi semua orang.

Sinektik berkombinasi dengan model-model lain dengan mudah. Ia dapat

memperpanjang konsep-konsep untuk dieksplorasi dengan kelompok model

pengajaran memproses informasi; membuka dimensi-dimensi problem sosial yang

dieksplorasi melalui bermain peran, investigasi kelompok, atau berfikir

yurisprudensi; dan mengembangkan kekayaan masalah dan perasaan-perasaan

(19)

Penerapan model sinektik yang paling efektif selalu berkembang setiap

waktu ia memiliki hasil jangka pendek dalam memperluas pandangan tentang

konsep dan masalah, tetapi ketika siswa diekspos untuk menerapkan model ini

secara berulang-ulang maka mereka dapat belajar bagaimana menggunakannya

dengan cara meningkatkan ketrampilan – dan mereka belajar- memasuki gaya metaforis dengan cara meningkatkan ketenangan dan kesempurnaan.

Strategi ini secara umum cukup atraktif, dan kombinasi keberuntungannya

dalam meningkatkan pemikiran produktif, empati yang mendidik, dan kedekatan

impersonal menjadikannya dapat diterapkan pada siswa diseluruh tingkatan umur

dan semua bidang kurikulum.

Dampak-dampak instruksional dan pengiring

Model sinektik dan instruksional memiliki nilai instruksional dan

pengiring. Dengan kepercayaan bahwa proses kreatif dapat dikomunikasikan dan

dapat ditingkatkan melalui latihan langsung (direct training), Gordon

mengembangkan teknik-teknik instruksional khusus. Sinektik dapat diaplikasikan

tidak hanya bagi pengembangan kekuatan kreatif yang umum, tetapi juga bagi

pengembangan respon-respon kreatif pada beragam bidang masalah. Gordon jelas

percaya bahwa kekuatan kreatif akan meningkatkan pembelajaran dalam

bidang-bidang ini. Untuk yang terakhir ini, dia menekankan lingkungan sosial yang dapat

mendorong kreatifitas dan menggunakan kohesi kelompok untuk dapat

meningkatkan kekuatan yang memungkinkan para peserta didik memfungsikan

(20)

meningkatkan kreatifitas individu-individu dan kelompok. Namun, pembelajaran

implisit dari model-model ini rata-rata cukup jelas.

Bagan 5.1 Model Sinektik

Pendekatan lain dalam stimulasi kreativitas melalui aktifitas metaforis

disajikan oleh Judith Sanders dan Donald Sanders (1984). Dalam rancangannya

Sanders mengungkapkan banyaknya pendidik tidak dengan sendirinya sadar pada

spectrum penggunaan model-model yang dirancang untuk menginduksi pemikiran

divergen. Untuk beberapa alasan, banyak orang berpikir bahwa kreatifitas

merupakan kecakapan yang hanya terbatas pada bakat dalam kesenian, khususnya

menulis, melukis dan memahat, sedangkan para penggagas model ini percaya INSTRUKSIONAL

KOHESI & PRODUKTIVITAS

KELOMPOK

PERANGKAT BERFIKIR METAFORIS

KAPABILITAS DLM PEMECAHAN

MASALAH

HARGA DIRI PENCAPAIAN MATERI

KURIKULUM KEPETUALANGAN

MODEL SINEKTIK

(21)

bahwa kecakapan ini dapat ditingkatkan dan diterapkan pada hampir semua usaha

manusia dan juga dalam semua bidang kurikulum. Sanders juga menyediakn

ilustrasi-ilustrasi dalam hal tujuan, perkembangan empati, kajian nilai,

bidang-bidang pemecahan masalah dan peningkatan perspektif dalam memandang topik.

