BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini berfokus pada model pembelajaran kosakata swadesh. Model ini lebih mendorong ke arah peningkatan kemampuan berbicara pada anak tungrahita sedang. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terdapat beberapa temuan di antaranya sebagai berikut. 1. Perencanaan model pembelajaran kosakata swadesh ini, yaitu: memilih materi yang
memiliki kedekatan keseharian dengan subjek. Guru menyiapkan diri untuk membimbing subjek, semua dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Proses pembelajaran yang dilakukan antara lain: 1) menyiapkan dan menetapkan konsep diri agar subjek siap belajar, 2) merespons terhadap apa yang dipikiran subjek, 3) mendorong dengan memotivasi subjek agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara, 4) tahap pembelajaran dan tes kemampuan, pembelajaran ini dilakukan melalui teknik drill dengan layanan individual, 5) menyamakan persepsi dan melakukan refleksi, dan 6) evaluasi diri.
keras. Adanya interaksi subjek dengan guru pada saat pembelajaran, pandangan mata, dan komunikasi dua arah. Subjek diberikan pembelajaran dengan model yang diajarkan sehingga mempunyai kesan dan pengalaman pada saat belajar.
4. Berdasarkan analisis kemampuan berbicara subjek terdapat dua variasi pelafalan kosakata dasar yang dilafalkan anak tunagrahita sedang, yakni tipe perubahan fonem dan tipe perubahan bunyi. Tipe perubahan fonem berfungsi sebagai pembeda makna dalam identitas fonem (identitas pembeda) sedangkan tipe perubahan bunyi berasal dari kualitas bunyi. Hasilnya, diperoleh beberapa macam tipe perubahan bunyi yang diproduksi oleh ATGS di antaranya, yaitu aferesis, protesis, epentesis, sinkope, dan anakop. Kecuali, paragog dan metatesis.
/k/ → /c/ /tikus/ → /picus/
6. ATGS dalam memahami kosakata hanya berdasarkan pengalaman dan minat. Bila berdasarkan pengalaman subjek seperti pernah melihat secara visual atau mengalami hal-hal yang tidak bisa dilupakan. ATGS lebih minat dengan gambar binatang hal tersebut berdasarkan penilaian yang paling tinggi pada saat tes. ATGS tidak memahami makna kata secara leksikal karena pada saat menjawab pertanyaan dari pengajar subjek hanya diam. Karena itu, tingkat kemampuan kognitif dan berbicara pada ATGS sangat minim dan diperlukan latihan yang terus menerus.
kosakata kepada teman-teman sekolah, (3) subjek ketika menerima instruksi dari guru memberi respons yang baik.
8. Hal penting yang dikemukakan guru mengenai masalah kelemahan model ini. Guru berpendapat bahwa model kosakata swadesh ini memerlukan persiapan yang sangat matang dan analisis perkembangan terhadap subjek harus secara detail, rinci, dan cermat. Pemecahan masalah dalam pembelajaran berbicara ini, yaitu: menarik perhatian siswa, menstimulus siswa untuk berpikir kritis, dan mengembangakan kreativitas siswa dengan praktik sehingga dapat memunculkan pengalaman baru.
9. Hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa dalam pemilihan bahasan pembelajaran mengalami kesulitan. Hal tersebut dirasakan pada aspek kemampuan berbicara dan berbahasa lainnya. Guru diharuskan memilih bahan pembelajaran yang sesuai dan menarik siswa. Di samping itu, guru harus memberikan kriteria umum yang berhubungan dengan nilai-nilai dan pembelajaran tematik yang sedang digalakkan sekolah.
5.2 Saran
Berdasarkan data yang ditemukan dalam penelitian ini maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Agar kemampuan berbicara mengalami kemajuan, ATGS lebih banyak diberikan waktu untuk treatment (perlakuan). Hal ini diperlukan agar hasil yang diperoleh benar-benar optimal.
2. Berdasarkan analisis data yang diperoleh, kemampuan berbicara ATGS dari segi kosakata mengalami perubahan bunyi yang berbeda-beda maka perlu diadakannya pelatihan khusus dalam hal pelafalan fonem. Hal tersebut dapat membantu dalam pelafalan kosakata, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan kebahasaannya lebih baik.
3. Pengajar dapat menggunakan model ini sebagai salah satu cara dalam mengajarkan materi pelajaran tertentu. Model ini dapat membantu pembelajaran tematik yang diterapkan di sekolah.
4. Pengajar diharapkan dapat mengikuti pelatihan-pelatihan model pembelajaran sehingga dapat mengajarkan dan memperkenalkan berbagai model pembelajaran. Tujuan pelatihan model pembelajaran adalah agar pembelajaran dikelas tidak monoton dan dapat mengembangakan kreativitas yang dimiliki siswa.
membawa ke kebun, museum, kebun binatang, taman lalu lintas, dan lain-lain. ATGS memerlukan hal yang bersifat konkret.
6. Penggunaan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil kemampuan berbicara ATGS sehingga model ini dapat dipergunakan pada ATG tingkat berat maupun ringan.
7. Keluarga merupakan pemegang penting dan paling bertanggung jawab dalam hal perkembangan terhadap anak. Keluarga harus terus mendampingi anak yang mengalami ATGS dan selalu memberikan pendekatan psikologi dan kebahasaan untuk meningkatkan perilaku psikomotor serta kognitif.