Newby dan Ertner (1994) telah melakukan rangkaian kajian di mana

mereka melatih siswa menggunakan analogi-analogi untuk mendekati

pembelajaran tentang konsep-konsep psikologi tingkat tinggi yang biasanya

dipelajari oleh mahasiswa perguruan tinggi. Hasil dari kajian ini ternyata

menjustifikasi pengalaman yang kita dapatkan pada siswa-siswa K-12 bahwa

analogi-analogi dapat meningkatkan pembelajaran langsung dan jangka panjang

(immediate and long-term learning), dan meningkatkan kesenangan siswa dalam

belajar.

Baer (1993) melaporkan seperangkat kajian yang mengeksplorasi

ketrampilan berfikir divergen yang spesifik dan umum, yang juga membenarkan

bahwa, strategi-strategi penginduksian kreatifitas umum (general

creatifity-inducing strategies) dapat diterapkan dalam berbagai ranah, tetapi latihan khusus

pada ranah tertentu (domain specific training) agaknya hanya bisa diterapkan

untuk ranah-ranah lain yang lebih sempit. Sedangkan Glynn (1994) melaporkan

kajian dalam pengajaran sains dengan mengusulkan bahwa penggunaan

analogi-analogi dalam materi pelajaran dapat meningkatkan pembelajaran jangka panjang

dan jangka pendek.

Manfaat dari pembelajaran dengan metode sinteksis adalah siswa akan

(22)

memiliki kemampuan untuk memandang segala persoalan secara komprehensif

sebagai modal awal dalam memecahkan setiap persoalan. Lebih jauhnya, siswa

dapat dipandang sebagai individu yang mandiri, memiliki potensi belajar,

pengembang ilmu dan kemampuan memecahkan suatu permasalahan (problem

solving).

Namun penerapan metode ini dalam proses KBM di Indonesia masih

terhitung langka. Hal ini bukan hanya karena kurangnya sosialisasi tetapi juga

menyangkut berbagai faktor, seperti beban guru untuk mengejar target kurikulum

dan guru yang selalu menjadi pusat kegiatan belajar. Guru merasa dirinya hanya

merupakan penyampai bahan pelajaran dan bukan sebagai fasilitator yang

membuat siswa belajar.

Pandangan ini juga diperburuk dengan beredarnya buku-buku sumber

yang berusaha menjadi buku pegangan yang paling lengkap dengan memuat

sebanyak mungkin fakta-fakta. Guru seringkali memilih buku sumber pegangan

siswa yang relevan dengan dokumen kurikulum yang dikeluarkan pemerintah.

Mereka menganggap bahwa semua uraian materi tersebut harus disampaikan

kepada siswanya hingga selesai melalui KBM di kelas. Manfaat lain dari metode

sinektik adalah dapat membentuk kreatifitas individu dan kelompok. Pengalaman

sinektik dapat menumbuhkan jiwa sosial para siswa. Mereka belajar bersama

dengan melihat bagaimana rekan-rekannya bereaksi kepada suatu ide atau

masalah. Hal ini akan menyebabkan setaiap individu berpartsipasi dalam suasana

(23)

5.2PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN

ANILISIS STILISTIKA dan NILAI BUDAYA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a. Identitas Sekolah dan Standar Kompetensi

Nama sekolah : MTs Misykat al-Anwar Jombang

Mata Pelajaran : bahasa dan sastra Indonesia

Kelas/semester : VIII/ Satu

Aspek pembelajaran : membaca karya sastra

Standar Kompetensi : memahami berbagai macam puisi Indonesia

Kompetensi dasar : menemukan stilistika dan nilai budaya dalam karya sastra

Indikator :

Menemukan stilistika (diksi, citraan, kata-kata konkret, bahasa figuratif) dalam

puisi

Menemukan nilai-nilai budaya dalam puisi

Alokasi waktu : 4 X 45 menit (2 kali pertemuan)

b. Tujuan pembelajaran

Tujuan :

Siswa mampu menemukan stilistika yang berupa diksi, citraan, kata-kata konkret,

bahasa figuratif dan nilai budaya dalam puisi Indonesia

Materi pokok pembelajaran :

Puisi

Stilistika (diksi, citraan, kata-kata konkret, bahasa figuratif) dan nilai budaya

Model pembelajaran

Model pembelajaran sinektik yang terdiri atas dua struktur pengajaran yaitu:

Struktur Strategi Pertama: Membuat Sesuatu Yang Baru

(24)

 Guru meminta siswa menbacakan puisi “Sebab Dikau” karya Amir hamzah dan puisi yang berjudul “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar

Tahap kedua: analogi langsung

 Guru memaparkan tentang analisis stilistika berupa diksi, citraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif

 Siswa mengkaitkan antara diksi, ctraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif dengan puisi “Sebab Dikau” karya Amir hamzah dan puisi yang berjudul “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar.

 Siswa membuat puisi sendiri berdasarkan aspek stilistika (diksi, citraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif) dan mendeskripsikannya lebih

jauh.

Tahap ketiga: analogi personal

 Siswa menjadi analogi dari puisi yang telah mereka buat dalam tahap kedua tadi.

Tahap keempat: konflik padat (perbandingan yang kuat)

 Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan beberapa analogi konflik padat (perbandingan yang kuat)

dan memilih salah satunya.

Tahap kelima: analogi langsung

 Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain yaitu puisi karya dia sendiri yang didasarkan pada analogi konflik padat.

Tahap keenam: memeriksa kembali tugas awal

 Guru meminta siswa kembali pada pembahasan aspek stilistika (diksi, ctraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif) atau masalah awal dan

(25)

seluruh pengalaman sinektiknya

Struktrur Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar

Tahap pertama: input substantif

 Guru menyampaikan dua pusi angkatan 45 dan 66 yaitu puisi yang berjudul “Lapangan Pagi” karya Sitor Sitomurang dan “ Gerilya” karya WS. Rendra sebagai topik baru

Tahap kedua: analogi langsung

 Guru mengusulkan analogi langsung kedua puisi tersebut dan meminta siswa mendeskripsikannya berdasarkan analisis stilistika (diksi, citraan,

kata-kata konkret dan bahasa figuratif).

Tahap ketiga: analogi personal

 Guru meminta siswa untuk membuat sebuah analogi/ perumpamaan tersendiri berdasarkan penagalaman siswa sendiri sebuah puisi

berdasarkan aspek stilistika (diksi, citraan, kata-kata konkret dan bahasa

figuratif).

Tahap keempat: mebandingkan analogi-analogi

 Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan aspek analisis stilistika antara puisi “Lapangan Pagi” karya Sitor Sitomurang dan “ Gerilya” karya WS Rendra dengan puisi karya siswa sendiri.

Tahap kelima: menjelaskan perbedaan-perbedaan

 Siswa menjelaskan aspek apa saja yang tidak bersesuaian berdasarkan analisis stilistika antara puisi “Lapangan Pagi” karya Sitor Sitomurang dan “ Gerilya” karya WS Rendra dengan puisi karya siswa sendiri.

Tahap keenam: eksplorasi

 Siswa mengeksplorasi kembali puisi puisi “Lapangan Pagi” karya Sitor Sitomurang dan “ Gerilya” karya WS Rendra

Tahap ketujuh: membuat analogi

(26)

Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

Tahapan Kegiatan pembelajaran

Pembuka Guru meminta siswa menbacakan puisi “Sebab Dikau” karya Amir hamzah dan puisi yang berjudul “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar

Guru memaparkan tentang analisis stilistika berupa diksi,

citraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif

Inti Siswa mengkaitkan antara diksi, citraan, kata-kata konkret dan

bahasa figuratif dengan puisi “Sebab Dikau” karya Amir hamzah dan puisi yang berjudul “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar.

Siswa membuat puisi sendiri berdasarkan aspek stilistika (diksi,

ctraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif) dan

mendeskripsikannya lebih jauh.

Siswa menjadi analogi dari puisi yang telah mereka buat dalam

tahap kedua tadi.

Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan

ketiga, mengusulkan beberapa analogi konflik padat

(perbandingan yang kuat) dan memilih salah satunya.

Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain yaitu

puisi karya dia sendiri yang didasarkan pada analogi konflik

padat.

Penutup Guru meminta siswa kembali pada pembahasan aspek stilistika

(diksi, ctraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif) atau

masalah awal dan menggunakan analogi terakhir (pilihan

analisis menurut siswa) dan atau seluruh pengalaman

(27)

Sumber Belajar

Pustaka rujukan Panduan belajar Bahasa dan Sastra

Indonesia untuk SMP kelas VIII karya

Alek Suryanto dan Agus haryanto

terbitan ESIS 2007

Media elektronik

Penilaian

Penilaian dalam model ini dilakukan selama proses belajaran beserta hasil

akhir siswa dalam pembelajaran ini. Dalam proses belajar yang dinilai adalah

kesungguhan dan pertisipasi serta keaktifan siswa selama mengerjakan berbagai

tugas seperti kesungguhan dalam mencari ide membuat puisi berdasarkan empat

aspek stilistika dan partisipasi dalam pembahasan. Penilaian hasil belajar dilihat

dari hasil menulis siswa berupa puisi.

Pertemuan kedua

Tahapan Kegiatan pembelajaran

Pembuka Guru menyampaikan dua pusi angkatan 45 dan 66 yaitu puisi yang berjudul “Lapangan Pagi” karya Sitor Sitomurang dan “ Gerilya” karya WS. Rendra sebagai topik baru.

Inti Guru mengusulkan analogi langsung kedua puisi tersebut dan

meminta siswa mendeskripsikannya berdasarkan analisis

stilistika (diksi, citraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif).

Guru meminta siswa untuk membuat sebuah analogi/

perumpamaan tersendiri berdasarkan pengalaman siswa sendiri

sebuah puisi berdasarkan aspek stilistika (diksi, citraan,

kata-kata konkret dan bahasa figuratif).

(28)

Sitomurang dan “ Gerilya” karya WS Rendra dengan puisi karya siswa sendiri.

Siswa menjelaskan aspek apa saja yang tidak bersesuaian berdasarkan analisis stilistika antara puisi “Lapangan Pagi” karya Sitor Sitomurang dan “ Gerilya” karya WS Rendra dengan puisi karya siswa sendiri.

Penutup Siswa mengeksplorasi kembali puisi puisi “Lapangan Pagi” karya Sitor Sitomurang dan “ Gerilya” karya WS Rendra

Siswa menyiapkan puisi karya sendiri dan mengeksplorasi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengukur pemanfaatan mangrove bagi masyarakat lokal, mengidentifikasi flora dan fauna hutan mangrove di kawasan Serapuh, Kecamatan Tanjung

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan judul “ Penggunaan Media Sosial Sebagai Strategi Konvergensi Pada Radio Di Salatiga (Studi Kasus Penggunaan Media

Apabila yang ideal sama dengan yang benarnya, (persepsinya atau yang dirasakannya), maka pelanggan akan sangat puas terhadap produk atau jasa tersebut. Sebaliknya,

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu atau sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

Produksi jagung tertinggi dari semua sistem OTK pada dosis urea 400 kg/ha, berarti serapan NPK oleh jagung DK 8652 paling efektif pada dosis urea 400 kg/ha.. Kata kunci: Olah

113.. Membayar atau memberi imbalan merupakan motivator tunggal paling penting yang digunakan dalam masyarakat kita yang terorganisasi, sehingga memberi imbalan yang

Dengan berlakunya PP No.51/2008 maka atas semua penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final baik yang memiliki

Jadi langkah terpenting agar bisa berpikir secara kreatif adalah dengan meyakini bahwa hasil pikiran kita dapat direalisasikan. Selanjutnya, perlu kita pahami bahwa hal-hal